Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN

KEPERAWATAN PADA PASIEN ANSIETAS/CEMAS

Diajukan kepada

Poltekkes Kemenkes Malang

Untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan Jiwa

Oleh

REZA FERDI MUSTOFA

(1601300016)

PROGRAM STUDI DII KEPERAWATAN BLITAR

JURUSAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES MALANG


KONSEP DASAR ANSIETAS

A. DEFINISI
Kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak
menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup dalam keadaan
sehari-hari.Kecemasan juga merupakan pengalaman subjektif dari individu
dan tidak dapat diobservasi langsung serta suatu keadaan emosi tanpa objek
yang spesifik.Kecemasan berbeda dengan rasa takut, karakteristik rasa takut
adalah adanya objek atau sumber yang spesifik dan dapat diidentifikasi serta
dapat dijelaskan oleh individu (Suliswati,dkk, 2005:108). Ansietas
merupakan alat peringatan internal yang memberikan tanda bahaya kepada
individu.

Menurut Stuart dan Laraia (2005) aspek positif dari individu berkembang
dengan adanya konfrontasi, gerak maju perkembangan dan pengalaman
mengatasi kecemasan. Sisi negatif ansietas atau sisi yang membahayakan
ialah rasa khawatir yang berlebihan tentang masalah yang nyata atau
potensial. Hal ini menghabiskan tenaga, menimbulkan rasa takut, dan
menghambat individu melakukan fungsinya dengan adekuat dalam situasi
interpersonal, situasi kerja, dan situasi sosial. Diagnosis gangguan ansietas
ditegakkan ketika ansietas tidak lagi berfungsi sebagai tanda bahaya,
melainkan menjadi kronis dan mempengaruhi sebagian besar kehidupan
individu sehingga menyebabkan perilaku maladaptif dan disabilitas
emosional. Misalnya, diagnosis gangguan ansietas umum ditegakkan ketika
individu selalu khawatir tentang sesuatu atau semua hal tanpa alasan yang
nyata, merasa gelisah, lelah, dan tegang, serta sulit berkonsentrasi selama
sekurang-kurangnya enam bulan terakhir.

B. TEORI DASAR ANSIETAS


Teori yang dikembangkan untuk menjelaskan penyebab ansietas adalah
(Stuart & Sundeen, 1998, 177-181):
1. Teori psikoanalitik
Menurut Sigmund Freud struktur kepribadian terdiri dari tiga elemen,
yaitu id, ego, dan super ego. Id melambangkan dorongan insting dan
impuls primitif. Super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan
dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang, sedangkan ego atau
aku digambarkan sebagai mediator antara tuntutan dari id dan super ego.
Menurut teori psikoanalitik, ansietas merupakan konflik emosional yang
terjadi antara id dan super ego, yang berfungsi memperingatkan ego
tentang sesuatu bahaya yang perlu diatasi.
2. Teori interpersonal
Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Hal ini juga
dihubungkan dengan trauma masa pertumbuhan seperti kehilangan,
perpisahan yang menyebabkan seseorang menjadi tidak berdaya.
Individu yang mempunyai harga diri rendah biasanya sangat mudah
untuk mengalami ansietas yang berat.
3. Teori perilaku
Ansietas merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu yang mengganggu
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Para ahli
perilaku menganggap ansietas merupakan sesuatu dorongan yang
dipelajari berdasarkan keinginan untuk menghindarkan rasa sakit.Teori
ini meyakini bahwa individu yang pada awal kehidupannya dihadapkan
pada rasa takut berlebihan akan menunjukkan kemungkinan ansietas
berat pada kehidupan masa dewasanya.
4. Kajian keluarga
Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal
yang biasa ditemui dalam suatu keluarga.
5. Kajian biologis
Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus
untuk benzodiazepin. Reseptor ini mungkin membantu mengatur
ansietas. Selain itu kesehatan umum seseorang mempunyai predisposisi
terhadap ansietas. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan
selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.

C. TINGKAT ANSIETAS
Menurut Peplau (dalam Videbeck, 2008) ada empat tingkat kecemasan yang
dialami oleh individu yaitu ringan, sedang, berat, dan panik.
1. Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan
membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan
membantu individu memfokuskan perhatian untuk belajar,
menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak, merasakan, dan melindungi
diri sendiri. Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas ringan
adalah sebagai berikut :
a. Respons fisik
Ketegangan otot ringan
 Sadar akan lingkungan
 Rileks atau sedikit gelisah
 Penuh perhatian
 Rajin
b. Respon kognitif
 Lapang persepsi luas
 Terlihat tenang, percaya diri
 Perasaan gagal sedikit
 Waspada dan memperhatikan banyak hal
 Mempertimbangkan informasi
 Tingkat pembelajaran optimal
c. Respons emosional
Perilaku otomatis
 Sedikit tidak sadar
 Aktivitas menyendiri
 Terstimulasi
 Tenang
2. Ansietas sedang merupakan perasaan yang menggangu bahwa ada
sesuatu yang benar-benar berbeda; individu menjadi gugup atau agitasi.
Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas sedang adalah sebagai
berikut :
a. Respon fisik :
- Ketegangan otot sedang
- Tanda-tanda vital meningkat
- Pupil dilatasi, mulai berkeringat
- Sering mondar-mandir, memukul tangan
- Suara berubah: bergetar, nada suara tinggi
- Kewaspadaan dan ketegangan menigkat
- Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung
b. Respons kognitif
- Lapang persepsi menurun
- Tidak perhatian secara selektif
- Fokus terhadap stimulus meningkat
- Rentang perhatian menurun
- Penyelesaian masalah menurun
- Pembelajaran terjadi dengan memfokuskan
c. Respons emosional
- Tidak nyaman
- Mudah tersinggung
- Kepercayaan diri goyah
- Tidak sabar
- Gembira
3. Ansietas berat, yaitu ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman,
memperlihatkan respons takut dan distress. Menurut Videbeck (2008),
respons dari ansietas berat adalah sebagai berikut:
a. Respons fisik
- Ketegangan otot berat
- Hiperventilasi
- Kontak mata buruk
- Pengeluaran keringat meningkat
- Bicara cepat, nada suara tinggi
- Tindakan tanpa tujuan dan serampangan
- Rahang menegang, mengertakan gigi
- Mondar-mandir, berteriak
- Meremas tangan, gemetar
b. Respons kognitif
- Lapang persepsi terbatas
- Proses berpikir terpecah-pecah
- Sulit berpikir
- Penyelesaian masalah buruk
- Tidak mampu mempertimbangkan informasi
- Hanya memerhatikan ancaman
- Preokupasi dengan pikiran sendiri
- Egosentris
c. Respons emosional
- Sangat cemas
- Agitasi
- Takut
- Bingung
- Merasa tidak adekuat
- Menarik diri
- Penyangkalan
- Ingin bebas
4. Panik, merupakan individu kehilangan kendali dan detail perhatian
hilang, karena hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun
meskipun dengan perintah. Menurut Videbeck (2008), respons dari panik
adalah sebagai berikut:
a. Respons fisik
- Flight, fight, atau freeze
- Ketegangan otot sangat berat
- Agitasi motorik kasar
- Pupil dilatasi
- Tanda-tanda vital meningkat kemudian menurun
- Tidak dapat tidur
- Hormon stress dan neurotransmiter berkurang
- Wajah menyeringai, mulut ternganga
b. Respons kognitif
- Persepsi sangat sempit
- Pikiran tidak logis, terganggu
- Kepribadian kacau
- Tidak dapat menyelesaikan masalah
- Fokus pada pikiran sendiri
- Tidak rasional
- Sulit memahami stimulus eksternal
- Halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi
c. Respon emosional
- Merasa terbebani
- Merasa tidak mampu, tidak berdaya
- Lepas kendali
- Mengamuk, putus asa
- Marah, sangat takut
- Mengharapkan hasil yang buruk
- Kaget, takut
- Lelah
Gambar berikut adalah rentang respon ansietas:

Gambar Rentang Respons Ansietas (Stuart, 2007. Hal. 145)

D. ETIOLOGI
Meski penyebab ansietas belum sepenuhnya diketahui, namun gangguan
keseimbangan neurotransmitter dalam otak dapat menimbulkan ansietas
pada diri seseorang. Faktor genetik juga merupakan faktor yang dapat
menimbulkan gangguan ini. Ansietas terjadi ketika seseorang mengalami
kesulitan menghadapi situasi, masalah, dan tujuan hidup (Videbeck, 2008:
312).

Faktor Predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Ketegangan dalam
kehidupan tersebut dapat berupa:
1. Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan
dengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau
situasional.
2. Konflik emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan
baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan
dapat menimbulkan kecemasan pada individu.

3. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu


berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.

4. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil


keputusan yang berdampak terhadap ego.

5. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan


ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri
individu.

6. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress


akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang
dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam
keluarga.

7. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi


respons individu dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi
kecemasannya.

8. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan


yang mengandung benzodiazepin, karena benzodiazepine dapat menekan
neurotransmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol
aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan
kecemasan.

Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stressor presipitasi
kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
1. Ancaman terhadap integritas fisik.
a. Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem
imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya :
hamil).

b. Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan


bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak
adekuatnya tempat tinggal.

2. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.

a. Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di


rumah dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai
ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.
b. Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian,
perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.

E. Tanda dan Gejala


Menurut Hawari (2008), keluhan yang sering dikemukan oleh orang yang
mengalami ansietas antara lain:
1. Khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah
tersinggung.
2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
3. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.
4. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.
5. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
6. Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang,
pendengaran berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan
pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala.

Respon Ansietas
a. Respon Fisiologis
Sistem tubuh Respons
Kardiovaskuler  Palpitasi
 Jantung berdebar-debar
 Tekanan darah tinggi
 Rasa mau pingsan
 Pingsan
 Tekanan darah menurun
 Denyut nadi menurun
Pernapasan  Napas cepat
 Napas pendek
 Tekanan pada dada
 Napas dangkal
 Pembengkakan tenggorok
 Sensasi tercekik
 Terengah-engah
Neuromuskular  Refleks meningkat
 Reaksi kejutan
 Mata berkedip-kedip
 Insomnia
 Tremor
 Rigiditas
 Gelisah
 Wajah tegang
 Kelemahan umum
 Kaki goyah
 Gerakkan janggal
Gastrointestinal  Kehilangan nafsu makan
 Menolak makan
 Rasa tidak nyaman pada abdomen
 Mual
 Diare
 Rasa terbakar pada jantung
Traktus urinarius  Tidak dapat menahan kencing
 Sering berkemih
Kulit  Wajah kemerahan
 Berkeringat setempat
 Gatal
 Rasa panas dan dingin pada kulit
 Wajah pucat
 Berkeringat seluruh tubuh
( Stuart & Sundeen , 1998. Hal.178-179)

b. Respon Perilaku, Kognitif, dan Afektif


Sistem Respons
Perilaku  Gelisah
 Ketegangan fisik
 Tremor
 Gugup
 Bicara cepat
 Kurang koordinasi
 Cenderung mendapat cidera
 Menarik diri dari hubungan interpersonal
 Mengahalangi
 Melarikan diri dari masalah
 Menghidar
 Hiperventilasi
Kognitif  Perhatian terganggu
 Konsentrasi buruk
 Pelupa
 Preokupasi
 Salah dalam memberikan penilaian
 Hambatan berpikir
 Bidang presepsi menurun
 Kreativitas menurun
 Produktivitas menurun
 Bingung
 Sangat waspada
 Kesadaran diri meningkat
 Kehilangan objektivitas
 Takut kehilangan kontrol
 Takut padapada gambaran visual
 Takut cedera atau kematian
Afektif  Mudah terganggu
 Tidak sabar
 Gelisah
 Tegang
 Nervus
 Ketakutan
 Alarm
 Teror
 Gugup
( Stuart & Sundeen , 1998. Hal. 180-181)

F. SUMBER KOPING DAN MEKANISME KOPING


1. Sumber Koping
Individu dapat menanggulangi stress dan kecemasan dengan
menggunakan atau mengambil sumber koping dari lingkungan baik dari
sosial, intrapersonal dan interpersonal. Sumber koping diantaranya
adalah aset ekonomi, kemampuan memecahkan masalah, dukungan
sosial budaya yang diyakini.
Dengan integrasi sumber-sumber koping tersebut individu dapat
mengadopsi strategi koping yang efektif (Suliswati, 2005).

2. Mekanisme Koping

Kemampuan individu menanggulangi kecemasan secara konstruksi


merupakan faktor utama yang membuat klien berperilaku patologis atau
tidak. Bila individu sedang mengalami kecemasan ia mencoba
menetralisasi, mengingkari atau meniadakan kecemasan dengan
mengembangkan pola koping. Pada kecemasan ringan, mekanisme
koping yang biasanya digunakan adalah menangis, tidur, makan, tertawa,
berkhayal, memaki, merokok, olahraga, mengurangi kontak mata dengan
orang lain, membatasi diri pada orang lain (Suliswati, 2005). Mekanisme
koping untuk mengatasi kecemasan sedang, berat dan panik
membutuhkan banyak energi. Menurut Suliswati (2005), mekanisme
koping yang dapat dilakukan ada dua jenis, yaitu:
a. Task oriented reaction atau reaksi yang berorientasi pada tugas
Tujuan yang ingin dicapai dengan melakukan koping ini adalah
individu mencoba menghadapi kenyataan tuntutan stress dengan
menilai secara objektif ditujukan untuk mengatasi masalah,
memulihkan konflik dan memenuhi kebutuhan.
1) Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau mengatasi
hambatan pemenuhan kebutuhan.
2) Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun
psikologik untuk memindahkan seseorang dari sumber stress.
3) Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang
mengoperasikan, mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek
kebutuhan personal seseorang.
b. Ego oriented reaction atau reaksi berorientasi pada ego
Mekanisme ini seringkali digunakan untuk melindungi diri, sehingga
disebut mekanisme pertahanan ego diri.Biasanya mekanisme ini tidak
membantu untuk mengatasi masalah secara realita. Untuk menilai
penggunaan makanisme pertahanan individu apakah adaptif atau tidak
adaptif, perlu di evaluasi hal-hal berikut:
1) Perawat dapat mengenali secara akurat penggunaan mekanisme
pertahanan klien.
2) Tingkat penggunaan mekanisme pertahanan diri terebut apa
pengaruhnya terhadap disorganisasi kepribadian.
3) Pengaruh penggunaan mekanisme pertahanan terhadap kemajuan
kesehatan klien.
4) Alasan klien menggunakan mekanisme pertahanan.

Mekanisme pertahanan ego:


a. Disosiasi adalah pemisahan dari proses mental atau perilaku dari
kesadaran atau identitasnya.
b. Identifikasi adalah proses dimana seseorang untuk menjadi yang ia
kagumi berupaya dengan mengambil/meniru pikiran, perilaku, dan
selera orang lain yang dikagumi.
c. Intelektualisasi adalah penggunaan logika dan alasan yang berlebihan
untuk menghindari pengalaman yang mengganggu perasaannya.
d. Introjeksin adalah suatu jenis identifikasi yang diman seseorang
mengambil dan mellebur nilai-nilai dan kualitas seseorang atau suatu
kelompok ke dalam struktur egonya sendiri, berupa hati nurani.
e. Kompensasi adalah proses dimana seseorang memperbaiki penurunan
citra diri dengan secara tegas menonjolkan keistimewaan /kelebihan
yang dimiliki.
f. Penyangkalan adalah menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas
dengan mengingkari realitas tersebut.
g. Pemindahan adalah pengalihan emosi yang semula ditujukan pada
seseorang /benda kepada orang lain/benda lain yang biasanya netral
atau kurang mengancam dirinya.
h. Isolasi adalah pemisaha unsur emosional dari suatu pikiran yang
mengganggu dapat bersifat sementara atau berjangka lama.
i. Proyeksi adalah pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri
kepada orang lainterutama kenginan, perasaan emosional dan motivasi
yang tidak dapat ditoleransi.
j. Rasionalisasi adalah mengemukakan penjelasan yang tampak logis
dan dapat diterima masyarakat untuk membenarkan perasaan perilaku
dan motif yang tidak dapat diterima.
k. Reaksi formasi adalah pengembangan sikap dan pola perilaku yang ia
sadari yang bertentangan dengan apa yang sebenarnya ia rasakan atau
ingin dilakukan.
l. Regresi adalah kemunduran akibat stress terhadap perilaku dan
merupakan ciri khas dari suatu taraf perkembangan yang lebih dini.
m. Represi adalah pengenyampingkan secara tidak sadar tentang pikiran,
ingatan yang menyakitkan, merupakan pertahanan ego primer yang
cenderung diperkuat oleh mekanisme lain.
n. Pemisahan adalah sikap mengelompokkan orang dianggap semuanya
baik atau semuanya buruk, kegagalan untuk memajukan niali-nilai
positif dan negatif di dalam diri seseorang.
o. Sublimasi penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di
mata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami halangan
normal.
p. Supresi adalah suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme
pertahanan tetapi sebetulnya merupakan analog represi yang disadari.
q. Undoing adalah perilaku/tindakan atau komunikasi yang mengahapus
sebagian dari tindakan atau komunikasi sebelumnya, merupakan
mekanisme pertahanan primitif.
(Dalami, 2009:73-77)

G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahan dan terapi memerlukan
suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik
(somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial, dan psiko religious
(Hawari, 2008).
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
a. Makan makan yang bergizi dan seimbang.
b. Tidur yang cukup.
c. Cukup olahraga.
d. Tidak merokok.
e. Tidak meminum minuman keras.
2. Terapi psiko farmaka
Terapi psiko farmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan
memakai obat- obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan
neurotransmitter susunan saraf pusat otak (limbicsystem). Terapi psiko
farmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu
seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl,
meprobamate, dan alprazolam.
3. Terapi somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala akibat
dari kecemasan yang berkepanjangan.Untuk menghilangkan keluhan
somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ
tubuh yang bersangkutan.
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :
a. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi,semangat dan
dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan
diberi keyakinan serta percaya diri.
b. Psikoterapire-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila
dinilai bahwa ketidak mampuan mengatasi kecemasan.
c. Psikoterapire-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali
(re-konstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat
stressor.
d. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu
kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya
ingat.
e. Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan
proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang
tidak mampu menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami
kecemasan.
f. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan,
agar faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor
keluarga dapat dijadikan sebagai faktor pendukung.
5. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya
dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagaip roblem
kehidupan yang merupakan stressor psikososial.

H. POHON MASALAH
Faktor risiko

GABA meningkat gangguan sel saraf gyrus parietalis

gemetar

Tidak mampu menerima pesan cukup untuk berhenti

Cemas

Saraf simpatis meningkat takikardi

Vasokonstriksi

Perfusi organ menurun

Otot kepala kulit

Tenggorokan telinga pusing penimbunan panas menrun

Ketegangan ketegangan keringat

Tenggorokan mendengung
kering

susah menelan

ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Faktor predisposisi
Teori psikoanalitik
Ansietas merupakan konflik emosional antara dua elemen kepribadian yaitu
ide, ego, dan super ego. Ide melambangkan dorongan insting dan impuls
primitive. Super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan
oleh norma-norma budaya seseorang, sedangkan ego digambarkan sebagai
mediator antara ide dan super ego. Ansietas berfungsi untuk
memperingatkan ego tentang suatu budaya yang perlu segera diatasi.
Teori Interpersonal
Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Berhubungan
juga dengan trauma masa perkembangan seperti kehilangan, perpisahan.
Individu dengan harga diri rendah biasanya sangat mudah mengalami
ansietas berat.
Teori Perilaku
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Kajian Biologis
Otak mengandung reseptor spesifik untuk benzodiazepines. Reseptor ini
diperkirakan turut berperan dalam mengatur ansietas.
b. Faktor presipitasi
Bersumber dari insternal dan eksternal seperti ancaman terhadap integritas
fisik dan ancaman terhadap sistem diri.
c. Perilaku
Ansietas dapat diekspresikan langsung melalui perubahan fisiologis dan
perilaku secara tidak langsung timbulnya gejala atau mekanisme koping
dalam upaya mempertahankan diri dari ansietas. Intensitas perilaku akan
meningkat sejalan dengan peningkatan ansietas.

2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian, diagnosa keperawatan yang mungkin timbul
pada kasus ansietas ini adalah :
 Ansietas berat
 Ansietas sedang
 Depresi berat
 Kerusakan komunikasi verbal
 Kerusakan interaksi social
3. Perencanaan dan Implementasi
1) Rencana tindakan keperawatan pada ansietas berat dan panik
Tujuan umum ;
Klien dapat mengurangi ansietasnya sampai tingkat sedang atau tingkat
ringan.
Tujuan khusus :
Klien mampu :
 Membina hubungan saling percaya
 Menyadari dan mengontrol perasaan sendiri
 Meyakinkan klien tentang manfaat mekanisme koping yang
bersifat melindunginya
 Mengidentifikasi situasi yang dapat menyebabkan ansietas.
 Menganjurkan klien meningkatkan aktifitas sehari-hari
 Meningkatkan kesehatan fisik dan kesejahteraan klien.
Implementasi
Tujuan khusus 1 :
 Dengarkan keluhan klien
 Dukung klien untuk mendiskusikan perasaannya
 Jawab pertanyaan klien secara langsung
 Tanyakan sikap menerima klien tanpa pamrih
 Hargai pribadi klien
Tujuan khusus 2 :
 Bersikap terbuka
 Terima perasaan positif maupun negative termasuk perkembangan
ansietasnya.
 Pahami perasaan anda dengan cara yang terapeutik.
Tujuan khusus 3 :
 Menerima dan memberikan dukungan pada klien tanpa menentang
keyakinannya.
 Sadari keyakinan tentang rasa sakit yang dikaitkan dengan
mekanisme koping.
 Beri umpan balik pada klien mengenai perilaku stressor, penilaian
dan sumber koping.
 Dukung ide-ide tentang kesehatan fisik yang berkaitan dengan
kesehatan emosionalnya.
 Beri batasan perilaku yang mal-adaptif dengan cara yang
mendukung.
Tujuan khusus 4 :
 Tunjukkan sikap yang tenang
 Ciptakan situasi dan lingkungan yang tenang
 Batasi interaksi klien lain untuk mengurangi rangsangan yang
dapat menimbulkan ansietas.
 Beri bantuan terapi fisik seperti mandi, massage
Tujuan Khusus 5 :
 Beri aktifitas yang bersifat mendukung atau menguatkan perilaku
sosial yang produktif.
 Beri klien latihan fisik sesuai bakat dan kemampuan
 Rencanakan jadwal aktifitas yang dapat dilakukan sehari-hari
 Libatkan keluarga dan sistem pendukung lainnya.
Tujuan khusus 6 :
 Beri obat untuk membantu menurunkan ketidaknyamanan klien
 Amati efek samping obat
 Berikan pendidikan kesehatan pada klien

2) Rencana tindakan pada ansietas sedang


Tujuan umum :
Klien dapat menyelesaikan masalahnya dan mengatasi stress.
Tujuan khusus :
 Menjalin dan mempertahankan hubungan saling percaya
 Membantu dirinya untuk mengenal ansietasnya.
 Memperluas kesadaran berkembangnya ansietas
 Bantu klien mempelajari koping yang baru
Implementasi
1. Menjalin dan mempertahankan hubungan saling percaya
a. Dengar dengan hangat dan responsif
b. Beri waktu kepada klien untuk berespon
c. Beri dukungan untuk ekspresi diri.
2. Membantu dirinya untuk mengenal ansietasnya.
a. Bantu klien mengekspresikan perasaan.
b. Bantu klien menghubungkan perilaku dengan perasaan klien.
c. Memvalidasi kesimpulan dan asumsi.
d. Pertanyaan terbuka.
3. Memperluas kesadaran berkembangnya ansietas
a. Bantu klien menhubungkan situasi dan interaksi yang
menimbulkan ansietas.
b. Bantu klien meninjau kembali penilaian klien terhadap stresor
yang dirasa mengancam dan menimbulkan konflik.
c. Mengaitkan pengalaman saat ini dengan pengalaman masa lalu
4. Bantu klien mempelajari koping yang baru
a. Menggali pengalaman klien menghadapi ansietas sebelumnya.
b. Tunjukkan akibat negatif koping yg saat ini.
c. Dorong klien untuk mencoba koping adaptif yang lalu
d. Memusatkan tanggung jawab perubahan pada klien
e. Terima peran aktif klien. Mengaitkan hubungan sebab-akibat
keadaan ansietasnya.
f. Bantu klien menyusun kembali tujuan memodifikasi perilaku
g. Anjurkan penggunaan koping yang baru

Evaluasi
 Ancaman terhadap integritas fisik dan harga diri klien menurun.
 Tingkah laku klien meredleksikan tingkat ansietas ringan atau sedang.
 Sumber koping dikaji dan digunakan.
 Klien mengenal ansietasnya dan menyadari perasaan tersebut.
 Klien mempelajari strategi adaptif yang baru untuk menurunkan
ansietasnya.
 Klien menggunakan ansietas untuk meningkatkan perkembangan dan
pertumbuhannya.

DAFTAR RUJUKAN

Dalami, E. Suliswati. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Masalah


Psikososial. Jakarta: Trans Info Medika.

Struart, G.W & Senden, S.J. 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa Ed.3. Jakarta:
EGC
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

ANSIETAS / KECEMASAN

PERTEMUAN I

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi klien

Klien mengatakan cemas, khawatir, gelisah dan terkadang kepikiran


mengenai riwayat penyakitnya saat ini yaitu hiperglikemi.

2. Diagnosa keperawatan

Ansietas berhubungan dengan ancaman integritas biologis aktual akibat


penyakit.

3. Tujuan

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.


b. Klien dapat mengenal ansietasnya.

4. Tindakan keperawatan

a. Membina hubungan saling percaya dengan teknik komunikasi


teraupetik.
b. Membantu klien mengungkapkan perasaanya terkait kecemasannya
c. Mengkaji tingkat pengetahuan penyakit klien dan koping klien
d. Mendengarkan dengan penuh perhatian dan empati dengan ungkapan
klien.
5. Strategi Komunikasi
a) Orientasi
1. Salam terapeutik.
“Selamat siang bu, Perkenalkan nama saya........., biasa dipanggil... bu.
Saya akan merawat ibu selama 1 minggu. Ibu namanya siapa? Bisa
dipanggil siapa?.”

2. Evaluasi/ validasi
“Bagaimana perasaan ibu saat ini ?.”

3. Kontrak
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang mengenai perasaan ibu?
Sepertinya ibu terlihat cemas, bagaimana kalau kita berbincang-
bincang di rumah ibu pukul 13.00 WIB. Agar ibu lebih nyaman jika di
rumah sendiri. Bagaimana kalau kita berbincang-bincang kurang lebih
30 menit?.”
b) Kerja
“Coba ibu ceritakan bagaimana ibu bisa terlihat cemas? Oh, begitu
ya bu. Lalu apakah sudah lama perasaan tersebut muncul? Kalau
ibu merasa cemas mengenai penyakit ibu, biasanya apa yang ibu
lakukan untuk mengatasi rasa cemas ibu?.”
c) Terminasi
 Evaluasi Subjektif
“Saya sering mendengar cerita seperti yang ibu ceritakan.
Bagaimana perasaan ibu setelah berbincang-bincang dengan
saya?.”
 Evaluasi Objektif
“Jadi seperti yang ibu katakan tadi, jika perasaan cemas
tersebut muncul ketika mengetahui gula darah ibu naik ya bu?
Dan ibu biasanya mengacuhkan perasaan tersebut dengan
beraktivitas mengurus rumah tangga seperti biasa ya bu?.”
 Tindak Lanjut
“Kalau ibu merasa cemas lagi ketika mengetahui hasil
pemeriksaan gula darah ibu, segera berbicara/bercerita kepada
perawat atau dengan saya agar dibantu menanggulangi rasa
cemas ibu.”
 Kontrak yang akan datang
“Besok kita akan berbincang-bincang lagi ya bu. Kita akan
diskusi mengenai penyakit yang ibu derita yaitu hiperglikemi
atau biasa disebut gula darah tinggi ya bu? Bagaimana kalau di
rumah ibu lagi, kira-kira pukul 14.00 WIB? Baiklah kalau
begitu saya pamit dulu ya bu, selamat siang.”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

ANSIETAS / KECEMASAN

PERTEMUAN II

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi klien

Klien mengatakan hari ini, perasaannya sudah sedikit tenang. Kontak mata
klien baik dan mampu memulai pembicaraan mengenai pembahasan tentang
penyakitnya.

2. Diagnosa keperawatan

Ansietas berhubungan dengan ancaman integritas biologis aktual akibat


penyakit.

3. Tujuan

a. Klien dapat mengenali penyebab kecemasannya


b. Klien dapat memahami penyebab kecemasannya yaitu karena penyakit
kadar gula yang tinggi

4. Tindakan keperawatan

a. Mendiskusikan dengan klien mengenai penyakit kadar gula darah tinggi


dan ansietasnya.
b. Memberikan penyuluhan tentang penyakit klien.

5. Strategi Komunikasi
a) Orientasi
 Salam terapeutik
“Selamat siang,bu.”
 Evaluasi/ validasi
“Bagaimana perasaan ibu hari ini ?.”
b) Kontrak
“Seperti yang saya janjikan kemarin, hari ini kita akan membahas
mengenai penyakit ibu ya? Yaitu hiperglikemi atau sering disebut
kadar gula darah tinggi. Nanti kita diskusi selama kurang lebih 30
menit, bagaimana bu? Baiklah jika ibu setuju, mari kita mulai
berdiskusi ya.”
c) Kerja
“Ibu, saya akan memulai menjelaskan tentang penyakit
hiperglikemi atau sering disebut kadar gula darah tinggi ya bu.
Nah, itu tadi penjelasan mengenai penyakit ibu. Apakah ada yang
ibu bingungkan? Oh, iya bu. Iya ibu benar sekali.”
d) Terminasi
 Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berdiskusi masalah ini?.”
 Evaluasi Objektif
“Jadi seperti yang ibu katakan tadi, ibu juga merasakan ya
gejala-gejala yang saya jelaskan tadi.”
 Tindak Lanjut
“Kalau ibu ingin mengetahui lebih lanjut bisa ditanyakan pada
petugas medis lainnya. Jadi rasa cemas ibu itu wajar, namun
jangan terlalu cemas karena penyakit ibu bisa dikontrol.”
 Kontrak yang akan datang
“Besok kita berbincang-bincang lagi ya bu. Kita akan
berdiskusi mengenai apa saja yang dapat dilakukan untuk
mengurangi mengurangi rasa keemasan ibu. Bagaimana kalau
di rumah ibu lagi, kira-kira pukul 15.00 WIB? Baiklah kalau
begitu saya pamit dulu ya bu, selamat sore.”

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

ANSIETAS / KECEMASAN

PERTEMUAN III
A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi klien
Klien mengatakan hari ini sehat, perasaannya sudah tenang. Kontak
mata klien baik dan mampu memulai pembicaraan . klien juga
kooperatif.

2. Diagnose keperawatan
Ansietas berhubungan dengan ancaman integritas biologis aktual
akibat penyakit.

3. Tujuan
a. Klien dapat memahami cara-cara untuk mengatasi kecemasan.
b. Klien dapat mempraktikkan cara-cara untuk mengatasi kecemasan.
4. Tindakan keperawatan
a. Memberikan penyuluhan mengenai kecemasan klien.
b. Mendiskusikan dengan klien mengenai kecemasan klien.
c. Memberikan alternatif cara relaksasi kepada klien.
5. Strategi komunikasi
a. Orientasi
 Salam terapeutik
“ selamat siang bu”

 Evaluasi / validasi
“bagaimana perasaan ibu hari ini?”

 Kontrak
“seperti yang saya janjikan kemarin, hari ini kita akan
membahas mengenai penyakit ibu ya? Yaitu hiperglikemi
atau biasa disebut gula darah tinggi. Nanti kita akan
berdiskusi selama kurang lebih 20 menit. Baiklah , mari
kita mulai.”
b. Kerja
“ ibu , saya akan memulai menjelaskan tentang cara mengatasi
masalah /kecemasan ya bu, caranya ada 2 yaitu teknik napas dalam
dan relaksasi progresif. Mari kita peragakan bersama-sama ya bu,
agar nanti ibu bisa melakukannya sendiri atau dengan keluarga
dirumah ya bu? Agar mengurangi rasa cemas ibu.”

c. Evaluasi
 Evaluasi subyektif
“bagaimana perasaan ibu setelah mengetahui dan
memperagakan teknik tadi?”

 Evaluasi obyektif
“jadi ibu memilih teknik napas dalam ya.”

 Tindak lanjut
“jika ibu ingin mengetahui cara lain, ibu bisa minta bantuan
perawat jaga yang ada di puskesmas.”

 Kontrak yang akan dating


“ibu besok merupakan hari terakhir kita berdiskusi. Besok
kita akan berbincang-bincang lagi ya bu. Kita akan
membicarakan apa saja yang sudah kita kerjakan selama
ini. Bagaimana jika disini lagi pukul 15.00 WIB, saya
pamit dulu ya bu. Selamat sore bu.”

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

ANSIETAS / KECEMASAN

PERTEMUAN IV

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Kontak mata baik, mampu memulai pembicaraan, kooperatif.
2. Diagnose keperawatan
Ansietas berhubungan dengan ancaman integritas biologis actual
akibat penyakit.
3. Tujuan
Klien dapat mengatasi kecemasannya terkait dengan penyuluhan dan
teknik relaksasi yang diberikan.
4. Tindakan keperawatan
a. Mendiskusikan pembahasan yang dilakukan 3x pertemuan
sebelumnya.
b. Memberikan penghargaan atas kemampuan klien mengatasi
kecemasannya.
c. Member motivasi kepada klien mengenai PHBS, rutin minum obat
dan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup klien.
5. Strategi komunikasi
a. Orientasi
 Salam terapeutik
“selamat siang bu”
 Evaluasi / validasi
“ bagaimana kabar ibu hari ini.”
 Kontrak
“ seperti yang saya janjikan kemarin, hari ini akan
membahas mengenai apa yang kita diskusikan mulai hari
pertama kita bertemu dan apa yang telah kita lakukan untuk
mengurangi rasa cemas ibu. Nanti kta diskusi selama 30
menit. Bagaimana bu? Baiklah kita mulai.”

b. Kerja
“ ibu, saya akan memulai dari hari pertama, kitasudah membahas
mengenai rasa cemas, apa penyebabnya, bagaimana bisa terjadi,
apa yang harus dilakukan. Ibuk bisa menjelaskan secara singkat
pada saya? Iya benar sekali. Sepertinya ibu sudah sangat paham.
Bagaimana ibu setelah melakukan teknik relaksasi ? iya benar bu,
dengan begitu ibu bisa mengurangi rasa cemas ibu kapan saja dan
dimana saja. Ibu harus memperhatikan perilaku Hidup Bersih dan
Sehat dan juga rutin berobat agar dapat mengontrol kondisi ibu saat
ini.”
c. Evaluasi
 Evaluasi subyektif
“ bagaimana perasaan ibu setelah memahami apa yang telah
kita diskusikan?”
 Evaluasi obyektif
“jadi ibu katakana ibu sudah bisa mengurangi rasa
scemassnya dengan apa yang kita dikusikan tadi.”
 Tindak lanjut
“kalau ibu ingin tahu lebih banyak mengenai informasi
kesehatan lainnya, ibu bisa meminta perawat jaga atau
tenaga medis yang ada dipuskesmas ya bu.”
 Kontrak
-

Anda mungkin juga menyukai