Anda di halaman 1dari 4

UJIAN AKHIR SEMESTER

MATA KULIAH PSIKOLOGI KRISIS DAN BENCANA

FAKULTAS PSIKOLOGI UNS

KELAS B

Nama : Agastyansah Rio Khamdani

NIM : G0119002

1. Peran psikologi dalam situasi krisis dan bencana


Bencana merupakan serangkaian peristiwa atau kejadian yang mengancam
dan mengganggu kehidupan maupun penghidupan atau aktivitas banyak orang.
Bencana dapat menyebabkan terganggunya kehidupan sosial. Bencana dapat
disebabkan oleh alam maupun non alam. Bencana yang disebabkan oleh alam
antara lain, seperti gunung meletus, gempa bumi, tsunami, cuaca ekstrem, dan
sebagainya yang biasanya disebabkan oleh geologi (aktivitas bumi) dan
hidrometeorologi (aktivitas iklim). Sedangkan bencana yang disebabkan oleh non
alam antara lain, seperti terorisme, kecelakaan nuklir, keruntuhan bangunan, dan
sebagainya yang biasanya ada campur tangan manusia. Bencana dapat
menimbulkan kerugian fisik maupun psikis. Kerugian fisik yang ditimbulkan oleh
bencana antara lain seperti, korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan sebagainya. Sedangkan kerugian psikis yang ditimbulkan oleh
bencana antara lain, seperti gangguan stres, gangguan kecemasan, dan trauma.
Mitigasi bencana dilakukan untuk mengurangi risiko dampak bencana.
Mitigasi bencana bertujuan untuk mengurangi risiko fatal di bidang sosial, ekonomi,
dan lingkungan alam serta penyebab terjadinya bencana. Mitigasi bencana dilakukan
ketika sebelum terjadinya bencana, saat terjadinya bencana, dan setelah terjadinya
bencana. Berbagai macam disiplin ilmu diterapkan dalam mitigasi bencana.
Salah satu disiplin ilmu yang berperan dalam mitigasi bencana adalah
psikologi. Psikologi dapat mengambil peran dalam kegiatan mitigasi bencana ketika
sebelum terjadinya bencana, saat terjadinya bencana, dan setelah terjadinya
bencana. Ketika sebelum terjadinya bencana, psikologi dapat berperan dalam
memberikan intervensi berupa penyadaran untuk perubahan perilaku dan
peningkatan kapasitas yang disampaikan melalui individu, komunitas, maupun
kebijakan publik. Kemudian ketika terjadinya bencana, psikologi dapat berperan
dalam memberikan dukungan psikologis untuk menurunkan tingkat stres dan
kecemasan serta membangun resiliensi penyintas setelah bantuan fisik diberikan.
Kemudian ketika setelah terjadinya bencana, psikologi dapat berperan dalam
memberikan rehabilitasi dan penanganan kasus psikologi klinis khusus seperti
trauma dan sebagainya yang disebabkan oleh bencana.
Selain dalam situasi bencana, psikologi juga dapat mengambil peran dalam
memberikan bantuan di situasi krisis. Krisis merupakan peristiwa atau kejadian luar
biasa yang membutuhkan strategi koping yang lebih. Krisis dapat terjadi pada
individu, komunitas, institusi, dan ekologi. Krisis dapat dibagi menjadi empat cakupan
antara lain, yaitu krisis perkembangan, krisis situasional, krisis ekistensial, dan krisis
ekosistem. Krisis perkembangan merupakan krisis yang disebabkan oleh perubahan
yang dialami oleh individu dan penanganannya unik karena disesuaikan dengan
masa perkembangan individu tersebut, misalnya krisis dalam menentukan pilihan
karir setelah lulus sekolah mau lanjut kuliah atau bekerja, krisis dalam menentukan
karir pekerjaan, krisis dalam menyiapkan masa pensiun, dan sebagainya. Krisis
situasional merupakan kejadian yang tidak biasa, luar biasa, tidak dapat diprediksi,
dan tidak dapat dikendalikan, misalnya bencana, terorisme, kecelakaan, dan
sebagainya. Krisis eksistensial merujuk pada konflik batin dan kecemasan yang
menyertai isu-isu penting manusia, misalnya ketika individu berusia 40 – 60 tahun, ia
akan diselimuti oleh konflik pencarian makna hidup. Krisis ekosistem merupakan
krisis yang disebabkan oleh beberapa bencana alam, faktor biologi (epidemi), dan
politik (perang).
Krisis dapat berupa situasi yang berbahaya, namun di sisi lain juga dapat
menjadi sebuah kesempatan untuk berkembang. Krisis merupakan cikal bakal
pertumbuhan dan perubahan. Diperlukan strategi koping yang lebih untuk dapat
mengatasi krisis guna mencapai pertumbuhan dan perubahan tersebut maka
diperlukan strategi koping yang lebih. Dalam mengatasi situasi krisis, psikologi
berperan dalam menyeimbangkan kembali ketidakseimbangan psikologis menuju ke
titik semula seperti sebelum terjadinya krisis. Psikologi berperan dalam membantu
individu maupun komunitas untuk menjadi lebih baik dengan mengubah pandangan
dan keyakinan mereka tentang krisis melalui beberapa pendekatan, seperti
pendekatan kognitif dan pendekatan REBT (Rational Emotive Behavior Therapy).
Psikologi berperan dalam menghasilkan kolaborasi yang positif antara individu atau
komunitas dengan lingkungannya untuk mengatasi krisis.
Psikologi berupaya dalam membantu individu agar memiliki strategi koping
yang lebih pada situasi krisis dan bencana. Salah satu upaya yang dilakukan adalah
melalui model berbasis praktik lapangan yaitu Psychological First Aid (PFA).
Beberapa hal yang dilakukan di dalam PFA antara lain, seperti memberikan
keamanan dan kenyamanan bagi penyintas, melakukan stabilisasi emosi untuk
membuat penyintas lebih tenang secara emosional, memberikan informasi terkait
kebutuhan dan kekhawatiran saat terjadi krisis atau bencana, memberikan informasi
terkait koneksi dengan dukungan sosial seperti anggota keluarga atau saudara yang
bisa dihubungi, memberikan informasi terkait strategi koping yang dapat digunakan
untuk mengurangi distres, dan memberikan informasi terkait dengan layanan
kolaboratif. Namun, perlu diingat bahwa dalam melakukan PFA diusahakan tidak
terlalu mengganggu penyintas dalam situasi krisis atau bencana yang sedang
dialaminya. Sehingga perlu menggunakan pendekatan yang tepat ketika melakukan
PFA. Misalnya, jika memberikan intervensi kepada penyintas lansia, maka alangkah
baiknya lebih banyak untuk mendengarkan cerita mereka daripada memberikan
mereka banyak masukan. Kemudian jika memberikan intervensi kepada anak-anak,
maka alangkah baiknya menggunakan beberapa kegiatan atau permainan yang
menyenangkan. Kemudian jika ingin melakukan konseling dapat menciptakan ruang
privasi yang aman dan nyaman di antara para penyintas.
Segala upaya yang dilakukan oleh psikologi dalam mengatasi krisis dan
bencana bertujuan untuk membangun kemampuan resiliensi individu dan komunitas.
Resiliensi adalah daya lenting atau kemampuan individu untuk bertahan,
beradaptasi, bangkit, dan mengatasi permasalahan yang dihadapi sebagai usaha
untuk kembali ke kondisi semula atau bahkan menjadi kondisi yang lebih baik lagi
setelah mengalami kesengsaraan atau keterpurukan dalam kehidupan. Dengan
memiliki kemampuan resiliensi yang baik individu diharapkan mampu untuk
memahami dirinya sendiri dan lingkungannya sehingga dapat menemukan solusi di
situasi krisis dan bencana, mampu membuat lingkungannya sendiri yang bebas dari
permasalahan dan hidup tanpa terlalu bergantung dengan individu lain, mampu
mengembangkan hubungan yang lebih positif dengan individu lain dan memiliki role
model yang lebih sehat, mampu bersikap proaktif dan bertanggung jawab atas
kehidupan atau krisis dan bencana yang dihadapi, mampu menemukan berbagai
alternatif penyelesaian masalah dan konsekuensinya serta membuat keputusan yang
tepat, mampu mengatasi krisis dan bencana dengan lebih fleksibel dan ringan serta
menemukan kebahagiaan di situasi apapun, dan mampu berbuat baik atas dasar hati
nurani terhadap diri sendiri maupun orang lain.
2. Potensi positif dan negatif saya jika diterjukan sebagai relawan di situasi krisis
dan bencana
a. Potensi positif
Potensi positif saya jika diterjukan sebagai relawan di situasi krisis dan
bencana adalah memiliki pemahaman yang baik tentang situasi krisis dan
bencana, memiliki komunikasi interpersonal yang baik, memiliki empati yang
baik, dan menguasai beberapa keterampilan dasar konseling.
b. Potensi negatif
Potensi negatif saya jika diterjukan sebagai relawan di situasi krisis dan
bencana adalah kurang memiliki pengalaman dan relasi di situasi krisis dan
bencana serta kurang nyaman jika bekerja di bawah tekanan.

3. Self assessment
Saya memiliki pemahaman yang baik tentang penerapan psikologi dalam
situasi krisis dan bencana karena saya cukup aktif di dalam kelas saat mempelajari
teori-teori tentang psikologi krisis dan bencana. Namun, saya memiliki pengalaman
atau keterampilan yang masih kurang dalam menerapkan beberapa keterampilan
psikologi yang digunakan dalam situasi krisis dan bencana karena saya jarang
bertanya dan lebih pasif saat mempelajari keterampilan yang digunakan dalam
memberikan intervensi psikologi di situasi krisis dan bencana. Meskipun demikian,
saya yakin dapat menguasai keterampilan tersebut jika mendapatkan kesempatan
untuk menerapkannya secara langsung dengan jam terbang yang lebih tinggi.
Berdasarkan hal tersebut menurut saya, saya layak untuk mendapatkan nilai 75-80
untuk mata kuliah Psikologi Krisis dan Bencana.

Anda mungkin juga menyukai