Diajukan kepada
Oleh
(1601300016)
JURUSAN KEPERAWATAN
A. DEFINISI
Kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak
menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup dalam keadaan
sehari-hari.Kecemasan juga merupakan pengalaman subjektif dari individu
dan tidak dapat diobservasi langsung serta suatu keadaan emosi tanpa objek
yang spesifik.Kecemasan berbeda dengan rasa takut, karakteristik rasa takut
adalah adanya objek atau sumber yang spesifik dan dapat diidentifikasi serta
dapat dijelaskan oleh individu (Suliswati,dkk, 2005:108). Ansietas
merupakan alat peringatan internal yang memberikan tanda bahaya kepada
individu.
Menurut Stuart dan Laraia (2005) aspek positif dari individu berkembang
dengan adanya konfrontasi, gerak maju perkembangan dan pengalaman
mengatasi kecemasan. Sisi negatif ansietas atau sisi yang membahayakan
ialah rasa khawatir yang berlebihan tentang masalah yang nyata atau
potensial. Hal ini menghabiskan tenaga, menimbulkan rasa takut, dan
menghambat individu melakukan fungsinya dengan adekuat dalam situasi
interpersonal, situasi kerja, dan situasi sosial. Diagnosis gangguan ansietas
ditegakkan ketika ansietas tidak lagi berfungsi sebagai tanda bahaya,
melainkan menjadi kronis dan mempengaruhi sebagian besar kehidupan
individu sehingga menyebabkan perilaku maladaptif dan disabilitas
emosional. Misalnya, diagnosis gangguan ansietas umum ditegakkan ketika
individu selalu khawatir tentang sesuatu atau semua hal tanpa alasan yang
nyata, merasa gelisah, lelah, dan tegang, serta sulit berkonsentrasi selama
sekurang-kurangnya enam bulan terakhir.
C. TINGKAT ANSIETAS
Menurut Peplau (dalam Videbeck, 2008) ada empat tingkat kecemasan yang
dialami oleh individu yaitu ringan, sedang, berat, dan panik.
1. Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan
membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan
membantu individu memfokuskan perhatian untuk belajar,
menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak, merasakan, dan melindungi
diri sendiri. Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas ringan
adalah sebagai berikut :
a. Respons fisik
Ketegangan otot ringan
Sadar akan lingkungan
Rileks atau sedikit gelisah
Penuh perhatian
Rajin
b. Respon kognitif
Lapang persepsi luas
Terlihat tenang, percaya diri
Perasaan gagal sedikit
Waspada dan memperhatikan banyak hal
Mempertimbangkan informasi
Tingkat pembelajaran optimal
c. Respons emosional
Perilaku otomatis
Sedikit tidak sadar
Aktivitas menyendiri
Terstimulasi
Tenang
2. Ansietas sedang merupakan perasaan yang menggangu bahwa ada
sesuatu yang benar-benar berbeda; individu menjadi gugup atau agitasi.
Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas sedang adalah sebagai
berikut :
a. Respon fisik :
- Ketegangan otot sedang
- Tanda-tanda vital meningkat
- Pupil dilatasi, mulai berkeringat
- Sering mondar-mandir, memukul tangan
- Suara berubah: bergetar, nada suara tinggi
- Kewaspadaan dan ketegangan menigkat
- Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung
b. Respons kognitif
- Lapang persepsi menurun
- Tidak perhatian secara selektif
- Fokus terhadap stimulus meningkat
- Rentang perhatian menurun
- Penyelesaian masalah menurun
- Pembelajaran terjadi dengan memfokuskan
c. Respons emosional
- Tidak nyaman
- Mudah tersinggung
- Kepercayaan diri goyah
- Tidak sabar
- Gembira
3. Ansietas berat, yaitu ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman,
memperlihatkan respons takut dan distress. Menurut Videbeck (2008),
respons dari ansietas berat adalah sebagai berikut:
a. Respons fisik
- Ketegangan otot berat
- Hiperventilasi
- Kontak mata buruk
- Pengeluaran keringat meningkat
- Bicara cepat, nada suara tinggi
- Tindakan tanpa tujuan dan serampangan
- Rahang menegang, mengertakan gigi
- Mondar-mandir, berteriak
- Meremas tangan, gemetar
b. Respons kognitif
- Lapang persepsi terbatas
- Proses berpikir terpecah-pecah
- Sulit berpikir
- Penyelesaian masalah buruk
- Tidak mampu mempertimbangkan informasi
- Hanya memerhatikan ancaman
- Preokupasi dengan pikiran sendiri
- Egosentris
c. Respons emosional
- Sangat cemas
- Agitasi
- Takut
- Bingung
- Merasa tidak adekuat
- Menarik diri
- Penyangkalan
- Ingin bebas
4. Panik, merupakan individu kehilangan kendali dan detail perhatian
hilang, karena hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun
meskipun dengan perintah. Menurut Videbeck (2008), respons dari panik
adalah sebagai berikut:
a. Respons fisik
- Flight, fight, atau freeze
- Ketegangan otot sangat berat
- Agitasi motorik kasar
- Pupil dilatasi
- Tanda-tanda vital meningkat kemudian menurun
- Tidak dapat tidur
- Hormon stress dan neurotransmiter berkurang
- Wajah menyeringai, mulut ternganga
b. Respons kognitif
- Persepsi sangat sempit
- Pikiran tidak logis, terganggu
- Kepribadian kacau
- Tidak dapat menyelesaikan masalah
- Fokus pada pikiran sendiri
- Tidak rasional
- Sulit memahami stimulus eksternal
- Halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi
c. Respon emosional
- Merasa terbebani
- Merasa tidak mampu, tidak berdaya
- Lepas kendali
- Mengamuk, putus asa
- Marah, sangat takut
- Mengharapkan hasil yang buruk
- Kaget, takut
- Lelah
Gambar berikut adalah rentang respon ansietas:
D. ETIOLOGI
Meski penyebab ansietas belum sepenuhnya diketahui, namun gangguan
keseimbangan neurotransmitter dalam otak dapat menimbulkan ansietas
pada diri seseorang. Faktor genetik juga merupakan faktor yang dapat
menimbulkan gangguan ini. Ansietas terjadi ketika seseorang mengalami
kesulitan menghadapi situasi, masalah, dan tujuan hidup (Videbeck, 2008:
312).
Faktor Predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Ketegangan dalam
kehidupan tersebut dapat berupa:
1. Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan
dengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau
situasional.
2. Konflik emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan
baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan
dapat menimbulkan kecemasan pada individu.
Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stressor presipitasi
kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
1. Ancaman terhadap integritas fisik.
a. Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem
imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya :
hamil).
Respon Ansietas
a. Respon Fisiologis
Sistem tubuh Respons
Kardiovaskuler Palpitasi
Jantung berdebar-debar
Tekanan darah tinggi
Rasa mau pingsan
Pingsan
Tekanan darah menurun
Denyut nadi menurun
Pernapasan Napas cepat
Napas pendek
Tekanan pada dada
Napas dangkal
Pembengkakan tenggorok
Sensasi tercekik
Terengah-engah
Neuromuskular Refleks meningkat
Reaksi kejutan
Mata berkedip-kedip
Insomnia
Tremor
Rigiditas
Gelisah
Wajah tegang
Kelemahan umum
Kaki goyah
Gerakkan janggal
Gastrointestinal Kehilangan nafsu makan
Menolak makan
Rasa tidak nyaman pada abdomen
Mual
Diare
Rasa terbakar pada jantung
Traktus urinarius Tidak dapat menahan kencing
Sering berkemih
Kulit Wajah kemerahan
Berkeringat setempat
Gatal
Rasa panas dan dingin pada kulit
Wajah pucat
Berkeringat seluruh tubuh
( Stuart & Sundeen , 1998. Hal.178-179)
2. Mekanisme Koping
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahan dan terapi memerlukan
suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik
(somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial, dan psiko religious
(Hawari, 2008).
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
a. Makan makan yang bergizi dan seimbang.
b. Tidur yang cukup.
c. Cukup olahraga.
d. Tidak merokok.
e. Tidak meminum minuman keras.
2. Terapi psiko farmaka
Terapi psiko farmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan
memakai obat- obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan
neurotransmitter susunan saraf pusat otak (limbicsystem). Terapi psiko
farmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu
seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl,
meprobamate, dan alprazolam.
3. Terapi somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala akibat
dari kecemasan yang berkepanjangan.Untuk menghilangkan keluhan
somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ
tubuh yang bersangkutan.
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :
a. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi,semangat dan
dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan
diberi keyakinan serta percaya diri.
b. Psikoterapire-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila
dinilai bahwa ketidak mampuan mengatasi kecemasan.
c. Psikoterapire-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali
(re-konstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat
stressor.
d. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu
kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya
ingat.
e. Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan
proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang
tidak mampu menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami
kecemasan.
f. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan,
agar faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor
keluarga dapat dijadikan sebagai faktor pendukung.
5. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya
dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagaip roblem
kehidupan yang merupakan stressor psikososial.
H. POHON MASALAH
Faktor risiko
gemetar
Cemas
Vasokonstriksi
Tenggorokan mendengung
kering
susah menelan
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Faktor predisposisi
Teori psikoanalitik
Ansietas merupakan konflik emosional antara dua elemen kepribadian yaitu
ide, ego, dan super ego. Ide melambangkan dorongan insting dan impuls
primitive. Super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan
oleh norma-norma budaya seseorang, sedangkan ego digambarkan sebagai
mediator antara ide dan super ego. Ansietas berfungsi untuk
memperingatkan ego tentang suatu budaya yang perlu segera diatasi.
Teori Interpersonal
Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Berhubungan
juga dengan trauma masa perkembangan seperti kehilangan, perpisahan.
Individu dengan harga diri rendah biasanya sangat mudah mengalami
ansietas berat.
Teori Perilaku
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Kajian Biologis
Otak mengandung reseptor spesifik untuk benzodiazepines. Reseptor ini
diperkirakan turut berperan dalam mengatur ansietas.
b. Faktor presipitasi
Bersumber dari insternal dan eksternal seperti ancaman terhadap integritas
fisik dan ancaman terhadap sistem diri.
c. Perilaku
Ansietas dapat diekspresikan langsung melalui perubahan fisiologis dan
perilaku secara tidak langsung timbulnya gejala atau mekanisme koping
dalam upaya mempertahankan diri dari ansietas. Intensitas perilaku akan
meningkat sejalan dengan peningkatan ansietas.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian, diagnosa keperawatan yang mungkin timbul
pada kasus ansietas ini adalah :
Ansietas berat
Ansietas sedang
Depresi berat
Kerusakan komunikasi verbal
Kerusakan interaksi social
3. Perencanaan dan Implementasi
1) Rencana tindakan keperawatan pada ansietas berat dan panik
Tujuan umum ;
Klien dapat mengurangi ansietasnya sampai tingkat sedang atau tingkat
ringan.
Tujuan khusus :
Klien mampu :
Membina hubungan saling percaya
Menyadari dan mengontrol perasaan sendiri
Meyakinkan klien tentang manfaat mekanisme koping yang
bersifat melindunginya
Mengidentifikasi situasi yang dapat menyebabkan ansietas.
Menganjurkan klien meningkatkan aktifitas sehari-hari
Meningkatkan kesehatan fisik dan kesejahteraan klien.
Implementasi
Tujuan khusus 1 :
Dengarkan keluhan klien
Dukung klien untuk mendiskusikan perasaannya
Jawab pertanyaan klien secara langsung
Tanyakan sikap menerima klien tanpa pamrih
Hargai pribadi klien
Tujuan khusus 2 :
Bersikap terbuka
Terima perasaan positif maupun negative termasuk perkembangan
ansietasnya.
Pahami perasaan anda dengan cara yang terapeutik.
Tujuan khusus 3 :
Menerima dan memberikan dukungan pada klien tanpa menentang
keyakinannya.
Sadari keyakinan tentang rasa sakit yang dikaitkan dengan
mekanisme koping.
Beri umpan balik pada klien mengenai perilaku stressor, penilaian
dan sumber koping.
Dukung ide-ide tentang kesehatan fisik yang berkaitan dengan
kesehatan emosionalnya.
Beri batasan perilaku yang mal-adaptif dengan cara yang
mendukung.
Tujuan khusus 4 :
Tunjukkan sikap yang tenang
Ciptakan situasi dan lingkungan yang tenang
Batasi interaksi klien lain untuk mengurangi rangsangan yang
dapat menimbulkan ansietas.
Beri bantuan terapi fisik seperti mandi, massage
Tujuan Khusus 5 :
Beri aktifitas yang bersifat mendukung atau menguatkan perilaku
sosial yang produktif.
Beri klien latihan fisik sesuai bakat dan kemampuan
Rencanakan jadwal aktifitas yang dapat dilakukan sehari-hari
Libatkan keluarga dan sistem pendukung lainnya.
Tujuan khusus 6 :
Beri obat untuk membantu menurunkan ketidaknyamanan klien
Amati efek samping obat
Berikan pendidikan kesehatan pada klien
Evaluasi
Ancaman terhadap integritas fisik dan harga diri klien menurun.
Tingkah laku klien meredleksikan tingkat ansietas ringan atau sedang.
Sumber koping dikaji dan digunakan.
Klien mengenal ansietasnya dan menyadari perasaan tersebut.
Klien mempelajari strategi adaptif yang baru untuk menurunkan
ansietasnya.
Klien menggunakan ansietas untuk meningkatkan perkembangan dan
pertumbuhannya.
DAFTAR RUJUKAN
Struart, G.W & Senden, S.J. 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa Ed.3. Jakarta:
EGC
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
ANSIETAS / KECEMASAN
PERTEMUAN I
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
2. Diagnosa keperawatan
3. Tujuan
4. Tindakan keperawatan
2. Evaluasi/ validasi
“Bagaimana perasaan ibu saat ini ?.”
3. Kontrak
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang mengenai perasaan ibu?
Sepertinya ibu terlihat cemas, bagaimana kalau kita berbincang-
bincang di rumah ibu pukul 13.00 WIB. Agar ibu lebih nyaman jika di
rumah sendiri. Bagaimana kalau kita berbincang-bincang kurang lebih
30 menit?.”
b) Kerja
“Coba ibu ceritakan bagaimana ibu bisa terlihat cemas? Oh, begitu
ya bu. Lalu apakah sudah lama perasaan tersebut muncul? Kalau
ibu merasa cemas mengenai penyakit ibu, biasanya apa yang ibu
lakukan untuk mengatasi rasa cemas ibu?.”
c) Terminasi
Evaluasi Subjektif
“Saya sering mendengar cerita seperti yang ibu ceritakan.
Bagaimana perasaan ibu setelah berbincang-bincang dengan
saya?.”
Evaluasi Objektif
“Jadi seperti yang ibu katakan tadi, jika perasaan cemas
tersebut muncul ketika mengetahui gula darah ibu naik ya bu?
Dan ibu biasanya mengacuhkan perasaan tersebut dengan
beraktivitas mengurus rumah tangga seperti biasa ya bu?.”
Tindak Lanjut
“Kalau ibu merasa cemas lagi ketika mengetahui hasil
pemeriksaan gula darah ibu, segera berbicara/bercerita kepada
perawat atau dengan saya agar dibantu menanggulangi rasa
cemas ibu.”
Kontrak yang akan datang
“Besok kita akan berbincang-bincang lagi ya bu. Kita akan
diskusi mengenai penyakit yang ibu derita yaitu hiperglikemi
atau biasa disebut gula darah tinggi ya bu? Bagaimana kalau di
rumah ibu lagi, kira-kira pukul 14.00 WIB? Baiklah kalau
begitu saya pamit dulu ya bu, selamat siang.”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
ANSIETAS / KECEMASAN
PERTEMUAN II
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Klien mengatakan hari ini, perasaannya sudah sedikit tenang. Kontak mata
klien baik dan mampu memulai pembicaraan mengenai pembahasan tentang
penyakitnya.
2. Diagnosa keperawatan
3. Tujuan
4. Tindakan keperawatan
5. Strategi Komunikasi
a) Orientasi
Salam terapeutik
“Selamat siang,bu.”
Evaluasi/ validasi
“Bagaimana perasaan ibu hari ini ?.”
b) Kontrak
“Seperti yang saya janjikan kemarin, hari ini kita akan membahas
mengenai penyakit ibu ya? Yaitu hiperglikemi atau sering disebut
kadar gula darah tinggi. Nanti kita diskusi selama kurang lebih 30
menit, bagaimana bu? Baiklah jika ibu setuju, mari kita mulai
berdiskusi ya.”
c) Kerja
“Ibu, saya akan memulai menjelaskan tentang penyakit
hiperglikemi atau sering disebut kadar gula darah tinggi ya bu.
Nah, itu tadi penjelasan mengenai penyakit ibu. Apakah ada yang
ibu bingungkan? Oh, iya bu. Iya ibu benar sekali.”
d) Terminasi
Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berdiskusi masalah ini?.”
Evaluasi Objektif
“Jadi seperti yang ibu katakan tadi, ibu juga merasakan ya
gejala-gejala yang saya jelaskan tadi.”
Tindak Lanjut
“Kalau ibu ingin mengetahui lebih lanjut bisa ditanyakan pada
petugas medis lainnya. Jadi rasa cemas ibu itu wajar, namun
jangan terlalu cemas karena penyakit ibu bisa dikontrol.”
Kontrak yang akan datang
“Besok kita berbincang-bincang lagi ya bu. Kita akan
berdiskusi mengenai apa saja yang dapat dilakukan untuk
mengurangi mengurangi rasa keemasan ibu. Bagaimana kalau
di rumah ibu lagi, kira-kira pukul 15.00 WIB? Baiklah kalau
begitu saya pamit dulu ya bu, selamat sore.”
ANSIETAS / KECEMASAN
PERTEMUAN III
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
Klien mengatakan hari ini sehat, perasaannya sudah tenang. Kontak
mata klien baik dan mampu memulai pembicaraan . klien juga
kooperatif.
2. Diagnose keperawatan
Ansietas berhubungan dengan ancaman integritas biologis aktual
akibat penyakit.
3. Tujuan
a. Klien dapat memahami cara-cara untuk mengatasi kecemasan.
b. Klien dapat mempraktikkan cara-cara untuk mengatasi kecemasan.
4. Tindakan keperawatan
a. Memberikan penyuluhan mengenai kecemasan klien.
b. Mendiskusikan dengan klien mengenai kecemasan klien.
c. Memberikan alternatif cara relaksasi kepada klien.
5. Strategi komunikasi
a. Orientasi
Salam terapeutik
“ selamat siang bu”
Evaluasi / validasi
“bagaimana perasaan ibu hari ini?”
Kontrak
“seperti yang saya janjikan kemarin, hari ini kita akan
membahas mengenai penyakit ibu ya? Yaitu hiperglikemi
atau biasa disebut gula darah tinggi. Nanti kita akan
berdiskusi selama kurang lebih 20 menit. Baiklah , mari
kita mulai.”
b. Kerja
“ ibu , saya akan memulai menjelaskan tentang cara mengatasi
masalah /kecemasan ya bu, caranya ada 2 yaitu teknik napas dalam
dan relaksasi progresif. Mari kita peragakan bersama-sama ya bu,
agar nanti ibu bisa melakukannya sendiri atau dengan keluarga
dirumah ya bu? Agar mengurangi rasa cemas ibu.”
c. Evaluasi
Evaluasi subyektif
“bagaimana perasaan ibu setelah mengetahui dan
memperagakan teknik tadi?”
Evaluasi obyektif
“jadi ibu memilih teknik napas dalam ya.”
Tindak lanjut
“jika ibu ingin mengetahui cara lain, ibu bisa minta bantuan
perawat jaga yang ada di puskesmas.”
ANSIETAS / KECEMASAN
PERTEMUAN IV
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Kontak mata baik, mampu memulai pembicaraan, kooperatif.
2. Diagnose keperawatan
Ansietas berhubungan dengan ancaman integritas biologis actual
akibat penyakit.
3. Tujuan
Klien dapat mengatasi kecemasannya terkait dengan penyuluhan dan
teknik relaksasi yang diberikan.
4. Tindakan keperawatan
a. Mendiskusikan pembahasan yang dilakukan 3x pertemuan
sebelumnya.
b. Memberikan penghargaan atas kemampuan klien mengatasi
kecemasannya.
c. Member motivasi kepada klien mengenai PHBS, rutin minum obat
dan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup klien.
5. Strategi komunikasi
a. Orientasi
Salam terapeutik
“selamat siang bu”
Evaluasi / validasi
“ bagaimana kabar ibu hari ini.”
Kontrak
“ seperti yang saya janjikan kemarin, hari ini akan
membahas mengenai apa yang kita diskusikan mulai hari
pertama kita bertemu dan apa yang telah kita lakukan untuk
mengurangi rasa cemas ibu. Nanti kta diskusi selama 30
menit. Bagaimana bu? Baiklah kita mulai.”
b. Kerja
“ ibu, saya akan memulai dari hari pertama, kitasudah membahas
mengenai rasa cemas, apa penyebabnya, bagaimana bisa terjadi,
apa yang harus dilakukan. Ibuk bisa menjelaskan secara singkat
pada saya? Iya benar sekali. Sepertinya ibu sudah sangat paham.
Bagaimana ibu setelah melakukan teknik relaksasi ? iya benar bu,
dengan begitu ibu bisa mengurangi rasa cemas ibu kapan saja dan
dimana saja. Ibu harus memperhatikan perilaku Hidup Bersih dan
Sehat dan juga rutin berobat agar dapat mengontrol kondisi ibu saat
ini.”
c. Evaluasi
Evaluasi subyektif
“ bagaimana perasaan ibu setelah memahami apa yang telah
kita diskusikan?”
Evaluasi obyektif
“jadi ibu katakana ibu sudah bisa mengurangi rasa
scemassnya dengan apa yang kita dikusikan tadi.”
Tindak lanjut
“kalau ibu ingin tahu lebih banyak mengenai informasi
kesehatan lainnya, ibu bisa meminta perawat jaga atau
tenaga medis yang ada dipuskesmas ya bu.”
Kontrak
-