Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN ISOLASI SOSIAL

Dosen pembimbing :

Ns. Duma L Tobing, M.Kep, Sp.Kep.J

Disusun oleh :

Risma Aprelia

2010701056

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM DIPLOMA TIGA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA

Jl. Limo Raya No. 1, Limo, Sawangan, Kota Depok, Jawa Barat 16518

Telp (021) 75332884, website : www.upnvj.ac.id

2022
BAB 1

LANDASAN TEORI

1. Kasus Isolasi Sosial


a. Pengertian
Isolasi sosial adalah kesepian yang dialami oleh in *dividu dan dianggap disebabkan oleh
orang lain dan sebagai kondisi yang negatif dan mengancam. Isolasi sosial klien
merupakan ketidakmampuan untuk mengungkapkan perasaannya yang dapat
menyebabkan klien mengungkapkan perasaannya secara kasar (Sukaesti. 2018).
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. pasien
mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, tidak mampu membina hubungan yang
berarti dengan orang lain (AH.Yusuf, dkk 2019).

II. Proses terjadinya masalah


a. Faktor predisposisi:
Ada juga factor predisposisi yang menyebabkan antara lain adanya stressor sosiokultural
dan psikologis yang dapat menjadi predisposisi klien untuk mengalami kecemasan
(Arisandy 2017).
1. Aspek Biologis
Faktor yang paling berpengaruh pada klien yang menerima terapi pelatihan keterampilan
sosial adalah adanya latar belakang genetik sebesar 667%. Faktor genetik berperan dalam
perkemangan gangguan kejiwaan pada pasien skizofrenia
2. Aspek psikologis
Faktor yang mempengaruhi aspek psikologis terutama karena riwayat kegagalan/kerugian
(778%). Pengalaman kehilangan dan kegagalan akan mempengaruhi respon individu
terhadap stressor
3. Aspek Sosial Budaya
Ketika klien mengambil alih aspek sosial udaya utama adalah pendidikan sekolah
menengah pertama dan status sosial ekonomi rendah.
b. Faktor presipitasi
Sebagai faktor yang dapat menyebabkan seseorang hidup dalam isolasi sosial: penarikan
adalah masa pertumbuhan dan perkembangan yang belum dialami dengan baik, adanya
gangguan komunikasi dalam keluarga, selain itu juga ada norma-norma yang salah yang
diterapkan dalam keluarga dan faktor biologis berupa gen yang diturunkan dari keluarga
yang menyebabkan klien mengalami gangguan jiwa (Arisandy 2017).

c. Mekanisme koping
Klien menggunakan mekanisme koping dalam upaya mengatasi ketakutan bahwa kesepian
sebenarnya mengancam. Mekanisme koping yang umum digunakan adalah pemisahan
proyeksi dan isolasi. Penolakan adalah keinginan yang tidak dapat diterima lagi orang
untuk mengungkapkan perasaan mereka tentang orang lain melalui kesalahan mereka.
Splitting adalah ketidakmampuan individu untuk menjelaskan dengan menilai baik dan
jahat. Sedangkan isolasi adalah tindakan keterasingan dari orang lain dan lingkungan
(Sutejo 2017).
d. Rentang respon

Rentang respon yang terjadi pada klien yang mengalami gangguan isolasi social mulai dari
respons adaptif hingga respons yang maladaptive.
1. Respon adaptif adalah Respon yang masih diterima dan diterapkan oleh norma sosial
budaya secara umum yaitu individu dalam atas normal untuk menyelesaikan:
a. Proses berpikir: cara melihat yang mengarah pada kenyataan.
b. Persepsi yang akurat : adalah cara yang benar untuk melihat kenyataan.
c. Emosi yang konsisten dengan pengalaman: Ini adalah emosi yang datang dari hati
berdasarkan pengalaman.
d. Hubungan sosial : adalah kesalahpahaman atau penilaian sederhana yang sebenarnya
terjadi karena rangsangan panca indera. Respon adaptif Ini adalah respons di mana klien
dihadapkan pada masalah yang tidak dapat diselesaikan dan membebani masalah
tersebut.

2. Respon Maladaptif Adalah respon dimana klien jika menghadapi masalah tidak dapat
memecahkan dan menjadikan masalah tersebut sebagai beban.
a. Waham adalah ide yang menetap keyakinan yang salah yang tidak sesuai dengan latar
belakang udaya klien.
b. Halusinasi Ini adalah ketidakmampuan individu untuk mengidentifikasi dan menafsirkan
rangsangan dengan informasi yang diterima dari panca indera
c. Menangani emosi yang tidak tepat
d. Perilaku abnormal Ini adalah perilaku yang salah
e. Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh individu dan diterima
oleh orang lain sebagai keadaan yang negatif atau mengancam.

III. A. Pohon masalah Isolasi Sosial

B. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji


1. Masalah keperawatan:
a. Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi…
b. Isolasi sosial: menarik diri
c. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
2. Data yang perlu dikaji
a. Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi
1. Data Subjektif:
● Klien mengatakan mendengar berhubungan dengan stimulus nyata bunyi yang tidak
● Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata
● Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus
● Klien merasa makan sesuatu Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
● Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar
● Klien ingin memukul/melempar barang-barang
1. Data Objektif:
● Klien berbicara dan tertawa sendiri
● Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu Klien berhebti bicara ditengah kalimat
untuk Mendengarkan sesuatu
b. Isolasi Sosial: menarik diri
1. Data Subyektif:
● Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa apa, bodoh, mengkritik
diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
2. Data Obyektif:
● Klien terlihat lebih suka sendin, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin
mencederai diri/ingin mengakhiri hidup.
C. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
1. Data subyektif.
● Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa apa, bodoh, mengkritik
diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
2. Data obyektif:
● Klien tampak lebih suka sendin, bingung bila disuruh memilih altematif tindakan, ingin
mencederal diri ingin mengakhiri hidup.

IV. Diagnosa keperawatan


1. Isolasi Sosial
2. Gangguan Herga Diri Rendah
3. Resiko perubahan persepsi; Halusinasi
V. Rencana tindakan keperawatan
Tindakan keperawatan adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana asuhan
keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Carpenito dalam
Yusuf, dkk. 2015). Sebelum tindakan keperawatan diimplementasikan, perawat perlu
memvalidasi apakah rencana tindakan yang ditetapkan masih sesuai dengan kondisi pasien saat
ini (here and now) (Yusuf dkk. 2015). Dalam asuhan keperawatan jiwa, untuk mempermudah
pelaksanaan tindakan keperawatan maka perawat perlu membuat strategi pelaksanaan tindakan
keperawatan yang meliputi SP pasien dan keluarga (Trimeilia, 2011). SP dibuat menggunakan
komunikasi terapeutik yang terdiri dari fase orientasi, fase kerja, dan terminasi (Yusuf dkk.
2015).
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, mempunyai tujuan
serta kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Farida dan Yudi, 2010). Terdapat 3 fase
dalam dalam komunikasi terapeutik, dimana fase pertama yaitu fase orientasi yang
menggambarkan situasi pelaksanaan tindakan yang akan dilakukan, kontrak waktu dan tujuan
pertemuan yang diharapkan. Fase kerja berisi beberapa pertanyaan yang akan diajukan untuk
pengkajian lanjut, pengkajian tambahan, penemuan masalah bersama dan/atau penyelesaian
tindakan. Fase terminasi merupakan saat untuk mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan,
menilai keberhasilan atau kegagalan dan merencanakan untuk kontrak waktu pertemuan
selanjutnya. (Yusuf dkk.)

DAFTAR PUSTAKA
Nadya Fitri Pratiningtyas. 2019. Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan jiwa isolasi sosial.
Malang
Eko Prabowo.2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta
Farida Kusumawati & Yudi Hartono.2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.
Mukhripah Damayanti & Iskandar.2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika
Aditama.
Trimcilia. 2012. Asuhan Keperawatan Klien Isolasi Sosial. Jakarta Timur: TIM.

Anda mungkin juga menyukai