Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

TAHAPAN PERKEMBANGAN MENTAL DAN PERUBAHAN KESEHATAN


( PERKEMBANGAN REPRODUKSI, PERKEMBANGAN ANAK, DEWASA, ORANG
TUA/ LANSIA )

Latar Belakang
Tahapan perkembangan manusia merupakan individu sebagai perubahan
perkembangan yang dimulai dari bayi, remaja dewasa sampai lansia. Perkembangan Anak
sangat penting karena sebagai penerus bangsa di masa mendatang. Anak ikut berperan
menentukan sejarah bangsa sekaligus cermin sikap hidup bangsa. Perlindungan anak
merupakan usaha dan kegiatan seluruh masayrakat dalam berbagai kedudukan dan peran,
yang menyadari betul pentingnya anak bagi nusa dan bangsa. Jika meraka telah matang
pertumbuhan fisik maupun mental dan sosialnya maka tiba saatnya menggantikan generasi
terdahulu (Gultom, 2008)
Menurut Pieper dan Uden (2006), kesehatan mental adalah suatu keadaaan dimana seseorang
memiliki estimasi yang realistis terhadap dirinya dan dapat menerima kekurangan atau
kelemahan diri sendiri, mampu menghadapi masalah-masalah dalam hidupnya, tidak
memiliki perasaan terhadap diri sendiri serta memiliki kebahagian dalam hidupnya. Tahapan
perkembangan manusia merupakan individu sebagai perubahan perkembangan yang dimulai
dari bayi, remaja dewasa sampai lansia. Perkembangan Anak sangat penting karena sebagai
penerus bangsa di masa mendatang. Anak ikut berperan menentukan sejarah bangsa sekaligus
cermin sikap hidup bangsa. Perlindungan anak merupakan usaha dan kegiatan seluruh
masayrakat dalam berbagai kedudukan dan peran, yang menyadari betul pentingnya anak
bagi nusa dan bangsa. Jika meraka telah matang pertumbuhan fisik maupun mental dan
sosialnya maka tiba saatnya menggantikan generasi terdahulu (Gultom, 2008)
Perkembangan adalah perubahan yang teratur, sistematis, dan terorganisir yang
mempunyai tujuan tertentu.
Perkembangan anak meningkat ditandai dengan perubahan pengetahuan dan
pemahaman mereka tentang kebutuhan peraturan-peraturan yang berlaku. Perkembangan
psikososial dari seorang anak sangatlah penting untuk kita ketahui terutama di zaman seperti
sekarang. Dengan memperlajari perkembangan psikososial anak, kita dapat membimbing dan
mengoptimalkan proses perkembangan yang akan di alami sang anak dengan cara yang tepat
(Zulkifli, 2008).

Dampak anak yang terasingkan memiliki resiko adaptasi yang lebih besar dalam usia
menjelang dewasa. Jika anak-anak lemah dalam menghadapi ejekan dari anak lainnya, maka
hal tersebut akan membentuk perilaku dan proses belajarnya yang terganggu. Anak yang
terasingkan bereaksi dengan cara menarik diri dan biasanya mereka sulit untuk diatur
(Jahja,2011).

Perkembangan anak banyak dibicarakan bahwa dasar kepribadian seseorang terbentuk


pada masa anak- anak. Proses perkembangan yang terjadi dalam diri seseorang anak
ditambah dengan apa yang dialami dan diterima selama masa anak- anaknya secara sedikit
demi sedikit memungkinkan ia tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa (Gunarsa
& Singgih, 2008). Meluasnya ketertarikan anak pada tahun pertengahan ini disertai dengan
tumbuhnya rasa kemandirian, anak yang ingin terlibat dalam tugas yang dilakukannya dan
memperoleh kepuasan yang sangat besar dari perilaku mandiri dalam menggali dan
memanipulasi lingkungannya dan berinteraksi dengan teman sebaya.

Bahaya yang terdapat di periode perkembangan ini adalah terjadi keadaan yang dapat
mengakibatkan rasa inferioritas atau perasaankurang berharga dapat diperoleh daari anak itu
sendiri atau dari lingkungannya. Anak-anak yang menderita keterbatasan fisik atau mental
bisa menyulitkan mereka dalam mendapatkan keterampilan tertentu dan beresiko mengalami
perasaan inferior.

Gangguan mental dan perilaku dikatakan sekitar 20% dari semua anak-anak mereka
terganggu pada tingkah laku dan kemampuan fungsi sekolah,di rumah dan di masyarakat.
Perilaku kekerasan pada anak disebabkan oleh gangguan psikososial, disebabkan oleh pola
asuh orang tua dan tayangan televisi juga berpengaruh bagi factor pemicu dari psikososial.

Perilaku yang sering muncul pada anak-anak yang memiliki gangguan psikososial adalah
motivasi kurang, isolasi sosial, perilaku makan dan tidur yang buruk, sukar menyelesaikan
tugas, sukar mengatur keuangan, penampilan tidak rapih, lupa melakukan sesuatu, kurang
perhatian, bertengkar, berbicara sendiri (Yuindartanto, 2009).
BAB II

ISI

1.SEJARAH

Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental ,Sejarah yang tercatat melaporkan berbagai


macam interpretasi mengenai penyakit mental dan cara-cara menguranginya.Dan kali ini,saya
akan membahas sejarah singkat perkembangan kesehatan mental, mulai dari zaman
prasejarah,peradaban-peradaban awal,abad pertengahan,zaman renaisans,abad XVII-Abad
XX dan psikiatri.

Zaman Prasejarah Manusia purba sering mengalami gangguan gangguan baik mental
maupun fisik,tetapi manusia purba benar-benar berusaha mengatai penyakit mental.Ia
memandang dan merawatnya sama halnya dengan penyakit fisik lainnya.Baginya gigi yang
sakit dan seorang yang gila disebabkan oleh penyebab yang sama, yakni roh-roh
jahat,halilintar,atau mantera musuh.Jadi untuk penyakit mental atau fisik digunakan
perawatan seperti menggosok,menjilat,mengisap,memotong dan membalut.Tapi sungguh
menggembirakan karena para pasien penyakit mental diperlakukan secara manusiawi.
Peradaban-peradaban awal Dalam peradaban awal di Mesopotami, Mesir,Yahudi,India,Cina
dan benua Amerika,imam imam dan tukang sihir merawat orang-orang yang sakit
mental.Sepanjang zaman kuno (dari 5000 tahun SM sampai 500 M) penyakit mental menjadi
hal yang umum.

Di Babilonia dan Mesopotamia,penyakit mental dihubungkan dengan setan dan


pengobatannya dilakukan dengan upacara agama dan upacara magis supaya setan keluar dari
tubuh pasien.Di Mesir dikembangkan terapi untuk pasien berupa rekreasi dan pekerjaan,serta
diterapkan semacam psikoterapiyang serupa dengan beberapa pendekatan modern untuk
mengobati penyakit mental..Di Yahudi orang mengartikan penyakit mental sebagai hukuman
dan pengobatannya hanyalah dengan cara bertobat pada-Nya.Namun lain hal nya dengan
Persia, disana setan-setan dipersalahkan karena menyebabkan penyakit-penyakit mental dan
segala penyakit lain.
Di Cina,orang-orang memandang bahwa gangguan mental dilihat sebagai penyakit
dan dianggap sebagai gangguan proses alam atau ketidakseimbangan antara Yin dan
Yang.Sedangkan masyarakat di Afrika berpendapat bahwa gangguan-gangguan fisik dan
mental disebabkan oleh musuh,roh jahat atau oleh nenek moyang yang marah.Dan di Yunani,
para pasien sakit mental dibawa ke kuil kuil kesehatan di mana perawatannya bertujuan untuk
menghilangkan penyebab gangguan mental.

Abad Pertengahan Dengan hancurnya peradapan Yunani-Romawi,kemajuan ilmu


pengetahuan mengalami kemunduran.Banyak hal dalam ilmu kedokteran yang tidak
diteruskan dan hal yang lebih buruk seperti takhayul dan ilmu tentang setan dihidupkan
kembali. Dalam periode abad 1015,berkembang dancing mania dimana sejumlah orang
menari secara liar.Masa abad ke-15 sampai 18 para pasien penyakit mental dianggap sebagai
kerasukan setan dan perawatannya dengan cara mengusir keluar setan dengan cara
menghukum atau menyiksanya.

Zaman Renaisans Meskipun para pasien penyakit mental tenggelam dalam dunia
takhayul dan lingkungan yang tidak berperikemanusiaan,namun di negara-negara tertentu di
Eropa suara-suara diteriakan oleh tokoh agama,ilmu kedokteran dan filsafat.Usaha-usaha
mereka selama masa tersebut mungkin digambarkan sebagai "terang dalam kehidupan".

Di Switzerland mengakui penyebab penyakit mental dan menolak kaitan


demonology.Sedangkan di Perancis menganggap bahwa penyakit mental tidak berbeda
dengan penyakit fisik dan pasien harus diperlakukan secara manusiawi. Abad XXVI-XX
Pada awal abad ke-18 dilihat sebagai "Zaman Rasio",perhatian dipusatkan pada klasifikasi
dan sistem,suatu hal yang mungkin sama dengan klasifikasi sistem.Pada zaman ini,baik di
Perancis,Inggris,Jerman,Italia,Amerika Latin,Amerika Serikat, lebih mengedepankan pada
perilaku yang berperikemanusiaan untuk menghadapi serta menangani orang-orang yang
memiliki penyakit mental.

Di Perancis,Pinel mempelopori perlakuan dan pemahaman manusiawi terhadap


orang-orang yang mengalami kekalutan mental.Pinel ditetapkan sebagai Bapak Psikiatri yang
telah meletakan dasar psikiatri bagi masa yang akan datang.Ia kemudian diserahkan tugas dan
tanggung jawab atas rumah sakit Salpetriere.Rumah sakit Salpetriere dan Bicetere sebagai
rumah sakit modern pertama untuk para pasien sakit mental.Pada tahun 1908,Clifford Beers
yang pernah menjadi pasien Rumah Sakit jiwa menulis buku "A Mind That Found It Self"
yang memberikan efek menyebarkan visi mengenai gerakan kesehatan mental.
Psikiatri Pada tahun 1800-an ada usaha untuk menolong paien sakit mental,tetapi
dokter-dokter belum menemukan penyebab,pencegahan dan penyembuhan yang efektif untuk
penyakit mental walaupun mereka sudah mengklasifikasikan beribu ribu macam kekalutan
mental.

Pada abad 19 kesehatan mental berkembang pada 4 bidang umum,yaitu perlakuan terhadap
pasien sakit mental yang lebih manusiawi dan rasional oleh masyarakat,langkah-langkah
untuk memperbaiki lembaga untuk penyakit mental,perhatian para penulis besar dan filsuf
yang berpengaruh pada psikologi dan tingkah laku manusia dan sistem klasifikasi yang
komprehensif bagi kekalutan mental.

Tokoh yang paling berpengaruh dalam bidang psikiatri pada akhir abad ke-19 dan
awal abad ke-20 adalah Emil Kraepelin.Di tahun 1883, ia menerbitkan buku pelajaran yang
menguraikan penyakit mental berdasar patologi organik.Ia mengembangkan sistem teoritis
menjadi dua katagori besar yang disebabkan oleh faktor-faktor endogen (dari dalam tubuh)
dan faktor-faktor eksogen (dari luar tubuh).

Sejak jaman dulu sikap terhadap gangguan mental telah muncul dalam konsep
primitif animeisme (kepercayaan roh-roh / dewa-dewa). Orang Yunani percaya bahwa
gangguan mental terjadi karena dewa marah dan membawa pergi jiwanya. Untuk
menghindari kemarahannya, merka mengadakan perjamuan. Perubahan sikap terhadap tradisi
animisme terjadi pada jaman Hipocrates (460-467). Dia dan pengikutnya mengembangkan
pandangan revolusioner dalam pengobatan kesehatan mental, yaitu dengan pendekatan
naturalisme. Aliran berpendapat bahwa gangguan mental atau fisik akibat dari alam. Dalam
perkembangan selanjutnya, pendekatan naturalistik ini tidak dipergunakan lagi. Dokter
Perancis, Philipe Pinel (1745-1826) menggunakan filsafat politik dan sosial untuk
memecahkan problem penyakit mental. Ia seorang kepala Rumah Sakit Bicetre di Paris.

2. PEMBAHASAN

Berdasarkan Beberapa Dimensi Konsep Sehat itu adalah sebuah keadaan normal yang
sesuai dengan standar yang diterima berdasarkan kriteria tertentu, sesuai jenis kelamin dan
komunitas masyarakat.
Dan setelah sekian lama kita Semua tidak memposting pada kali kesempatan ini setelah
vakum cukup lama akan memberikan hal sedikit tentang beberapa hal yang berhubungan
dengan konsep dan pengertian sehat ini. Hidup sehat dan dalam kesehatan akan sangat
membantu kita dalam melakukan berbagai macam aktifitas kehidupan serta rutinitas yang
bisa dijalankan dalam kehidupan sehari-hari. Karena bila dalam keadaan kita kurang sehat
maka hal ini akan mempengaruhi akan produktifitas kita juga Dimulai dari apa yang
dimaksud dengan pengertian sehat ini.

Pengertian sehat menurut WHO adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik,
mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Dan beberapa pengertian
sehat lainnya yaitu diantaranya: Sehat adalah perwujudan individu yang diperoleh melalui
kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain (aktualisasi). Perilaku yang sesuai dengan
tujuan, perawatan diri yang kompeten sedangkan penyesuaian diperlukan untuk
mempertahankan stabilitas dan integritas struktural. ( Menurut Pender, 1982 ) Sehat /
kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera dari badan (jasmani), jiwa (rohani) dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.( Menurut UU N0.
23/1992 tentang kesehatan)

Sehat adalah fungsi efektif dari sumber-sumber perawatan diri :

1.(self care Resouces) yang menjamin tindakan untuk perawatan diri

Self care resouces : mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap

2.( self care actions) secara adekuat.

Self care Actions : mencakup perilaku yang sesuai dengan tujuan diperlukan untuk
memperoleh, mempertahankan dan meningkatkan fungsi psikososial dan spiritual.

(Menurut Paune, 1983)

3. TEORI

Konsep Sehat Berdasarkan Dimensi :

1. Dimensi Emosi
Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata
ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi.
Menurut Daniel Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang
khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak Biasanya emosi merupakan reaksi
terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira
mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa,
emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis. Emosi berkaitan dengan perubahan
fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi merupakan salah satu aspek penting dalam
kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam arti
meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia. (Prawitasari,1995)
Beberapa tokoh mengemukakan tentang macam-macam emosi, antara lain Descrates.
- Menurut Descrates, emosi terbagi atas :
Desire (hasrat), hate (benci), Sorrow (sedih/duka), Wonder (heran), Love (cinta) dan Joy
(kegembiraan).
- menurut JB Watson mengemukakan tiga macam emosi, yaitu :
fear (ketakutan), Rage(kemarahan), Love (cinta). Daniel Goleman (2002 : 411)

Mengemukakan beberapa macam emosi yang tidak berbeda jauh dengan kedua tokoh di atas,
yaitu :
a. Amarah : beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati
b. Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, putus asa
c. Rasa takut : cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada, tidak
tenang, ngeri
d. Kenikmatan : bahagia, gembira, riang, puas, riang, senang, terhibur, bangga
e. Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat,
dan kemesraan
f. Terkejut : terkesiap, terkejut
g. Jengkel : hina, jijik, muak, mual, tidak suka
h. Malu : malu hati, kesal
Menurut Mayer (Goleman, 2002 : 65) orang cenderung menganut gaya-gaya khas
dalam menangani dan mengatasi emosi mereka, yaitu : sadar diri, tenggelam dalam
permasalahan, dan pasrah. Dengan melihat keadaan itu maka penting bagi setiap individu
memiliki kecerdasan emosional agar menjadikan hidup lebih bermakna dan tidak menjadikan
hidup yang di jalani menjadi sia-sia Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
Pengertian Emosi adalah suatu perasaan (afek) yang mendorong individu untuk
merespon atau bertingkah laku terhadap stimulus, baik yang berasal dari dalam maupun dari
luar dirinya.

2. Dimensi Intelektual
Dalam dimensi ini, seseorang memiiki intelegensi yang cukup tinggi. Dalam dimensi ini ia
mampu menyerap berbagai pelatihan atau pendidikan dengan penyerapan yang lebih cepat,
serta mudah memahami berbagai aspek materi tanpa mengalami kesulitan dalam proses
kognitif dalam belajar. Tidak semua orang mengalami kesehatan intelektual secara utuh
karena sehat secara intelektual merupakan sebagian dari proses bawaan, juga proses
pembiasaan dan latihan.
3. Dimensi Sosial
Dimensi Sosial yaitu dimensi yang melihat dari tingkah laku manusia dalam kelompok sosial,
keluarga dan sesama lainnya serta penerimaan norma sosial dan pengendalian tingkah laku.
Kesehatan Sosial dapat dilihat dari kemampuan untuk membuat dan mempertahankan
hubungan dengan orang lain, perilaku kehidupan dalam masyarakat. Kesehatan sosial dapat
dilihat juga dari kemampuan untuk memelihara dan memajukan kehidupan pribadi dan
keluarganya sehingga memungkinkan bekerja, beristirahat dan menikmati hiburan pada
waktunya (UU No 9: pasal 3). Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu
berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku,
agama atau kepercayan, status sosial,ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran
dan menghargai.
Dalam arti yang lebih hakiki, kesejahteraan sosial adalah suasana kehidupan berupa
perasaan aman damai dan sejahtera, cukup pangan, sandang dan papan. Dalam kehidupan
masyarakat yang sejahtera, masyarakat hidup tertib dan selalu menghargai kepentingan orang
lain serta masyarakat umum.
4. Dimensi Fisik
Dimensi Fisik merupakan dimensi yang dapat ditelaah secara langsung atau memiliki dimensi
yang paling nyata. Kesehatan fisik dapat dilihat dari kemampuan mekanistik dari tubuh.
Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya
keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi
normal atau tidak mengalami gangguan.
Sehat jasmani merupakan komponen penting dalam arti sehat seutuhnya, berupa
sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata bersinar, rambut tersisi rapi, berpakaian
rapi, berotot, tidak gemuk, nafas tidak bau, selera makan baik, tidur nyenyak, gesit dan
seluruh fungsi fisiologi tubuh berjalan normal.

5. Dimensi Spiritual
Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang menjalani kehidupannya, mencakup
nilai dan keyakinan yang dilaksanakan, hubungan dengan keluarga atau teman, dan
kemampuan mencari harapan dan arti dalam hidup. Spiritual bertindak sebagai suatu tema
yang terintegrasi dalam kehidupan seseorang. Spiritual seseorang akan mempengaruhi cara
pandangnya terhadap kesehatan dilihat dari perspektif yang luas. Fryback (1992) menemukan
hubungan kesehatan dengan keyakinan terhadap kekuatan yang lebih besar, yang telah
memberikan seseorang keyakinan dan kemampuan untuk mencintai. Kesehatan dipandang
oleh beberapa orang sebagai suatu kemampuan untuk menjalani kehidupan secara utuh.
Pelaksanaan perintah agama merupakan suatu cara seseorang berlatih secara spiritual.

Menurut Organisasi KesehatanDunia(WHO),seseorang dikatakan memasuki usia


lanjut (elderly), yaitu pada usia antara 60-74 tahun.Di usia ini, seseorang akan mengalami
penurunan baik pada faktor fisik maupun psikisnya. Tetapi kita harus ingat,bahwa
perkembangan setiap individu pada usia lanjut tidaklah sama (heterogen) meskipun usia
mereka sama. Perbedaan tersebut bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain adalah
faktor ekonomi, kesehatan, pendidikan,dan pola hidup dimasa mudanya. Diusia ini, individu
akan menghadapi berbagai permasalahan. Permasalahn tersebut antara lain adalah :

1.menurunnya kemampuan fisik

2. menurunnya aktivitas, sering mengalami gangguan Kesehatan

3. menurunnya kemampuan psikis.


Menurut Hurlock ,tahap terakhir dalam perkembangan ini dibagi menjadi usia lanjut dini
yang berkisar antara usia enampuluh sampai tujuh puluh tahun dan usia lanjut yang dimulai
pada usia tujuh puluh tahun hingga akhir kehidupan seseorang
- Orangtua muda atau usia tua (usia 65 hingga 74 tahun)
- Orangtua yang tua atau usia tua akhir (75 tahun atau lebih) (Baltes,
Smith&Staudinger, Charness&Bosmann)
- Orang tua lanjut (85 tahun atau lebih) dari orang-orang dewasa lanjut yang lebih
muda (Johnson&Perlin).
Penuaan merupakan proses ilmiah yang terjadi secara terus-menerus dalam kehidupan yang
ditandai dengan adanya perubahan-perubahan anatomik, fisiologik dan biomekanisme dalam
sel tubuh, sehingga mempengaruhi fungsi sel, jaringan dan organ tubuh.
Memasuki masa tua,sebagian besar lanjut usia kurang siap menghadapi dan
menyikapi masa tua tersebut, sehingga menyebabkan para lanjut usia kurang dapat
menyesuaikan diri dan memecahkan masalah yang dihadapi. Munculnya rasa tersisih, tidak
dibutuhkan lagi, ketidak ikhlasan menerima kenyataan baru seperti penyakit yang tidak
kunjung sembuh, kematian pasangan, merupakan sebagian kecil dari keseluruhan perasaan
yang tidak enak yang harus dihadapi lanjut usia.
Sejalan dengan bertambahnya usia, terjadinya gangguan fungsional, keadaan depresi
dan ketakutan akan mengakibatkan lanjut usia semakin sulit melakukan penyelesaian suatu
masalah. Sehingga lanjut usia yang masa lalunya sulit dalam menyesuaikan diri cenderung
menjadi semakin sulit penyesuaian diri pada masa-masa selanjutnya. Yang dimaksud dengan
penyesuaian diri pada lanjut usia adalah kemampuan orang yang berusia lanjut untuk
menghadapi tekanan akibat perubahan perubahan fisik, maupun sosial psikologis yang
dialaminya dan kemampuan untuk mencapaikeselarasan antara tuntutan dari dalam diri
dengan tuntutan dari lingkungan, yang disertai dengan kemampuan mengembangkan
mekanisme psikologis yang tepat sehingga dapat memenuhi kebutuhan–kebutuhan dirinya
tanpa menimbulkan masalah baru.
Gangguan psikologis yang dipandang paling berbahaya adalah sikap mereka yang
ingin tidak terlibat secara sosial. Sikap ini akan membuat mereka mudah curiga terhadap
orang lain, atau menuntut perhatian berlebihan, atau mengasingkan diri dengan munculnya
rasa tidak berguna dan rasa murung, rendah diri, bahkan juga mungkin akan menjadi sangat
apatis.
Selain permasalahan di atas, lansia juga memiliki tugas perkembangan yang lebih
banyak berkaitan dengan kehidupan pribadi mereka, Havighurst menyebutkan bahwa tugas
perkembangan lansia tersebut antara lain harus menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan
berkurangnya income keluarga, menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup dan
sebagainya. Kondisi ini tentunya akan sangat mempengaruhi kebahagiaan para lansia, namun
tidak semua lansia merasakan hal yang sama terhadap masalah mereka, ada juga lansia yang
mampu meminimalisir permasalahan yang mereka rasakan dengan cara memiliki tingkat
religiusitas yang tinggi.
Pada periode lanjut usia, terjadi berbagai penurunan kemampuan berpikir. Mereka
juga lebih banyak mengingat masa lalu dan sering kali melupakan apa yang baru
diperbuatnya. Kemampuan untuk memusatkan perhatian, berkonsentrasi dan berpikir logis
menurun, bahkan sering kali terjadi loncatan gagasan.Al-Qur’an menggambarkan peride ini
sebagai periode di mana manusia dipanjangkan umurnya pada umur yang paling lemah,
sebagaimana berikut:“Allah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu, di antara kamu
ada yang dikembalikan pada umur yangpaling lemah (pikun), supaya dia tidak mengetahui
segala sesuatupun yang pernah diketahuinya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Lagi
Maha Bijaksana”.(QS Al-Nahl: 70)
Pada masa ini, mereka juga usianya telah semakin mendekati akhir kehidupan, sehingga
mereka lebih banyak mengingat kematian daripada sebelumnya.
Myers menyebutkan bahwa ada dua kategori utama yang dihadapi oleh lansia yaitu:
* pertama adalah masalah pribadi atau personal yang berhubungan dengan kematian,
perasaan ketergantungan atau mandiri, kesehatan, penerimaan diri terutama dalam
menghadapi perubahan yang berhubungan dengan usia.

* kedua berhubungan dengan masalah sosial atau interpersonal yang meliputi


hubungan dengan orang lain, teman, keluarga, kebutuhan seksual, kesepian, serta
keterasingan dari anggota kelompok.

Sedangkan Indarwati menambahkan permasalahan pada lansia yang didiagnosa dan


membutuhkan perawatan khusus adalah duka cita maladaptif, distres spiritual, koping
individu inefektif, gangguan konsep diri (kehilangan peran kerja).

Lansia adalah bagian individu yang terintegratif dalam suatu siklus perkembangan
dan rentan dengan beragam masalah yang berkaitan dengan sakit fisik, psikologis dan
spiritual. Orang berusia lanjut menjadi lebih tertarik pada kegiatan keagamaan karena hari
kematiannya semakin dekat, atau karena mereka sangat tidak mampu, tetapi pada umumnya
mereka tidak harus tertarik pada kegiatan keagamaan karena pertimbangan kegiatan tersebut
dapat menciptakan minat baru atau dapat merupakan titik perhatian baru

Suatu analisis dari studi penelitian yang berhubungan dengan sikap terhadap kegiatan
keagamaan dan agama pada usia tua membuktikan bahwa ada fakta-fakta tentang
meningkatnya minat atau motivasi terhadap agama sejalan dengan bertambahnya usia dan
ada pula fakta-fakta yang menunjukkan menurunnya minat terhadap agama pada usia
tersebut.

Bagaimanapun juga, perubahan minat atau motivasi dan sikap terhadap kegiatan
keagamaan merupakan ciri orang berusia lanjut dalam kebudayaan Amerika dewasa ini.
Perubahan yang paling umum terjadi dan akibatnya terhadap penyesuaian individu dan sosial
selama usia lanjut. Apapun alasan seseorang untuk tertarik pada agama, kehadiran pada
kegiatan keagamaan dan partisipasi dalam organisasi keagamaan merupakan bukti bahwa
sikap dan partisipasi semacam itu memperkuat proses penyesuaian secara baik pada usia tua.

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa terlihat ada hubungan yang positif antara
agama, spiritualitas dan well being. Di Amerika, lansia Afrika Amerika dan kelompok
minoritas lainnya mempunyai tingkat komitmen beragama dan partisipasi daripada kaum
mudanya. Hasil penelitian ini menghasilkan sesuatu yangpositif yaitu kuatnya sistem
keyakinan didalam diri, menemukan kebenaran pada kekuatan yang lebih tinggi, dan
akhirnya akan membawa pada kebermaknaan dalam kehidupan sehari-hari bagi lansia, dan
sistem keyakinan ini akan membuat hilangnya stereotip negatif pada lansia.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Lansia

1.1. Lanjut Usia

Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia enam puluh tahun ke atas (UU
No.13 tahun 1998). Sedangkan menurut WHO lanjut usia meliputi:

1) usia pertengahan (Middle Age), yaitu kelompok dengan rentang usia 45-59 tahun,

2) usia lanjut (Elderly), yaitu kelompok dengan rentang usia antara 60-70 tahun,

3) lanjut usia tua (Old), yaitu kelompok dengan rentang usia antara 75-90 tahun,

4) usia sangat tua (Very Old) kelompok dengan rentang usia 90 tahun ke atas
(Setyoadi & Kusharyadi, 2010).

Menurut UU kesehatan No.23 tahun 1992, pasal 19 ayat 1 (Fatimah, 2010),


merumuskan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan
biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial. Perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh
aspek kehidupan, termasuk kesehatannya. Oleh karena itu, kesehatan usia lanjut perlu
mendapatkan perhatian khusus dengan tetap dipelihara dan ditingkatkan agar selama
mungkin dapat hidup secara produktif sesuai dengan kemampuan sehinnga dapat ikut serta
berperan aktif dalam pembangunan (Fatimah, 2010). Dari kedua definisi diatas dapat
disimpulkan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang sudah berusia 65 tahun ke atas dan juga
yang telah mengalami perubahan-perubahan yang meliputi perubahan fisik, biologis,
kejiwaan, dan sosialyang mengakibatkan penurunan fungsi-fungsi pada anggota tubuh.

1.2. Batasan Lanjut Usia


Usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia berbeda-beda, beberapa pendapat para
ahli tentang batasan usia adalah sebagai berikut :
1.Menurut WHO dalam Fatmah (2010), lansia dikelompokan menjadi 4 kelompok yaitu :
a.Usia pertengahan (middle age) : usia 45-59 tahun
b.Lansia (elderly) : usia 60-74 tahun
c.Lansia tua (Old) : usia 75-90 tahun
d.Usia sangat tua (Very Old) : usia diatas 90 tahun
2.Menurut Departemen RI (2006) memberikan batasan lansia sebagai berikut:
a.Virilitas (Prasenium) : masa persiapan usia lanjut yang menampakan kematangan
jiwa (usia 55-59 tahun).
b.Usia lanjut dini (Senescen) : kelompok yang mulai memasuki masa usia lanjut dini
(60-64 tahun).
c.Lansia beresiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif : usia diatas
65 tahun (Fatmah, 2010).
3.Menurut Jos Masdani (dalam Kushariyadi, 2010) psikolog dari Universitas Indonesia,
kedewasaan dibagi empat bagian:
a.Fase Iuventus (usia 25-40 tahun).
b.Fase verilitas (usia 40-50 tahun).
c.Fase Prasenium (usia 55-65tahun).
d.Fase senium (usia 65 tahun hingga tutup usia).

4.Menurut Hurlock (1979, dalam Kushariyadi, 2010), perbedan lanjut usia ada dua tahap
:a.Early old age (usia 60-70 tahun).b.Advanced old age (usia>70 tahun).
5.Menurut Burnsie (1979, dalam Kushariyadi, 2010), ada empat tahap lanjut usia yaitu :
a.Young old (usia 60-69 tahun)
.b.Middle age old (usia 70-79 tahun).
c.Old-old (usia 80-89 tahun).
d.Very old-old (usia>90 tahun).
1.3. Proses Menua
Proses menua atau menjadi tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehinga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang
diderita. Seiring dengan proses menua tersebut, tubuh akan mengalami berbagai masalah
kesehatan yang biasa disebut sebagai penyakit degeneratif (Maryam, et al, 2008)
Berdasarkan pernyataan ini, lanjut usia dianggap sebagai penyakit. Hal ini tidak
benar, karenaGerontology berpendapat bahwa usia lanjut bukanlah suatu penyakit, melainkan
suatu masa atau tahapan hidup manusia, yaitu; bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, dan lanjut
usia (Nugroho, 2010).

1.4 .Teori Proses Menua


Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah
melalui tiga tahap kehidupannya yaitu anak, masa dewasa dan masa tua.
Menurut Potter & Perry (2005) proses menua dibagi menjadi beberapa teori sebagai berikut:

1.Teori Biologisa.

Teori Radikal BebasTeori ini menyatakan bahwa penuaan disebabkan akumulasi


kerusakan ireversibel akibat senyawa pengoksidan. Radikal bebas adalah produk
metabolisme selular yang merusakan bagian molekul yang sangat reaktif. Molekul ini
mempunyai muatan ekstraseluler kuat yang kuat yang dapat menciptakan reaksi dengan
protein, mengubah bentuk bentuk dan sifatnya; molekul ini juga dapat bereaksi dengan lipid
yang berada dalam membrane sel, mempengaruhi permeabilitasnya, atau dapat berikatan
dengan organel sel lainnya. Proses metabolisme oksigen diperkirakan menjadi sumber radikal
bebas terbesar. Secara spesifik, oksidasi lemak, protein dan karbohidrat dalam tubuh
menyebabkan formasi radikal bebas. Polutan lingkungan merupakan sumber eksternal radikal
bebas (Christiansen Dan Crzybowsky, 1993 dalam Potter & perry,2005)

a.Teori Cross Link

Teori cross link dan jaringan ikat menyatakan bahwa molekul kolagen dan elastin,
komponen jaringan ikat, membentuk senyawa yang lama meningkatkan rigiditas sel, cross-
linkage diperkirakan akibat reaksi kimia yang menimbulkan senyawa antara molekul-molekul
yang normalnya terpisah. Kulit yang menua merupakan contoh cross-linkage elastin. Contoh
cross-linkage jaringan ikat terkait usia meliputi penurunan kekuatan rentang dinding arteri,
tanggalnya gigi, dan tendon kering dan berserat ( Ebersole dan Hess, 1994 dalam Potter &
Perry, 2005).

b.Teori Imunologiosteori

ini menggambarkan suatu kemunduran dalam sistem imun yang berhubungan dengan
penuaan. Ketika orang bertambah tua, pertahanan mereka terhadap organisme asing yang
mengalami penurunan, sehingga mereka lebih rentan untuk menderita berbagai penyakit
seperti kanker dan infeksi. Seiring dengan berkurangnnya fungsi sitem imun, terjadilah
peningkatan dalam respon autoimun tubuh. Ketika orang mengalami penuaan mereka
mungkin mengalami penyakit autoimun yaitu penyakit dimana sistem kekebalan tubuh salah
mengidentifikasi benda asing, dimana sel, jaringan atau organ tubuh manusia justru dianggap
sebagai benda asing sehingga dirusak oleh antibody, seperti Atritis Rematoid (Potter & Perry,
2005).

c.Teori Wear and Tear

Teori ini mengatakan bahwa manusia di ibaratkan seperti mesin, sehingga perlu
adanya perawatan, dan penuaan merupakan hasil dari penggunaan (Potter & Perry, 2005).

d.Teori Riwayat Lingkungan

Menurut teori ini faktor-faktor didalam lingkungan misalnya karsinogen dari industri,
cahaya matahari, trauma dan infeksi dapat membawa perubahan dalam proses penuaan,
dampak dari lingkungan lebih merrupakan dampak sekunder dan bukan merupakan faktor
utama dalam penuaan (Potter & Perry, 2005).

2.Teori Sosiala.

teori pembebasanMenurut Potter & Perry (2005) salah satu teori sosial yang
berkenaan dengan proses penuaan adalah teori pembebasan (Disengagement Theory). Teori
tersebut menerangkan bahwa dengan berubahnya usia seseorang secara berangsur-angsur
mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menggambarkan proses penarikan diri.
Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lansia menurun, baik secara kualitatif maupun
kuantitasnya sehingga sering terjadi kehilangan ganda yaitu:

1.Kehilangan peran

2.Hambatan kontrol social


3.Berkurangnya komitmen.

Teori Aktifitas Lawan langsung dari teori pembebasan (Disengagement Teory) adalah
teori aktifitas penuaan, yang berpendapat bahwa jalan menuju penuan yang sukses adalah
dengan cara tetap aktif dan ikut banyak dalam kegitan sosial. Havighurst yang pertama kali
menulis tentang pentingnya tetap aktif secara sosial sebagai alat untuk penyesuaian diri yang
sehat untuk lansia pada tahun 1952. Sejak saat itu, berbagai penelitian telah memvasilidasi
hubungan positif antara mempertahankan interaksi yang penuh arti dengan orang lain dan
kesejahteraan fisik dan mental orang tersebut.

Teori KesinambunganSementara itu Potter & Perry (2005) menyebutkan bahwa teori
ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia. Dengan demikian
pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ini
menjadi lansia.Pokok-pokok dari teori kesinambungan adalah:
1.lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam proses
penuaan, akan tetapi didasarkan pada pengalamannya dimasa lalu, dipilih peran apa yang
harus dipertahankan atau dihilangkan.
2.Peran lansia yang hilang tak perlu diganti.
3.Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai cara adaptasi.

a. Teori Psikologisa.Hirarki Maslow


Motivasi manusia dapat dilihat dari hirarki kebutuhan pada titik krisis pertumbuhan dan
perkembangan pada semua manusia. Individu dapat dilihat pada partisipasi aktif dalam hidup
sampai aktualisasi diri (Potter & Perry, 2005).
b . Jung’s Teory of Individualisme
Perkembangan dilihat sampai dewasa dengan realisasi tujuan perkembangan
kepribadian. Pada beberapa individu akan mentranformasikan kepada hal-hal optimal (Potter
& Perry, 2005).
c. Selective Optimalization with Compensation
Kemampuan fisik dikurangi oleh umur. Individu dengan berhasil pada usiannya akan
mengkonsumsi kekurangan dengan seleksi, optimasi dan kompensasi (Potter & Perry, 2005)
Setiap orang mengalami tahap perkembangan selama hidupnya. Pada beberapa tahap akan
krisis tujuan yang mengintegrasikan kematangan fisik dengan keinginan psikologinya. Pada
beberapa tahap orang berhasil mengatasi krisis tersebut. Keberhasilan tersebut akan
membantu perkembangan pada tahap selanjutnya. Individu ingin selalu memperoleh peluang
untuk bekerja kembali sesuai perasaanya untuk mencapai kesuksesannya (Potter & Perry,
2005).
Adapun tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut :
a.Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun.

b.Mempersiapkan diri untuk pensiun.

c.Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya.

d.Mempersiapkan kehidupan baru.

e.Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan social atau masyarakat secara santai.

f.Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan.

1.5 Tipe Lansia


Beberapa tipe usia lanjut bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan,
kondisi fisik, mental, sosial dan ekonomi tipe tersebut anatara lain:
1.Tipe Arif BijaksanaKaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan,
memenuhi undangan dan menjadi panutan.
2.Tipe Mandiri Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam
mencari pekerjaan, teman bergaul dan memenuhi undangan.
3.Tipe Tidak Puas Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi
pemarah, tidak sabar, mudah tesinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut.

4.Tipe Pasrah Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, ringan
kaki, pekerjaan apa saja dilakukan.

5.Tipe Bingung, kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal,


pasif dan acuh tak acuh (Maryam, et al, 20)

1.6 Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia


1.6.1 Perubahan Fisik
perubahan fisik yang terjadi pada seseorang lansia secara fisik meliputi perubahan dari
tingkat sel sampai keseluruh sistem organ tubuh, diantaranya sistem respirasi, kardiovaskuler,
persarafan, musculoskeletal, indera, (pendengaran, penglihatan, pengecap dan pembau,
peraba) gastrointestinal, genitourinaria, vesika urinaria, vagina, endokrin, integument
(Maryam, et al, 2008).
1.1 Sistem Respirasi Pada Lansia
Menurut Nugroho (2008) pada lansia terjadi respirasi yang meliputi,
1) adanya perubahan otot pernapasan yang berubah menjadi kaku dan kehilangan
kekuatan,
2) menurunnya elastisitas paru, melebar, dan jumlahnya menurun, menyebabkan
terganggunya proses difusi,
3) penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk sehingga potensial
terjadi penumpukan secret,
4) terjadi penyempitan bronkus,
5) kemampuan batuk berkurang, sehingga potensial terjadinya obtruksi.
1.2 Sistem Kardiovaskular
Pada sistem kardiovaskular lansia mengalami perubahan
1) katup jantung menebal dan kaku,
2) kemampuan memompa darah menurun, hal ini menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya,
3) elastisitas pembuluh darah menurun,
4) tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
(Maryam, et al, 2008).
1.3 Sistem Persarafan
Perubahan pada sitem persarafan lansia meliputi
1) saraf pancaindra mengecil sehingga fungsinya menurun serta lambat dalam
merespon,
2) berkurangnya atau hilangnya lapisan myelin akson, sehingga menyebabkan
berkurangnya respon motorik dan reflek (Maryam, et al, 2008).
1.4 Sistem Muskuloskeletal
Menurut Maryam, et al (2008) terjadi perubahan pada cairan tulang menurun sehingga mudah
rapuh (osteoporosis), bungkuk (kifosis), persendian membesar dan kaku (atropi otot) tendon
mengerut, kram, tremor, tendon mengerut, dan mengalami sclerosis.
1.5 Sistem Panca Indera
Menurut Nugroho (2008) sistem panca indera lansia akan mengalami gangguan dan
kemunduran diantaranya pada sitem pendengaran, penglihatan, pengecap, dan pembau, serta
peraba.
1.6.2 Perubahan Mental

Dan PsikologisMenurut Maryam, et al (2008) perubahan psikologis pada lansia


meliputi short term memory, frustasi, kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut
menghadapi kematian, perubahan keinginan, depresi dan kecemasan.Dalam psikologi
perkembangan, lansia dan perubahan yang di alaminya akibat proses penuaan digambarkan
oleh hal-hal berikut :

1) keadaan fisik lemah tak berdaya, sehingga harus bergantung pada orang lain,

2) status ekonominya sangat terancam, sehingga cukup beralasan untuk melakukan


berbagai perubahan besar dalam pola hidupnya,

3) menentukan kondisi hidup yang sesuai dengan perubahan status ekonomi dan
kondisi fisik.

Menurut Nugroho (2008) terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental antara
lain

1) perubahan fisik, khususnya organ perasa,

2) kesehatan umum,

3) tingkat pendidikan,

4) keturunan,

5) lingkungan,

6) gangguan saraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian,

7) gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan,

8) rangkaian kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan keluarga

Anda mungkin juga menyukai