Anda di halaman 1dari 8

A.

Pengertian
Krisis adalah suatu kondisi dimana individu tak mampu mengatasi masalah dengan
cara (mekanisme koping) yang biasa dipakai. Krisis dapat terjadi akibat ketidakseimbangan
psikologis, yang merupakan hasil dari peristiwa menegangkan atau mengancam integritas
diri. Hal ini merupakan bagian dari kehidupan yang dapat terjadi dengan bentuk dan
penyebab yang bermacam-macam, dan dapat disebabkan karena factor eksternal maupun
internal. (Asuhan Keperawatan Jiwa, Sujono Riyadi & Teguh Purwanto, 2009)
Krisis adalah gangguan internal yang diakibatkan oleh suatu keadaan yang dapat
menimbulkan stress, dan dirasakan sebagai ancaman bagi individu. Krisis terjadi jika
seseorang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan hidup yang penting, dan tidak dapat
diatasi dengan penggunaan metode pemecahan masalah (koping) yang biasa digunakan.

B. Rentang Respon
Respon Terhadap Krisis
• Reaksi individu terhadap suatu krisis dapatmembentuk suatu pola, yaitu:
– Reaksi emosional = rasa takut, marah, bersalah dan berkabung
– Reaksi mental = kesulitan dalam berkonsentrasi,kebingungan dan mimpi buruk
– Reaksi fisik = sakit kepala, lemah dan gangguanperut
– Reaksi perilaku = gangguan makan dan tidur,isolasi diri dan kegelisahan

C. Macam-Macam Krisis
1. Krisis Maturasi
Perkembangan kepribadian merupakan suatu rentang yang setiap saat tahap mempunyai
tugas dan masalah yang harus diselesaikan untuk menuju kematangan pribadi individu.
Keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan masalahnya tiap tahap dipengaruhi
kemampuan individu mengatasi stress yang terjadi dalam kehidupannya. Krisis maturasi
terjadi dalam satu periode transisi masa perkembangan yang dapat mengganggu
keseimbangan psikologis, seperti pada masa pubertas, masa perkawinan, menjadi orang
tua, menopause, dan usia lanjut. Krisis maturasi memerlukan perubahan peran yang
dipengaruhi oleh peran yang memadai, sumber – sumber interpersonal, dan tingkat
penerimaan orang lain terhadap peran baru.
2. Krisis Situasi
Krisis situasi terjadi apabila keseimbangan psikologis terganggu akibat dari suatu
kejadian yang spesifik, seperti kehilangan pekerjaan, kehamilan yang tidak diinginkan
atau kehamilan diluar nikah, penyakit akut, kehilangan orang yang dicintai, kegagalan
disekolah. Peristiwa tersebut dapat berupa :
a. Peristiwa Dapat Diduga
Peristiwa tersebut dapat terjadi dalam peristiwa hidup (misal : memulai sekolah, gagal
sekolah), hubungan dalam keluarga (misal : bertambah anggota keluarga, berpisah,
percereaian) dan diri sendiri (misal : putus pacar).
b. Peristiwa Tak TerdugaPeristiwa yang sangat traumatic dan tidak pernah diharapkan.
Peristiwa tersebut misalnya individu mengalami peristiwa seperti kematian orang yang
dicintai akibat PHK, diperkosa, dipenjara, kecelakaan atau bencana.

3. Krisis Malapetaka ( Krisis Sosial )


Krisis ini disebabkan oleh suatu kejadian yang tidak diharapkan serta menyebabkan
kehilangan ganda dan sejumlah perubahan di lingkungan seperti : gunung meletus,
kebakaran dan banjir. Krisis ini tidak dialami oleh setiap orang seperti halnya pada krisis
maturasi.

D. Faktor Krisis
Faktor pencetus terjadinya krisis adalah sebagai berikut :
1. Kehilangan : kehilangan orang yang penting, perceraian, pekerjaan.
2. Transisi : pindah rumah, lulus sekolah, perkawinan, melahirkan.
3. Tantangan : promosi, perubahan karir.
4. Kualitas dan maturitas ego dinilai berdasarkan (G. Caplan 1961) hal-hal sebagai berikut
:
a. Kemampuan seseorang untuk menahan stress dan ansietas serta mempertahankan
keseimbangan.
b. Kemampuan mengenal kenyataan yang dihadapi serta memecahkan masalah.
c. Kemampuan untuk mengatasi masalah serta mempertahankan keseimbangan sosial.
Faktor pengimbang (balancing factory) . dalam penyelesaian suatu krisis harus
dipertimbangkan beberapa faktor pengimbang yaitu sebagai berikut :
1. Persepsi individu terhadap kejadian, arti kejadian tersebut pada individu. Pengaruh
kejadian terhadap masa depan individu. Pandangan realistis dan tidak realistis terhadap
kejadian.
2. Situasi yang mendorong/dukungan situasi. Ada orang / lembaga yang dapat mendorong
individu.
Mekanisme koping yang dimiliki oleh individu yaitu sikap yang biasa dilakukan
individu dalam menangani masalahnya.

E. Proses terjadinya krisis


Fase 1
a) Individu dihadapkan pada stressor pemicu.
b) Kecemasan meningkat, individu menggunakan teknik problem solving yang biasa
digunakan.
Fase 2
a) Kecemasan makin meningkat karena kegagalan penggunan teknik problem
solving sebelumnya.
b) Individu merasa tidak nyaman, tak ada harapan, bingung.
Fase 3
a) Untuk mengatasai krisis individu menggunakan semua sumber untuk memecahkan
masalah, baik internal maupun eksternal.
b) Mencoba menggunakan teknik problem solving baru, jika efektif terjadi resolusi.
Fase 4
a) Kegagalan resolusi
b) Kecemasan berubah menjadi kondisi panik, menurunnya fungsi kognitif, emosi labil,
perilaku yang merefleksikan pola pikir psikotik

F. Pengkajian Sampai Dengan Evaluasi krisis


A. Pengkajian
Dalam menangani masalah, harus mengingat waktu krisis dan penyelesaiannya. Waktu
tersebut sangat singkat (paling lama 6 minggu), maka pengkajiannya harus dilaksanakan
secara spesifik dan ditekankan pada masalah yang actual. Beberapa aspek yang harus
dikaji adalah :
1. Peristiwa Pencetus, termasuk kebutuhan yang terancam oleh kejadian dan gejala yang
timbul, misalnya :
a. Kehilangan orang yang dicintai, baik karena perpisahan maupun karena kematian.
b. Kehilangan bio-psiko-sosial, seperti kehilangan salah satu bagian tubuh karena
operasi, penyakit, kehilangan pekerjaan, kehilangan peran social, dan lain-lain.
c. Kehilangan milik pribadi, misalnya kehilangan harta benda, kewarganegaraan,
rumah digusur.
d. Ancaman kehilangan, misalnya ada anggota keluarga yang sakit, perselisihan yang
hebat dengan pasangan hidup.
e. Perubahan-perubahan seperti pergantian pekerjaan, pindah rumah, garis kerja yang
berbeda.
f. Ancaman-ancaman lain yang dapat diidentifikasi, termasuk semua ancaman
terhadap pemenuhan kebutuhan.

2. Mengidentifikasi persepsi pasien terhadap kejadian. Persepsi terhadap kejadian yang


menimbulkan krisis, termasuk pokok-pokok pikiran dan ingatan yang berkaitan dengan
kejadian tersebut. Persepsi tersebut meliputi :
a. Apa makna / arti kejadian bagi individu
b. Pengaruh kejadian terhadap masa depan.
c. Apakah individu memandang kejadian tersebut secara realistic.

3. Mengidentifikasi sikap dan kekuatan dari system pendukung meliputi keluarga, sahabat
dan orang-orang penting yang mungkin dapat membantu pasien, seperti :
a. Dengan siapa pasien tinggal ?
b. Apakah punya teman tempat mengeluh / curhat ?
c. Apakah pasien dapat menceritakan masalah yang dihadapi bersama keluarga?
d. Apakah ada orang / lembaga yang dapat member bantuan ?
e. Apakah punya keterampilan untuk mengganti fungsi orang yang hilang, dan
sebagainya ?

4. Mengidentifikasikan kekuatan dan mekanisme koping sebelumnya :


a. Apa yang biasa dilakukan saat mengatasi masalah ?
b. Cara apa yang pernah berhasil dan tidak berhasil serta apa saja yang menyebabkan
kegagalan tersebut ?
c. Apa saja yang sudah dilakukan untuk mengatasi masalah sekarang ?
d. Apakah pasien suka menyendiri atau meninggalkan lingkungan agar dapat berpikir
dengan jernih ?
e. Apakah pasien suka mengikuti latihan olahraga untuk mengurangi ketegangan ?
f. Apakah pasien mencetuskan perasaannya dengan menangis ?

Data yang dikumpulkan berkaitan dengan koping individu tak efektif ialah sebagai berikut
:

1. Mengungkapkan tentang kesulitan dengan stress kehidupan.

2. Perasaan tidak berdaya, kebingungan, putus asa.

3. Perasaan diasingkan oleh lingkungan.

4. Mengungkapkan ketidakmampuan mengatasi masalah atau meminta bantuan.

5. Mengungkapkan ketidakpastian terhadap pilihan – pilihan.

6. Mengungkapkan kurangnya dukungan dari orang yang berarti.

7. Ketidakmampuan memenuhi peran yang diharapkan.

8. Perasaan khawatir, ansietas.

9. Perubahan dalam partisipasi social.

10. Tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar.

11. Tampak pasif, ekspresi wajah tegang.

12. Perhatian menurun.

B. Perilaku
Beberapa gejala yang sering ditunjukkan oleh individu dalam keadaan krisis antara lain :
1. Perasaan tidak berdaya, kebingungan, depresi, menarik diri, keinginan bunuh diri atau
membunuh orang lain.
2. Perasaan diasingkan oleh lingkungannya.
3. Kadang-kadang menunjukka gejala somatic.
Pada krisis akibat bencana, perilaku individu dapat diidentifikasi berdasarkan 5 fase
respon. Fase respon tersebut yaitu :
1. Dampak Emosional.
Fase ini termasuk dampak dari kejadian itu sendiri, dengan karakteristik sebagai berikut :
shock, panic, takut yang berlebihan, ketidakmampuan mengambil keputusan, dan
memulai realitas serta mungkin terjadi perilaku merusak diri.
2. Pemberani (heroine).
Terjadi suatu semangat kerja sama yang tinggi antara teman, tetangga dan tim
kedaruratan mengatasi kecemasan dan depresi namun tindakan yang terlalu berlebihan
dapat menyebabkan keletihan
3. Honey Moon (Bulan Madu).
Fase ini mulai terlihat satu minggu sampai beberapa bulan setelah terjadi bencana.
Bantuan orang lain berupa uang, sumber daya serta dukungan dari berbagai pihak
terkumpulkan, akan membantu masyarakat baru. Masalah psikologis dan masalah
perilaku mungkin terselubung.
4. Kekecewaan.
Fase ini berakhir dua bulan sampai satu tahun. Pada saat ini individu merasa sangat
kecewa, timbul kebencian, frustasi, dan perasaan marah. Individu sering
membandingkan keadaan tetangganya dengan dirinya dan mulai tumbuh rasa benci
atau bermusuhan terhadap orang lain.
5. Rekonstruksi Reorganisasi.
Individu mulai menyadari bahwa ia harus menghadapi dan mengatasi masalahnya.
Mereka mulai membangun rumah, bisnis dan hidupnya. Fase ini akan berakhir dalam
beberapa tahun setelah terjadinya bencana.

C. Diagnosa Keperawatan
1. Peristiwa Kehilangan.
2. Mekanisme Koping Tidak Efektif.
3. Stress
4. Krisis
5. Resiko Ansietas

D. Intervensi
Dengan Klien :
1. Membina hubungan saling percaya dengan lebih banyak memakai komunikasi non
verbal.
2. Mengizinkan pasien untuk menangis.
3. Menunjukkan sikap empati.
4. Menyediakan kertas dan alat tulis jika pasien belum mau berbicara.
5. Mengatakan kepada pasien bahwa perawat dapat mengerti apabila dia belum siap
untuk
membicarakan perasaannya dan mungkin pasien merasa bahwa nanti perawat akan
mendengarkan jika dia sudah bersedia berbicara.
6. Membantu pasien menggali perasaan serta gejala – gejala yang berkaitan dengan
perasaan kehilangan.

Dengan Keluarga Klien :


1. Melakukan pendekatan kepada anggota keluarga dengan sikap yang hangat, empati dan
memberi dukungan.
2. Menanyakan kepada keluarga tentang penyakit yang diderita oleh anggota
keluarganya, seperti timbulnya penyakit, beban yang dirasakan, akibat yang diduga
timbul karena penyakit yang didertita oleh anggota keluarga tersebut.
3. Menanyakan tentang perilaku keluarga yang sakit.
4. Menanyakan tentang sikap keluarga secara keseluruhan dalam menghadapi keluarga
yang sakit.
5. Mendiskusikan dengan keluarga apa yang sudah dilakukan untuk mengatasi perasan
cemas, takut, dan rasa bersalah.

E. Tujuan
Pasien dapat mengungkapkan perasaan secara bebas.

F. Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan yang utama dapat dibagi menjadi 4 tingkatan dari urutan yang
paling dangkal sampai paling dalam, yaitu :
1) Manipulasi lingkungan. Ini adalah intervensi dengan merubah secara langsung
lingkungan fisik individu atau situasi interpersonalnya, untuk memisahkan individu
dengan stressor yang menyebabkan krisis.

2) Dukungan umum (general support). Tindakan ini dilakukan dengan membuat pasien
merasa bahwa perawat ada disampingnya dan siap untuk membantu, sikap perawat
yang hangat, menerima, empati, serta penuh perhatian merupakan dukungan bagi
pasien.

3) Pendekatan genetic (genetic approach). Tindakan ini digunakan untuk sejumlah besar
individu yang mempunyai resiko tinggi, sesegera mungkin. Tindakan ini dilakukan
dengan metode spesifik untuk individu – individu yang menghadapi tipe krisis dan
kombinasi krisis atau jika ada resiko bunh diri / membunuh orang lain.

4) Pendekatan individual (individual approach). Tindakan ini meliputi penentuan


diagnose, dan terapi terhadap masalah spesifik pada pasien tertentu. Pendekatan
individual ini efektif untuk semua tipe krisis dan kombinasi krisis atau jika ada resiko
bunuh diri/membunuh orang lain.

G. Evaluasi
1. Dapatkah individu menjalankan fungsinya kembali seperti sebelum krisis terjadi ?
2. Sudah ditemukan kebutuhan utama yang dirasakan tercantum oleh kejadian yang
menjadi factor pencetus ?
3. Apakah perilaku maladaptif atau symptom yang ditunjukkan telah berkurang ?
4. Apakah mekanisme koping yang adaptif sudah berfungsi kembali ?
5. Apakah individu telah mempunyai pendukung sebagai tempat ia bertumpu/berpegang ?
6. Pengalaman apa yang diperoleh oleh individu yang mungkin dapat membantunya
dalam menghadapi keadaan krisis dikemudian hari ?

Anda mungkin juga menyukai