Anda di halaman 1dari 8

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

KLIEN ANSIETAS
Posted on April 14, 2011 by wildamei

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS

A. MASALAH UTAMA : ANSIETAS

B. PROSES TERJADINYA MASALAH

1. Definisi

Ansietas adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena ketidaknyamanan atau
rasa takut yang disertai suatu respons ( sumber seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui
oleh individu); suatu perasaan takut akan terjadi sesuatu yang disebabkan oleh antisipasi
bahaya. Ini merupakan sinyal yang menyadarkan bahwa peringatan tentang bahaya yang akan
datang dan memperkuat individu mengambil tindakan menghadapi ancaman.

Kecemasan memiliki nilai yang positif. Menurut Stuart dan Laraia (2005) aspek positif dari
individu berkembang dengan adanya konfrontasi, gerk maju perkembangan dan pengalaman
mengatasi kecemasan. Tetapi pada keadaan lanjut perasaan cemas dapat mengganggu
kehidupan seseorang.

2. Tingkatan Ansietas

Menurut Stuart dan Sundeen (1998:175-176), tingkat ansietas sbb :

.a Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan


menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Ansietas
memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.

.b Ansietas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain, sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun
dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.

.c Ansietas Berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cendrung untuk
memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir tentang hal lain.
Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak
pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain.

.d Tingkat Panik dari ansietas berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror.
Rincian terpecah dari proporsinya, tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan
pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Terjadi peningkatan aktivitas
motorik, menurunnya kemampuan berhubungan dengan orang lain, persepsi menyimpang,
kehilangan pemikiran rasional.
3. Faktor Predisposisi

Menurut Stuart dan Laraia (1998: 177-181) terdapat beberapa teori yang dapat menjelaskan
ansietas, diantaranya:

(1) Pandangan Psikoanalitik. Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara antara 2
elemen kepribadian – id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif,
sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-
norma budaya seseorang. Ego atau aku berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang
bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.

(2) Pandangan Interpersonal, Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya
penerimaan dan penolakan interpersonal. Ansietas berhubungan dengan perkembangan
trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang
yang mengalami harga diri rendah terutama mudah mengalami perkembangan ansietas yang
berat.

(3) Pandangan Perilaku, Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku
menganggap sebagai dorongan belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari
kepedihan. Individu yang terbiasa dengan kehidupan dini dihadapkan pada ketakutan
berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas dalam kehidupan selanjutnya.

(4) Kajian Keluarga, Ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga. Ada
tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi.

(5). Kajian Biologis, Otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine. Reseptor ini
membantu mengatur ansietas. Penghambat GABA juga berperan utama dalam mekanisme
biologis berhubungan dengan ansietas sebagaimana halnya dengan endorfin. Ansietas
mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang
untuk mengatasi stressor.

1. Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi dibedakan menjadi:

a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan


datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari

b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas , harga diri, dan
fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.

5. Sumber Koping

Individu mengatasi ansietas dengan menggerakkan sumber koping di lingkungan.

1. Mekanisme Koping

Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping sbb;
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan berorientasi pada
tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan situasi stres, misalnya perilaku menyerang
untuk mengubah atau mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan, Menarik diri untuk
memindahkan dari sumber stress, Kompromi untuk mengganti tujuan atau mengorbankan
kebutuhan personal.

b. Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang, tetapi
berlangsung tidak sadar dan melibatkan penipuan diri dan distorsi realitas dan bersifat
maladaptif.

C. Data yang perlu dikaji :

a. Perilaku

Produktivitas menurun, Mengamati dan waspada, Kontak mata jelek, Gelisah, Melihat sekilas
sesuatu, Pergerakan berlebihan (seperti; foot shuffling, pergerakan lengan/ tangan),
Ungkapan perhatian berkaitan dengan merubah peristiwa dalam hidup, Insomnia, Perasaan
gelisah.

b. Afektif

Menyesal, Iritabel, Kesedihan mendalam, Takut, Gugup, Sukacita berlebihan, Nyeri dan
ketidakberdayaan meningkat secara menetap, Gemeretak, Ketidak pastian, Kekhawatiran
meningkat, Fokus pada diri sendiri, Perasaan tidak adekuat, Ketakutan, Distressed, Khawatir,
prihatin dan Mencemaskan

c. Fisiologis

Suara bergetar, Gemetar/ tremor tangan, Bergoyang-goyang, Respirasi meningkat (Simpatis),


Kesegeraan berkemih (Parasimpatis), Nadi meningkat (Simpatis), Dilasi Pupil ( Simpatis),
Refleks-refleks meningkat ( Simpatis), Nyeri abdomen (Parasimpatis), Gangguan tidur
(Parasimpatis), Perasaan geli pada ekstremitas (Parasimpatis), Eksitasi kardiovaskuler
(Simpatis), Peluh meningkat, Wajah tegang, Anoreksia (Simpatis), Jantung berdebar-debar
(Simpatis), Diarhea (Parasimpatis), Keragu-raguan berkemih (Parasimpatis), Kelelahan
(Parasimpatis), Mulut Kering (Simpatis), Kelemahan (Simpatis), Nadi berkurang
(Parasimpatis), Wajah bergejolak (Simpatis), Vasokonstriksi superfisial (Simpatis),
Berkedutan (Simpatis), Tekanan Darah Menurun (Parasimpatis), Mual (Parasimpatis),
Keseringan berkemih (Parasimpatis), Pingsan (Parasimpatis), Sukar bernafas (Simpatis),
Tekanan darah meningkat (Parasimpatis)

d. Kognitif

Hambatan berfikir, Bingung, Preokupasi, Pelupa, Perenungan, Perhatian lemah, Lapang


persepsi menurun, Takut akibat yang tidak khas, Cenderung menyalahkan orang lain., Sukar
berkonsentrasi, Kemampuan berkurang terhadap : (Memecahkan masalah dan belajar),
Kewaspadaan terhadap gejala fisiologis,

e. Faktor yang berhubungan


Terpapar toksin, Konflik tidak disadari tentang pentingnya nilai-nilai/ tujuan hidup,
Hubungan kekeluargaan/ keturunan, Kebutuhan yang tidak terpenuhi, Interpersonal –
transmisi/ penularan, Krisis situasional/ maturasi, Ancaman Kematian, Ancaman terhadap
konsep diri, Stress, Penyalahgunaan zat, Ancaman terhadap atau perubahan dalam :

- Status peran, Status kesehatan, Pola Interaksi, Fungsi Peran, Lingkungan, Status Ekonomi

(NANDA 2005-2006: 9-11)

D. POHON MASALAH DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN

(Terlampir)

Masalah Keperawatan

1. Harga diri Rendah

2. Gangguan citra tubuh

3. Ansietas

4. Koping Individu inefektif

5. Kurangnya pengetahuan

E. Tindakan Keperawatan bagi Generalist (2SP).

1. Bina hubungan saling percaya

2. Kaji kebutuhan rasa aman klien

3. Sediakan waktu untuk ekspress feeling

4. Latihan Teknik Relaksasi dan reduksi Stress

5. Membuat rencana latihan Teknik Relaksasi dan reduksi stress

6. Mempraktikkan teknik relaksasi dan reduksi stress dalam kehidupan sehari-hari

Terapi Spesialis Keperawatan untuk individu klien

1. Terapi Relaksasi Progresif

2. Therapi Thought Stoping

3. Therapy Perilaku

4. Therapy Kognitif

5. Therapy Cognitif Behaviour


Terapi Spesialis Keperawatan untuk Keluarga

1. Therapy Family Psikoedukasi

Therapi Spesialis Keperawatan untuk Kelompok

http://wildamei.wordpress.com/2011/04/14/asuhan-keperawatan-pada-klien-ansietas/

KONSEP DASAR
A. Pengertian
Ansietas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak
memiliki obyek yang spesifik. Kondisi dialami secara subyektif dan dikomunikasikan dalam hubungan
interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap
sesuatu yang berbahaya. Ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut. Kapasitas
untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas yang parah tidak
sejalan dengan kehidupan (Stuart dan Sundeen, 1990, hal 75).
Tingkat ansietas sebagai berikut:
1. Ansietas ringan, berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari- hari dan
menyebabkan seseorang menjadi waspada dan menghasilkan lahan persepsinya. Ansietas dapat
memotivasi bekpar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.
2. Ansietas sedang, memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat
melakukan sesuatu yang lebih terarah.
3. Ansietas berat, sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk
memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir pada hal lain. Semua
perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan
untuk dapat memusatkan pada satu area lain.
4. Tingkat panik dari ansietas, berhubungan dengan terperangah, ketakutan dari orang yang
mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan
disorganisasi kepribadian. Dengan panik, terjadi peningkatan aktifitas motorik,menurunnya
kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan
pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan juga berlangsung
terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan yang sangat, bahkan kematian.

B. Rentang Respon Ansietas (Stuart & Sundeen, 1990)

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

C. Faktor Predisposisi
Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas :
1. Dalam pandangan psikoanalitik, ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen
kepribadian, id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang,
sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma- norma
budaya seseorang. Ego atau Aku, berfungsi menengahi hambatan dari dua elemen yang
bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
2. Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya
penerimaan dari hubungan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan,
trauma seperti perpisahan dan kehilangan sehingga menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan
harga diri rendah mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.
3. Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Daftar tentang
pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam kehidupan dininya dihadapkan pada
ketakutan yng berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas pada kehidupan selanjutnya.
4. Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam
suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan
depresi.
5. Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus benzodiazepine. Reseptor
ini mungkin membantu mengatur ansietas penghambat dalam aminobutirik. Gamma neuroregulator
(GABA) juga mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan
ansietas sebagaimana halnya endorfin. Selain itu telah dibuktikan kesehatan umum seseorang
mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap ansietas. Ansietas mungkin disertai dengan
gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.

D. Faktor Presipitasi
Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal. Stressor pencetus dapat
dikelompokkan menjadi 2 katagori :
1. Ancaman terhadapintegritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau
menurunnya kapasitas untuk melakukan aktifitas hidup sehari- hari.
2. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga diri dan fungsi
sosial yang terintegrasi seseorang.

E. Sumber Koping
Individu dapat mengalami stress dan ansietas dengan menggerakkan sumber koping tersebut di
lingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal ekonomok, kemampuan penyelesaian masalah,
dukungan sosial dan keyakinan budaya dapat membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman
yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang berhasil.

F. Mekanisme Koping
Ketika mengalami ansietas individu menggunakan berbagai mekanisme koping untuk mencoba
mengatasinya dan ketidakmampuan mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan penyebab
utama terjadinya perilaku patologis. Ansietas tingkat ringan sering ditanggulang tanpa yang serius.

Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan 2 jenis mekanisme koping:


1. Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan berorientasi pada tindakan
untuk memenuhi secara realitis tuntutan situasi stress.
2. Mekanisme pertahanan ego, membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang, tetapi jika
berlangsung pada tingkat sadar dan melibatkan penipuan diri dan distorsi realitas, maka mekanisme
ini dapat merupakan respon maladaptif terhadap stress.

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
Ansietas dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis dan perilaku. Secara
tidaklangsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping sebagai upaya untuk melawan
ansietas.intensitas perilaku akan meningkat sejalan dengan peningkatan tingkat ansietas.
Masalah yang sering muncul pada gangguan ansietas adalah sebagai berikut:
a. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
b. Gangguan perilaku; kecemasan
c. Koping individu tak efektif
Pohon Masalah:

B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan gangguan
perilaku; kecemasan
2. Gangguan perilaku; kecemasan berhubungan dengan koping individu tak efektif ditandai dengan
klien tampak gelisah, tegang
C. Perencanaan
1. Diagnosa 1 : Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
gangguan perilaku ; kecemasan
TUM: Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
TUK: Klien mampu mengontrol rasa cemasnya
Intervensi:
a. BHSP dengan klien
• Memperkenalkan diri dengan sopan dan ekspresi wajah bersahabat
• Tanyakan nama klien
• Jabat tangan klien
b. Pasien akan terlindung dari bahaya
• Terima dan dukung pertahanan klien
• Kenalkan realita yang berhubungan dengan mekanisme koping klien
• Berikan umpan balik pada klien tentang perilaku, stressor dan sumber koping
c. Ciptakan lingkungan tenang dan jauh dari kegaduhan
d. Jauhkan klien dari benda yang berbahaya seperti benda tajam
2. Diagnosa 2 : Gangguan perilaku; kecemasan berhubungan dengan koping individu tak efektif
ditandai dengan klien tampak gelisah, tegang
TUM: Klien dapat mengurangi dan mengontrol kecemasannya
TUK: Klien mengenal cara- cara untuk mengurangi kecemasannya
Intervensi:
a. Libatkan klien dalam aktivitas sehari- hari
Beri aktivitas pada klien dan penguatan perilaku produktif.Berikan beberapa jenis latihan fisik
Rencanakan jadwal atau daftar aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari.
Libatkan keluarga dan sistem pendukung lain sebanyak mungkin

b. Klien dapat mengidentifikasi dan menguraikan perasaan tentang ansietas


Bantu klien mengidentifikasi dan menguraikan perasaan yang mendasar.
Kaitkan perilaku klien dengan perilaku dan perasaan tersebut.
Gunakan pertanyaan terbuka untuk menghindari konflik
c. Klien dapat menguraikan rencana koping maladaptif dan adaptif
Gali cara pasien menurunkan ansietasnya dimasa lalu
Tunjukkan efek maladaptif dan destruktif dari respon koping sekarang.
Dorong klien menggunakan respon adaptif yang efektif dimasa lalu.
D. Pelaksanaan
Pelaksanaan disesuaikan dengan kondisi dan respon klien

E. Evaluasi
1. Sudahkah ancaman terhadap integritas kulit atau sistem dari pasien berkurang dalam sifat,
jumlah, asal dan waktunya ?
2. Apakah perilaku klien mencerminkan ansietas tingkat ringan atau lebih ringan ?
3. Sudahkah sumber koping klien dikaji dan dikerahkan dengan adekuat?
4. Apakah klien mengenali ansietasnya sendiri dan mempunyai pandangan terhadap perasaan
tersebut?
5. Apakah klien menggunakan respon koping adaptif?
6. Sudahkan klien belajar strategi adaptif baru untuk mengurangi ansietas?
7. Apakah klien menggunakan ansietas ringan untuk meningkatkan pertumbuhan atau perubahan
personal?

http://kumpulanaskep2.blogspot.com/2010/05/laporan-pendahuluangangguan-ansietas.html

Anda mungkin juga menyukai