Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPUTUSASAAN

Nama : Muhammad Helmy Maulani


NIM : 1910711066

Dosen Pembimbing :
Ns. Duma Lumban Tobing, M. Kep, Sp. Kep. J

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PRODI S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
2022
I. Kasus
Keputusasaan adalah suatu kondisi emosional subjektif yang dipertahankan klien
karena klien tidak melihat adanya pilihan pribadi atau pilihan alternatif untuk
memecahkan masalah; karena ketiadaan hasrat dan ketidakmampuan diri untuk
memobilisasi energinya (Carpenito-Moyet, 2009).

II. Proses Terjadinya Masalah


a. Faktor predisposisi
1. Teori kehilangan yang berhubungan dengan factor perkembangan,
misalnya kehilangan orang tua pada masa anak-anak. Teori ini
menjelaskan bahwa seseorang tidak berdaya dalam mengatasi kehilangan.
2. Teori kepribadian teori ini menjelaskan ada kepribadian seseorang yang
menyebabkan rentan terhadap suatu rasa putus asa
3. Model kognitif, model ini menjelaskan bahwa putus asa merupakan
masalah kognitif yang didominasi oleh penilaian negatif seseorang
terhadap diri sendiri, lingkungan, dan masa depan.
4. Model belajar ketidakberdayaan putus ada dimulai dari kehilangan kendali
diri kemudian menjadi pasif dan tidak mampu menyelesaikan masalah.
Setelah itu, pada individu timbul keyakinan akan ketidakmampuan
mengendalikan kehidupan sehingga tidak berupaya mengembangkan
respon yang adaptif.
5. Model perilaku putus asa terjadi karena kurangnya pujian positif selama
berinteraksi dengan lingkungan
6. Model biologis pada keadaan ini, dalam tubuh seseorang terjadi penurunan
zat kimiawi yaitu katekolamin, tidak berfungsinya endokrin dan terjadi
peningkatan sekresi dari kortisol

b. Factor presipitasi
1. Factor biologis bila seseorang mengalami gangguan fisik tertentu, atau
pengobatan yang berlangsung lama akan menyebabkan seseorang
mengalami kondisi putus asa.
2. Faktor psikologis bila seseorang merasa kehilangan kasih saying dari
seseorang yang dicintainya atau kehilangan harga dirinya akan
menyebabkan konndisi putus asa.
3. Factor sosial budaya bila seseorang mengalami kehilangan peran karena
adanya perceraian atau kehilangan pekerjaan karena pemutusan pekerjaan
akan menyebabkan kondisi putus asa.

c. Mekanisme Koping
a) Berpusat pada emosi
Pasien berorientasi untuk mengurangi stress emosionalnya
b) Berpusat pada masalah
Upaya yang disadari dan berorientasi pada tindakan untuk memenuhi
tuntunan situasi stress secaara realitas

d. Rentang respon

Respons Emosional : Respons emosional adalah respons yang paling adaptif


Reaksi Berduka Rumit : Reaksi berduka yang rumit adalah respons adaptif
dalam menghadapi stress
Supresi Emosi : Supresi emosi adalah respons maladaptif
Reaksi Berduka yang Tertunda : Reaksi berduka yang tertunda adalah respons
maladaptif
Putus Asa : Putus asa adalah respons emosional yang paling maladaptive
III. A. Pohon Masalah
Resiko Bunuh Diri (Efek)

Keputusasaan (Masalah utama)

Gangguan Konsep Diri : harga diri rendah kronis (Causa)

B. Masalah Keperawatan dan data yang dapat dikaji


Keputusasaan
Data yang dikaji :
Pengalaman masa lalu pasien, riwayat penyakit, perasaan yang dialami pasien

IV. Diagnosa Keperawatan


Keputusasaan

V. Rencana Tindakan Keperawatan


Tujuan Umum : Klien mampu mengekspresikan harapan positif tentang masa
depan, mengekspresikan tujuan dan arti kehidupan
Tujuan Khusus :
a. Pasien mampu membina hubungan saling percaya
b. Pasien mampu mengungkapkan penyebab dari rasa keputusasaan
c. Pasien mampu mengungkapkan harapan yang diinginkan

Intervensi Keperawatan :
Tindakan Keperawatan pada Pasien :
a. Identifikasi rasa frustasi, marah, dan amuk pada pasien
b. Fasilitasi mengungkapkan perasaan cemas, marah atau sedih
c. Lakukan sentuhan untuk memberikan dukungan (mis. Merangkul, menepuk-
nepuk)
d. Anjurkan mengungkapkan perasaan yang dialami
e. Anjurkan mengungkapkan pengalaman emosional sebelumnya dan pola
respons yang biasa digunakan

Tindakan Keperawatan pada Keluarga :

SP 1 Keluarga

a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien


b. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya keputusasaan dan
mengambil keputusan merawat pasien
c. Melatih keluarga cara merawat anggota keluarga dengan keputusasaan
d. Membimbing keluarga merawat anggota keluarga dengan keputusasaan

SP 2 Keluarga

a. Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang


mendukung menurunkan rasa tidak putus asa pada pasien
b. Mendiskusikan tanda dan gejala kekambuhan yang memerlukan rujukan
segera ke fasilitas pelayanan kesehatan
c. Menganjurkan follow up fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur
VI. Referensi
Stuart, G. W. (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart (B.
A. Keliat & J. Pasaribu (eds.); (1st ed). Elsevier.

Nurhalimah. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Jiwa. Jakarta:


Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.

Keliat, B.A. (2005). Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: EGC Keliat,
B.A., Akemat, Helena, N., Susanti, H., Panjaitan, R.V., Wardani, I, Y., dkk.
(2006). Modul praktek keperawatan profesional jiwa (MPKP Jiwa). Jakarta: FIK
UI dan WHO

Tim Pokja SDKI DPP PNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta
Selatan. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SDKI DPP PNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SDKI DPP PNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai