Definisi
Krisis adalah reaksi berlebihan terhadap situasi yang mengancam saat kemampuan
menyelesaikan masalah yang dimiliki klien dan respons kopingnya tidak adekuat untuk
mempertahankan keseimbangan psikologis
Jenis krisis
Krisis perkembangan terjadi sebagai respons terhadap transisi dari satu tahap
maturasi ke tahap lain dalam siklus kehidupan (misalnya., beranjak dari manja ke
dewasa).
Krisis situasional terjadi sebagai respons terhadap kejadian yang tiba-tiba dan tidak
terduga dalam kehidupan seseorang. Kejadian tersebut biasanya berkaitan dengan
pengalaman kehilangan (misalnya., kematian orang yang dicintai).
Krisis adventisius terjadi sebagai respons terhadap trauma berat atau bencana alam.
Krisis ini dapat memengaruhi individu, masyarakat, bahkan negara.
Intervensi krisis
Adalah metode pemberian bantuan terhadap mereka yang tertimpa krisis, di mana masalah
yang membutuhkan penanganan yang cepat dapat segera diselesaikan dan keseimbangan
psikis yang dipulihkan.
Pertimbangan Umum
1. Krisis terjadi pada semua individu pada satu saat atau saat yang lain.
2. Krisis tidak selalu bersifat patologis; krisis dapat menjadi stimulus pertumbuhan dan
pembelajaran.
3. Krisis sangat terbatas dalam hal waktu dan biasanya teratasi dengan satu atau lain cara
dalam periode yang singkat (4 sampai 6 minggu). Penyelesaian krisis dapat dikatakan
berhasil bila fungsi kembali pulih atau ditingkatkan melalui pembelajaran baru.
Penyelesaian krisis dinyatakan gagal bila fungsi tidak kembali pulih ke tingkat
sebelum krisis, dan individu mengalami penurunan tingkat fungsional.
4. Persepsi individu terhadap masalah yang dihadapi dapat menentukan krisis. Setiap
individu memiliki respons yang unik terhadap masalah yang dialaminya.
5. Faktor penyeimbang merupakan hal yang penting dalam memprediksi hasil dari
respons individu terhadap krisis. Beberapa faktor telah diidentifikasi sebagai prediktor
hasil yang baik (Aguilera, 1998).
- Persepsi terhadap kejadian pencetus bersifat realistis bukan terdistorsi.
- Dukungan situasional (misalnya., keluarga, teman) tersedia bagi individu
tersebut.
- Mekanisme koping yang mengurangi ansietas.
6. Urutan perkembangan krisis
– Periode prakrisis: individu memiliki keseimbangan emosional
– Periode krisis: individu memiliki pengalaman subjektif berupa kekecewaan, gagal
melakukan mekanisme koping yang biasa, dan mengalami berbagai gejala.
– Periode pascakritis: resolusi krisis
Jenis krisis
Perkembangan (maturasi): Mulai sekolah, Pubertas, Lulus sekolah, Menikah, Melahirkan
anak, Anak-anak meninggalkan rumah, pensiun .
Situasional: Bercerai, Kematian, Kehilangan pekerjaan, Kegagalan akademik, Diagnosis
penyakit serius .
Adventisius: Banjir, Gempa bumi, Perang, Kejahatan dengan kekerasan, Perkosaan,
Pembunuhan, Penculikan, Tindakan teroris.
Intervensi Krisis
a. Bantuan
Bantuan untuk individu yang mengalami krisi meliputi konseling melalui telepon, hotlines,
dan konseling krisis singkat (1 sampai 6 sesi).
Bantuan untuk kelompok atau komunitas yang mengalami krisis.
- Tim bantuan krisis
Tim interdisipliner inimemberikan layanan bagi kelompok atau komunitas yang mengalami
kejadian krisis tertentu.
- Tim bantuan bencana
Tim ini memiliki rencana yang terorganisir untuk membantu segmen-segmen besar populasi
yang terkena bencana alam.
- Konseling stres akibat krisis
Bantuan ini ditujukan untuk kelompok profesional, seperti petugas rumah sakit, polisis dan
pemadam kebakaran, yang terlibat dalam situasi krisis.
b. Peran perawat
Perawat memberikan layanan langsung pada orang-orang yang mengalami krisis da bertindak
sebagai anggota tim intervensi krisis (ANA, 1994).
Perawat di lingkungan rumah sakit akut dan kronik membantu individu dan keluarga
berespons terhadap krisis penyakit yang serius, hospitalisasi, dan kematian.
Perawat di lingkunagn masyarakat (mis., kantor, klinik rumah, sekolah, kantor) memnerikan
bantuan pada individu dan keluarga yang mengalami krisis situasional dan perkembangan.
Perawat bekerja sama dengan anggota tim kesehatan lain untuk membantu individu
mengatasi situasi krisis.
Perawat yang bekerja dengan sekelompok klien tertentu harus mengantisipasi situasi dimana
krisis dapat terjadi pada bidang :
Keperawatan ibu dan anak. Perawat harus mengantisipasi krisis seperti kelahiran bayi
prematur atau lahir mati, keguguran dan lahir abnormal.
Keperawatan pediatrik. Perawat harus mengantisipasi krisis seperti awitan penyakit
serius, penyakit kronis atau melemahkan, cedera traumatik, atau anak menjelang ajal.
Keperawatan medikal-bedah. Perawat harus mengantisipasi krisis seperti diagnosis
penyakit serius, penyakit yang melemahkan, hospitalisasi karena penyakit akut atau
kronis, kehilangan bagian atau fungsi tubuh, kematian dan menjelang ajal.
Keperawatan gerontologi. Perawat harus mengantisipasi krisis seperti kehilangan
kumulatif, penyakit yang melemahkan, ketergantungan, dan penempatan di rumah
perawatan
Keperawatan darurat. Perawat harus mengantisispasi krisis seperti trauma fisik,
penyakit akut, krisis perkosaan, dan kematian.
Keperawatan psikiatri. Perawat harus mengantisipasi krisis seperti hospitalisasi akibat
penyakit jiwa, stressor kehidupan karena sakit jiwa yang serius, dan bunuh diri.
A. Pengkajian
1. Identifikasi kejadian pencetus dam situasi krisis
2. Tentukan persepsi klien tentang krisis yang dihadapi, meliputi kebutuhan utama yang
terancam krisis, tingkat gangguan hidup, dan gejala-gejala yang dialami klien.
3. Tentukan faktor-faktor penyeimbang yang ada, meliputi apakah klien memiliki
persepssi yang realistis terhadap krisis yang terjadi, dukungan situasional (mis,
keluarga, teman, sumber daya finansial, sumber daya spiritual, dukungan masyarakat),
dan penggunaan mekanisme koping.
4. Identifikasi kelebihan klien
Apa yang terjadi pada Anda? = Persepsi individu terhadap hal yang terjadi
(realistik atau terdistorsi)
Apa yang Anda pikir dan rasakan? = Gejala kognitif atau emosional atas apa yang
terjadi.
Apakah Anda mengalami gejala fisik atau perubahan prilaku Anda yang
biasanya? = Gejala fisik, prilaku
Apakah Anda sudah pernah mengalami hal yang serupa dengan kejadian ini dalam
hidup Anda? Kalau ya, bagaimana Anda melakukan koping pada saat
itu ? = Pengalaman di masa lalu tentang krisis dan koping yang digunakan
Menurut Anda apa yang menjadi kelebihan pribadi Anda? = Pengakuan individu
atas kelebihannya
Siapa yang Anda rasa sangat banyak membantu atau mendukung Anda? = Sistem
pendukung dalam hidup Anda
Apa yang telah Anda coba selama ini untuk mengatasi krisis
tersebut ? = Penggunaan tindakan koping dalam situasi saat ini.
B. Diagnosis Keperawatan
1. Analisis
a. Analisis persepsi unik klien terhadap krisis dan kejadian pencetusnya.
b. Analisis keadekuatan faktor penyeimbang dan tingkat dukungan pribadi, sosial dan
lingkungan klien.
c. Analisis sejauh mana orang lain terpengaruh oleh krisis, seperti keluarga klien, jaringan
kerja sosial, dan masyarakat.
2. Diagnosis Keperawatan.
Tentukan diagnosa keperawatan spesifik untuk klien, keluarga, masyarakart, atau gabungan
dari itu, termasuk, namun tidak terbatas pada yang berikut ini :
a. Gangguan citra tubuh
b. Ketegangan peran pemberi asuhan
c. Koping komunitas tidak efektif
d. Koping individu tidak efektif
e. Penyangkalan tidak efektif
f. Koping keluarga : potensi untuk pertumbuhan
g. Disfungsi berduka
h. Respon pasca trauma
i. Ketidakberdayaan
j. Sindrom trauma perkosaan
k. Perubahan kinerja peran
l. Distres spiritual
m. Resiko kekerasan pada diri sendiria/orang lain
D. Implementasi
1. Bentuk hubungan dengan mendengarkan secara aktif dan menggunakan respon empati.
2. Anjurkan klien untuk mendiskusikan situasi krisis dengan jelas, dan bantu kien
mengutarakan pikiran dan perasaannya.
3. Dukung kelebihan klien dan penggunaan tindakan koping.
4. Gunakan pendekatan pemecahan masalah.
5. Lakukan intervensi untuk mencegah rencana menyakiti diri sendiri atau bunuh diri.
a. Kenali tanda-tanda bahaya akan adanya kekerasan terhadap diri sendiri.(mis ; klien secara
langsung mengatakan akan melakukan bunuh diri, menyatakan secara tidak langsung bahwa
ia merasa kalau orang lain akan lebih baik jika ia tidak ada, atau adanya tanda-tanda depresi)
b. Lakukan pengkajian tentang kemungkinan bunuh diri
c. singkirkan semua benda yang membahayakan dari tempat atau sekitar klien.
d. Kolaborasi dengan anggota tim kesehatan jiwa untuk menentukan apakah hospitalisasi
perlu dilakukan atau tidak.
F. Evaluasi hasil
Perawat menggunakan kriteria hasil yang spesifik dalam menentukan efektifitas
implementasi keperawatan.
Keselamatan klien, keluarga, dan masyarakat dapat dipertahankan sebagai hasil dari
intervensi yang adekuat terhadap ekspresi perilaku yang tidak terkendali.
Klien mengidentifikasi hubungan antara stresor dengan gejalayang dialami selama krisis.
Klien mengevaluasi solusi yang mungkin dilakukan untuk mengatasi krisis.
klien memilih berbagai pilihan solusi.
Klien kembali ke keadaan sebelum krisis atau memperbaikisituasi atau perilaku.
DAFTAR PUSTAKA
(Sumber: Isaacs, Ann. 2004. Panduan Belajar Keperawatan Kesehatan Jiwa dan
Psikiatrik edisi 3. Jakarta: EGC.)