Anda di halaman 1dari 57

KONSEP DAN

MANAJEMEN KRISIS

VENY ELITA, SKP, MN


K J F D J I WA KO M U N I TA S
FA K U LTA S K E P E R AWATA N U N R I
PENDAHULUAN
• Situasi sress merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari.
Setiap situasi stress dapat mencetuskan sebuah krisis.
• Krisis menghasilkan sebuah ketidakseimbangan dimana
banyak individu yang memerlukan bantuan untuk kembali
pulih.
• Intervensi Krisis memerlukan keterampilan problem
solving yang seringnya berkurang karena tingginya
kecemasan yang menyertai ketidakseimbangan.
• Bantuan problem solving selama periode krisis akan
mempertahankan rasa harga diri dan mendorong
kemampuan individu mencapai resolusi
KRISIS
• Kejadian tiba2 dalam kehidupan seseorang yang
mengubah homeostasis, yang terjadi ketika
mekanisme koping yang biasa digunakan tidak
berhasil menyelesaikan permasalahan (Lagerquist,
2001, p.340).
• Sebuah gangguan yang disebabkan oleh suatu
peristiwa yang menegangkan atau dianggap sebagai
ancaman (Stuart, 2009)
KRISIS

• suatu kejadian atau peristiwa yang terjadi


secara tiba-tiba dalam kehidupan seseorang
yang mengganggu keseimbangan selama
mekanisme coping individu tersebut tidak
dapat mecahkan masalah. mempertahankan
keseimbangan psikologis
KRISIS
• Dalam bahasa China, krisis diucapkan dengan wei-ji dan
mempunyai dua arti yaitu “bahaya” dan “peluang” . two
side in the same coin.
• Dalam kamus Webster, krisis didefinisikan sebagai “suatu
titik balik untuk menuju keadaan lebih baik atau lebih
buruk”.
• Jadi dari suatu situasi ini, individu dapat menjadi lebih
baik atau lebih buruk.
KARAKTER KRISIS
(TOWNSEND, 2009)
• Krisis terjadi pada semua individu, tidak
selalu patologis
• Krisis dipicu oleh peristiwa yang spesifik
• Krisis bersifat personal
• Krisis bersifat akut, tidak kronis, waktu
singkat(4-6 minggu)
• Krisis berpotensi terhadap perkembangan
psikologis atau memperburuk
• Suatu krisis berbeda dengan suatu situasi yang
menekan/stressful event.
• Walaupun merasa tak nyaman dan seringkali
mengalami kecemasan yang menggusarkan, namun
pada umumnya individu sanggup memanfaatkan
mekanisme penanggulangan/koping untuk
mengatasi suatu situasi yang menekan
• Sedangkan dalam situasi krisis, mekanisme koping
tersebut tidak bekerja dan individu tak sanggup
menanggulangi dan mengatasi situasi tersebut
(Wright, 1991).
• Masing – masing individu bisa saja memandang
suatu situasi atau peristiwa dalam suatu cara
yang berbeda, seseorang bisa saja
memandangnya sebagai suatu situasi yang
menekan dan mengatasi rintangan tersebut
sementara orang lain mungkin saja tak sanggup
menyesuaikan diri atau menanggulangi situasi
tersebut dan dengan demikian merasakannya
sebagai suatu krisis.
• Perbedaan ini merupakan suatu akibat dari
tipe kepribadian, sumber,/dukungan dan
keterampilan koping dan pengalaman masa
lampau seseorang dengan tekanan atau
stressor tertentu
(Roberts dan Yeager, 2009).
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
• Pengalaman problem solving sebelumnya
• Persepsi individu terhadap suatu masalah
• Adanya bantuan atau bahkan hambatan dari orang
lain
• Jumlah dan tipe krisis sebelumnya
• Waktu terakhir mengalami krisis
• Kelompok beresiko
• Resilient ( individu yang tabah/ulet ) mempunyai
harga diri tinggi, berdaya guna, mempunyai
keterampilan memecahkan masalah, mempunyai
kepuasan dalam hubungan interpersonal
FAKTOR RESIKO
• Wanita
• Etnik minoritas
• Kondisi social ekonomi rendah
• Problematik predisaster
functioning and personality
FAKTOR PENCETUS

• Kehilangan : Kehilangan orang yang


penting, Perceraian, Pekerjaan
• Transisi : Pindah rumah, Lulus sekolah,
Perkawinan, Melahirkan
• Tantangan : Promosi, Perubahan karir
MACAM KRISIS
• Krisis maturasi/krisis perkembangan
Dipicu oleh stressor normal dalam proses
perkembangan
Terjadi pada masa transisi proses pertumbuhan dan
perkembangan, setiap peristiwa perkembangan
memerlukan perubahan peran
Setiap tahap perkembangan tergantung pada tahap
sebelumnya, setiap tahap perkembangan merupakan
tahap krisis bila tidak difasilitasi untuk dapat
menyelesaikan tugas perkembangan
Misal : Masuk sekolah, pubertas, menikah, meninggalkan
rumah, menjadi orang tua, pensiun dll •
HAL YANG MEMPENGARUHI SIFAT DAN
TINGKAT KRISIS MATURASI
1. Role model
 role model yang positif menjadi contoh bagi indvd
untuk berperan pada tahap perkembangan yang baru
2. Sumber interpersonal
 teman2 dan orang2 dekat mendorong individu untuk
mencoba perilaku baru untuk mencapai perubahan
peran
3. Respon orang lain
Penerimaan dari orang2 sekitar terhadap peran yang
baru juga sangat penting
MACAM KRISIS
Krisis situasional
 Terjadi apabila sebuah peristiwa mengganggu
keseimbangan psikologis seseorang atau suatu
kelompok. seperti : kehilangan pekerjaan, kehamilan
yang tidak diinginkan, atau penyakit akut, kehilangan
orang yang dicintai, kegagalan, timbulnya atau
memburuknya penyakit jiwa, perceraian, masalah
sekolah dan menyaksikan atau menjadi korban
kejahatan.
• Krisis situasional dapat terjadi secara
kebetulan, tidak biasa dan tidak
terduga
 Contoh : kematian orang yang dicintai, PHK,
diperkosa, dipenjara, bencana alam seperti
kebakaran, angin topan, banjir, gempa bumi
yang menghancurkan seluruh komunitas.
Contoh lainnya : pembunuhan di tempat kerja/
sekolah, kecelakaan pesawat, bom dsb
BENCANA
PROSES TERJADINYA BENCANA

Non Bencana Pasca


Bencana Bencana

Pra Trauma Emerg


bencana
Stabil

bencana Krisis Rekonst


PROSES TERJADINYA BENCANA

• Kondisi non bencana adalah kondisi tidak


ada bencana pada lokasi rawan bencana
• Kondisi bencana ditandai dengan
prabencana- mulai terjadinya bencana
hingga 24 jam setelah bencana.
• Kondisi pasca bencana adalah lebih dari 24
jam setelah terjadi bencana.
AKIBAT BENCANA
FASE RESPON TERHADAP BENCANA
1. Warning/Threat: semakin kecil warning, semakin besar shock
2. Impact : reaksi saat bencana : bingung, denial, fokus pada survival fisik
diri sendiri dan keluarga
3. Rescue/heroic : berusaha menyelamatkan orang lain
4. Remedy/honeymoon : banyak bantuan, simpati, ada optimisme
5. Inventory : menyadari jumlah yang hilang, merasa sangat lelah/ stress
6. Disillusionment : menyadari keterbatasan bantuan, tuntutan untuk
hidup, masalah kesehatan mulai terasa, merasakan ketidak-adilan
7. Rekonstruction/ recovery (pemulihan) : kesadaran dan tgg jawab utk
mencari solusi fisik-ekonomi, dukungan sosial

(US dept. of health dan human services, 2000 dalam Stuart, 2009)
TAHAP HEROIK

• Masyarakat saling bekerja sama


• Saling mendukung
• Mendahulukan kepentingan orang lain
• Bersikap pahlawan
TAHAP BULAN MADU
• Perhatian tertuju pada korban
• Perpindahan masyarakat meningkat
• Kesepakatan bersama masyarakat meningkat
• Orang-orang di luar masyarakat datang menolong
• Berbagai organisasi baik pemerintah atau swasta
menyesuaikan diri untuk membantu masyarakat
• Bila pada tahap ini tim bantuan keswa muncul dan
dirasa membantu, maka akan lebih mudah diterima
dan memiliki pondasi untuk memberikan bantuan
di fase sulit yg akan datang
TAHAP KEKECEWAAN
/DISILLUSIONMENT
• Tahap yang panjang untuk pemulihan kembali
• Para penolong pergi dan penduduk ditinggalkan
untuk menghadapi kenyataan
• Tim tanggap segera pergi
• Bantuan dan pertolongan berkurang
• Kehilangan menjadi nyata
• Meluasnya ketidakberdayaan
• Menyalahkan, dendam, cekcok
• Kesatuan memudar
TAHAP REKONSTRUKSI/PEMULIHAN
• Proses ini berlangsung bertahun2 setelah bencana
• Masyarakat mencari kenormalan baru
• Aktifitas ekonomi dan sosial kembali pulih
• Secara bertahap kembali pada rutinitas normal
• Survivor merenungkan makna/hikmah dibalik
peristiwa bencana dan memiliki kesempatan untuk
mengenali kekuatan diri dan mengkaji ulang
prioritas dalam kehidupan
RESPON UMUM TERHADAP BENCANA
INTERVENSI SAAT BENCANA
1. Segera (24 jam) setelah bencana
• Pertolongan kedaruratan
• Memenuhi kebutuhan dasar
• membantu indv melalui fase krisisnya
2. Minggu pertama – ketiga setelah bencana
• membantu mencari agg klg yg terpisah
• menganjurkan klien dan klg mlkkn aktifitas klmpk yg
terorganisir, mis ibadah bersama
• lakukan aktifitas rekreasi bg anak3
3. Setelah minggu ke tiga bencana
• Intervensi psikososial secara umum
• Intervensi psikososial secara khusus
• Evaluasi dan rujukan
INTERVENSI PSIKOSOSIAL UMUM
• Identifikasi individu dengan koping in efektif
• Bina hubungan saling percaya
• Penuhi kebutuhan fisik yang mendesak
• Mobilisasi dukungan sosial (tapi jangan
memaksa)
• Cegah timbulnya bahaya yang lain
• Mulai berkomunikasi (verbal dan non verbal)
• Sampaikan bahwa semua korban bencana
merasakan perasaan yang sama
• Tetap mensupervisi perawatan sampai reaksi
berlalu
INTERVENSI PSIKOSOSIAL
KHUSUS
• Konseling trauma,
• Konseling berduka
• Bimbingan antisipasi
• Konseling krisis
• Konseling untuk menyelesaikan
masalah
EVALUASI DAN RUJUKAN
Kriteria kasus yang perlu dirujuk :
• Kasus-kasus gangguan mental
• Korban dengan gejala-gejala psikologis yang
tidak memperlihatkan perubahan setelah 3
minggu dilakukan intervensi oleh perawat
• Korban yang mengalami disfungsi
• Korban yang berniat bunuh diri
• Penyalahgunaan alkohol / obat-obatan
• Kekerasan fisik dalam keluarga
• Kelompok resiko tinggi
TAHAP PERKEMBANGAN KRISIS
• Fase 1 : Individu dihadapkan pada stressor pemicu:
– Kecemasan meningkat, individu menggunakan teknik problem solving yang
biasa digunakan
• Fase 2 : Kecemasan makin meningkat karena kegagalan
penggunan teknik problem solving sebelumnya Individu merasa
tidak nyaman, tak ada harapan, bingung
• Fase 3 : Untuk mengatasai krisis individu menggunakan semua
sumber untuk memecahkan masalah, baik internal maupun
eksternal Mencoba menggunakan teknik problem solving
baru, jika efektif terjadi resolusi
• Fase 4 : Kegagalan resolusi , Kecemasan berubah menjadi
kondisi panic, menurunnya fungsi kognitif, emosi labil, perilaku
yang merefleksikan pola pikir psikotik
FAKTOR PENYEIMBANG
(THE BALANCING FACTORS)
1. Persepsi individu terhadap kejadian/peristiwa
2. Dukungan situasional
3. Mekanisme koping

Resolusi yang sukses dari suatu krisis cenderung tercapai jika:


(Aguilera, 1998 dalam Stuart, 2009)
1. Individu memiliki Pandangan yang realistis terhadap
peristiwa,
2. Dukungan2 situasional tersedia untuk memecahkan
masalah
3. Adanya mekanisme koping yang efektif
SKEMA FAKTOR2 PENYEIMBANG
GEJALA UMUM INDIVIDU YANG MENGALAMI
KRISIS
• Gejala Fisik
– Keluhan somatik (misal : sakit kepala, gastrointestinal, rasa sakit)
– Gangguan nafsu makan (misal : peningkatan atau penurunan
berat badan yang signifikan)
– Gangguan tidur (misal : insomnia, mimpi buruk) Gelisah : sering
menangis, iritabilitas
• Gejala Kognitif
– Konfusi sulit berkonsentrasi
– Pikiran yang kejar mengejar
– Ketidakmampuan mengambil keputusan
Gejala Perilaku
 Disorganisasi
 Impulsif ledakan kemarahan
 Sulit menjalankan tanggung jawab peran yang biasa
 Menarik diri dari interaksi sosial

Gejala Emosional
 Ansietas : marah, merasa bersalah
 Sedih : depresi
 Paranoid : curiga
 Putus asa : tidak berdaya
INTERVENSI
KRISIS
DEFINISI
Intervensi Krisis adalah: sebuah usaha aktif namun
bersifat sementara,untuk memasuki situasi kehidupan
seseorang, keluarga atau suatu kelompok selama suatu
periode stres (Mitchell & Restnik, 1981).
Klien diminta untuk aktif dalam setiap proses
intervensi krisis meliputi klarifikasi masalah,
menyatakan perasaan, mengidentifikasi tujuan dan
pilihan-pilihan untuk mencapai tujuan dan menetapkan
sebuah rencana
TUJUAN
Intervensi krisis mempunyai tujuan untuk:
1. Mengurangi stress emosional dan melindungi
korban dari stress tambahan
2. Membantu korban dalam mengorganisasi dan
menggerakkan sumber2 atau support systems
untuk memenuhi kebutuhan2 tertentu dan
mencapai sebuah solusi untuk mengatasi situasi
atau lingkungan tertentu penyebab krisis.
3. Mengembalikan korban pada kondisi pra-krisis
4. Resolusi, berfokus pada pemberian dukungan
terhadap individu sehingga individu mencapai
tingakat fungsi seperti sebelum krisis, atau
bahkan pada tingkat fungsi yang lebih tinggi
5. Untuk membantu individu memecahkan masalah
dan mendapatkan kembali keseimbangan
emosionalnya
TAHAP-TAHAP INTERVENSI
KRISIS
4 tahapan dalam intervensi krisis adalah:
1. Pengkajian
2. Perencanaan
3. Implementasi
4. Evaluasi
A. PENGKAJIAN
1. Minta klien untuk menceritakan kejadian
penyebab krisis
2. Tentukan kapan terjadinya
3. Kaji status fisik dan mental klien
• Untuk mengidentifikasi tingkat keparahan
yang dialami individu kaji adanya cemas,
depresi, ketakutan, kebingungan, disorientasi,
usaha bunuh diri atau membunuh orang lain.
A. PENGKAJIAN
4. Kaji apakah klien pernah mengalami
stressor yang sama sebelumnya,
 jika ya, kaji koping yang pernah digunakan
dan apakah hasilnya
 tanyakan apakah metode tersebut
dilakukan saat ini

5. Jika menggunakan mekanisme koping


baru, apakah hasilnya?
A. PENGKAJIAN
6. Kaji ketersediaan support systems yang
dimiliki
7. Kaji persepsi individu terhadap kejadian.
• Apakah realistis atau terdistorsi?
• Apakah klien menganggap situasi tsb sbg
ancaman thd harga diri atau
kesejahteraannya
8. Kaji persepsi individu terhadapa kekuatan
dan kelemahan dirinya
B. PERENCANAAN INTERVENSI
TERAPEUTIK
• Memilih tindakan keperawatan yang
sesuai dengan diagnosa keperawatan
yang telah diidentifikasi
• Dalam menentukan intervensi
keperawatan, tipe-tipe krisis dan
kemampuan individu dan ketersediaan
support systems perlu menjadi
perhatian
• Tujuan ditegakkan untuk resolusi krisis
dan mengembalikan atau meningkatkan
fungsi klien pada keadaan pra-krisis
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Koping individu inefektif
2. Cemas (ringan – panik)
3. Proses pikir terganggu
4. Takut
5. Distress spiritual
6. Risiko tinggi injuri
7. Perubahan proses keluarga
8. Risiko perilaku kekerasan
9. Respons post-trauma
10. Sindrom trauma-perkosaan
C. IMPLEMENTASI INTERVENSI
TERAPEUTIK
• Tergantung pada:
–Kemampuan, kreatifitas dan fleksibilitas
perawat
–Cepat lambatnya respons individu
• Beberapa teknik yang digunakan:
–Gunakan pendekatan berorientasi pada
realita : fokus keadaan here and now
–Ciptakan sebuah hubungan kerja dengan
menunjukkan penerimaan, mendengar
aktif dan memenuhi kebutuhan2 penting
klien
–Dorong klien untuk mengungkapkan
perasaan yang sesungguhnya dengan
sejujurnya: denial, rasa bersalah, rasa
kehilangan/berduka dan marah
Bantu klien untuk menghadapi
kenyataan krisis dengan memberikan
pemahaman intelektual dan
emosional terhadap situasi yang
dihadapi
Jelaskan bahwa reaksi emosional
klien adalah hal normal pada situasi
krisis
Hindari memberikan penjelasan yang
tidak benar
Klarifikasi fantasi klien, jelaskan fakta
• Jangan dorong klien untuk menyalahkan
kondisi krisis krn hal ini akan menghambat
klien untuk menerima keadaan yang
sebenarnya dan mengurangi kemampuan
beradaptasi selama krisis
Beri batasan perilaku agresif atau destruktif
dan pertahankan konsistensi terhadap
aturan
Klarifikasi masalah yang dihadapi individu
Kenali perasaan marah, rasa bersalah,
rasa tidak berdaya, dan kehilangan
harapan, jangan memberikan feedback
positif untuk perasaan2 spt ini
Pandu klien melalui proses problem-
solving sehingga klien merubah
hidupnya ke arah yang lebih positif
Evaluasi dan modifikasi intervensi
keperawatan bila perlu
D. EVALUASI KRISIS
RESOLUSI DAN RENCANA ANTISIPASI
• Selama fase evaluasi intervensi krisis, re-assessment harus
selalu dilakukan
1. Apakah terjadi perubahan perilaku ke arah positif?
2. Apakah klien berhasil mengembangkan strategi koping yang efektif?
3. Apakah klien memperoleh pengalaman dari pengalamannya
terhadap krisis?
4. Apakah klien yakin bahwa dirinya akan mampu memberikan respon
adaptasi yang sehat bila menghadapi situasi stress di masa yang
akan datang untuk mencegah berkembangnya krisis?
5. Dapatkah klien menggambarkan plan of action untuk menghadapi
stressor yang mirip dengan penyebab krisis saat ini.
• Selama periode evaluasi, perawat dan klien menyimpulkan apa
yang telah terjadi selama intervensi.
BANTUAN BANTUAN UNTUK
YANG MENGALAMI KRISIS
• Bantuan Bantuan untuk individu yang
mengalami krisis konseling melalui telepon,
hotlines, dan konseling krisis singkat (1
sampai 6 sesi).
• Bantuan untuk kelompok atau komunitas
yang mengalami krisis.
TIM BANTUAN KRISIS
• Tim interdisipliner inimemberikan layanan bagi
kelompok atau komunitas yang mengalami
kejadian krisis tertentu.
• Tim bantuan bencana
 Tim ini memiliki rencana yang terorganisir untuk
membantu segmen-segmen besar populasi yang terkena
bencana alam.
• Konseling stres akibat krisis
 Bantuan ini ditujukan untuk kelompok profesional,
seperti petugas rumah sakit, polisis dan pemadam
kebakaran, yang terlibat dalam situasi krisis.

Anda mungkin juga menyukai