Anda di halaman 1dari 23

Definisi Krisis adalah :

Suatu kejadian atau peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba dalam kehidupan seseorang yang mengganggu keseimbangan selama mekanisme coping individu tersebut tidak dapat mecahkan masalah Ganggaun internal yang disebabkan oleh kondisi penuh stress atau yang dipersepsikan oleh individu sebagai ancaman

Selama krisis, individu kesulitan dalam melakukan sesuatu, koping yang biasa digunakan tidak efektif lagi dan terjadi peningkatan kecemasan. Konsep krisis : 1. 2. 3. 4. 5. Krisis terjadi pada semua individu, tidak selalu patologis Krisis dipicu oleh peristiwa yang spesifik Krisis bersifat personal Krisis bersifat akut, tidak kronis, waktu singkat ( 4-6 minggu ) Krisis berpotensi terhadap perkembangan psikologis atau bahkan akan membaik

Faktor yang berpengaruh :


Pengalaman problem solving sebelumnya Persepsi individu terhadap suatu masalah Adanya bantuan atau bahkan hambatan dari orang lain Jumlah dan tipe krisis sebelumnya Waktu terakhir mengalami krisis Kelompok beresiko Sense of mastery Resilence; factor perlindungan berupa perilaku yang berkontribusi terhadap keberhasilan koping dengan stress lain. Faktor perlindungan antara lain kompetensi social, ketrampilan memecahkan masalah, otonomi, berorientasi pada tujuan, ide belajar, dukungan keluarga, dukungan social. Resilient ( individu yang tabah/ulet ) mempunyai harga diri tinggi, berdaya guna, mempunyai keterampilan memecahkan masalah, mempunyai kepuasan dalam hubungan interpersonal.

Faktor resiko :

Wanita Etnik minoritas Kondisi social ekonomi rendah Problematik predisaster functioning and personality

Macam krisis : 1. Krisis maturasi/krisis perkembangan

Dipicu oleh stressor normal dalam proses perkembangan

Terjadi pada masa transisi proses pertumbuhan dan perkembangan. Setiap tahap perkembangan tergantung pada tahap sebelumnya, setiap tahap perkembangan merupakan tahap krisis bila tidak difasilitasi untuk dapat menyelesaikan tugas perkembangan Misal : Masuk sekolah, pubertas, menikah, meninggalan rumah, menjadi orang tua, pensiun dll

2. Krisis situasional

Merupakan respon terhadap peristiwa traumatic yang tiba-tiba dan tidak dapat dihindari yang mempunyai pengaruh besar terhadap peran dan identitas seseorang Cenderung mengikuti proses kehilangan, seperti kehilangan pekerjaan, putus sekolah, putus cinta, penyakit terminal, kehamilan/kelahiran yang tidak diinginkan. Respon yang biasa mucul terhadap kehilangan adalah depresi Kesulitan dalam beradaptasi dengan krisis situasional ini berhubungan dengan kondisi dimana seseorang sedang berjuang menyelesaikan krisis perkembangan

3. Krisis social

Krisis yang terjadi di luar kemampuan individu. Adanya situasi yang diakibatkan kehilangan multiple dan perubahan lingkungan yang luas Contoh : terorisme, kebakaran, gempa bumi, banjir, perang

Tipe krisis yang lain (Townsend, 2006): 1. Dispisitional crises, merupakan respon akut terhadap stressor eksternal 2. Crises of anticipated life transition, suatu transisi siklus kehidupan yang normal yang diantisipasi secara berlebihan oleh individu saat merasa kehilangan kendali 3. Crises resulting from traumatic stress, krisis yang dipicu oleh stressor eksternal yang tidak diharapkan sehingga individu merasa menyerah karena kurangnya atau bahkan tidak mempunyai control diri. 4. Developmental crises, krisis yang terjadi sebagai respon terhadap situasi yang mencetuskan emosi yang berhubungan dengan konflik kehidupan yang tidak dapat dipecahkan 5. Crises reflecting psychopathology, misalnya neurosis, schizophrenia, borderline personality 6. Psychiatric emergency, krisis yang secara umum telah mengalami kerusakan yang parah terhadap fungsi kehidupan. Misalnya acute suicide, overdosis, psikosis akut, marah yang tidak terkontrol, intoksikasi alcohol, reaksi terhadap obat-obatan halusinogenik

Tahap perkembangan krisis : Fase 1


Individu dihadapkan pada stressor pemicu Kecemasan meningkat, individu menggunakan teknik problem solving yang biasa digunakan

Fase 2

Kecemasan makin meningkat karena kegagalan penggunan teknik problem solving sebelumnya Individu merasa tidak nyaman, tak ada harapan, bingung

Fase 3

Untuk mengatasai krisis individu menggunakan semua sumber untuk memecahkan masalah, baik internal maupun eksternal Mencoba menggunakan teknik problem solving baru, jika efektif terjadi resolusi

Fase 4

Kegagalan resolusi Kecemasan berubah menjadi kondisi panic, menurunnya fungsi kognitif, emosi labil, perilaku yang merefleksikan pola pikir psikotik

INTERVENSI KRISIS Tujuan intervensi krisis adalah resolusi, berfokus pada pemberian dukungan terhadap individu sehingga individu mencapai tingakat fungsi seperti sebelum krisis, atau bahkan pada tingkat fungsi yang lebih tinggi. Selain itu juga untuk membantu individu memecahkan masalah dan mendapatkan kembali keseimbangan emosionalnya. Peran intervener adalah membantu individu dalam : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Menganalisa situasi yang penuh stress Mengungkapkan perasaan tanpa penilaian Mencari cara untuk beradaptasi dengan stress dan kecemasan Memecahkan masalah dan mengidentifikasi strategi dan tindakan Mencari dukungan ( keluarga, teman, komunitas ) Menghindari stress yang akan datang dengan anticipatory guidance

Intervensi dilakukan dengan pendekatan proses perawatan yaitu melalui pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Resiko perilaku kekerasan yang diarahkan pada orang lain diri sendiri Koping individu inefektif Cemas Gangguan proses pikir Resiko bunuh diri Harga diri rendah situasional Koping keluarga inefektif Post-trauma respons .

DEFINISI KRISIS Dalam kehidupan, manusia harus mengatasi masalah terus menerus untuk menjaga keseimbangan atau balance antara stress dan mekanisme koping. Jika tidak seimbang maka akan bisa terjadi kondisi KRISIS. Krisis merupakan bagian dari kehidupan yang dapat terjadi dalam bentuk yang berbeda-beda, dengan penyebab yang berbeda, dan bisa eksternal/internal. Krisis : konflik/masalah/gangguan internal yang merupakan hasil dari keadaan stressful/adanya ancaman terhadap self. Krisis : suatu kondisi individu tak mampu mengatasi masalah dengan cara penanganan (koping) yang biasa dipakai. Krisis : ketidakseimbangan psikologis yang merupakan hasil dari peristiwa menegangkan/mengancam integritas diri.

B. PERIODE TERJADINYA KRISIS

Pra krisis krisis

Krisis

Post

1. Persepsi ancaman/bahaya 2. Sisi disorganisasi 3. Penyelesaian 4. Ketidakseimbangan

PRAKRISIS : Individu dapat berfungsi dengan baik dalam memenuhi kebutuhan KRISIS : Individu mengalami ancaman / bahaya disorganisasi dan ketidakseimbangan Individu mencoba menangani krisis dengan berbagai cara yang dimiliki atau dengan bantuan orang lain. POST KRISIS : Penyelesaian krisis dapat menghasilkan : 1. Sama dengan sebelum krisis Hasil pemecahan masalah efektif 2. Lebih baik daripada sebelum krisis Individu menemukan sumber dan cara penanganan yang baru

3. Lebih rendah dari sebelum krisis. Ke maladaftif ---------- terjadi depresi, curiga.

C. TIPE KRISIS 1. Krisis perkembangan (Maturasi) Sigmun Freud membagi perkembangan kepribadian menjadi 5 fase yaitu : fase oral, fase anal, fase laten dan fase pubertas. Sedangkan Erik Erikson membagi menjadi 8 fase : masa bayi, masa kanak-kanak, masa pra sekolah, masa remaja, masa dewasa muda, masa dewasa pertengahan dan masa dewasa lanjut. Dalam teori yang mereka kemukakan menekankan bahwa perkembangan tersebut merupakan satu rentang yang setiap tahap mempunyai tugas dan masalah yang harus diselesaikan untuk menuju kematangan pribadi individu. Keberhasilan seseorang

menyelesaikan masalah pada fase-fase tersebut akan mempengaruhi individu mengatasi stress yang terjadi dalam hidupnya. Krisis maturasi terjadi dalam satu periode transisi yang dapat mengganggu keseimbangan psikologis seperti pada masa pubertas, masa erkawinan, menjadi orang tua, menaupause, lanjut usia. Krisis maturasi membutuhkan perubahan peran yang memadai, sumber-sumber interpersonal dan penerimaan orang lain terhadap peran baru.

2. Krisis situasi Krisis situasi terjadi apabila keseimbangan psikologis terganggu akibat suatu kejadian yang spesifik seperti : kehilangan, kehamilan yang tidak diinginkan, atau penyakit akut, kehilangan orang yang dicimtai, kegagalan. Krisis situasi terjadi jika peristiwa eksternal tertentu menimbulkan ketidakseimbangan yang berupa : a. Dapat diduga : mulai sekolah, gagal sekolah

idupan

lam keluarga : bertambah anggota keluarga, perpisahan, perceraian : putus pacar, dll. b. Tidak dapat diduga Peristiwa yang sangat traumatic dan tidak pernah diduga/diharapkan. Contoh : kematian orang yang dicintai, PHK, diperkosa, dipenjara. 3. Krisis sosial

Disebabkan oleh suatu kejadian yang tidak diharapkan sertra menyebabkan kehilangan ganda dan sejumlah perubahan dilingkungannya sepertiu gunung meletus, kebakaran, banjir, perang. Krisis ini tidak dialami oleh semua orang seperti halnya krisis maturasi.

D. BALANCING FAKTOR 1. Persepsi terhdap peristiwa/kejadian a. Apa arti kejadian pada individu

b. Pengaruh kejadian pada masa depan c. Apakah individu memandang masalah secara realitas Persepsi yang realistis mendorong individu untuk menerima kenyataan sehingga dalam menghadapi masalah dapat menemukan pemecahan masalah positif. Sebaliknya persepsi yang tidak realistis membuat individu sulit untuk menerima kenyataan sehingga dalam menghadapi masalah dapat menemukan pemecahan masalah negatif. 2. Situasi pendukung/yang mendorong Hubungan intim yang bermakna dengan lingkungan akan memberi dukungan dan sumber pada individu. 3. Koping Individu mempunyai koping yang siap dipakai setiap saat dalam mengatasi masalah. Jika individu tidak tahu apa yang akan dilakukan dapat menimbulkan kecemasan meningkat, dalam keadaan cemas yang meningkat, penyelesaian masalah menjadi tidak rasional sehingga menimbulkan KRISIS. Menurut CAPLAN (1961) aspek penting kesehatan jiwa : a. Kemampuan seseorang untuk menahan stress, ansietas serta mempertahankan keseimbangan

b. Kemampuan mengenal kenyataan yang dihadapi serta memecahkan masalah c. Kemampuan mengatasi problema serta mempertahankan keseimbangan psikososial.

E. PSIKODINAMIKA KEJADIAN KRISIS Fase I memakai coping yang biasa, jika tidak efektif timbul ketegangan Fase II respon problem solving yang bisa, jika tidak efektif ketegangan meningkat Fase III Emergency problem solving diaktifkan

F. TUJUAN INTERVENSI KRISIS

1. Meredakan inpact/krisis 2. Menolong individu mengembangkan perilaku yang efektif untuk menangani krisis 3. Meningkatkan fungsi klien lebih tinggi daripada prekrisis (mengembalikan individu pada tingkat fungsi sebelum krisis)

G. LANGKAH-LANGKAH UNTUK MENCAPAI TUJUAN 1. Pengkajian individu dan masalahnya a. Persepsi terhadap maalah dan pencetus

b. Kekuatan dan ketrampilan koping c. Kekuatan support sistem (situasi pendukung)

2. Diagnose yang mungkin timbul Contoh : coping individu tidak efektif (individu/keluarga) 3. Intervensi terapeutik a. Organisasi dan analisa data

b. Menggali alternatif pemecahan masalah dan cara pemecahan masalah c. Menentukan dukungan atau support system

d. Menolong individu memperoleh pengertian tentang krisisnya e. f. Menolong individu mengembangkan perasaanya Menyelidiki mekanisme penanganan

g. Memulihkan hubungan sosial 4. Implementasi krisis 1. Program antisipasi Pendidikan kesehatan tentang pencegahan krisis dan respon adaptif secara dini terhadap situasi yang penuh stress Ditujukan kepada : individu, kelompok, keluarga, masyarakat Mengidentifikasi individu yang mempunyai resiko dan untuk berkembangnya krisis dan mengajarkan strategi koping untuk menghindari berkembangnya krisis. 2. Program intervensi krisis a. Manipulasi lingkungan Merubah lingkungan fisik dan interpersonal untuk support dan jauhkan stressor Tujuan : menjauhkan sumber stress dan memberi dukungan b. General support (dukungan umum) Klien merasa perawat selalu ada dan akan membantu, hangat, menerima, empati, melindungi (sikap terapeutik perawat)

c.

Pendekatan umum Memberi asuhan pada kelompok resiko yang mempunyai masalah krisis yang sama

d. Individual approach Tujuan : tercapainya penyelesaian masalah dengan cepat 1. Menentukan persepsi perawat-klien 2. Menghubungkan arti peristiwa dan krisis 3. Mengklarifikasi miskonsepsi 4. Perhatian perasaan yang menyertai krisis 5. Gali alternatif pemecahan masalah 6. Coba memecahkan masalah yang sesuai 7. Rangsang perilaku dan koping baru 8. Reinforcement untuk meningkatkan harga diri Tehnik : 1. Mengungkapkan perasaan : klien mengungkapkan perasaan dengan bicarakan area emosi yang membebani 2. Klarifikasi Klien didorong untuk menguraikan secara lebih jelas, hubungan beberapa peristiwa dalam kehidupan 3. Saran Klien dipengaruhi untuk menerima ide atau keyakinan khususnya yang dapat dilakukan oleh perawat untuk membantu klien. 4. Manipulasi Menggunakan keinginan, nilai, emosiklien untuk kepentingannya melalui proses yang terapeutik 5. Reinforcement Memberi respon yang positif terhadap perilaku yang adaptif 6. Sokongan koping Mendorong klien menggunakan koping yang adaptif dan menekan koping yang maldaftif 7. Meningkatkan harga diri Membantu klien untuk merasa berarti dan berguna 8. Mengidentifikasi cara pemecahan Bersama klien mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah dan menilai konsekuensinya. e. Intervensi krisis yang lain

1. Terapi keluarga : keluarga sebagai sistem pendukung

2. Kelompok krisis : perawat dan kelompok membantu klien memecahkan masalah 3. Tim bencana 4. Konseling melalui telepon 5. Klinik krisis 6. Kunjungan rumah

H. PERAN TERAPIS 1. Segera bina hubungan terapeutik 2. Pengkajian cepat dan akurat 3. Aktif langsung terlibat 4. Eksplorasi problem 5. Konfrontasi dan interpretasi

I.

ASUHAN KEPERAWATAN KRISIS

1. PENGKAJIAN Mengingat batas waktu krisis dan penyelesaiannya sangat singkat yaitu paling lama enam minggu, maka pengkajian harus dilaksanakan secara spesifik dan pada maslah yang aktual. Beberapa aspek yang harus dikaji adalah : a. Pristiwa pencetus, termasuk kebutuhan yang terancam oleh kejadian dan gejala yang timbul misalnya : 1) Kehilangan orang yang dicintai, baik karena perpisahan maupun karena kematian 2) Kehilangan bi-psiko-sosio seperti kehilangan salah satu bagian tubuh karena operasi, sakit, kehilangan pekerjaan, kehilangan peran, sosial, kehilangan kemampuan melihat dan sebagainya. 3) Kehilangan milik pribadi misalnya harta benda, kewarganegaraan, rumah digusur 4) Ancaman kehilangan misalnya anggota keluarga yang sakit, perselisihan yang hebat dengan pasangan hidup 5) Perubahan-perubahan seperti pergantian pekerjaan, pindah rumah, garis kerja yang berbeda 6) Ancaman-ancaman lain yang dapat diidentifikasi, termasuk semua ancaman terhadap pemenuhan kebutuhan. b. Mengidentifikasi persepsi pasien terhdap kejadian Persepsi terhadap kejadian yang menimbulkan krisis termasuk pokok-pokok pikiran dan ingatan yang berkaitan dengan kejadian tersebut. 1) Apa mnakna/arti kejadian bagi individu

2) Pengaruh kejadian terhadap masa depan 3) Apakah individu memandang kejadian tersebut secara realistik c. Mengidentifikasi sikap dan kekuatan dari sistem pendukung meliputi : keluarga, sahabat dan orang-orang penting bagi pasien yang mungkin dapat membantu 1) Dengan siapa tinggal? Sendiri? Dengan keluarga? Dengan teman? 2) Apakah punya teman tempat mengeluh/curhat? 3) Apakah bisa menceritakan masalah yang dihadapi bersama keluarga? 4) Apakah ada orang/lembaga yang dapat memberi bantuan? 5) Apakah punya keterampilan untuk mengganti fungsi orang hilang dan sebagainya. d. Mengidentifikasikan hal kekuatan dan mekanisme koping sebelumnya yang meliputi strategi koping yang berhasil dan tidak berhasil. 1) Apakah yang biasa dilakukan dalam mengatasi masalah yang dihadapi 2) Cara apa yang pernah berhasil dan tidak berhasil serta apa saja yang menyebabkan kegagalan tersebut 3) Apa saja yang sudah dilakukan untuk mengtasi masalah sekarang 4) Apakah suka meninggalkan lingkungan untuk sementara agar dapat berfikir dengan jernih? 5) Apakah suka mengikuti latihan olah raga untuk mengurangi ketegangan? Apakah mencetuskan perasaannya dengan menangis?

Perilaku Beberapa gejala yang sering ditunjukkan oleh individu dalam keadaan krisis antara lain : a. Perasan tidak berdaya, kebingungan, depresi, menarik diri, keinginan bunuh diri atau membunuh orang lain b. Perasaan diasingkan oleh lingkungannya c. Kadang-kadang menunjukkan gejala somatic Pada krisis malapetaka (bencana) perilaku individu dapat diidentifikasi berdasarkan fase respon terhadap musibah yang dialami. Lima fase respon terhadap musibah yang dialami. a. Dampak emosional Fase ini termasuk kejadian itu sendiri dengan karakteristik sebagai berikut : syok, panik, takut yang berlebihan, ketidakmampuan mengambil keputusan dan menilai realitas serta mungkin terjadi perilaku merusak diri. b. Pemberani (heroic)

Terjadi satu semangat kerjasama yang tinggi antara teman, tetangga dan tim kedaruratan mengatasi kecemasan dan depresi. Akan tetapi aktivitas yang terlalu berlebihan dapat menyebabkan keletihan. c. Honey moon (bulan madu) Fase ini mulai terlihat satu minggu sampai beberapa bulan setelah terjadi malapetaka. Bantuan orang lain berupa uang, sumber daya serta dukungan dari berbagai pihak terkumpulkan, akan membantu membentuk masyarakat baru. Masalah psikologis dan masalah perilaku mungkin terselubung. d. Kekecewaan Fase ini berakhir dalam 2 bulan sampai satu tahun. Pada saat ini individu merasa sangat kecewa, timbul kebencian, frustasi dan perasaan marah. Korban sering membandingkan keadaan tetangganya dengan dirinya dan mulai tumbuh rasa benci/bermnusuhan terhadap orang lain. e. Rekontruksi reorganisasi Individu mulai menydari bahwa ia harus menghadapi dan mengatasi masalahnya. Mereka mulai membangun rumah, bisnis dan hidupnya. Fase ini akan berakhir dalam beberapa tahun setelah terjadinya musibah 2. DIAGNOSA KEPERAWATAN Beberapa diagnosa keperawatan pada pasien krisis antara lain : a. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan anak dalam keadaan sakit, yang ditandai dengan terbatasnya kemampuan berkonsentrasi, agitasi motorik b. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kematian putrinya yang ditandai dengan ketidakmampuan mengingat kecelakaan yang dialami bersamaan putrinya tersebut. c. Koping keluarga tidak efektif untuk mencapai kata sepakat berhubungan dengan perpisahan dengan suami yang ditandai dengan ketergantungan berlebihan terhadap temannya, selalu berfikir tentang kepulangan suaminya. d. Koping keluarga tidak efektif untuk mendapat persetujuan berhubungan dengan istri didiagnosa kanker, ditandai perasaan berduka, takut dan merasa bersalah e. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan pernikahan putrinya ditandai dengan batsa keluarga yang tidak jelas, pola komuniksi yang menyimpang. Diagnosis medic (PPGJ II, 1983) 1. Gangguan penyesuaian dengan efek (mood) depresi 2. Gangguan penyesuaian kecemasan 3. Gangguan penyesuaian emosional

4. Gangguan penyesuaian dan gangguan tingkah laku 5. Gangguan penyesuaian dengan campuran gangguan tingkah laku dan emosi 6. Gangguan penyesuaian menarik diri 7. Gangguan stress pasca trauma Diagnose keperawatan (NANDA) 1. Anxietas 2. Koping keluarga tidak efektif 3. Koping individu tidak efektif 4. Perubahan proses keluarga 5. Berduka 6. Takut 7. Perubahan tumbuh kembang 8. Defisit pengetahuan 9. Perubahan menjadi orang tua 10. Respon psaca trauma 11. Gangguan harga diri 12. Isolasi sosial 13. Distress spiritual. 3. PERENCANAAN Langkah selanjutnya dari intervensi krisis adalah membuat perencanaan. Dinamika yang mendasari krisis diformulasikan berdasarkan informasi dengan

memperhatikan: a. Faktor pencetus

b. Alternatif pemecahan masalah Langkah-langkah untuk mencapai pemecahan masalah seperti menentukan lingkungan pendukung yang membantu pemecahan masalah serta bagaimana memperkuat sistem tersebut. Mekanisme koping yang perlu dikembangkan dan diperkuat. Tujuan : a. Membantu pasien agar dapat berfungsi kembali seperti sebelum terjadi krisis

b. Meningkatkan fungsi pasien dari sebelum terjadi krisis (bila mungkin) c. Mencegah terjadinya dampak serius dari krisis misalnya bunuh diri.

Tindakan keperawatan

Tindakan keperawtan utama dapat dibagi 4 tingkat dengan urutan dari dangkal sampai yang paling dalam yaitu : a. Manipulasi lingkungan untuk memperoleh dukungan situasi

b. Dukungan umum (general support): buatlah pasien merasa bahwa perawat ada disampingnya dan siap membantu. Sikap perawat hangat, menerima, empati secara penuh perhatian merupakan dukungan bagi pasien. c. Pendekatan umum (general approach): membantu klien menghadapi proses berduka seperti pada korban malapetaka d. Pendekatan individual (individual approach): terapi terhadap masalah spesifik pada pasien tertentu, efektif untuk semua tipe krisis 4. EVALUASI Beberapa hal yang perlu dievaluasi antara lain : a. Dapatkah individu menjalankan fungsinya kembali seperti sebelum terjadi krisis?

b. Sudahkah ditemukan kebutuhan utama yang dirasakan terancam oleh kejadian yang menjadi factor pencetus? c. Apakah perilaku maladaptif atau symptom ditunjukkan telah berkurang?

d. Apakah mekanisme koping yang adaptif telah berfungsi kembali? e. Apakah individu telah mempunyai sistem pendukung sebagai tempat dia bertumpu?

Read more: http://texbuk.blogspot.com/2011/06/asuhan-keperawatan-jiwa-padaklien.html#ixzz1wM3xrVtS DEFINISI KRISIS Dalam kehidupan, manusia harus mengatasi masalah terus menerus untuk menjaga keseimbangan atau balance antara stress dan mekanisme koping. Jika tidak seimbang maka akan bisa terjadi kondisi KRISIS. Krisis merupakan bagian dari kehidupan yang dapat terjadi dalam bentuk yang berbeda-beda, dengan penyebab yang berbeda, dan bisa eksternal/internal. Krisis : konflik/masalah/gangguan internal yang merupakan hasil dari keadaan stressful/adanya ancaman terhadap self. Krisis : suatu kondisi individu tak mampu mengatasi masalah dengan cara penanganan (koping) yang biasa dipakai. Krisis : ketidakseimbangan psikologis yang merupakan hasil dari peristiwa menegangkan/mengancam integritas diri.

B. PERIODE TERJADINYA KRISIS

Pra krisis krisis

Krisis

Post

1. Persepsi ancaman/bahaya 2. Sisi disorganisasi 3. Penyelesaian 4. Ketidakseimbangan

PRAKRISIS : Individu dapat berfungsi dengan baik dalam memenuhi kebutuhan KRISIS : Individu mengalami ancaman / bahaya disorganisasi dan ketidakseimbangan Individu mencoba menangani krisis dengan berbagai cara yang dimiliki atau dengan bantuan orang lain. POST KRISIS : Penyelesaian krisis dapat menghasilkan : 1. Sama dengan sebelum krisis Hasil pemecahan masalah efektif 2. Lebih baik daripada sebelum krisis Individu menemukan sumber dan cara penanganan yang baru 3. Lebih rendah dari sebelum krisis. Ke maladaftif ---------- terjadi depresi, curiga.

C. TIPE KRISIS 1. Krisis perkembangan (Maturasi) Sigmun Freud membagi perkembangan kepribadian menjadi 5 fase yaitu : fase oral, fase anal, fase laten dan fase pubertas. Sedangkan Erik Erikson membagi menjadi 8 fase : masa bayi, masa kanak-kanak, masa pra sekolah, masa remaja, masa dewasa muda, masa dewasa pertengahan dan masa dewasa lanjut. Dalam teori yang mereka kemukakan menekankan bahwa perkembangan tersebut merupakan satu rentang yang setiap tahap mempunyai tugas dan masalah yang harus diselesaikan untuk menuju kematangan pribadi individu. Keberhasilan seseorang

menyelesaikan masalah pada fase-fase tersebut akan mempengaruhi individu mengatasi stress

yang terjadi dalam hidupnya. Krisis maturasi terjadi dalam satu periode transisi yang dapat mengganggu keseimbangan psikologis seperti pada masa pubertas, masa erkawinan, menjadi orang tua, menaupause, lanjut usia. Krisis maturasi membutuhkan perubahan peran yang memadai, sumber-sumber interpersonal dan penerimaan orang lain terhadap peran baru.

2. Krisis situasi Krisis situasi terjadi apabila keseimbangan psikologis terganggu akibat suatu kejadian yang spesifik seperti : kehilangan, kehamilan yang tidak diinginkan, atau penyakit akut, kehilangan orang yang dicimtai, kegagalan. Krisis situasi terjadi jika peristiwa eksternal tertentu menimbulkan ketidakseimbangan yang berupa : a. Dapat diduga : mulai sekolah, gagal sekolah

idupan

lam keluarga : bertambah anggota keluarga, perpisahan, perceraian : putus pacar, dll. b. Tidak dapat diduga Peristiwa yang sangat traumatic dan tidak pernah diduga/diharapkan. Contoh : kematian orang yang dicintai, PHK, diperkosa, dipenjara. 3. Krisis sosial Disebabkan oleh suatu kejadian yang tidak diharapkan sertra menyebabkan kehilangan ganda dan sejumlah perubahan dilingkungannya sepertiu gunung meletus, kebakaran, banjir, perang. Krisis ini tidak dialami oleh semua orang seperti halnya krisis maturasi.

D. BALANCING FAKTOR 1. Persepsi terhdap peristiwa/kejadian a. Apa arti kejadian pada individu

b. Pengaruh kejadian pada masa depan c. Apakah individu memandang masalah secara realitas Persepsi yang realistis mendorong individu untuk menerima kenyataan sehingga dalam menghadapi masalah dapat menemukan pemecahan masalah positif. Sebaliknya persepsi yang tidak realistis membuat individu sulit untuk menerima kenyataan sehingga dalam menghadapi masalah dapat menemukan pemecahan masalah negatif.

2. Situasi pendukung/yang mendorong Hubungan intim yang bermakna dengan lingkungan akan memberi dukungan dan sumber pada individu. 3. Koping Individu mempunyai koping yang siap dipakai setiap saat dalam mengatasi masalah. Jika individu tidak tahu apa yang akan dilakukan dapat menimbulkan kecemasan meningkat, dalam keadaan cemas yang meningkat, penyelesaian masalah menjadi tidak rasional sehingga menimbulkan KRISIS. Menurut CAPLAN (1961) aspek penting kesehatan jiwa : a. Kemampuan seseorang untuk menahan stress, ansietas serta mempertahankan keseimbangan

b. Kemampuan mengenal kenyataan yang dihadapi serta memecahkan masalah c. Kemampuan mengatasi problema serta mempertahankan keseimbangan psikososial.

E. PSIKODINAMIKA KEJADIAN KRISIS Fase I memakai coping yang biasa, jika tidak efektif timbul ketegangan Fase II respon problem solving yang bisa, jika tidak efektif ketegangan meningkat Fase III Emergency problem solving diaktifkan

F. TUJUAN INTERVENSI KRISIS 1. Meredakan inpact/krisis 2. Menolong individu mengembangkan perilaku yang efektif untuk menangani krisis 3. Meningkatkan fungsi klien lebih tinggi daripada prekrisis (mengembalikan individu pada tingkat fungsi sebelum krisis)

G. LANGKAH-LANGKAH UNTUK MENCAPAI TUJUAN 1. Pengkajian individu dan masalahnya a. Persepsi terhadap maalah dan pencetus

b. Kekuatan dan ketrampilan koping c. Kekuatan support sistem (situasi pendukung)

2. Diagnose yang mungkin timbul Contoh : coping individu tidak efektif (individu/keluarga) 3. Intervensi terapeutik a. Organisasi dan analisa data

b. Menggali alternatif pemecahan masalah dan cara pemecahan masalah c. Menentukan dukungan atau support system

d. Menolong individu memperoleh pengertian tentang krisisnya e. f. Menolong individu mengembangkan perasaanya Menyelidiki mekanisme penanganan

g. Memulihkan hubungan sosial 4. Implementasi krisis 1. Program antisipasi Pendidikan kesehatan tentang pencegahan krisis dan respon adaptif secara dini terhadap situasi yang penuh stress Ditujukan kepada : individu, kelompok, keluarga, masyarakat Mengidentifikasi individu yang mempunyai resiko dan untuk berkembangnya krisis dan mengajarkan strategi koping untuk menghindari berkembangnya krisis. 2. Program intervensi krisis a. Manipulasi lingkungan Merubah lingkungan fisik dan interpersonal untuk support dan jauhkan stressor Tujuan : menjauhkan sumber stress dan memberi dukungan b. General support (dukungan umum) Klien merasa perawat selalu ada dan akan membantu, hangat, menerima, empati, melindungi (sikap terapeutik perawat) c. Pendekatan umum Memberi asuhan pada kelompok resiko yang mempunyai masalah krisis yang sama d. Individual approach Tujuan : tercapainya penyelesaian masalah dengan cepat 1. Menentukan persepsi perawat-klien 2. Menghubungkan arti peristiwa dan krisis 3. Mengklarifikasi miskonsepsi 4. Perhatian perasaan yang menyertai krisis 5. Gali alternatif pemecahan masalah 6. Coba memecahkan masalah yang sesuai 7. Rangsang perilaku dan koping baru 8. Reinforcement untuk meningkatkan harga diri Tehnik :

1.

Mengungkapkan perasaan : klien mengungkapkan perasaan dengan bicarakan area emosi yang membebani

2. Klarifikasi Klien didorong untuk menguraikan secara lebih jelas, hubungan beberapa peristiwa dalam kehidupan 3. Saran Klien dipengaruhi untuk menerima ide atau keyakinan khususnya yang dapat dilakukan oleh perawat untuk membantu klien. 4. Manipulasi Menggunakan keinginan, nilai, emosiklien untuk kepentingannya melalui proses yang terapeutik 5. Reinforcement Memberi respon yang positif terhadap perilaku yang adaptif 6. Sokongan koping Mendorong klien menggunakan koping yang adaptif dan menekan koping yang maldaftif 7. Meningkatkan harga diri Membantu klien untuk merasa berarti dan berguna 8. Mengidentifikasi cara pemecahan Bersama klien mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah dan menilai konsekuensinya. e. Intervensi krisis yang lain

1. Terapi keluarga : keluarga sebagai sistem pendukung 2. Kelompok krisis : perawat dan kelompok membantu klien memecahkan masalah 3. Tim bencana 4. Konseling melalui telepon 5. Klinik krisis 6. Kunjungan rumah

H. PERAN TERAPIS 1. Segera bina hubungan terapeutik 2. Pengkajian cepat dan akurat 3. Aktif langsung terlibat 4. Eksplorasi problem 5. Konfrontasi dan interpretasi

I.

ASUHAN KEPERAWATAN KRISIS

1. PENGKAJIAN Mengingat batas waktu krisis dan penyelesaiannya sangat singkat yaitu paling lama enam minggu, maka pengkajian harus dilaksanakan secara spesifik dan pada maslah yang aktual. Beberapa aspek yang harus dikaji adalah : a. Pristiwa pencetus, termasuk kebutuhan yang terancam oleh kejadian dan gejala yang timbul misalnya : 1) Kehilangan orang yang dicintai, baik karena perpisahan maupun karena kematian 2) Kehilangan bi-psiko-sosio seperti kehilangan salah satu bagian tubuh karena operasi, sakit, kehilangan pekerjaan, kehilangan peran, sosial, kehilangan kemampuan melihat dan sebagainya. 3) Kehilangan milik pribadi misalnya harta benda, kewarganegaraan, rumah digusur 4) Ancaman kehilangan misalnya anggota keluarga yang sakit, perselisihan yang hebat dengan pasangan hidup 5) Perubahan-perubahan seperti pergantian pekerjaan, pindah rumah, garis kerja yang berbeda 6) Ancaman-ancaman lain yang dapat diidentifikasi, termasuk semua ancaman terhadap pemenuhan kebutuhan. b. Mengidentifikasi persepsi pasien terhdap kejadian Persepsi terhadap kejadian yang menimbulkan krisis termasuk pokok-pokok pikiran dan ingatan yang berkaitan dengan kejadian tersebut. 1) Apa mnakna/arti kejadian bagi individu 2) Pengaruh kejadian terhadap masa depan 3) Apakah individu memandang kejadian tersebut secara realistik c. Mengidentifikasi sikap dan kekuatan dari sistem pendukung meliputi : keluarga, sahabat dan orang-orang penting bagi pasien yang mungkin dapat membantu 1) Dengan siapa tinggal? Sendiri? Dengan keluarga? Dengan teman? 2) Apakah punya teman tempat mengeluh/curhat? 3) Apakah bisa menceritakan masalah yang dihadapi bersama keluarga? 4) Apakah ada orang/lembaga yang dapat memberi bantuan? 5) Apakah punya keterampilan untuk mengganti fungsi orang hilang dan sebagainya. d. Mengidentifikasikan hal kekuatan dan mekanisme koping sebelumnya yang meliputi strategi koping yang berhasil dan tidak berhasil. 1) Apakah yang biasa dilakukan dalam mengatasi masalah yang dihadapi

2) Cara apa yang pernah berhasil dan tidak berhasil serta apa saja yang menyebabkan kegagalan tersebut 3) Apa saja yang sudah dilakukan untuk mengtasi masalah sekarang 4) Apakah suka meninggalkan lingkungan untuk sementara agar dapat berfikir dengan jernih? 5) Apakah suka mengikuti latihan olah raga untuk mengurangi ketegangan? Apakah mencetuskan perasaannya dengan menangis?

Perilaku Beberapa gejala yang sering ditunjukkan oleh individu dalam keadaan krisis antara lain : a. Perasan tidak berdaya, kebingungan, depresi, menarik diri, keinginan bunuh diri atau membunuh orang lain b. Perasaan diasingkan oleh lingkungannya c. Kadang-kadang menunjukkan gejala somatic Pada krisis malapetaka (bencana) perilaku individu dapat diidentifikasi berdasarkan fase respon terhadap musibah yang dialami. Lima fase respon terhadap musibah yang dialami. a. Dampak emosional Fase ini termasuk kejadian itu sendiri dengan karakteristik sebagai berikut : syok, panik, takut yang berlebihan, ketidakmampuan mengambil keputusan dan menilai realitas serta mungkin terjadi perilaku merusak diri. b. Pemberani (heroic) Terjadi satu semangat kerjasama yang tinggi antara teman, tetangga dan tim kedaruratan mengatasi kecemasan dan depresi. Akan tetapi aktivitas yang terlalu berlebihan dapat menyebabkan keletihan. c. Honey moon (bulan madu) Fase ini mulai terlihat satu minggu sampai beberapa bulan setelah terjadi malapetaka. Bantuan orang lain berupa uang, sumber daya serta dukungan dari berbagai pihak terkumpulkan, akan membantu membentuk masyarakat baru. Masalah psikologis dan masalah perilaku mungkin terselubung. d. Kekecewaan Fase ini berakhir dalam 2 bulan sampai satu tahun. Pada saat ini individu merasa sangat kecewa, timbul kebencian, frustasi dan perasaan marah. Korban sering membandingkan keadaan tetangganya dengan dirinya dan mulai tumbuh rasa benci/bermnusuhan terhadap orang lain.

e.

Rekontruksi reorganisasi Individu mulai menydari bahwa ia harus menghadapi dan mengatasi masalahnya. Mereka mulai membangun rumah, bisnis dan hidupnya. Fase ini akan berakhir dalam beberapa tahun setelah terjadinya musibah

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN Beberapa diagnosa keperawatan pada pasien krisis antara lain : a. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan anak dalam keadaan sakit, yang ditandai dengan terbatasnya kemampuan berkonsentrasi, agitasi motorik b. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kematian putrinya yang ditandai dengan ketidakmampuan mengingat kecelakaan yang dialami bersamaan putrinya tersebut. c. Koping keluarga tidak efektif untuk mencapai kata sepakat berhubungan dengan perpisahan dengan suami yang ditandai dengan ketergantungan berlebihan terhadap temannya, selalu berfikir tentang kepulangan suaminya. d. Koping keluarga tidak efektif untuk mendapat persetujuan berhubungan dengan istri didiagnosa kanker, ditandai perasaan berduka, takut dan merasa bersalah e. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan pernikahan putrinya ditandai dengan batsa keluarga yang tidak jelas, pola komuniksi yang menyimpang. Diagnosis medic (PPGJ II, 1983) 1. Gangguan penyesuaian dengan efek (mood) depresi 2. Gangguan penyesuaian kecemasan 3. Gangguan penyesuaian emosional 4. Gangguan penyesuaian dan gangguan tingkah laku 5. Gangguan penyesuaian dengan campuran gangguan tingkah laku dan emosi 6. Gangguan penyesuaian menarik diri 7. Gangguan stress pasca trauma Diagnose keperawatan (NANDA) 1. Anxietas 2. Koping keluarga tidak efektif 3. Koping individu tidak efektif 4. Perubahan proses keluarga 5. Berduka 6. Takut 7. Perubahan tumbuh kembang 8. Defisit pengetahuan

9. Perubahan menjadi orang tua 10. Respon psaca trauma 11. Gangguan harga diri 12. Isolasi sosial 13. Distress spiritual. 3. PERENCANAAN Langkah selanjutnya dari intervensi krisis adalah membuat perencanaan. Dinamika yang mendasari krisis diformulasikan berdasarkan informasi dengan

memperhatikan: a. Faktor pencetus

b. Alternatif pemecahan masalah Langkah-langkah untuk mencapai pemecahan masalah seperti menentukan lingkungan pendukung yang membantu pemecahan masalah serta bagaimana memperkuat sistem tersebut. Mekanisme koping yang perlu dikembangkan dan diperkuat. Tujuan : a. Membantu pasien agar dapat berfungsi kembali seperti sebelum terjadi krisis

b. Meningkatkan fungsi pasien dari sebelum terjadi krisis (bila mungkin) c. Mencegah terjadinya dampak serius dari krisis misalnya bunuh diri.

Tindakan keperawatan Tindakan keperawtan utama dapat dibagi 4 tingkat dengan urutan dari dangkal sampai yang paling dalam yaitu : a. Manipulasi lingkungan untuk memperoleh dukungan situasi

b. Dukungan umum (general support): buatlah pasien merasa bahwa perawat ada disampingnya dan siap membantu. Sikap perawat hangat, menerima, empati secara penuh perhatian merupakan dukungan bagi pasien. c. Pendekatan umum (general approach): membantu klien menghadapi proses berduka seperti pada korban malapetaka d. Pendekatan individual (individual approach): terapi terhadap masalah spesifik pada pasien tertentu, efektif untuk semua tipe krisis 4. EVALUASI Beberapa hal yang perlu dievaluasi antara lain : a. Dapatkah individu menjalankan fungsinya kembali seperti sebelum terjadi krisis?

b. Sudahkah ditemukan kebutuhan utama yang dirasakan terancam oleh kejadian yang menjadi factor pencetus? c. Apakah perilaku maladaptif atau symptom ditunjukkan telah berkurang?

d. Apakah mekanisme koping yang adaptif telah berfungsi kembali? e. Apakah individu telah mempunyai sistem pendukung sebagai tempat dia bertumpu? Read more: http://texbuk.blogspot.com/2011/06/asuhan-keperawatan-jiwa-padaklien.html#ixzz1wM3xrVtS

Anda mungkin juga menyukai