Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Manusia dan tingkah lakunya memiliki banyak keunikan. Tingkah laku pada dirinya memiliki
dampak pada dirinya sendiri maupun orang lain. Sebagian dari tingkah laku juga memiliki
manfaat ataupun dampak positif namun bias juga mendapatkan dampak negatif. Tingkah laku
yang muncul juga memiliki sebab yang berbeda-beda dan digolongkan dalam dua
kategori,yaitu tingkah laku normal dan abnormal.

Tingkah laku normal yaitu tingkah laku yang dapat diterima leh masyarakat atau lingkungan
sekitar. Tingkah laku yang normal yaitu memiliki pola attitude atau sikap yang sesuai dengan
pola kelompok individu itu berada , sehingga terciptanya relasi interpersonal dan intersosial
pada lingkungan tersebut. Pribadi yang normal secara relatif memiliki integrasi jasmani dan
rohani yang ideal, kehidupan psikis secara stabil.

Kriteria pribadi yang normal di deksripsikan oleh Masloww dan Mittelman sebagai berikut:

 Memiliki perasaan aman (sense of security) yang tepat.


 Memiliki penilaian diri (self evaluation) dan insight/wawasan rasional. Juga memiliki
harga diri yang cukup dan tidak berlebihan.
 Memiliki spontanitas dan emosionalitas yang tepat.
 Memiliki kontak secara efisien.
 Memiliki dorongan-dorongan nafsu jasmaniah yang sehat, dan memiliki kemampuan
attitude untuk memenuhi dan memuaskan.
 Mempunyai pengetahuan diri yang cukup antara lain bisa menghayati motif-motif
hidupnya dalam status sadar.
 Mempunyai tujuan hidup yang kuat.
 Memiliki kemampuan belajar dari pengalaman hidupnya.
 Ada kesanggupan untuk memuaskan tuntutan-tuntutan dan kebutuhan-kebutuhan dari
kelompok individu berada.
 Ada sikap emansipasi yang sehat terhadap kelompoknya dan terhadap
kebudayaannya.
 Ada integrasi kepribadiannya.
 Pribadi abnormal pada umumnya dihinggapi gangguan mental
 Ada kelainan-kelainan/ abnormalitas pada mentalnya. Orang-orang yang memiliki
sikap abnormalitas pada umumnya memiliki banyak konflik batin maupun jiwanya
yang tidak stabil. Banyak sekali gangguan-gangguan yang ada pada sikap abnormal.

Perilaku abnormal memiliki beberapa definisi. Banyak perilaku abnormalitas yang


berkembang di masyarakat. Perilaku abnormal adalah salah satu cabang ilmu psikologi yang
menyelidiki masalah gangguan mental dan abnormalitas jiwa ( kartini, 2000). Perilaku
abnormal bagian dari kenyataan yang kita hadapi dalam kehidupan. Tanpa disadari prilaku
abnormalitas berada di sekitar kita. Ia dapat berbentuk perilau-perilaku yang jarang
dilakukan, tidak sesuai dengan norma, menyebabkan stress pribadi, tidak diharapkan dan
difungsi perilaku (Davison, Neale, dan Kring,2004). Saat ini banyak sekali warga yang
kurang tau adanya perilaku abnormal, sehingga sering di artikan dengann keliru.

Perilaku abnormal merupakan tampilan dari kepribadian seseorang dan tampilan luar atau
tampilan kedua-duanya. Perilaku abnormal juga bisa disebut perilaku, spesifik, phobia, atau
perilaku-perilaku yang mendalamnya. Perilaku abnormal juga disebut masalah-masalah yang
berkepanjangan atau bersikap kronis dan gangguan-gangguan yang gejalanya akut dan
temporer. Sifat-sifat yang tidak wajar itu juga disebut sebagai perilaku abnormal.

RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian abnormal?


2. Apa yang dimaksud dengan abnormalitas perspektif historis dan kontemprorer?
3. Apa saja konsep normal dan abnormal?
4. Bagaimana model atau perilaku abnormal?
5. Apa penyebab perilaku abnormal?

TUJUAN PEMBAHASAN

1. Untuk mengetahui pengertian psikologi abnormal.


2. Untuk mengetahui abnormalitas perspektif historis dan kontemprorer.
3. Untuk mengetahui kosep normal dan abnormal.
4. Untuk mengetahui model perilaku abnormal.
5. Untuk mengetahui penyebab perilaku abnormal.

ii
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Abnormal

Psikologi abnormal memiliki beberapa definisi, sebagai berikut:

Menurut Kartini Kartono (2000:25), psikologi abnormal adalah salah satu cabang ilmu
psikologi yang menyelidiki segala bentuk gangguan mental dan abnormalitas jiwa.

Singgih Dirgagunarsa (1999:40) mendefinisikan psikologi abnormal atau psikopatologi yang


berhubungan dengan kelainan atau kehambatan kepribadian, yang menyangkut proses da nisi
kejiwaan.

Dari dua definisi diatas dapat diidentifikasi pokok-pokok psikologi abnomalitas sebagai
berikut:

Psikologi abnormalitas merupakan merupakan cabang psikologi atau psikologi khusus.

Pembahasan dalam psikologi abnormalitas yaitu segala gangguan atau kelainan jiwa baik
yang menyangkut isi (apa saja yang mengalami kelainan) maupun proses (mengenai proses
penyebab, manifestasi, dan akibat dari gangguan tersebut)

B. Abnomalitas Perspektif Historis Dan Kontemporer.


1. Perspektif Historis

Pada abad pertengahan kepercayaan tentang kerasukan makin meningkat pengaruhnya dan
pada akhirnya mendominasi pemikiran di zaman pertengahan. Doktrin tentang penguasaan
oleh roh jahat meyakini bahwa perilaku abnormal merupakan suatu tanda kerasukan oleh roh
jahat atau iblis. Rupanya, hal seperti ini masih dapat dijumpai di negara kita, khususnya di
daerah pedalaman.

 Model Demonologi

Arkeolog menemukan lubang sebesar telor pada tengkorang manusia.Perilaku abnormal


merefleksikan serbuan/ invasi dari roh-roh jahat. Lubang di atas ditujukan untuk jalan agar
roh-roh yang marah dapat keluar. Threpination untuk membatasi agar masyarakat berperilaku

1
baik. Model ini mengaitkan perilaku abnormal dengan supranatural atau hal-hal gaib. Yunani
Kuno : dewa-dewa memperlakukan mereka seperti mainan, jika dewa marah maka terciptalan
bencana alam bahkan ketidakwarasan. Orang yang berperilaku abnormal dimasukkan ke
dalam kuil untuk dipersembahkan kepada dewa Aesculapius (penyembuh).

 Asal Mula Model Medis

Dalam “Cairan Tubuh Manusia Memicu Penyakit”. Hipocrates (460 SM) bapak ilmu
kedokteran, meyakini bahwa perilaku abnormal terjadi karena ketidakseimbangan cairan
dalam tubuh. Orang yang tidak bertenaga atau lambat diyakini memiliki kelebihan lendir
(plegm) Kelebihan cairan empedu hitam diyakini menyebabkan depresi atau melankolia.
Terlalu banyak cairan darah menimbulkan disposisi sanguinis: ceria, percara diri, optimis.
Kelebihan cairan empedu kuning membuat orang-orang menjadi muram dan koleris (cepat
marah). Meskipun teorinya sudah tidak lagi dianut, Hipocrates berhasil menyangkal
pendekatan demonologis dan menggolongkan perilaku abnormal ke dalam tiga bagian, yakni:

Melankolia untuk menandai depresi yang berlebihan.Maniak untuk mengacu pada


kegembiraan yang berlebihan.Frenitis (peradangan otak) untuk menandai bentuk perilaku
yang aneh, yang mungkin saat ini disebut schizofrenia.

 Zaman Pertengahan (475-1450M)

Setelah kepergian Galen, doktrin akan kekuatan supranatural sebagai penyebab perilaku
abnormal dikuatkan kembali oleh Gereja Katolik Roma. Upaya penanganan dengan Upacara
Pengusiran Roh Jahat. Metodenya: berdo’a, mengayun-ayunkan tanda salib, memukul dan
mencambuk. Jika tak kunjung sembuh, disiksa dengan alat yang sangat menyakitkan, dengan
harapan si penderita dapat termotivasi untuk menyesuaikan perilaku mereka dengan
masyarakat.

Ilmu Sihir (akhir abad 15 - akhir abad 17)

Perempuan-perempuan yang dituduh sebagai penyihir disiksa dan dibunuh, karena dianggap
meracuni hasil panen atau memakan bayi-bayi mereka. Ada panduan untuk menyelidiki
orang-orang yang dicurigai sebagai penyihir. Lebih dari 100.000 penyihir dibunuh pada 2
abad berikutnya. Tes “diagnostik” dengan menenggelamkan orang yang dicurigai (logam
murni). Akademisi modern meyakini bahwa “penyihir” yang meyakini diri mereka dapat

2
terbang, atau berhubungan dengan iblis, benar adanya dan ini merupakan fenomena
psikologis yang dikenal sebagai halusinasi pada gangguan schizofrenia.

Rumah Sakit Jiwa (akhir abad 15 - awal abad 16)

RSJ atau penampungan orang gila menjamur di Eropa, juga bekas Leprosarium. RSJ sebagai
perlindungan bagi orang gila dan pengemis.

Tempat yang sangat mengerikan, sebab sebagian dari mereka dirantai di tempat tidur dan
dibiarkan berbaring di tengah kotoran mereka, atau berkeliaran tanpa ada yang membantu.
Salah satu RSJ di London menyediakan tiket untuk menonton perilaku aneh dari penghuni
RSJ. Mereka dapat menonton layaknya pertunjukan sirkus binatang.

Pada abad pertengahan kepercayaan tersebut makin meningkat pengaruhnya dan pada
akhirnya mendominasi pemikiran di zaman pertengahan. Doktrin tentang penguasaan oleh
roh jahat meyakini bahwa perilaku abnormal merupakan suatu tanda kerasukan oleh roh jahat
atau iblis. Rupanya, hal seperti ini masih dapat dijumpai di negara kita, khususnya di daerah
pedalaman. Pernah saya melihat di tayangan televisi yang mengisahkan tentang seorang ibu
dirantai kakinya karena dianggap gila. Oleh karena keluarga meyakini bahwa sang ibu
didiami oleh roh jahat, maka mereka membawa ibu ini pada seorang tokoh agama di desanya.
Dia diberi minum air putih yang sudah didoakan. Mungkin inilah gambaran situasi pada abad
pertengahan berkaitan dengan penyebab perilaku abnormal.

2. Perspektif Kontemporer

Keyakinan-keyakinan dalam hal kerasukan roh jahat tetap bertahan hingga bangkitnya ilmu
pengetahuan alam pada akhir abad ke 17 dan 18. Masyarakat secara luas mulai berpaling
pada nalar dan ilmu pengetahuan sebagai cara untuk menjelaskan fenomena alam dan
perilaku manusia. Akhirnya, model-model perilaku abnormal juga mulai bermunculan,
meliputi:

 Perspektif Biologis

Seorang dokter Jerman, Wilhelm Griesinger (1817-1868) menyatakan bahwa perilaku


abnormal berakar pada penyakit di otak. Pandangan ini cukup memengaruhi dokter Jerman
lainnya, seperti Emil Kraepelin (1856-1926) yang menulis buku teks penting dalam bidang
psikiatri pada tahun 1883. Ia meyakini bahwa gangguan mental berhubungan dengan
penyakit fisik. Memang tidak semua orang yang mengadopsi model medis ini meyakini

3
bahwa setiap pola perilaku abnormal merupakan hasil dari kerusakan biologis, namun mereka
mempertahankan keyakinan bahwa pola perilaku abnormal tersebut dapat dihubungkan
dengan penyakit fisik karena ciri-cirinya dapat dikonseptualisasikan sebagai simtom-simtom
dari gangguan yang mendasarinya.

 Perspektif Psikologis

Sigmund Freud, seorang dokter muda Austria (1856-1939) berpikir bahwa penyebab perilaku
abnormal terletak pada interaksi

antara kekuatan-kekuatan di dalam pikiran bawah sadar. Model yang dikenal sebagai model
psikodinamika ini merupakan model psikologis utama yang pertama membahas mengenai
perilaku abnormal.

 Perspektif Sosiokultural

Pandangan ini meyakini bahwa kita harus mempertimbangkan konteks-konteks sosial yang
lebih luas di mana suatu perilaku muncul untuk memahami akar dari perilaku abnormal.
Penyebab perilaku abnormal dapat ditemukan pada kegagalan masyarakat dan bukan pada
kegagalan orangnya. Masalah-masalah psikologis bisa jadi berakar pada penyakit sosial
masyarakat, seperti kemiskinan, perpecahan sosial, diskriminasi ras, gender, gaya hidup, dan
sebagainya.

 Perspektif Biopsikososial

Pandangan ini meyakini bahwa perilaku abnormal terlalu kompleks untuk dapat dipahami
hanya dari salah satu model atau perspektif. Mereka mendukung pandangan bahwa perilaku
abnormal dapat dipahami dengan paling baik bila memperhitungkan interaksi antara berbagai
macam penyebab yang mewakili bidang biologis, psikologis, dan sosiokultural.

C. Konsep Normal Dan Abnormal.

Normal adalah keadaan sehat (tidak patologis) dalam hal fungsi keseluruhan. Sedangkan
Abnormal adalah menyimpang dari yang normal (tidak biasa terjadi). (Maramis,
1999).Perilaku Normal adalah perilaku yang adekuat (serasi dan tepat) yang dapat diterima
oleh masyarakat pada umumnya. Sedangkan Perilaku Pribadi Abnormal adalah sikap hidup
yang sesuai dengan pola kelompok masyarakat tempat seseorang berada sehingga tercapai
suatu relasi interpersonal dan intersosial yang memuaskan. (Kartini Kartono, 1989).Perilaku

4
Abnormal adalah suatu perilaku yang berbeda, tidak mengikuti peraturan yang berlaku, tidak
pantas, mengganggu dan tidak dapat dimengerti melalui kriteria yang biasa.Normal dan
abnormal perlu dipertimbangkan dari berbagai aspek dan pendekatan. Profesor Suprapti
Sumarno (1976), ada dua pendekatan dalam membuat pedoman tentang normalitas:

1. Pendekatan Kuantitatif

Pendekatan yang didasarkan atas patokan statistik dengan melihat pada sering atau tidaknya
sesuatu terjadi dan acapkali berdasarkan perhitungan maupun pikiran awam.

Misal, perilaku makan sepuluh kali dalam sehari.

2. Pendekatan Kualitatif

Pendekatan yang didasarkan observasi empirik pada tipe-tipe ideal dan sering terikat pada
faktor sosial kultural setempat.Misal, perilaku menangis berlebihan hingga menjerit-jerit pada
mereka yang sedang mengalami kehilangan seseorang di suatu lingkungan budaya.Jadi, batas
antara normal dengan abnormal bukan dilihat sebagai dua kutub yang berlawanan, melainkan
lebih berada dalam satu kontinum sehingga garis yang membedakan sangatlah tipis.

D. Model Atau Bentuk Perilaku Abnormal.

Ada berbagai macam gangguan mental yang dianggap sebagai bentuk Psikologi Abnormal.
Di bawah ini merupakan contohnya, tetapi tidak terbatas pada yang tercantum pada contoh di
bawah:

1. Skizofrenia.

Skizofrenia dapat digambarkan sebagai gangguan yang menyebabkan hilangnya sentuhan


ekstrim dengan kenyataan. Sifat psikotik skizofrenia memanifestasikan dirinya melalui
delusi, serta halusinasi pendengaran dan visual. Skizofrenia diketahui memiliki etiologi
genetik, serta komponen biologis lainnya seperti gangguan otak pada periode perkembangan
prenatal.

2. Gangguan Pemusatan Perhatian Dan Hiperaktivitas

Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) ditandai dengan kurangnya perhatian dan
impulsif hiperaktif dalam jumlah tinggi. Gejala lalai termasuk tidak mendengarkan, kesalahan

5
ceroboh, disorganisasi, kehilangan barang, mudah terganggu, dan pelupa. Gejala impulsif
hiperaktif termasuk gelisah, berbicara berlebihan, dan menyela orang lain.

3. Gangguan Kepribadian Antisosial

Gangguan kepribadian antisosial dapat digambarkan sebagai sekelompok ciri kepribadian


yang mengarah pada hasil tertentu dan melanggar hak orang lain. Ciri-ciri kepribadian ini
termasuk tidak berperasaan, tipu daya, tanpa belas kasihan, kurangnya empati, manipulatif,
impulsif, dan kebesaran. Ciri-ciri tambahan mungkin termasuk pesona yang dangkal,
pergaulan bebas, dan kebohongan patologis.

4. Gangguan Identitas Disosiatif

Gangguan identitas disosiatif (DID) melibatkan satu individu yang memiliki kepribadian
ganda. Mereka dengan DID digambarkan memiliki banyak diri yang masing-masing
memiliki kesadaran dan kesadaran mereka sendiri.

DID memiliki dua etiologi utama, yaitu model pasca-trauma dan sosio-kognitif. Model pasca-
trauma menyatakan bahwa DID disebabkan oleh trauma masa lalu yang tak terhindarkan,
seperti penganiayaan anak. Anak memisahkan dan membentuk kepribadian alternatif sebagai
mekanisme koping dalam menanggapi trauma saat ini. Bahkan ketika trauma berakhir,
kepribadian terus mengganggu kehidupan seseorang secara longitudinal. Model sosio-
kognitif menyatakan bahwa orang secara implisit. Bertindak seolah-olah mereka memiliki
kepribadian ganda dan ini dilakukan untuk menyelaraskan dengan norma-norma budaya.

5. Gangguan Kecemasan Sosial

Mereka yang memiliki gangguan kecemasan sosial (SAD) memiliki ketakutan yang sangat
kuat terhadap situasi sosial. Ketakutan ini berasal dari keyakinan bahwa orang tersebut akan
dievaluasi secara negatif, atau mempermalukan diri mereka sendiri. SAD juga dianggap
sebagai salah satu gangguan mental yang lebih melumpuhkan. Gejala gangguan ini termasuk
ketakutan di sebagian besar, jika tidak semua situasi sosial. SAD dapat berkembang setelah
pengalaman traumatis dan/atau memalukan terjadi saat orang tersebut diamati oleh orang
lain.

6
6. Gangguan Kecemasan Umum

Gangguan kecemasan umum ditandai dengan keadaan khawatir dan cemas yang konstan dan
kronis yang terkait dengan berbagai macam situasi, dan sulit dikendalikan. Gejala tambahan
mungkin termasuk lekas marah, kelelahan, kesulitan konsentrasi, dan kegelisahan.

7. Fobia Spesifik

Individu dengan fobia spesifik memiliki ketakutan yang ekstrim dan penghindaran dari
berbagai objek atau situasi. Secara khusus, ketakutan menjadi fobia ketika ada ketakutan
yang berlebihan dan tidak masuk akal yang tidak proporsional dengan budaya di mana
individu tersebut berada. Contoh fobia spesifik termasuk, tetapi tidak terbatas pada, fobia
sekolah, darah, Cedera, jarum, binatang kecil, dan ketinggian

8. Gangguan Stres Pascatrauma

Gangguan stres pascatrauma (PTSD) digambarkan sebagai kegagalan untuk mengatasi


pengalaman traumatis. PTSD dapat mewujudkan berbagai macam gejala termasuk, namun
tidak terbatas pada Mimpi Buruk, kilas balik, penghindaran dan/atau reaksi fisiologis yang
berkaitan dengan rangsangan mengenai trauma, rasa malu, rasa bersalah, kemarahan,
kewaspadaan berlebihan, dan penarikan sosial.Gejala PTSD dapat muncul karena berbagai
pengalaman yang melibatkan kekerasan, cedera, atau kematian yang aktual atau terancam.
Pengalaman langsung, menyaksikan, atau belajar tentang pengalaman traumatis mungkin
dapat mengarah pada perkembangan PTSD.

E. Penyebab Perilaku Abnormal.

Penyebab psikologi abnormal tidak hanya memiliki satu penyebab saja, tetapi memiliki
banyak penyebab dan saling berkaitan. Penyebab gangguan psikologis sangatlah kompleks
diantaranya dari faktor nature (biologis) atau nurture (lingkungan). Beberapa pertimbangan
dalam menentukan penyebab gangguan yakni (Duran & Barlow, 2006):

1. Kontribusi genetik

 Model diatesis stress

Dalam pembahasan mengenai kontribusi gen terdapat istilah diathesis-stress model yang
artinya individu mewarisi banyak gen, berbagai kecenderungan untuk mengekspresikan sifat
atau perilaku tertentu yang dapat diaktifkan melalui kondisi stress.

7
Diatesis sendiri memiliki makna yakni kondisi yang membuat seseorang rentan untuk
mengembangkan gangguan tertentu. Misalnya seorang anak memiliki orang tua yang ketika
stres cenderung untuk marah-marah maka sang anak bisa memiliki kecenderungan yang sama
dengan orang tuanya.

 Model gen lingkungan resiprokal

Model ini berarti bahwa orang memiliki kecenderungan genetik untuk menciptakan faktor
risiko lingkungan yang meningkatkan kemungkinan timbulnya gangguan itu. Tienari et al
(1994) menemukan bahwa anak dari orangtua yang menderita skizofrenia yang diadopsi
waktu bayi ada kecenderungan mengembangkan gangguan psikiatrik termasuk skizofrenia
jika diadopsi oleh keluarga disfungsional. Namun jika keluarga fungsional dan pola asuh baik
maka tidak mengembangkan gangguan itu.

Catatan penting : Interaksi antara gen dan lingkungan berperan penting dalam gangguan
psikologis.

2. Peran System Saraf

Pakar psikopatologi merumuskan teori mengenai peran aktivitas neurotransmitter yang


mempengaruhi kepribadian. Contoh : orang yang impulsive mungkin memiliki aktivitas
serotonin rendah. Perlu diketahui bahwa serotonin berfungsi untuk mengatur perilaku, mood,
dan proses berpikir.

3. Proses perilaku dan kognitif


 Learned helplessness (ketidakberdayaan yang dipelajari).

Teori Seligman menyebutkan bahwa orang menjadi gelisah dan depresi ketika mereka
membuat atribusi bahwa mereka tidak memiliki control atas stress yang terjadi dalam
hidupnya (baik yang mereka lakukan maupun tidak).

 Modelling

Belajar melalui observasi dan imitasi(meniru) perilaku orang lain. Eskperimen bandura
mengenai bobo doll eskperimen menemukan bahwa anak yang diperlihatkan perilaku agresif
dari model maka cenderung merespon dengan Tindakan agresif pula.

8
4. Pengaruh Emosional

Terdapat istilah fight or flight response adalah reaksi biologis terhadap stres yang
mengancam yang mengarahkan sumber daya pada tubuh (aliran darah, pernafasan) untuk
melawan (fight) atau menjauhi (flight) ancaman. Misalnya ketika sedang dimarahi oleh orang
lain, kita punya pilihan untuk memarahi orang tersebut juga (fight) atau mendiamkan orang
tersebut (flight).

Catatan penting: mood dan emosi berbeda, mood (suasana perasaan) adalah periode emosi
yang bertahan lama, sedangkan emosi adalah keadaan perasaan dan Tindakan yang dipicu
oleh kejadian yang disertai dengan respon fisiologis.

5. Pengaruh Sosial dan Interpersonal

Grant, Patterson dan yager (1988) menemukan bahwa orang lansia yang memiliki dukungan
sosial kecil dari keluarga menunjukkan tingkat depresi tinggi dan kualitas hidup yang kurang
memuaskan. Pentingnya dukungan sosial bagi kesejahteraan mental seseorang. Mencari dan
memilih didalam lingkungan yang baik akan membuatmu lebih bahagia.

6. Faktor Perkembangan

Dalam perjalanan hidup terdapat banyak fase perkembangan dari bayi, anak-anak, remaja,
dewasa hingga lanjut usia. Setiap perubahan menuju dari fase berikutnya tentunya mengalami
pergejolakan. Ada banyak masa-masa krisis kehidupan selama kita hidup dan tentunya jika
kita mampu menghadapinya dan mampu melewatinya kita akan menjadi manusia yang
bertumbuh. Namun, jika kita tidak mampu menetapkan pilihan yang bijak selama fase
kehidupan kita, maka ada kerentanan gangguan psikologis.

9
BAB III
KESIMPULAN

Perilaku abnormal merupakan perilaku yang ditunjukan oleh seseorang baik dari tampilan
luar maupun tampilan dalam atau juga dapat merupakan sebutan untuk masalah-masalah
yang berkepanjangan atau bersifat kronis dan gangguan yang gejala-gejalanya bersifat akut
dan temporer. Perilaku abnormal juga diebabkan oleh gaya hidup seseorang.

Ada dua perspektif dari abnormalitas yaitu perspektif historis dan perspetif kontemporer.
Pembahasan dalam psikologi abnormalitas yaitu segala gangguan atau kelainan jiwa baik
yang menyangkut isi (apa saja yang mengalami kelainan) maupun proses (mengenai proses
penyebab, manifestasi, dan akibat dari gangguan tersebut).Model yang dikenal sebagai model
psikodinamika ini merupakan model psikologis utama yang pertama membahas mengenai
perilaku abnormal. Sedangkan Perilaku Pribadi Abnormal adalah sikap hidup yang sesuai
dengan pola kelompok masyarakat tempat seseorang berada sehingga tercapai suatu relasi
interpersonal dan intersosial yang memuaskan.

10
DAFTAR PUSAKA

Dzilhaq,N. C. Rasalat,N., Aprillia,L.,& Suwondo, A. (2021, April 10). Psikologi


abnormal:Definisi, Penyebab, diagnosis.

https://ebekunt.files.wordpress.com/2009/11/psikologi-abnormal.pdf

Kampus Psikologi. Retrieved February 16, 2022, from


hhtps://kampuspsikologi.com/psikologi-abnormal/

Kartono, kartini. 1989. Psikologi Abnormal dan Abnormalitas seksual. Hal 3.

Konsep Dasar Skizofrenia Paranoid dan Waham Kebesaran. Diakses dari:


http://www.masdanang.co.cc

V. mark Durrand, David H. Barlow. 2006. Intisari Psikologi Abnormal. Yogyakarta: Pustaka
Belajar. Hal 270.

11

Anda mungkin juga menyukai