Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN dan SPTK

“ ANSIETAS”

Oleh:
Dzewi Wijayanti
2233030

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


PROGRAM NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN
2023
A. DEFINISI
Kecemasan atau ansietas merupakan reaksi terhadap penilaian individu yang
subyektif diketahui oleh alam bawah sadar dan tidak sesuai dengan penyebabnya.
Ansietas merupakan istilah yang sangat akrab dengan kehidupan sehari-hari
yang menggambarkan keadaan khawatir, gelisah yang tak menentu, tidak
tenteram, disertai berbagai keluhan fisik.
Ansietas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak
berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kondisi yang
dialami secara subyektif dan dikomunikasikan dalam hubungan
interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian
terhadap sesuatu terhadap sesuatu yang berbahaya. Kapasitas untuk tetapi perlu
diperlukan untuk bertahan hidup, tingkat kecemasan yang parah tidak sejalan
dengan kehidupan.

B. ETIOLOGI
Penyebab gangguan ini kurang jelas. Gejala yang muncul biasanya
disebabkan oleh interaksi dari aspek-aspek biopsikososial termasuk genetik
dengan beberapa situasi, stres atau trauma yang merupakan stresor, muneulnya
gejala ini. Di sistem saraf pusat beberapa mediator utama dari gejala ini
adalah. norepinefrin dan serotonin. Sebenarnya kecemasan diperantarai oleh suatu
sistem kompleks yang melibatkan sistem limbic, thalamus, korteks frontal secara
anatomis dan norepinefrin, serotonin dan GABA pada sistem neurokimia, yang
mana hingga saat ini belum diketahui dengan jelas bagaimana bagian-bagian
tersebut menimbulkan kecemasan. Begitu pula pada depresi walapun
penyebabnya tidak dapat dipastikan namun biasanya ditemukan defisensi relatif
salah satu atau beberapa neurotransmitter aminergik (noeadranaline, serotonin)

C. TANDA DAN GEJALA KECEMASAN


Keluhan-keluhan yang sering dikemukan oleh orang yang mengalami ansietas
(Hawari, 2015), antara lain sebagai berikut :
1. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah.
2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
3. Takut sendirian, takut pada keramaian dan orang.
4. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.
5. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
6. Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa pada otot dan tulang, pendengaran
berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan,
gangguan perkemihan, sakit kepala dan sebagainya.
D. PATOFISIOLOGI

Faktor risiko

GABA meningkat gangguan sel saraf gyrus parietalis gemetar

tidak mampu menerima pesan cukup untuk berhenti

Cemas

Saraf simpatis meningkat takikardi

Vasokonstriksi

Perfusi organ menurun

Otot kepala kulit

Tenggorokan telinga pusing penimbunan panas menrun

Ketegangan berkeringat

Tenggorokan mendengung kering

susah menelan
E. TINGKATAN ANSIETAS

Ansietas memiliki dua aspek yakni aspek yang sehat dan aspek
membahayakan, yang bergantung pada tingkat ansietas, lama ansietas yang
dialami, dan seberapa baik individu melakukan koping terhadap ansietas. Menurut
Peplau (dalam, Videbeck, 2016) ada empat tingkat kecemasan yang dialami oleh
individu yaitu ringan, sedang, berat dan panik.

1. Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan
membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu
individu memfokuskan perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah, berpikir,
bertindak, merasakan, dan melindungi diri sendiri. Menurut Videbeck (2016,
respons dari ansietas ringan adalah sebagai berikut :
a. Respons fisik
- Ketegangan otot ringan
- Sadar akan lingkungan
- Rileks atau sedikit gelisah
- Penuh perhatian
- Rajin
b. Respon kognitif
- Lapang persepsi luas
- Terlihat tenang, percaya diri
- Perasaan gagal sedikit
- Waspada dan memperhatikan banyak hal
- Mempertimbangkan informasi
- Tingkat pembelajaran optimal
c. Respons emosional
- Perilaku otomatis
- Sedikit tidak sadar
- Aktivitas menyendiri
- Terstimulasi
- Tenang
2. Ansietas sedang merupakan perasaan yang menggangu bahwa ada sesuatu yang
benar-benar berbeda; individu menjadi gugup atau agitasi. Menurut Videbeck
(2008), respons dari ansietas sedang adalah sebagai berikut :
a. Respon fisik :
- Ketegangan otot sedang
- Tanda-tanda vital meningkat
- Pupil dilatasi, mulai berkeringat
- Sering mondar-mandir, memukul tangan
- Suara berubah : bergetar, nada suara tinggi
- Kewaspadaan dan ketegangan menigkat
- Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung
b. Respons kognitif
- Lapang persepsi menurun
- Tidak perhatian secara selektif
- Fokus terhadap stimulus meningkat
- Rentang perhatian menurun
- Penyelesaian masalah menurun
- Pembelajaran terjadi dengan memfokuskan
c. Respons emosional
- Tidak nyaman
- Mudah tersinggung
- Kepercayaan diri goyah
- Tidak sabar
- Gembira

3. Ansietas berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman, memperlihatkan
respons takut dan distress. Menurut Videbeck (2016), respons dari ansietas berat
adalah sebagai berikut :
a. Respons fisik
- Ketegangan otot berat
- Hiperventilasi
- Kontak mata buruk
- Pengeluaran keringat meningkat
- Bicara cepat, nada suara tinggi
- Tindakan tanpa tujuan dan serampanga
- Rahang menegang, mengertakan gigi
- Mondar-mandir, berteriak
- Meremas tangan, gemetar
b. Respons kognitif
- Lapang persepsi terbatas
- Proses berpikir terpecah-pecah
- Sulit berpikir
- Penyelesaian masalah buruk
- Tidak mampu mempertimbangkan informasi
- Hanya memerhatikan ancaman
- Preokupasi dengan pikiran sendiri
- Egosentris
c. Respons emosional
- Sangat cemas
- Agitasi
- Takut
- Bingung
- Merasa tidak adekuat
- Menarik diri
- Penyangkalan
- Ingin bebas

4. Panik, individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena hilangnya
kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah.
Menurut Videbeck (2016), respons dari panik adalah sebagai berikut :
a. Respons fisik
- Flight, fight, atau freeze
- Ketegangan otot sangat berat
- Agitasi motorik kasar
- Pupil dilatasi
- Tanda-tanda vital meningkat kemudian menurun
- Tidak dapat tidur
- Hormon stress dan neurotransmiter berkurang
- Wajah menyeringai, mulut ternganga
b. Respons kognitif
- Persepsi sangat sempit
- Pikiran tidak logis, terganggu
- Kepribadian kacau
- Tidak dapat menyelesaikan masalah
- Fokus pada pikiran sendiri
- Tidak rasional
- Sulit memahami stimulus eksternal
- Halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi
c. Respon emosional
- Merasa terbebani
- Merasa tidak mampu, tidak berdaya
- Lepas kendali
- Mengamuk, putus asa
- Marah, sangat takut
- Mengharapkan hasil yang buruk
- Kaget, takut
- Lelah

Gambar berikut adalah rentang respon ansietas:

F. FAKTOR PREDISPOSISI
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2015). Ketegangan dalam
kehidupan tersebut dapat berupa:
1. Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan
dengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau
situasional.
2. Konflik emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan
baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan
dapat menimbulkan kecemasan pada individu.
3. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu
berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
4. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego.
5. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman
terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.
6. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress akan
mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami
karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga.
7. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respons
individu dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.
8. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang
mengandung benzodizepin, karena benzodiazepine dapat menekan
neurotransmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol
aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.

G. FAKTOR PRESIPITASI
Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2015). Stressor presipitasi
kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
1. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas
fisik yang meliputi :
- Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem
imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya :
hamil).
- Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri,
polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya
tempat tinggal.
2. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.
- Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah
dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman
terhadap integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.
- Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian,
perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.

H. SUMBER KOPING DAN MEKANISME KOPING


1. SUMBER KOPING
Individu dapat menanggulangi stress dan kecemasan dengan menggunakan
atau mengambil sumber koping dari lingkungan baik dari sosial, intrapersonal dan
interpersonal. Sumber koping diantaranya adalah aset ekonomi, kemampuan
memecahkan masalah, dukungan sosial budaya yang diyakini. Dengan integrasi
sumber-sumber koping tersebut individu dapat mengadopsi strategi koping yang
efektif (Suliswati, 2015).
2. MEKANISME KOPING
Kemampuan individu menanggulangi kecemasan secara konstruksi
merupakan faktor utama yang membuat klien berperilaku patologis atau tidak.
Bila individu sedang mengalami kecemasan ia mencoba menetralisasi,
mengingkari atau meniadakan kecemasan dengan mengembangkan pola koping.
Pada kecemasan ringan, mekanisme koping yang biasanya digunakan adalah
menangis, tidur, makan, tertawa, berkhayal, memaki, merokok, olahraga,
mengurangi kontak mata dengan orang lain, membatasi diri pada orang lain
(Suliswati, 2015). Mekanisme koping untuk mengatasi kecemasan sedang, berat
dan panik membutuhkan banyak energi. Menurut Suliswati (2015), mekanisme
koping yang dapat dilakukan ada dua jenis, yaitu :

A. Task oriented reaction atau reaksi yang berorientasi pada tugas. Tujuan yang
ingin dicapai dengan melakukan koping ini adalah individu mencoba
menghadapi kenyataan tuntutan stress dengan menilai secara objektif
ditujukan untuk mengatasi masalah, memulihkan konflik dan memenuhi
kebutuhan.
1. Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau mengatasi
hambatan pemenuhan kebutuhan.
2. Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun psikologik
untuk memindahkan seseorang dari sumber stress.
3. Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang
mengoperasikan, mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek kebutuhan
personal seseorang.
B. Ego oriented reaction atau reaksi berorientasi pada ego. Koping ini tidak selalu
sukses dalam mengatasi masalah. Mekanisme ini seringkali digunakan untuk
melindungi diri, sehingga disebut mekanisme pertahanan ego diri biasanya
mekanisme ini tidak membantu untuk mengatasi masalah secara realita.
Untuk menilai penggunaan makanisme pertahanan individu apakah adaptif
atau tidak adaptif, perlu di evaluasi hal-hal berikut :
1. Perawat dapat mengenali secara akurat penggunaan mekanisme
pertahanan klien.
2. Tingkat penggunaan mekanisme pertahanan diri terebut apa pengaruhnya
terhadap disorganisasi kepribadian.
3. Pengaruh penggunaan mekanisme pertahanan terhadap kemajuan
kesehatan klien.
4. Alasan klien menggunakan mekanisme pertahanan.
SPTK

STRATEGI PELAKSANAAN 1

Masalah Tindakan Keperawatan Tindakan Keperawatan


Keperawatan pada Pasien pada Keluarga
Ansietas SP I P SP I K
1. Identifikasi stressor 1. Mendiskusikan
cemas. masalah yang
2. Identifikasi koping dirasakan keluarga
maladaptif dan dalam merawat
akibatnya. pasien
3. Bantu perluas lapang 2. Menjelaskan
persepsi. pengertian, tanda
4. Konfrontasi positif dan gejala ansietas
(jika perlu). sedang yang dialami
5. Latih teknik relaksasi: pasien beserta proses
nafas dalam. terjadinya.
6. Membimbing 3. Menjelaskan cara-
memasukkan dalam cara merawat pasien
jadwal kegiatan. cemas.
SP II P SP II K
1. Validasi masalah 1. Melatih keluarga
dan latihan mempraktekkan cara
sebelumnya. merawat pasien
2. Latih koping: cemas sedang.
beraktivitas. 2. Melatih keluarga
3. Membimbing melakukan cara
memasukkan dalam merawat langsung
jadwal kegiatan. pasien cemas
sedang.
SP III p SP III k
1. Validasi masalah 1. Membantu keluarga
dan latihan membuat jadual
sebelumnya. aktivitas di rumah
2. Latih koping: olah termasuk minum
raga. obat
3. Membimbing 2. Mendiskusikan
memasukkan dalam sumber rujukan yang
jadwal kegiatan. bisa dijangkau oleh
keluarga

2. STRATEGI PELAKSANAAN 2

SP 1 : Membina hubungan saling percaya, membantu pasien mengenal


ansietas, dan
membantu pasien menjelaskan situasi yang menimbulkan cemas

Fase Orientasi:
“Assalamualaikum pak, perkenalkan nama saya Dayat, panggil saya dayat, saya
perawat yang akan merawat bapak dan datang kerumah bapak seminggu dua
kali, yaitu hari rabu dan Sabtu jam 10.00 pagi. “Nama bapak siapa, suka
dipanggial apa?” “Bagaimana perasaan bapak hari ini? Oh, jadi bapak merasa
tidak nyaman?”, “Baiklah pak, kita akan berbincang-bincang tentang perasaan
yang bapak rasakan. “Berapa lama kita bincang-bincang? “Bagaimana kalau 20
menit”.”Dimana tempatnya pak? Bagaimana kalau disini saja?”

Fase Kerja:
“Apa yang bapak rasakan?, “Bagaimana perasaan itu bisa muncul?”. “Apa yang
bapak
lakukan jka perasaan itu cemas itu muncul?”. “Oh, jadi bapak mondar-mandir
dan banyak
bicara jika perasaan cemas dan tidak nyaman itu muncul”.”Ada peristiwa apa
sebelum
ansietas itu muncul? “Atau adakah hal-hal yang bapak pikirkan sebelumnya?”
“Jadi bapak
akan merasa cemas jika ada pekerjaan bapak yang belum bisa bapak selesaikan.
Bisa kita
diskusikan apa yang membuat pekerjaan bapak tidak selesai? Oh, jadi bapak
merasa beban
kerja yang diberikan diluar kesanggupan bapak untuk menyelesaikannya. .
“Apakah
sebelumnya bapak pernah mendapatkan beban kerja yang tinggi pula? Apakah
bapak bisa
menyelesaikan pekerjaan tersebut? Wah, baik sekali, berarti dulu bapak
mampu menyelesaikan pekerjaan yang banyak. Bagaimana cara bapak
menyelesaikan pekerjaan itu
waktu dulu?”.

Fase Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bincang-bincang?”, “Coba bapak
sebutkan lagi apa yang membuat Bapak cemas?” apa perubahan yang bapak
rasakan dengan kondisi kecemasan,”. “Dua hari lagi saya akan datang untuk
mengajarkan latihan relaksasi, jam 10.00 tempatnya disini ya Pak, Sekarang saya
pamit dulu Assalamualaikum Wr Wb.”
SP 2 : Mengontrol Kecemasan Dengan Relaksasi Nafas Dalam

Fase Orientasi:
“Assalamualaikum Pak Ahmad, bagaimana perasaan bapak hari ini?’ Apakah
bapak sudah melatih cara mengalihkan situasi untuk menghilangkan kecemasan
Bapak?’, “Sesuai janji kita dua hari yang lalu, hari ini saya datang kembali untuk
mendiskusikan tentang latihan relaksasi dengan tehnik tarik napas dalam.”
Berapa lama kita akan berlatih pak? “Bagaimana jika 20 menit?” Dimana kita
diskusi? “Bagaimana jika di halaman samping?”

Fase Kerja:
Pak, kemarin waktu kita diskusi bapak mengatakan bahwa saat cemas rasanya
seluruh badan bapak tegang, baik fikiran maupun fisik, Nah, latihan relaksasi ini
bermanfaat untuk membuat fisik bapak relak atau santai. Dalam latihan ini bapak
harus memusatkan pikiran dan perhatian bapak pada pernapasan, gerakan
mengembang dan mengempisnya otot dada bapak saat bernapas . Bisa kita mulai
pak?” Sekarang bapak silahkan duduk tegap seperti saya. Pertama-tama: bapak
tarik napas perlahan-lahan, dalam hitungan satu, bapak pikirkan bahwa adara
memasuki bagian bawah paru-paru bapak, pada hitungan dua bapak bayangkan
udara mengisi bagian tengah paru-paru bapak dan pada hitungan tiga bapak
bayangkan seluruh paru-paru bapak sudah terisi dengan udara, setelah itu tahan
napas dalam hitungan tiga setelah itu bapak hembuskan udara melalui mulut
dengan meniup udara perlahan-lahan. Nah, sekarang bapak lihat saya
mempraktekkanya. “Sekarang coba bapak praktekkan! “Wah, bagus sekali bapak
sudah mampu melakukannya. “ Bapak bisa latih kembali relaksasi nafas dalam.

Fase teminasi:
“bagaimana perasaan bapak setelah latihan tarik napas dalam ini?” Coba bapak
ulangi satu kali lagi”” Bagus sekali.” Setiap kali bapak mulai merasa cemas,
bapak bisa langsung praktekkan cara ini. “Lusa saya akan datang lagi untuk
mengajarkan latihan yang lain yaitu dengan mengendurkan dan mengencangkan
seluruh otot bapak. Seperti biasa pak Jam 10.00 WIB. Assalamualaikum Pak
ahmad.
DAFTAR PUSTAKA

Dalami, E., Suliswati., Farida, P., Rochimah., & Banon E. 2019. Asuhan Keperawatan
Jiwa dengan Masalah Psikososial . Jakarta: TransInfo Media.
Hawari, D., 2018, Manajemen Stres Cemas dan Depresi, Balai Penerbit FKUI : Jakarta.
Hawari, Dadang. (2016). Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
Ibrahim, Ayub Sani. 2017. Panik Neurosis dan Gangguan Cemas. Dua As-As : Jakarta
Suliswati, 2015. Buku Saku Keperawatan Jiwa , Edisi 3 . Jakarta : EGC.
Videbeck, S.J., 2016, Buku Ajar sKeperawatan Jiwa, EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai