KRISIS
Dosen Pengampu:
Benny Maria LumbanToruan SST,M.KM
DISUSUN OLEH:
Kelompok 1:
-Kinanda Bernauli (2214015)
-Ronauli Purba (2214024)
-Jesika Silaban (2214012)
-Agnes Pero Simamora (2214001)
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan, manusia harus mengatasi masalah terus menerus untuk menjaga
keseimbangan atau balance antara stress dan mekanisme koping. Jika hal ini tidak bisa seimbang
maka akan bisa terjadi kondisi KRISIS. Krisis merupakan bagian dari kehidupan yang dapat
terjadi dalam bentuk yang berbeda – beda dengan penyebab yang berbeda dan bisa eksternal atau
internal.
Dalam ilmu keperawatan jiwa masalah krisis yang dimaksud yaitu suatu kejadian atau
peristiwa yang terjadi secara tiba – tiba dalam kehidupan seseorang yang mengganggu
keseimbangan selama mekanisme koping individu tersebut tidak dapat memecahkan masalah.
Mekanisme koping yang biasa digunakan individu sudah tidak efektif lagi untuk mengatasi
ancaman dan individu tersebut mengalami suatu keadaan tidak seimbang disertai peningkatan
ansietas. Ancaman atau peristiwa pemicu, biasanya dapat di identifikasikan.
Krisis mempunya keterbatasan waktu dan konflik berat yang ditunjukkan menyebabkan
peningkatan ansietas. Konflik berat yang ditunjukkan dapat merupakan perode peningkatan
kerentanan yang dapat menstimulasi pertumbuhan personal. Konsep krisis di asosisasikan
dengan respon potensi yang adaptif, dan basanya tidak berkaitan dengan sakit, disisi lain konsep
stress sering di hubungkan dengan konotasi negatif atau resiko tinggi untuk sakit.
Dalam hal ini intervensi krisis merupakan pendekatan yang relatif baru dalam mencegah
gangguan jiwa dengan fokus pada penemuan kasus secara dini dan mencegah dampak lebih jauh
dari stress, hal ini dilaksanakan dengan kerja sama dan interdisiplin dalam mencegah dan
meningkatkan kesehatan mental.
B. Tujuan Penulisan
1. TujuanUmum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Jiwa pada semester III, dan di
harapkan bagi mahasiswa agar mampu memahami tentang gangguan psikososial yaitu masalah
krisis dan dapat membuat asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah krisis.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang konsep dasar asuhan keperawatan pada masalah
krisis
b. Mahasiswa mampu menjelaskan proses gangguan psikososial masalah krisis
c. Mahasiswa mampu menjelaskan pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, intervensi
dan evaluasi dari asuhan keperawatan masalah krisis.
C. Metode Penulisan
Dalam pembuatan makalah ini penulis menggunakan metode deskriptif yaitu dengan
mengumpulkan data-data yang diambil dari sumber buku perpustakaan dan internet, kemudian
diskusi kelompok.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Pengertian
Menurut Iyus Yosep dalam buku keperawatan jiwa, krisis adalah gangguan internal yang
di akibatkan oleh peristiwa yang menegangkan atau ancaman yang dirasakan pada diri individu.
( Iyus Yosep, 2007, hal.263).
Krisis didefinisikan juga sebagai konflik atau masalah atau gangguan internal yang merupakan
hasil dari keadaan stress karena adanya ancaman terhadap dirinya. Pengertian lain tentang krisis
yaitu suatu kondisi individu tak mampu mengatasi masalah dengan cara penanganan (koping)
yang biasa dipakai. Krisis juga dapat diartikan sebagai ketidakseimbangan psikologis yang
merupakan hasil dari peristiwa menegangkan atau mengancam integritas diri.( Asuhan
Keperawatan Jiwa, 2009, hal.113).
Krisis adalah reaksi berlebihan terhadap situasi yang mengancam saat kemampuan
menyelesaikan masalah yang dimiliki klien dan respon kopingnya tidak adekuat untuk
mempertahankan keseimbangan psikologis. (Keperawatan Kesehatan Jiwa & Psikiatrik, 2004,
hal.279).
2. Periode Terjadinya Krisis
a. Pra Krisis :
Individu dapat berfungsi dengan baik dalam memenuhi kebutuhan. Individu memiliki
keseimbangan social.
b. Krisis :
Individu mengalami ancaman atau bahaya disorganisasi dan ketidakseimbangan. Individu
mencoba menangani krisis dengan berbagai cara yang dimiliki atau dengan bantuan orang lain.
Individu memiliki pengalaman subyektif berupa kekecewaan, gagal melakukan mekanisme
koping yang biasa dan mengalami berbagai gejala. (Tabel 2-1).
3. Tipe Krisis
Krisis sebagai aspek integral dari pertumbuhan dan perkembangan manusia, dalam
rentang hidup seseorang mungkin pernah dan akan mengalami krisis, kemampuan individu atau
seseorang dalam menghadapi krisis di gambarkan sebagai jalan keluar dalam berprilaku adaptif.
Beberapa tipe krisis yang dapat dihadapi individu atau seseorang:
a. Krisis Perkembangan ( Maturasi )
Terjadi sebagai respons terhadap transisi dari satu tahap maturasi ke tahap lain dalam siklus
kehidupan. Misalnya, beranjak dari remaja ke dewasa. Menurut Psychoanalitical Theory, hal
terpenting dalam krisis adalah pengalaman respons adaptif dan mal adaptif masa usia dini anak
sepanjang perjalanan hidupnya. Dampak dari masa anak tersebut akan berpengaruh pada masa
dewasanya khususnya kematangan dalam pola koping yang digunakan. Konflik masa lalu anak
yang tidak selesai atau belum terpecahkan akan mewarnai cara dia menghadapi krisis setelah
dewasanya.
Sigmun Freud membagi perkembangan kepribadian menjadi 5 fase yaitu fase oral, fase
anal, fase laten dan fase pubertas. Sedangkan Erik Erikson membagi menjadi 8 fase yaitu masa
bayi, masa kanak-kanak, masa pra sekolah, masa remaja, masa dewasa muda, masa dewasa
pertengahan dan masa dewasa lanjut. Erikson Theory lebih menekankan pada tugas – tugas
perkembangan yang harus dicapai pada setiap tahap kembangnya, misalnya basic trust,
autonomy, initiative, industry, identity, intimacy, generativity, integrity, tiap tahap itu bias gagal
dicapai dan dipenuhi maka akan terjadi kebalikannya seperti mistrust, shame, guilt, dan
sebagainya.
Dalam teori yang mereka kemukakan menekankan bahwa perkembangan tersebut
merupakan satu rentang yang setiap tahap mempunyai tugas dan masalah yang harus
diselesaikan untuk menuju kematangan pribadi individu. Keberhasilan seseorang menyelesaikan
masalah pada fase-fase tersebut akan mempengaruhi individu mengatasi stress yang terjadi
dalam hidupnya. Krisis maturasi terjadi dalam satu periode transisi yang dapat mengganggu
keseimbangan psikologis seperti pada masa pubertas, masa perkawinan, menjadi orang tua,
menaupause, lanjut usia. Krisis maturasi membutuhkan perubahan peran yang memadai, sumber-
sumber interpersonal dan penerimaan orang lain terhadap peran baru.
Perkembangan
Situasional Adventisius
( Maturasi )
Mulai sekolah Bercerai Banjir
Pubertas Kematian Gempa bumi
Lulus sekolah Kehilangan pekerjaan Perang
Menikah Kegagalan akademik Kejahatan dengan kekerasan
Melahirkan anak Diagnose penyakit serius Perkosaan
Anak – anak Pembunuhan
meninggalkan rumah Penculikan
pensiun Tindakan teroris
Persepsi yang realistis mendorong individu untuk menerima kenyataan sehingga dalam
menghadapi masalah dapat menemukan pemecahan masalah positif. Sebaliknya persepsi yang
tidak realistis membuat individu sulit untuk menerima kenyataan sehingga dalam menghadapi
masalah dapat menemukan pemecahan masalah negatif.
c. Koping
Individu mempunyai koping yang siap dipakai setiap saat dalam mengatasi masalah. Jika
individu tidak tahu apa yang akan dilakukan dapat menimbulkan kecemasan meningkat, dalam
keadaan cemas yang meningkat, penyelesaian masalah menjadi tidak rasional sehingga
menimbulkan krisis.
Selanjutnya caplan menjelaskan tentang 3 kriteria agar seseorang mampu kembali pada
keadaan adaptif dari krisis :
1. Kemampuan untuk mengelola emosi seperti marah, kecemasan, frustasi
2. Kemampuan menggunakan koping yang adaptif
3. Kemampuan untuk memelihara reality testing dan tidak regresi saat berhadapan dengan krisis.
1. Pengkajian
Selama pengkajian perawat harus mengumpulkan data tentang sifat krisis dan
pengaruhnya.Mengingat batas waktu krisis dan penyelesaiannya sangat singkat yaitu paling lama
enam minggu, maka pengkajian harus dilaksanakan secara spesifik dan berorientasi pada
masalah yang actual. Aspek – aspek yang perlu dikaji :
a. Faktor predisposisi
- Keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan masalah pada fase – fase tumbuh kembangakan
mempengaruhi kemampuan individu mengatasi stress yang terjadi dalam hidupnya. Setiap fase,
individu menglami krisis yang lazim disebut krisis maturisi.
- Pembagian fase tumbuh kembang menurut Sigmund freud dari fase oral, anal, falik, laten dan
pubertas.
- Krisis maturasi terjadi dalam satu periode transisi yang dapat menganggu keseimbangan
psikologis seperti pada masa pubertas, masa perkawinan, menjadi orang tua, menopause, lanjut
usia.
- Krisis maturisi memerlukan perubahan peran yang dipengaruhi oleh contoh peran yang
memadai, sumber-sumber interpersonal dan tingkat penerimaan orang lain terhadap peran baru.
b. Faktor Presipitasi
1) Mengindentifikasi factor pencetus, termasuk kebutuhan yang terancam, misalnya :
-Kehilangan orang yang dicintai, baik kematian maupun perpisahan yang lazim disebut krisis
situasi
-Kehilangan biopsikososial, seperti kehilangan salah satu anggota tubuh karena operasi, sakit,
kehilangan pekerjaan, kehilangan peran social, kehilangan kemampuan melihat dan sebagainya.
- Kehilangan milik pribadi misalnya kehilagan harta benda, kehilangan kewarganegaraan, rumah
kena gusur, dan sebagainya.
- Ancaman kehilangan misalnya anggota keluarga yang sakit, perselisihan yang hebat dengan
pasangan hidup
Persepsi terhadap kejadian yang menimbulkan krisis, termasuk pokok pikiran dan ingatan
yang berkaitan dengan kejadian tersebut.
Meliputi keluarga, sahabat dan orang – orang penting bagi klien yang mungkin dapat
membantu :
- Dengan siapa klien tinggal, tinggal sendiri, dengan keluarga, dengan teman
- Cara apa yang pernah berhasil dan tidak berhasil, serta apa saja yang dapat menyebabkan
kegagalan tersebut
c. Perilaku
1) Perasaan tidak berdaya, kebingungan, depresi, menarik diri. Keinginan merusak diri sendiri atau
orang lain
2. Diagnosa keperawatan
a. Tujuan Umum
4) Klien mampu meningkatkan system pendukung dalam menghadapi krisis di kemudian hari
b. Tindakan keperawatan
1) Manipulasi Lingkungan
Intervensai yang secara langsung untuk merubah situasi yang bertujuan memberikan
dukungan situasional atau kehilangan stress
2) Dukungan umum
Memberikan rasa aman dan naman bahwa perawat dengan sikap hangat, menerima,
empati penuh perhatin berada di pihak klien untuk memberikan dukungan
3) Pendekatan umum
Intervensi diberikan untuk individu atau masyarakat dengan resiko tinggi sesegera
mungkin, seperti krisis pada korban bencana. Membantu mereka menghadapi proses berduka
4) Pendekatan individual
Pendekatan ini termasuk menegakkan diagnosa dan terapi terhadap masalah spesifik pada
klien tertentu. Pendekatan individual ini efektif untuk semua jenis krisis ketika terdapat peristiwa
mencederai diri sendiri dan orang lain. Teknis intervensi krisis bersifat aktif, local, dan ekspolarif
yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah sesegara mungkin.
4. Evaluasi
I. PENGKAJIAN
1. Faktor predisposisi
a. Istri yang berselingkuh.
b. Anak-anak yang terlibat narkoba dan pergaulan bebas.
2. Fakto presipitasi
a. Faktor pencetus
1) Bank tempat Tn. T bekerja dilikuidasi.
2) Tn. T statusnya menjadi pengangguran
b. Persepsi klien terhadap kejadian.
Tn. T merasa tidak berdaya dan gagal sebagai seorang manajer dan kepala keluarga.
c. Sifat dan kekuatan sistem pendukung
Tn. T sering bertukar pikiran dengan anak yang kedua.
d. Kekuatan dan mekanisme koping yang lalu
Jika ada masalah mampu menyelesaikan masalah dan sering bertukar pikiran dengan
anak kedua dan sahabat dekatnya.
3. Perilaku
a.Terlihat murung
b. Sering melamun
c. Menyendiri
d. Tidak nafsu makan dan minum
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Krisis didefinisikan sebagai konflik atau masalah atau gangguan internal yang merupakan
hasil dari keadaan stress karena adanya ancaman terhadap dirinya. Berdasarkan pengertian-
pengetian diatas, dapat disimpulkan bahwa krisis tersebut merupakan suatu gangguan internal
yang mempengaruhi keseimbangan psikologis seseorang karena adanya peristiwa yang
menegangkan atau mengancam terhadap individu tersebut.
Berdasarkan data-data yang diperoleh, akhirnya dapat disimpulkan bahwa krisis
merupakan suatu keadaan gangguan jiwa yang bisa terjadi pada orang-orang yang menghadapi
suatu keadaan yang berubah dari keadaan, peristiwa atau kejadian yang terjadi secara tiba-tiba
didalam kehidupan seseorang. Hal tersebut dapat mengganggu keseimbangan mekanisme koping
individu tersebut yang tidak dapat menyelesaikan masalahnya didalam menangani pasien dengan
respon kehilangan, diperlukan prinsip-prinsip keperawatan yang sesuai,misalnya pada anak atau
pada orang tua dengan respon kehilangan (kematian anak).
Dalam proses asuhan keperawatan terutama pada pengkajiannya yaitu kami
memfokuskan pada pengkajian terfokus yang menyebabkan klien tersebut dalam masalah krisis
yang meliputi beberapa factor yaitu factor predisposisi, presipitasi, dan prilaku.
B. Saran
Setelah kami membuat kesimpulan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan
masalah krisis, maka kami menganggap perlu adanya saran untuk memperbaiki dan
meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
Adapun saran-saran yang dapat disampaikan sebagai berikut:
1. Dalam pengkajian kita tantukan terlebih dahulu mana yang termasuk factor predisposisi,
presipitasi, dan prilaku.
2. Intervensi krisis merupakan pendekatan yang relative baru dalam mencegah gangguan jiwa pada
kasus secara dini.
DAFTAR PUSTAKA