Anda di halaman 1dari 8

A.

Konsep dasar
1. Pengertian
Krisis adalah gangguan internal yang ditimbulkan oleh situasi yang penuh dengan
stress atau adanya ancaman terhadap integritas diri (Stuart dan Sundeen, 1998).
Krisis adalah ketidakseimbangan psikologis yang merupakan hasil dari peristiwa
yang menegangkan ata mengancam integritas diri, pada keadaan krisis, individu tidak
mampu menyelesaikan masalah dengan cara penggunaan koping yang biasa dipakai.
Krisis adalah ganggaun internal yang diakibatkan oleh peristiwa yang menegangkan
ata ancaman yang dirasakan pada diri individu. Mekanisme koping yang biasa
digunakan individu sudah tidak efektif lagi untuk mengatasi ancaman dan individu
tersebut mengalami suatu keadaan tidak seimbang disertai peningkatan ansietas.
Ancaman atau peritiwa pemicu, baisanya dapat diidentifikasi. Krisis mempunyai
keterbatasan waktu an konflik yang berat yang ditujukan menyebabkan peningkatan
ansietas. Konflik berat yang ditujukan dapat merupakan periode peningkatan
kerentanan yang dapat menstimulasi pertumbuhan personal. Krisis sebagai aspek
integral dari pertumbuhan dan perkembangan manusia, dalam rentang hidup
seseorang mungkin pernah dan akan mengalami krisis, kemampuan seseorang
mungkin pernah dan akan mengalami krisis, kemampuan seseorang menghadapi
krisis digambarkan sebagai jalan keluar dalam berperilaku adaptif. Istilah krisi sering
berkaitan dengan stress, adaptasi dan keseimbangan, sehingga pemahaman kita
tentang stress, adaptasi dan keseimbangan, sehingga pemahaman kita tentang stress,
adaptasi keseimbangan (equilibrium) sangatlah penting. Konsep krisis sering
diasosiasikan dengan respons potensi yang adaptif, dan biasanya tidak berkaitan
dengan sakit, disisi lain konsep stress sering dihubungkan dengan konotasi negatif
atau reiko tinggi untuk sakit. (Rapoport dalam Antai Otong , 1995)
Intervensi krisis merupakan pendekatan yang relatif baru dalam mencegah
gangguan jiwa dengan fokus pada penemuan kasus secara dini dan menecegah
dampak lebih jauh dari stress (Caplan dalam Otong ,1995), hal ini dilaksanakan
dengan kerjasama lintas sektoral dan interdisiplinan dalam mencegah dan
meningkatkan kesehatan mental.
Menurut Psychoanalitical Theory, hal terpenting dalam krisis adalam
pengalaman respons adaptif dan maladaptif masa usia dini anak sepanjang perjalanan
hidupnya. Dampak dari masa anak tersebut akan berpengaruh pada masa dewasanya
khususnya kematangan dalam pola koping yang digunakan. Konflik- konflik masa
lalu anak yang tidak sesuai atau belum terpecahkan akan mewarnai cara dia
menghadapi krisi setelah krisis dewasanya.
Selanjutnya Caplan menjelaskan tentang 3 (tiga ) kriteria agar seseorang
mampu kembali pada keaadaan adaptif dari krisis:
1. Kemampuan untuk mengelola emosi seperti marah, kecemasan, frustasi
2. Kemampuan menggunakan koping yang adaptif
3. Kemampuan untuk memelihara reality testing dan tidak regresi saat berhadapan
dengan krisis
Koping (kemampuan menangani masalah)
Setiap individu mempunyai koping yang siap dipakai setiap saat dalam mengatasi
masalah, dan sebaliknya jika individu tidak tahu apa yang meningkat sehingga
masalah tidak ada penyelesaian yang akan menimbulkan krisis
2. Rentang Respons
Manusia adalah makhluk yang unik dan utuh yang terdiri dari bio-psikososial-
spiritual. Dalam keadaan sehat (terhindar dari stress dan ketegangan) individu berada
dalam keadaan seimbang. Dlam kehidupan, sepanjang periode tumbuh kembang
individu akan menghadapi kejadian yang meneganggangkan, untuk ini individu akan
berespons. Respons individu tersebut dapat dipelajari dalam konsep stress dan
adaptasi. Konsep tersebut dalam rentang respons adaptif maladaptif. Apabila individu
tidak siap menghadapi kejadian yang meneganggkan disebabkan: persepsi individu
terhadap kejadian yang menyimpang, dukungan situasi yang kurang, mekanisme
koping yang dimiliki oleh individu yang tidak sehat, menyebabkan keadaan yang
tidak seimbang, kondisi ini dinamakan individu dalam kondisi krisis. Pada bagan
berikut dapat dipelajari lebih lanjut:
3. Tipe-tipe krisis
Menururt Stuart dan Sundeen 1998 mengatakan ada tiga tipe krisis yaitu,:
a. Krisis maturasi
Sigmund Freud membagi perkembangan kepribadian menjadi lima fase yaitu fae
oral, fase anal, fase falik, fase laten dan fase pubertas, sedangkan Erikson
membagi menjadi delapan fase yaitu fase bayi, fase anak-anak, fase pra sekolah,
fase remaja, fase dewasa dan fase dewasa lanjut. Didalam teorinya ditekankan
bahwa perkembangan tersebut merupakan satu rentang yang setiap tahap
mempunyai tugas dan masalah yang harus diselesaikan menuju kematangan
pribadi individu. Kebrhasilan seseorang dalam memecahkan masalahnya pada
fase tersebut diatas akan mempengaruhi kemampuan orang itu dalam mengatasi
stress yang terjadi sepanjang hidupnya. Krisis maturasi terjadi dalam satu periode
transisi yang dapat mengganggu keseimbangan psikologi. Seperti pada masa
pubertas. Masa perkawinan menjadi orang tua. Menopause serta usia lanjut.
Disamping tekanan perubahan sosial dan perubahan fisik dapat mencetuskan
keadaan krisis, oleh karena itu role model dan sumber-sumber interpersonal yang
memberikan orang tersebut kemudahan –kemudahan menerima peran baru akan
sangat membantu untuk mencegah terjadinya krisis.
b. Krisis situasi
Krisis situasi terjadi apabila keseimbangn psikologis terganggu sebagai akibat
dari suatu kejadian yang spesifik seperti:
 Kehilangan, kehamilan yang tidak diinginkan atau kehamilan diluar nikah
 Penyakit akut
 Kehilangan orang yang sangat dicintai
 Kegagalan dalam sekolah
 Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
c. Krisis sosial (krisis malapetaka)
Krisis ini disebabkan oleh suatu kejdian yang tidak diharapkan serta
menyebabkan kehilangan ganda dan sejumlah perubahan lingkungannya seperti:
 Gempa bumi disertai bada tsunami
 Gunung meletus
 Kebakaran yang hebat
 Banjir yang meluluhlantakkan tanah
 Tanah longsor
 Badai angin yang meratakan seisi rumah

Krisis ini tidak dialami oleh setiap orang atau individu seperti krisis maturasi.

Proses keperawatan

Pengkajian

1. Peristiwa pencetus

termasuk kebutuhan yang tercantum oleh kejadian dan gejala yang timbul
seperti kehilangan orang yang dicintai, baik karena kematian maupun karena
perpisahan. Kehilangan biopsikososial seperti : kehilangan salah satu bagian tubuh
karena operasi, sakit, kehilangan pekerjaan , kehilangan peran sosial, kehilangan
kemampuan melihat, dan sebagainya. Kehilangan milik pribadi misalnya : kehilangan
harta benda, kehilangan kewarganegaraan , dan rumah kena gusur. Ancaman
kehilangan misalnya anggota keluarga yang sakit dan perselisihan yang hebat dengan
pasangan hidup. Ancaman-ancaman terhadap pemenuhan kebutuhan.

2. Mengidentifikasi persepsi pasien terhadap kejadian

Persepsi terhadap kejadian yang menimbulkan krisis, termasuk pokok-pokok pikiran


dan ingatan yang berkaitan dengan kejadian tersebut. Apa arti makna kejadian
terhadap individu, pengaruh kejadian terhadap masa depan, apakah individu
memandang kajadian tersebut secara realistis. Dengan siapa tinggal, apakah tinggal
sendiri, dengan keluarga atau dengan teman. Apakah memiliki teman tempat
mengeluh dan bisa menceritakan masalah yang dihadapi bersama keluarga. Perasaan
diasingkan oleh lingkungan dan menunjukkan gejala somatik.

3. Data yang dikumpulkan berkaitan dengan koping individu tak efektif

Seperti mengungkapkan tentang kesulitan dengan stress kehidupan. Perasaan


tidak berdaya, kebingungan , dan putus asa. Perasaan diasingkan oleh lingkungan.
Mengungkapkan ketidakmampuan mengatasi masalah atau meminta bantuan.
Mengungkapkan ketidakpastian terhadap pilihan-pilihan. Mengungkapkan kurangnya
dukungan dari orang yang berarti. Ketidakmampuan memenuhi peran yang
diharapkan. Perasaan khawatir dan ansietas. Perubahan dalam partisipasi sosial. Tidak
mampu memenuhi kebutuhan dasar. Tampak pasif, ekspresi wajah tegang. Perhatian
menurun. Pada krisis malapetaka perilaku individu dapat diidentifikasi berdasarkan
fase respons terhadap masalah musibah yang dialami.

Diagnosa Keperawatan

1. koping individu yang tidak efektif b.d. perpisahan dengan orang terdekat atau yang
dicintai, yang dimanisfestasikan dengan menangis, perasaan tidak berharga dan
bersalah
2. perubahan proses interaksi keluarga b.d. anggota keluarga yang dirawat di rumah
sakit, ditandai dengan perasaan khawatir, takut dan bersalah
3. gangguan komunikasi b.d. perasaan marah terhadap situasi
4. risiko perilaku kekerasan b.d. fungsi kontrol otak yang terganggu akibat gangguan
neurologis otak

Perencanaan

Dinamika yang mendasari krisis ditetapkan alternatif penyelesaian, langkah-langkah


untuk mencapai penyelesaian masalah seperti : menentukan lingkungan pendukung
dan memperkuat mekanisme koping.

Tujuan

1. membantu klien agar dapat berfungsi lagi seperti sebelum mengalami krisis
2. meningkatkan fungsi pasien seperti dari sebelum terjadi krisis (bila mungkin)
3. mencegah terjadinya dampak serius dari kriris misalnya bunuh diri

Tindakan Keperawatan

Tindakan keperawatan yang utama dapat dibagi menjadi empat tingkatan dari
urutan yang paling dangkal sampai paling dalam, yaitu sebagai berikut

1. Manipulasi lingkungan
Tindakan ini adalah intervensi dengan mengubah secara langsung lingkungan
fisik individu atau situasi interpersonalnya, untuk memisahkan individu dengan
stresor yang menyebabkan krisis.
2. Dukungan umum (general support)
Tindakan ini dilakukan dengan membuat pasien merasa bahwa perawat berada
di sampingnya dan siap untuk membantu. Sikap perawat yang hangat, menerima,
empati serta penuh perhatian merupakan dukungan bagi pasien.
3. Pendekatan genetik (genetic approach)
Tindakan ini digunakan untuk sejumlah besar individu yang mempunyai
resiko tinggi, sesegera mungkin. Tindakan ini dilakukan dengan metode spesifik
untuk individu-individu yang menghadapi tipe krisis dan kombinasi krisis atau jika
ada risiko bunuh diri/ membunuh orang lain.
4. Pendekatan individual (individual approach)
Tindakan ini meliputi penentuan diagnosis dan terapi terhadap masalah spesifik pada
pasien tertentu. Pendekatan individual ini efektif untuk semua tipe krisis dan
kombinasi krisis atau jika ada risiko bunuh diri/membunuh orang lain.

Evaluasi

Beberapa hal yang dievaluasi adalah sebagai berikut.

1. Dapatkah individu menjalankan fungsinya kembali seperti sebelum krisis terjadi ?


2. Apakah sudah ditemukan kebutuhan utama yang dirasakan tercantum oleh kejadian
yang menjadi faktor pencetus ?
3. Apakah perilaku maladaptif atau simtom yang ditujukkan telah berkurang ?
4. Apakah mekanisme koping yang adaftif sudah berfungsi kembali ?
5. Apakah individu telah mempunyai pendukung sebagai ia bertumpu/ berpegang ?
6. Pengalaman apa yang diperoleh individu yang mungkin dapat membantunya dalam
menghadapi keadaan krisis di kemudian hari ?

Contoh Diagnosa keperawatan dan rencana keperawatan pada pasien krisis


Diagnosa : Koping individu yang tidak efektif berhubungan dengan perpisahan dengan
orang lain yang dicintai, yang dimanifestasikan dengan menangis , perasaan tidak
berharga, dan bersalah.

Tujuan : Pasien dapat mengungkapkan perasaan secara bebas

Intervensi :

1. Membina hubungan saling percaya dengan lebih banyak memakai komunikasi


nonverbal
2. Mengizinkan pasien untuk menangis
3. Menunjukkan sikap empati
4. Menyediakan kertas dan alat tulis jika pasien belum mau berbicara
5. Mengatakan kepada pasien bahwa perawat dapat mengerti apabila dia belum siap
untuk membicarakan perasaannya dan mungkin pasien merasa bahwa nanti
perawat akan mendengarkan jika dia sudah bersedia berbicara
6. Membantu pasien menggali perasaan serta gejala-gejala yang berkaitan dengan
perasaan kehilangan

Anda mungkin juga menyukai