Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Gangguan Kecemasan


1.1.1 Konsep Teori Gangguan Kecemasan
1.1.1.1 Definisi
Kecemasan adalah suatu sinyal yang menyadarkan dan memperingatkan adanya
bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk
mengatasi ancaman. Sensasi kecemasan sering dialami oleh hampir semua manusia
(Kaplan dan Sadock, 2011).
Cemas adalah sebuah emosi dan pengalaman subjektif yang tidak
menyenangkan atau ketakutan yang tidak jelas dan hebat dari respon individu
terhadap suatu keadaan yang tidak, menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk
hidup dalam kehidupan sehari-hari (Suliswati, dkk, 2015)
Kecemasan adalah suatu keadaan dimana individu atau kelompok mengalami
perasaan yang sulit dan aktivasi sistem saraf otonom dalam berespon terhadap
ketidakjelasan, ancaman, tidak spesifik (Carpenito, 2012).

1.1.1.2 Etiologi
1. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart dan Sundeen (1998), teori yang dikembangkan untuk
menjelaskan penyebab ansietas adalah :
1) Teori Psikoanalitik
Ansietas merupakan konflik emosional yang terjadi antara dua elemen
kepribadian yaitu “Id dan Super Ego”. Id melambangkan dorongan insting
dan impuls primitif, super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan
dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Sedang ego atau aku
digambarkan sebagai mediator antara tuntutan dari id dan super ego,
ansietas berfungsi untuk memperingatkan ego tentang suatu bahaya yang
perlu diatasi.
2) Teori Interpersonal
Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Hal ini juga
dihubungakan trauma pada masa perkembangan seperti kehilangan,
perpisahan menyebabkan seseorang menjadi tidak berdaya. Individu yang
mempunyai harga diri biasanya sangat mudah untuk mengalami ansietas
berat.
3) Teori Perilaku
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
4) Kajian Biologis
Menujukkan bahwa otak mengandung reseptor spesifik untuk
Benzodiazeoines. Reseptor ini mungkin membentuk dan mengatur ansietas.
2. Faktor Prespitasi
Menurut Stuart dan Sundeen (1998), faktor prespitasi pada gangguan
1) Ancaman terhadap integritas fisik meliputi ketidakmampuan fisiologis atau
menurunnya kemampuan untuk melaksanakan kehidupan sehari-hari.
2) Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga diri dan
integritas fungsi sosial.
3) Rentang Respon Kecemasan
Rentang respon sehat sakit dapat dipakai untuk menggambarkan respon
adaptif – maladaptif pada ansietas.

Adaptif Mal Adaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Gambar 2.1 Rentang Respon Ansietas


(dikutip dari Stuart dan Sundeen, 1998;175)

a) Ansietas Ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan
sehari-hari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dan individu akan
berhati-hati dan waspada. Individu terdorong untuk belajar yang akan
menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
b) Ansietas Sedang
Pada tingkat ini memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang
penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami
perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.
c) Ansietas Berat
Pada ansietas berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang, seseorang
cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan
tidak dapat berfikir tentang hal lain serta membutuhkan banyak pengarahan
atau tuntutan. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan.
d) Tingkat Panik
Pada tingkat ini seseorang mengalami kehilangan kendali. Orang yang
mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan
pengarahan atau tuntutan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian.
Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan dan jika berlangsung
terus dalam waktu lama dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan
kematian.
e) Tabel Respon dari Ansietas

Tingkat Respon Perilaku


Respon Fisiologi Respon Kognitif
Kecemasan Dan Emosi
Ringan Tanda-tanda vital Lapang persepsi Perasaan relatif
normal, tegangan meluas, mampu nyaman dan aman,
otot minimal, pupil menerima santai, pembawaan
normal, menyempit rangsangan yang dan suara cukup
kompleks, tenang, pola aktivitas
sekalipun mungkin seperti sehari-hari
tidak beraturan
tetapi terkontrol
Sedang Tanda-tanda vital Waspada, lapang Perasaan selalu
normal atau sedikit persepsi waspada dan
naik, mengalami menyempit, tertantang, penuh
ketegangan, terjadi berfokus pada apa energi, dari suara dan
ketidaknyamanan yang menjadi ekspresi wajah
atau bahkan perhatiannya, sangat
kesenangan waktu yang paling memperhatikan
(dikelompokkan bagus untuk
sebagai “tegang” menyelesaikan
atau “gembira”) masalah dan
belajar, penuh
perhatian
Berat Respon Lapang persepsi Perasaan terancam
bertentangan, sangat menyempit, mudah terkejut,
rangsangan ke sulit untuk perasaan
sistem saraf otonom memecahkan menanggung beban
berlebihan (tanda- masalah, perhatian yang terlalu berat.
tanda vital naik, selektif (fokus pada Aktivitas mungkin
diaforesis satu hal secara rinci meningkat atau
meningkat, sering saja), bukan menurun (mungkin
berkemih, diare, perhatian selektif melangkah dengan
mulut kering, nafsu (menghalangi cepat, melarikan diri,
makan turun, pupil rangsangan yang meremas-remas
dilatasi). Tegangan mengancam). tangan, mengeluh,
otot meningkat, Penyimpangan gemetar, bicara
pendengaran waktu (terlihat gagap, mulai sangat
menurun, rasa nyeri lebih cepat atau kacau atau pendiam,
menurun lebih lambat tetap pada posisinya
daripada yang atau tidak sanggup
sebenarnya), bergerak). Terlihat
kecenderungan dan merasa sedih ,
untuk memisahkan menunjukkan
Tingkat Respon Perilaku
Respon Fisiologi Respon Kognitif
Kecemasan Dan Emosi
diri penolakan, mengeluh
kesakitan atau nyeri,
gelisah atau lekas
marah,
membutuhkan
tempat yang luas.
Mata terarah pada
sekeliling ruangan,
menutup mata
Panik Dari gejala diatas Persepsi Perasaan tidak
meningkat sampai keseluruhan berdaya dengan
menuju sistem saraf terpecah-pecah atau kehilangan kontrol
simpatik. Orang tertutup, tidak bisa total. Marah,
menjadi pucat, merasakan menakutkan,
tekanan darah rangsangan. mengalami kelelahan
menurun, hipotensi, Pemecahan masalah yang digambarkan
koodinasi otot dan pemikiran logis seperti lelah setelah
merendah, nyeri, sangat mustahil. bertempur atau lelah
kepekaan Persepsi yang tidak berperang atau malah
mendengar minimal baik tentang menjadi pendiam,
dirinya, lingkungan menangis, berlari,
atau kejadian kekacauan yang
komplet, tingkah
laku biasanya saling
bertolak belakang
yaitu sangat aktif
atau sangat pendiam
(Fortinash dan Holoday-Worret, 2010;20)

1.1.1.3 Manifestasi Klinis


Tanda dan gejala yang dapat muncul pada gangguan kecemasan adalah :
1) Perasaan cemas atau ansietas
1) Cemas
2) Firasat buruk
3) Takut akan pikiran sendiri
4) Mudah tersinggung
2) Ketegangan
1) Merasa tegang
2) Lesu
3) Tidak bisa istirahat tenang
4) Mudah terkejut
5) Mudah menangis
6) Gemetar
7) Gelisah
3) Ketakutan
1) Pada gelap
2) Pada orang lain
3) Di tinggal sendiri
4) Pada binatang besar
5) Pada keramaian lalu lintas
6) Pada kerumunan orang banyak
4) Gangguan tidur
1) Sukar masuk tidur
2) Terbangun malam hari
3) Tidur tidak nyenyak
4) Bangun dengan lesu
5) Banyak mimpi
6) Mimpi buruk
7) Mimpi menakutkan
5) Gangguan kecerdasan
1) Sukar konsentrasi
2) Daya ingat menurun
3) Daya ingat buruk
6) Perasaan depresi
1) Hilangnya minat
2) Berkurangnya kesenangan pada hobi
3) Sedih
4) Bangun dini hari
5) Perasaan berubah-ubah sepanjang hari
7) Gejala somatik atau fisik (otot)
1) Sakit dan nyeri otot
2) Kaku
3) Kedutan otot
4) Gigi gemerutuk
5) Suara tidak stabil
8) Gejala somatik atau fisik (sensorik)
1) Tinitus (telinga berdengung)
2) Penglihatan kabur
3) Muka merah atau pucat
4) Merasa lemas
5) Perasaan ditusuk-tusuk
9) Gejala kardiovaskuler
1) Takikardia (denyut jantung cepat)
2) Berdebar-debar
3) Nyeri di dada
4) Denyut nadi mengeras
5) Rasa lesu atau lemas seperti mau pingsan
6) Detak jantung menghilang (berhenti sekejap)
10) Gejala respiratori (pernafasan)
1) Rasa tertekan atau sempit di dada
2) Rasa tercekik
3) Sering menarik nafas
4) Nafas pendek
11) Gejala gastrointestinal (pencernaan)
1) Sulit menelan
2) Perut melilit
3) Gangguan pencernaan
4) Nyeri sebelum dan sesudah makan
5) Perasaan terbakar di perut
6) Mual, muntah
7) Terasa penuh dan kembung
8) Buang air besar lembek
9) Sukar buang air besar (konstipasi)
10) Kehilangan berat badan
12) Gejala urogenital (perkemihan dan kelamin)
1) Sering buang air kecil
2) Tidak dapat menahan air seni
3) Tidak datang bulan
4) Darah haid berlebihan
5) Darah haid amat sedikit
6) Masa haid berkepanjangan
7) Masa haid amat pendek
8) Haid beberapa kali dalam sebelum
9) Menjadi dingin
10) Ejakulasi dini
11) Ereksi melemah
12) Ereksi hilang
13) Impotensi
13) Gejala autonom
1) Mulut kering
2) Muka merah
3) Mudah berkeringat
4) Kepala pusing
5) Kepala terasa berat
6) Kepala terasa sakit
14) Tingkah laku (sikap)
1) Gelisah
2) Tidak tenang
3) Jari gemetar
4) Kening berkerut
5) Muka tegang
6) Otot tegang

1.1.1.4 Klasifikasi Kecemasan


1. Kecemasan Ringan
Kecemasan ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan
membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu
individu memfokuskan perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah,
berpikir, bertindak, merasakan, dan melindungi diri sediri.
2. Kecemasan Sedang
Kecemasan sedang merupakan perasaan yang mengganggu bahwa sesuatu
yang benar-benar berbeda; individu menjadi gugup atau agitasi.
3. Kecemasan Berat
Kecemasan berat yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman,
memperlihatkan respon takut dan distress.
4. Panik
Individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena kehilangan
kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah.
(Prabowo, 2014)

1.1.1.5 Mekanisme Terjadinya Kecemasan


Beberapa teori neurofisiologi dari kecemasan berasal dari pengujian perilaku
dan adaptasi terhadap stimulus internal dan eksternal baik positif maupun negatif. Hal
ini yang mempengaruhi jaringan otak dimana seseorang mengalami kecemasan. Jadi
ansietas merupakan suatu hasil dari aktivitas saraf otonom dan sistem limbik untuk
meningkatkan kebutuhan mental dan fisik untuk menghadapi tantangan. Dua
kelompok khusus sistem saraf otonom dibatang otak dan segmen lateral norepineprin
sel sistem menerima stimulus berupa keadaan bahaya atau rangsangan nyeri dan
mengeluarkan norepineprin merangsang neurotransmiter memenuhi sistem limbik
dan hipotalamus pituitari adrenal (Otong, 1995)

1.1.1.6 Penatalaksanaan Kecemasan


Pengobatan yang paling efektif untuk pasien dengan gangguan kecemasan
umum adalah kemungkinan pengobatan yang mengkombinasikan psikoterapi,
farmakoterapi dan pendekatan suportif (Hawari, 2013):
1. Psikoterapi
Teknik utama yang digunakan adalah pendekatan perilaku misalnya relaksasi
dan bio feed back (proses penyediaan suatu informasi individual pada keadaan
satu atau beberapa variabel fisiologi seperti denyut nadi, jantung, tekanan darah
dan temperatur kulit).
2. Farmakoterapi
Dua obat utama yang dipertimbangkan dalam pengobatan kecemasan umum
adalah buspirone dan benzodiazepin. Obat lain yang mungkin berguna adalah
obat trisiklik sebagai contohnya imipramine (Tofranil) – antihistamin dan
antagonis adrenergik beta sebagai contohnya propanolol (Inderal).
3. Pendekatan Suportif
Dukungan emosi dari keluarga dan orang terdekat akan memberi kita cinta dan
perasaan berbagai beban. Kemampuan berbicara kepada seseorang dan
mengekspresikan perasaan secara terbuka dapat membantu dalam menguasai
keadaan

1.1.2 Konsep Asuhan Keperawatan Gangguan Kecemasan


1.1.2.1 Pengkajian
1. Anamnesa
1) Riwayat penyakit sekarang
Pasien Sering bertanya tentang penyakitnya, Perasaan terancam, pembicaraan
cepat, keluhan pusing, lemah, rasa tidak aman dan nyaman. Lingkungan klien
mencakup semua faktor fisik dan psikososial yang mempengaruhi atau
berakibat terhadap kehidupan dan kelangsungan hidup klien.
2) Riwayat penyakit dahulu
Trauma masa lalu yang pernah di alami seperti kekerasan, pengabaian,
pelecehan, berduka, dan lainnya yang dapat mengganggu keadaan pasien
maupun rasa nyaman.
3) Riwayat penyakit keluarga
Riwayat kesehatan keluarga juga dapat berpotensi menyebabkan gangguan
kecemasan Karena dengan adanya riwayat penyakit maka klien akan beresiko
terkena penyakit sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman atau cemas.
2. Pemeriksaan Fisik
1) Ekspresi Wajah
a. Tampak gelisah
b. Tampak tegang
c. Tampak lemas
d. Muka tampak pucat
e. Suara bergetar
f. Kontak mata buruk
2) Tanda-tanda vital
a. Frekuensi napas meningkat, cepat, pendek, dan dada sesak
b. Frekuensi nadi meningkat
c. Tekanan darah meningkat Meningkat, palpitasi, berdebar-debar bahkan
sampai pingsan.
d. Diaforesis
e. Tremor
f. Sering berkemih
3) Verbal
a. Menangis
b. Berteriak
c. Sulit untuk tidur
d. Suara bergetar
e. Berorientasi pada masa lalu
f. Mengeluh pusing

1.1.2.2 Diagnosa Keperawatan


Dx. Ansietas berhubungan dengan ancaman konsep diri
Ansietas D.0080
Definisi :
Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek yang tidak jelas dan
spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan tindakan
untuk menghadapi ancaman.
Penyebab :
1. Krisis situasional
2. Kebutuhan tidak terpenuhi
3. Krisis maturasional
4. Ancaman terhadap konsep diri
5. Ancaman terhadap kematian
6. Kekhawatiran mengalami kegagalan
7. Disfungsi sistem

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif Objektif
1. Merasa bingung 1. Tampak gelisah
2. Merasa khawatir dengan akibat dari 2. Tampak tegang
kondisi yang dihadapi 3. Sukit tidur
3. Sulit berkonsentrasi

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif Objektif
1. Mengeluh pusing 1. Frekuensi nafas meningkat
2. Anoreksia 2. Frekuensi nadi meningkat
3. Palpitasi 3. Tekanan darah meningkat
4. Merasa tidak berdaya 4. Diaforesis
5. Tremor
6. Muka tampak pucat
7. Suara bergetar
8. Kontak mata buruk
9. Sering berkemih
10. Berorientasi pada masa lalu

Kondisi klinis terkait


1. Penyakit kronis progresif (mis. Kanker, penyakit autoimun)
2. Penyakit akut
3. penyakit neurologis
4. Hospitalisasi
5. Rencana operasi

1.1.2.3 Standar Luaran Keperawatan (SLKI)


Dx. Ansietas berhubungan dengan ancaman konsep diri
Tingkat Ansietas L090933
Definisi
Kondisi emosi dan pengalaman subyektif terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat
antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi
ancaman.
Ekspetasi menurun
Kriteria hasil
meningkat Cukup sedang Cukup menurun
meningkat menurun
Verbalisai kebingungan 1 2 3 4 5
Verbalisai khawatir 1 2 3 4 5
akibat kondisi yang
dihadapi
Perilaku gelisah 1 2 3 4 5
Perilaku tegang 1 2 3 4 5
Keluhan pusing 1 2 3 4 5
Anoreksia 1 2 3 4 5
Palpitasi 1 2 3 4 5
Frekuensi pernapasan 1 2 3 4 5
Frekuensi nadi 1 2 3 4 5
Tekanan darah 1 2 3 4 5
Diaforesis 1 2 3 4 5
Tremor 1 2 3 4 5
Pucat 1 2 3 4 5
memburuk Cukup sedang Cukup membaik
memburuk membaik
Konsentrasi 1 2 3 4 5
Pola tidur 1 2 3 4 5
Perasaan keberdayaan 1 2 3 4 5
Kontak mata 1 2 3 4 5
Pola berkemih 1 2 3 4 5
Orientasi 1 2 3 4 5

1.1.2.4 Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)


Dx. Ansietas berhubungan dengan ancaman konsep diri
Reduksi Ansietas I.09314
Definisi
meminimalkankondisi individu dan pengalaman subjektif terhadap obyek yang tidak jelas
dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan tindakan
untuk menghadapi ancaman.
Tindakan
Observasi
1. Idenifikasi saat ansietas berubah (mis, kondisi, wakt, stresor)
2. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
3. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan non verbal)
Terapeutik
1. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
2. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
3. Pahami situasi yang membuat ansietas
4. Dengarkan dengan penuh perhatian
5. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
6. Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
7. Diskusikan perencanaan realitis tentang peristiwa yang akan datang
Edukasi
1. Jelaskan peosedur termasuk sensasi yang mungkin dialami
2. Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan dan prognosis
3. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika memungkinkan
4. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
5. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
6. Latih teknik relaksasi
Kolaboorasi
1. Kolaborasi pemberian obat ansietas, jika perlu

Terapi relaksasi I.09326


Definisi
menggunakan teknik peregangan untuk mengurangi tanda dan gejala ketidaknyamanan
seperti nyeri, ketegangan otot, atau kecemasan.
Tindakan
Observasi
1. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efekif digunakan
2. Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan teknik sebelumnya
3. Monitor terhadap terapi relaksasi
Terapeutik
1. Ciptakan lingkugan tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan dan suhu ruang
nyaman, jika perlu
2. Berikan informasi tertilis persiapan dan prosedur teknik relaksasi
3. Gunakan pakaian longgar
4. Gunakan suaralembut dengan irama lambat dan berirama
Edukasi
1. Jelaskan tujuan, batsan, manfaat, an jenis relaksasi tang tersedia (mis, musik,
meditasi,, nafas dalam, relaksasi otot progresif)
2. Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih
3. Anjurkan mengambil posisi nyaman
4. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
5. Anjurkan sering mengulangiatau melatih teknik yang dipilih
6. Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi (mis, nafas dalam, peregangan, atau
imajinasi terbimbing).

1.1.2.5 Evaluasi
1. Verbalisasi kawatir akibat kondisi yang dihadapi berkurang
2. Tanda-tanda vitasl seperti frekuensi napas, nadi dan tekanan darah membaik
3. Perilaku gelisah berkurang
4. Perilaku kebingungan menurun.

1.2 Gangguan Istirahat Tidur


1.2.1 Konsep Teori Gangguan Istirahat Tidur
1.2.1.1 Definisi

Anda mungkin juga menyukai