Anda di halaman 1dari 14

Psikologi Keluarga

Nilai dan
Konflik
dalam
Keluarga
Afia Fitriani, S.Psi., M.Psi., Psikolog
Prodi Psikologi FK UNS
Penanaman Nilai

Konflik dalam Keluarga

Konflik Orangtua – Anak

Pengelolaan Konflik
Penanaman Nilai dalam Keluarga
• Metode Sosialisasi Nilai:
1. Memberikan nasehat
Cara menyampaikan nilai-nilai yang ingin disosialisasikan pada anak dalam komunikasi yang bersifat searah.
Biasanya dilakukan setelah anak melakukan pelanggaran aturan.
2. Memberikan contoh (peneladanan)
Orangtua melakukan terlebih dahulu perilaku-perilaku yang mengandung nilai-nilai yang ingin ditanamkan pada
anak.
3. Berdialog
Menyampaikan nilai-nilai pada anak melalui proses interaksi yang bersifat dialogis. Anak diberikan kesempatan
menyampaikan tanggapannya terhadap harapan orangtua. Metode ini mendukung berkembangnya penalaran moral
pada anak.
4. Memberikan instruksi
Orangtua memberikan perintah pada anak untuk melakukan suatu tindakan padahal belum tentu orangtua juga
melakukan. Ketika menggunakan metode ini, penting untuk memperhatikan konsistensi antara perkataan dan
tindakan orangtua.
5. Pemberian hukuman
Penggunaan hukuman untuk mendisiplinkan anak apabila berperilaku kurang sesuai dengan nilai-nilai yang
disosialisasikan.
Penanaman Nilai dalam Keluarga
• Secara umum terdapat 5 nilai yang menjadi prioritas untuk
disampaikan oleh orangtua pada anak:
1. Nilai pentingnya ibadah
2. Nilai kejujuran
3. Nilai rasa hormat
4. Nilai sikap rukun
5. Nilai pencapaian prestasi
Konflik dalam Keluarga
• Setiap hubungan antar individu pasti akan muncul konflik, begitu
pun dalam hubungan keluarga
• Konflik dapat didefinisikan sebagai peristiwa sosial yang
mengandung penentangan atau ketidaksetujuan.
• Semakin dekat hubungan antar individu, maka semakin berpotensi
terjadi konflik.
• Konflik dapat merangsang pemikiran baru, mempromosikan
perubahan sosial, menegaskan hubungan dalam kelompok,
membantu membentuk perasaan tentang identitas pribadi, dan
memahami beragam hal yang dihadapi dalam kehidupan sehari-
hari.
Konflik dalam Keluarga
• Refleksi diri:
• Konflik dengan siapakah yang paling sering Anda alami?
• Masalah apa yang paling sering menimbulkan konflik dalam
keluarga?
Konflik dalam Keluarga
• Keluarga adalah salah satu unit sosial yang hubungan antar
anggotanya terdapat saling ketergantungan yang tinggi.
• Prevalensi konflik dalam keluarga berturut-turut:
• Konflik siblings
• Konflik orangtua-anak
• Konflik pasangan
• Konflik lain: menantu-mertua, dengan saudara ipar, om/tante
• Sifat konflik adalah normatif, hubungan antar keluarga
bergantung pada respons masing-masing terhadap konflik
Konflik dalam Keluarga
• Hal yang membedakan konflik dalam keluarga dengan
kelompok sosial lain:
1. Intensitas: hubungan dekat dengan intensitas tinggi dalam
hal kelekatan, afeksi dan komitmen.
2. Kompleksitas: “benci tapi rindu”
3. Durasi: dampak yang dirasakan dari konflik keluarga
seringkali bersifat jangka panjang
Konflik Orangtua – Anak
• Konflik pada masa Kanak-kanak
• Konflik yang pertama muncul pada masa ini adalah saat mulai
penyapihan, biasanya setelah anak berusia 1 tahun.
• Konflik pada masa Remaja
• Area konflik remaja: terlambat pulang dari sekolah/bermain,
penampilan, karakteristik teman, prestasi belajar, keterlibatan
dalam tugas pekerjaan rumah, penggunaan telpon/gadget,
keterlibatan hubungan romantis
Pengelolaan Konflik
• Konflik akan berdampak negatif bila tidak terkelola dengan
baik.
• Pengelolaan konflik secara destruktif biasanya karena:
1. Persepsi negatif terhadap konflik
2. Perasaan marah
3. Penyelesaian oleh waktu
Pengelolaan Konflik
• Natrajan (dalam Lestari, 2012) menyatakan 4 tahap
penyelesaian konflik:
1. Menentukan nilai yang berkonflik (apa yang dianggap
penting oleh orangtua dan apa yang penting menurut anak)
2. Mencoba melakukan kompromi (masing-masing nilai
dipertahankan tetapi dikurangi kadarnya)
3. Mempertimbangkan lagi nilai apa yang paling penting.
4. Mencari alternatif lain untuk tetap terpenuhinya masing-
masing nilai.
Pengelolaan Konflik
• Menurut Padilla-Walker & Thompson (dalam Lestari, 2012), terdapat 4 strategi
yang digunakan orangtua ketika menghadapi pesan yang menimbulkan konflik:
• Cocooning: melindungi anak dari pengaruh masyarakat luas dengan membatasi
akses anak terhadap nilai-nilai alternatif atau kemampuan untuk berperilaku
yang bertentangan dengan nilai-nilai orangtua. Ada 2 macam, yaitu reasoned
cocooning (dengan persuasi) dan controlled cocooning (dengan pemaksaan).
• Pre-arming: orangtua mengantisipasi konflik nilai dan menyiapkan anak untuk
menghadapinya guna melawan dunia yang lebih luas.
• Compromise: memberikan kesempatan pada anak untuk terpapar konflik nilai,
namun tetap mempertahankan elemen nilai keluarga dan control sebagai
orangtua
• Deference: orangtua mengalah demi kebutuhan anak dan membiarkan anak
mengambil keputusan sendiri, meskipun hal tersebut bertentangan dengan nilai-
nilai keluarga
Sumber referensi & gambar
1. Lestari, S. (2012). Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam
Keluarga. Jakarta: Prenadamedia Group
2. angry-family-quarreling-with-sad-child-vector-id1130103459 (612×459)
(istockphoto.com)
TERIMA KASIH!

Anda mungkin juga menyukai