Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DALAM MASALAH

KRISIS

Dosen Pengampu:
Benny Maria LumbanToruan SST,M.KM

DISUSUN OLEH:
Kelompok 1:
-Kinanda Bernauli (2214015)
-Ronauli Purba (2214024)
-Jesika Silaban (2214012)
-Agnes Pero Simamora (2214001)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KESEHATAN BARU DOLOKSANGGUL


PRODI DIII KEPERAWATAN JALAN BUKIT INSPIRASI SIPALAKKI
KECAMATAN DOLOKSANGGUL KABUPATEN
HUMBANG HASUNDUTAN
T.A 2023/2024
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan, manusia harus mengatasi masalah terus menerus untuk menjaga
keseimbangan atau balance antara stress dan mekanisme koping. Jika hal ini tidak bisa seimbang
maka akan bisa terjadi kondisi KRISIS. Krisis merupakan bagian dari kehidupan yang dapat
terjadi dalam bentuk yang berbeda – beda dengan penyebab yang berbeda dan bisa eksternal atau
internal.
Dalam ilmu keperawatan jiwa masalah krisis yang dimaksud yaitu suatu kejadian atau
peristiwa yang terjadi secara tiba – tiba dalam kehidupan seseorang yang mengganggu
keseimbangan selama mekanisme koping individu tersebut tidak dapat memecahkan masalah.
Mekanisme koping yang biasa digunakan individu sudah tidak efektif lagi untuk mengatasi
ancaman dan individu tersebut mengalami suatu keadaan tidak seimbang disertai peningkatan
ansietas. Ancaman atau peristiwa pemicu, biasanya dapat di identifikasikan.
Krisis mempunya keterbatasan waktu dan konflik berat yang ditunjukkan menyebabkan
peningkatan ansietas. Konflik berat yang ditunjukkan dapat merupakan perode peningkatan
kerentanan yang dapat menstimulasi pertumbuhan personal. Konsep krisis di asosisasikan
dengan respon potensi yang adaptif, dan basanya tidak berkaitan dengan sakit, disisi lain konsep
stress sering di hubungkan dengan konotasi negatif atau resiko tinggi untuk sakit.
Dalam hal ini intervensi krisis merupakan pendekatan yang relatif baru dalam mencegah
gangguan jiwa dengan fokus pada penemuan kasus secara dini dan mencegah dampak lebih jauh
dari stress, hal ini dilaksanakan dengan kerja sama dan interdisiplin dalam mencegah dan
meningkatkan kesehatan mental.

B. Tujuan Penulisan

1. TujuanUmum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Jiwa pada semester III, dan di
harapkan bagi mahasiswa agar mampu memahami tentang gangguan psikososial yaitu masalah
krisis dan dapat membuat asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah krisis.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang konsep dasar asuhan keperawatan pada masalah
krisis
b. Mahasiswa mampu menjelaskan proses gangguan psikososial masalah krisis
c. Mahasiswa mampu menjelaskan pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, intervensi
dan evaluasi dari asuhan keperawatan masalah krisis.

C. Metode Penulisan
Dalam pembuatan makalah ini penulis menggunakan metode deskriptif yaitu dengan
mengumpulkan data-data yang diambil dari sumber buku perpustakaan dan internet, kemudian
diskusi kelompok.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Teori Asuhan Keperawatan Masalah Krisis

1. Pengertian

Menurut Iyus Yosep dalam buku keperawatan jiwa, krisis adalah gangguan internal yang
di akibatkan oleh peristiwa yang menegangkan atau ancaman yang dirasakan pada diri individu.
( Iyus Yosep, 2007, hal.263).
Krisis didefinisikan juga sebagai konflik atau masalah atau gangguan internal yang merupakan
hasil dari keadaan stress karena adanya ancaman terhadap dirinya. Pengertian lain tentang krisis
yaitu suatu kondisi individu tak mampu mengatasi masalah dengan cara penanganan (koping)
yang biasa dipakai. Krisis juga dapat diartikan sebagai ketidakseimbangan psikologis yang
merupakan hasil dari peristiwa menegangkan atau mengancam integritas diri.( Asuhan
Keperawatan Jiwa, 2009, hal.113).
Krisis adalah reaksi berlebihan terhadap situasi yang mengancam saat kemampuan
menyelesaikan masalah yang dimiliki klien dan respon kopingnya tidak adekuat untuk
mempertahankan keseimbangan psikologis. (Keperawatan Kesehatan Jiwa & Psikiatrik, 2004,
hal.279).
2. Periode Terjadinya Krisis

Pra Krisis Krisis Post Krisis

a. Pra Krisis :
Individu dapat berfungsi dengan baik dalam memenuhi kebutuhan. Individu memiliki
keseimbangan social.

b. Krisis :
Individu mengalami ancaman atau bahaya disorganisasi dan ketidakseimbangan. Individu
mencoba menangani krisis dengan berbagai cara yang dimiliki atau dengan bantuan orang lain.
Individu memiliki pengalaman subyektif berupa kekecewaan, gagal melakukan mekanisme
koping yang biasa dan mengalami berbagai gejala. (Tabel 2-1).

c. Post Krisis : Resolusi krisis atau penyelesaian krisis dapat menghasilkan :

1) Sama dengan sebelum krisis hasil pemecahan masalah efektif


2) Lebih dari pada sebelum krisis Individu menemukan sumber dan cara penanganan yang baru
3) Lebih rendah dari sebelum krisis ke maladaptif ( terjadi depresi, Curiga ).

 Keluhan somatik ( mis. Sakit kepala, gejala


gastrointestinal, rasa sakit )
 Ganguan nafsu makan ( mis. Peningkatan atau
Gejala Fisik
penurunan berat badan yang signifikan )
 Gangguan tidur ( mis. Insomnia, mimpi buruk )
 Gelisah, sering menangis, iritabilitas
 Konfusi, sulit berkonsentrasi
Gejala kognitif  Pikiran yang kejar mengejar
 Ketidakmampuan mengambil keputusan
 Disorganisasi
 Impulsive, ledakan kemarahan
Gejala Prilaku
 Sulit menjalankan tanggung jawab peran yang biasa
 Menarik diri dari interaksi social
 Ansietas, marah, merasa bersalah
 Sedih, depresi
Gejala Emosional
 Paranoid, curiga
 Putus asa, tidak berdaya
Tabel 2-1.Gejala Umum Individu yang Mengalami Krisis

3. Tipe Krisis
Krisis sebagai aspek integral dari pertumbuhan dan perkembangan manusia, dalam
rentang hidup seseorang mungkin pernah dan akan mengalami krisis, kemampuan individu atau
seseorang dalam menghadapi krisis di gambarkan sebagai jalan keluar dalam berprilaku adaptif.
Beberapa tipe krisis yang dapat dihadapi individu atau seseorang:
a. Krisis Perkembangan ( Maturasi )
Terjadi sebagai respons terhadap transisi dari satu tahap maturasi ke tahap lain dalam siklus
kehidupan. Misalnya, beranjak dari remaja ke dewasa. Menurut Psychoanalitical Theory, hal
terpenting dalam krisis adalah pengalaman respons adaptif dan mal adaptif masa usia dini anak
sepanjang perjalanan hidupnya. Dampak dari masa anak tersebut akan berpengaruh pada masa
dewasanya khususnya kematangan dalam pola koping yang digunakan. Konflik masa lalu anak
yang tidak selesai atau belum terpecahkan akan mewarnai cara dia menghadapi krisis setelah
dewasanya.
Sigmun Freud membagi perkembangan kepribadian menjadi 5 fase yaitu fase oral, fase
anal, fase laten dan fase pubertas. Sedangkan Erik Erikson membagi menjadi 8 fase yaitu masa
bayi, masa kanak-kanak, masa pra sekolah, masa remaja, masa dewasa muda, masa dewasa
pertengahan dan masa dewasa lanjut. Erikson Theory lebih menekankan pada tugas – tugas
perkembangan yang harus dicapai pada setiap tahap kembangnya, misalnya basic trust,
autonomy, initiative, industry, identity, intimacy, generativity, integrity, tiap tahap itu bias gagal
dicapai dan dipenuhi maka akan terjadi kebalikannya seperti mistrust, shame, guilt, dan
sebagainya.
Dalam teori yang mereka kemukakan menekankan bahwa perkembangan tersebut
merupakan satu rentang yang setiap tahap mempunyai tugas dan masalah yang harus
diselesaikan untuk menuju kematangan pribadi individu. Keberhasilan seseorang menyelesaikan
masalah pada fase-fase tersebut akan mempengaruhi individu mengatasi stress yang terjadi
dalam hidupnya. Krisis maturasi terjadi dalam satu periode transisi yang dapat mengganggu
keseimbangan psikologis seperti pada masa pubertas, masa perkawinan, menjadi orang tua,
menaupause, lanjut usia. Krisis maturasi membutuhkan perubahan peran yang memadai, sumber-
sumber interpersonal dan penerimaan orang lain terhadap peran baru.

b. Krisis Situasi ( Situasional )


Terjadi sebagai respon terhadap kejadian yang tiba-tiba dan tidak terduga dalam kehidupan
seseorang. Krisis situasi terjadi apabila keseimbangan psikologis terganggu akibat suatu kejadian
yang spesifik seperti kehilangan, kehamilan yang tidak diinginkan, atau penyakit akut,
kehilangan orang yang dicintai, bahkan kegagalan.
Krisis situasi terjadi jika peristiwa eksternal tertentu menimbulkan ketidakseimbangan yang
berupa :
1.Dapat diduga
Dimana Peristiwa kehidupan sehari-hari seperti bekerja, sekolah, kuliah, maupun
kegagalan di kehidupan sehari-hari. Kemudian peristiwa dalam hubungan keluarga seperti
adanya anggota keluarga baru, perpisahan atau perceraian.
2. Tidak dapat diduga
Merupakan sebuah peristiwa yang sangat traumatik dan tidak pernah diduga atau pun
diharapkan oleh seorang individu.Contohnya kematian orang yang dicintai akibat sebuah
kecelakaan, PHK, diperkosa, dipenjara.
c. Krisis sosial ( Adventisius )
Terjadi sebagai respon terhadap trauma berat atau bencana alam.Disebabkan oleh suatu
kejadian yang tidak diharapkan serta dapat menyebabkan kehilangan ganda yang berupa harta
benda dan sejumlah perubahan dilingkungannya seperti bencana alam gunung meletus,
kebakaran, banjir, perang.Krisis ini tidak dialami oleh semua orang seperti halnya krisis
maturasi. Tapi krisis ini dapat mempengaruhi individu, masyarakat, bahkan Negara.

Perkembangan
Situasional Adventisius
( Maturasi )
 Mulai sekolah  Bercerai  Banjir
 Pubertas  Kematian  Gempa bumi
 Lulus sekolah  Kehilangan pekerjaan  Perang
 Menikah  Kegagalan akademik  Kejahatan dengan kekerasan
 Melahirkan anak  Diagnose penyakit serius  Perkosaan
 Anak – anak  Pembunuhan
meninggalkan rumah  Penculikan
 pensiun  Tindakan teroris

Menurut CAPLAN (1961) aspek penting kesehatan jiwa :


a. Kemampuan seseorang untuk menahan stress, ansietas serta mempertahankan keseimbangan.
b. Kemampuan mengenal kenyataan yang dihadapi serta memecahkan masalah.
c. Kemampuan mengatasi problem serta mempertahankan keseimbangan psikososial.

4. Psikodinamika kejadian krisis


Fase 1 : memakai coping yang biasa, jika tidak efektif timbul ketegangan
Fase 2 : respon problem solving yang bisa, jika tidak efektif ketegangan meningkat
Fase 3 : emergency problem solving diaktifkan

5. Faktor Keseimbangan ( Balancing Factor )


Manusia adalah makhluk yang unik dan utuh yang terdiri dari bio-psikososial-
spiritual. Dalam keadaan sehat (terhindar dari stress dan ketegangan) individu berada dalam
keadaan seimbang. Beberapa hal yang bias mempengaruhi keseimbangan individu tersebuat
yaitu :

a. Persepsi terhdap peristiwa/kejadian

1) Apa arti kejadian pada individu

2) Pengaruh kejadian pada masa depan

3) Apakah individu memandang masalah secara realitas

Persepsi yang realistis mendorong individu untuk menerima kenyataan sehingga dalam
menghadapi masalah dapat menemukan pemecahan masalah positif. Sebaliknya persepsi yang
tidak realistis membuat individu sulit untuk menerima kenyataan sehingga dalam menghadapi
masalah dapat menemukan pemecahan masalah negatif.

b. Situasi pendukung atau yang mendorong


Sebuah kondisi atau situasi yang ada dilingkungan internal maupun eksternal individu bisa
mempengaruhi keseimbangan psikologinya. Contohnya hubungan intim yang bermakna dengan
lingkungan akan memberi dukungan dan sumber pada individu tersebut.

c. Koping
Individu mempunyai koping yang siap dipakai setiap saat dalam mengatasi masalah. Jika
individu tidak tahu apa yang akan dilakukan dapat menimbulkan kecemasan meningkat, dalam
keadaan cemas yang meningkat, penyelesaian masalah menjadi tidak rasional sehingga
menimbulkan krisis.
Selanjutnya caplan menjelaskan tentang 3 kriteria agar seseorang mampu kembali pada
keadaan adaptif dari krisis :
1. Kemampuan untuk mengelola emosi seperti marah, kecemasan, frustasi
2. Kemampuan menggunakan koping yang adaptif
3. Kemampuan untuk memelihara reality testing dan tidak regresi saat berhadapan dengan krisis.

B. Teori Askep pada klien dengan Masalah Krisis

1. Pengkajian

Selama pengkajian perawat harus mengumpulkan data tentang sifat krisis dan
pengaruhnya.Mengingat batas waktu krisis dan penyelesaiannya sangat singkat yaitu paling lama
enam minggu, maka pengkajian harus dilaksanakan secara spesifik dan berorientasi pada
masalah yang actual. Aspek – aspek yang perlu dikaji :

a. Faktor predisposisi

- Keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan masalah pada fase – fase tumbuh kembangakan
mempengaruhi kemampuan individu mengatasi stress yang terjadi dalam hidupnya. Setiap fase,
individu menglami krisis yang lazim disebut krisis maturisi.

- Pembagian fase tumbuh kembang menurut Sigmund freud dari fase oral, anal, falik, laten dan
pubertas.

- Krisis maturasi terjadi dalam satu periode transisi yang dapat menganggu keseimbangan
psikologis seperti pada masa pubertas, masa perkawinan, menjadi orang tua, menopause, lanjut
usia.

- Krisis maturisi memerlukan perubahan peran yang dipengaruhi oleh contoh peran yang
memadai, sumber-sumber interpersonal dan tingkat penerimaan orang lain terhadap peran baru.

b. Faktor Presipitasi
1) Mengindentifikasi factor pencetus, termasuk kebutuhan yang terancam, misalnya :

-Kehilangan orang yang dicintai, baik kematian maupun perpisahan yang lazim disebut krisis
situasi

-Kehilangan biopsikososial, seperti kehilangan salah satu anggota tubuh karena operasi, sakit,
kehilangan pekerjaan, kehilangan peran social, kehilangan kemampuan melihat dan sebagainya.

- Kehilangan milik pribadi misalnya kehilagan harta benda, kehilangan kewarganegaraan, rumah
kena gusur, dan sebagainya.

- Ancaman kehilangan misalnya anggota keluarga yang sakit, perselisihan yang hebat dengan
pasangan hidup

2) Mengidentifikasi persepsi klien terhadap kejadian

Persepsi terhadap kejadian yang menimbulkan krisis, termasuk pokok pikiran dan ingatan
yang berkaitan dengan kejadian tersebut.

- Apa arti / makna kejadian terhadap individu

- Pengaruh kejadian terhadap masa depan

- Apakah individu memandang kejadian tersebut secara realistic

3) Mengidentifikasi sifat dan kekuatan system pendukung

Meliputi keluarga, sahabat dan orang – orang penting bagi klien yang mungkin dapat
membantu :

- Dengan siapa klien tinggal, tinggal sendiri, dengan keluarga, dengan teman

- Pakah punya teman tempat mengeluh

- Apakah bisa menceritakan masalah yang dihadapi bersama keluarga

- Apakah ada orang atau lembaga yang memberikan bantuan

- Apakah mempunyai keterampilan untuk mengganti fungsi orang yang hilang


4) Mengidentifikasi kekuatan dan mekanisme koping ynag lalu termasuk strategi koping ynag
berhasil dan tidak berhasil

- Apakah yang bisa dilakukan dalam mengatasi masalah yang dihadapi

- Cara apa yang pernah berhasil dan tidak berhasil, serta apa saja yang dapat menyebabkan
kegagalan tersebut

- Apa saja yang sudah dilakukan untuk mengatasi masalah sekarang

- Apakah suka mengikuti latihan olahraga utnuk mengatasi ketegangan

- Apakah mencetuskan perasaanya dengan menangis.

c. Perilaku

Berapa gejala yang sering ditunjukkan olehindividu dalam keadaan krisis :

1) Perasaan tidak berdaya, kebingungan, depresi, menarik diri. Keinginan merusak diri sendiri atau
orang lain

2) Perasaan di asingkan oleh lingkungan

3) Kadang – kadang menunjukkan gejala somatic

2. Diagnosa keperawatan

a. Koping individu inefektif b.d krisis situasi : kehilangan orang berarti

b. Perubahan proses keluarga b.d krisis situasi : perpindahan

c. Koping individu inefektif b.d krisis situasi : perpisahan

d. Koping individu inefektif b.d krisis situasi : diagnose terminal

e. Perubahan proses keluarga b.d krisis maturasi : pernikahan

3. Rencana Tindakan Keperawatan

a. Tujuan Umum

1) Klien dapat berfungsi kembali seperti sebelum terjadi krisis


2) Klien dapat meningkatkan perannya

3) Klien menampakkan perilaku yang adekuat ( dampak krisis tidak terlihat )

4) Klien mampu meningkatkan system pendukung dalam menghadapi krisis di kemudian hari

b. Tindakan keperawatan

1) Manipulasi Lingkungan

Intervensai yang secara langsung untuk merubah situasi yang bertujuan memberikan
dukungan situasional atau kehilangan stress

2) Dukungan umum

Memberikan rasa aman dan naman bahwa perawat dengan sikap hangat, menerima,
empati penuh perhatin berada di pihak klien untuk memberikan dukungan

3) Pendekatan umum

Intervensi diberikan untuk individu atau masyarakat dengan resiko tinggi sesegera
mungkin, seperti krisis pada korban bencana. Membantu mereka menghadapi proses berduka

4) Pendekatan individual

Pendekatan ini termasuk menegakkan diagnosa dan terapi terhadap masalah spesifik pada
klien tertentu. Pendekatan individual ini efektif untuk semua jenis krisis ketika terdapat peristiwa
mencederai diri sendiri dan orang lain. Teknis intervensi krisis bersifat aktif, local, dan ekspolarif
yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah sesegara mungkin.

4. Evaluasi

Beberapa hal yang perlu di evaluasi antara lain :

a. Klien dapat menjalankan fungsinya kembali seperti sebelum krisis


b. Perilaku maladaptif atau gejala yang ditunjukkan oleh klien berkurang
c. Klien dapat menggunakan mekanisme koping yang adaptif
d. Klien mempunyai sistem pendukung untuk membantu koping terhadap krisis yang akan datang.
BAB III
KASUS
Tn. T berusia 45 tahun, bekerja sebagai seorang manager disebuah bank swasta. Tn. T
mempunyai seorang istri dan tiga anak yang semuanya masih membutuhkan biaya untuk
sekolah. Istri Tn. T bekerja sebagai sekretaris disalah satu perusahaan asing.
Tn. T dikenal bagus sebagai sosok manager yang mempunyai kinerja atau prestasi kerja
yang bagus dan loyalitas yang tinggi. Jika menghadapi masalah Tn.T selalu mampu
menyelesaikan permasalahan dengan bijaksana, namun karena kesibukannya komunikasi antar
anggota keluarga kurang baik. Anak-anaknya merasa kurang mendapatkan perhatian dari kedua
orangtuanya, sehingga mereka mencari kesibukan diluar rumah, sehingga pada akhirnya mereka
terlibat pergaulan bebas dan narkoba.
Akhir-akhir ini banyak permasalahan yang menimpa keluarga tersebut, istri Tn.T terlibat
hubungan terlarang dengan bosnya, sementara anaknya yang terakhir laki-laki terlibat narkoba
dan tertangkap polisi, sedangkan anak pertamanya perempuan sedang hamil diluar nikah, namun
anak yang kedua memiliki prestasi yang baik disekolahnya dan dia menaruh perhatian yang lebih
kepada keluarganya, sehingga Tn.T sering bertukar pikiran dengan anak yang kedua atau dengan
teman dekatnya dikantor. Disamping itu selain permasalahan dikeluarga kini muncul
permasalahan ditempat Tn. T bekerja, bank tersebut dilikuidasi karena kredit macet dn krisis
moneter yang berkepanjangan.
Sejak muncul permasalahan yang banyak dikeluarga dan ditempat kerja Tn.T terlihat
murung sering melamun, menyendiri dan tak nafsu makan serta minum. Melihat kondisi ayahnya
yang seperti itu, anak yang kedua membawa ke Poliklinik rumah sakit.

I. PENGKAJIAN
1. Faktor predisposisi
a. Istri yang berselingkuh.
b. Anak-anak yang terlibat narkoba dan pergaulan bebas.
2. Fakto presipitasi
a. Faktor pencetus
1) Bank tempat Tn. T bekerja dilikuidasi.
2) Tn. T statusnya menjadi pengangguran
b. Persepsi klien terhadap kejadian.
Tn. T merasa tidak berdaya dan gagal sebagai seorang manajer dan kepala keluarga.
c. Sifat dan kekuatan sistem pendukung
Tn. T sering bertukar pikiran dengan anak yang kedua.
d. Kekuatan dan mekanisme koping yang lalu
Jika ada masalah mampu menyelesaikan masalah dan sering bertukar pikiran dengan
anak kedua dan sahabat dekatnya.
3. Perilaku
a.Terlihat murung
b. Sering melamun
c. Menyendiri
d. Tidak nafsu makan dan minum

II. MASALAH KEPERAWATAN


a. Gangguan penyesuaian
b. Ansietas
c. Koping keluarga inefektif
d. Koping individu inefektif
e. Perubahan proses keluarga
f. Perubahan proses keluarga
g. Perubahan pemeliharaan kesehatan
h. Gangguan harga diri : harga diri rendah
i. Isolasi sosial

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN


a. Koping individu inefektif berhubungan dengan krisis situasi : kehilangan orang berarti dan
pekerjaan.
b. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi : peran dan fungsi kepala
keluarga.
c. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan ansietas berat.
d. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan ansietas.

IV. PERENCANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Tujuan Umum
a. Klien dapat berfungsi kembali dengan mencari pekerjaan lain.
b. Klien dapat meningkatkan perannya sebagai kepala keluarga.
c. Klien menampakkan prilaku yang adekuat mulai berkomunikasi dengan anggota keluarga.
d. Klien mampu meningkatkan sistem pendukung dengan adanya komunikasi yang baik antar
anggota keluarga.
2. Intervensi
a. Manipulasi lingkungan
Menjelaskan kepada keluarga tentang pentingnya lingkungan yang terapeutik bagi klien,
anjurkan keluarga klien untuk memberikan perhatian kepada klien, misalnya : rekreasi keluarga
dan makan bersama.
b. Dukungan umum
Perawat bersikap hangat, empati dan penuh perhatian dalam memberikan dukungan.
c. Pendekatan umum
Menganjurkan kepada anaknya untuk menghubungi teman dekat/keluarga dekat untuk
mengunjungi klien den memberi semangat untuk bangkit kembali.
d. Pendekatan individual
Mengembangkan kepercayaan diri klirn dengan menggali aspek-aspek positif yang ada
pada diri klien dengan mengeksplorasi keberhasilan-keberhasilan masa lalu.
V. EVALUASI
Beberapa hal yang perlu dievaluasi antara lain :
a. Klien dapat menjalankan fungsinya kembali dengan mencari pekerjaan lain sesuai bakat dan
kemampuannya.
b. Klien mulai berkomunikasi dengan anggota keluarga.
c. Klien mampu mengungkapkan dan mengatasi permasalahannya.
d. Klien mempunyai sistem pendukung yang kuat : keharmonisan keluarga.
e. Klien dapat belajar dari pengalaman untuk membantu koping terhadap krisis yang akan datang.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Krisis didefinisikan sebagai konflik atau masalah atau gangguan internal yang merupakan
hasil dari keadaan stress karena adanya ancaman terhadap dirinya. Berdasarkan pengertian-
pengetian diatas, dapat disimpulkan bahwa krisis tersebut merupakan suatu gangguan internal
yang mempengaruhi keseimbangan psikologis seseorang karena adanya peristiwa yang
menegangkan atau mengancam terhadap individu tersebut.
Berdasarkan data-data yang diperoleh, akhirnya dapat disimpulkan bahwa krisis
merupakan suatu keadaan gangguan jiwa yang bisa terjadi pada orang-orang yang menghadapi
suatu keadaan yang berubah dari keadaan, peristiwa atau kejadian yang terjadi secara tiba-tiba
didalam kehidupan seseorang. Hal tersebut dapat mengganggu keseimbangan mekanisme koping
individu tersebut yang tidak dapat menyelesaikan masalahnya didalam menangani pasien dengan
respon kehilangan, diperlukan prinsip-prinsip keperawatan yang sesuai,misalnya pada anak atau
pada orang tua dengan respon kehilangan (kematian anak).
Dalam proses asuhan keperawatan terutama pada pengkajiannya yaitu kami
memfokuskan pada pengkajian terfokus yang menyebabkan klien tersebut dalam masalah krisis
yang meliputi beberapa factor yaitu factor predisposisi, presipitasi, dan prilaku.

B. Saran
Setelah kami membuat kesimpulan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan
masalah krisis, maka kami menganggap perlu adanya saran untuk memperbaiki dan
meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
Adapun saran-saran yang dapat disampaikan sebagai berikut:
1. Dalam pengkajian kita tantukan terlebih dahulu mana yang termasuk factor predisposisi,
presipitasi, dan prilaku.
2. Intervensi krisis merupakan pendekatan yang relative baru dalam mencegah gangguan jiwa pada
kasus secara dini.
DAFTAR PUSTAKA

Budi, Anna Keliat. 2009. Model PraktikKeperawatanProfesionalJiwa. Jakarta : EGC

Iyus, Yosep. 2007. KeperawatanJiwa. RefikaAditama : Bandung

NANDA.2011. Diagnosis Keperawatan : Defenisi dan Klasifikasi. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai