Anda di halaman 1dari 9

ASKEP ANAK DENGAN DIARE BERAT

I.  KONSEP DASAR


a. Defenisi
Diare adalah suatu keadaan bertambahnya kekerapan dan keenceran buang
air besar.
(Soeparman dan Sarwono Waspadji, Ilmu Penyakit Dalam, jilid II,FKUI Jakarta 1998,
hal. 163 )
Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal lebih dari
tiga kali sehari,serta perubahan dalam isi lebih dari 200 gr / hari dan konsistensinya
cair.
(Brunner dan Suddarth, Keperawatan MediKal Bedah, edisi 8, vol. 2, Jakarta, EGC,
2002, hal. 1093).
Diare kronik adalah suatu diare yang berlangsung lebih dari tiga minggu,ini
berlaku pada orang dewasa dan pada bayi dan anak di tetapkan batas waktu dua
minggu.
(Arif Mansjoer, Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, Jilid I, FKUI Jakarta, 2001, hal.
504)
Diare kronik di bagi atas tiga bagian yaitu :
1.    Diare osmotik
Adanya faktor malabsorpsi akibat adanya gangguan absorpsi karbohindrat,lemak
atau protein dan tersering adalah malabsorpsi lemak sehinngga feses berbentuk
steatore.
2. Diare sekretorik
Adanya gangguan transport akibat adanya perbedaan osmotic intralumen dengan
mukosa yang besar sehinnga terjadi penarikan cairan dan elektrolit kedalam lumen
usus dalam jumlah besar.
3.    Diare inflamasi
Adanya kerusakan dan kematian enterosit disertai peradangan.
Diare inflamasi ini terbagi dua yaitu :

a.    Inflamasi non spesifik


Seperti : colitis ulseratif dan penyakit crohn.
b.    Inflamasi spesifik
Seperti : diare dengan perdarahan.
(Arif Mansjoer, Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, Jilid 1, FKUI Jakarta, 2001, hal.
505 ).

b. Etiologi
1. Pengurangan atau penghambatan ion-ion dan perangsangan dan sekresi aktif ion-ion
pada usus.
2. Terdapatnya zat yang sukar diabsorsbsi atau cairan dengan tekanan osmatik yang
tinggi pada usus.
3. P erubahan pergerakan dinding usus.
4. Bakteri ( shigella, satmonella, plesiomonal, aromonas ).
5. Protozoa ( entamoeba histolythica, balantidium coli )
6. Virus ( Cytomegalovirus )
7. Cacing ( Schistosoma, trichuris trichlura ).

c . Anatomi fisiologi
Gaster ( Lambung)
Gaster merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling
banyak terutama di daerah epigaster, lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri
berhubngan dengan esophagus melalui orifisium pilorik yang terletak dibawah
diafragma di depan pancreas dan limpa, menempel di sebelah kiri fundus uteri.
Bagian lambung terdiri dari :
1.    Fundus ventrikuli
2.    Korpus ventrikuli
3.    Antrum pylorus
4.    Kurvatura minor
5.    Kurvatura mayor
6.    Osteum kardiakum.

Susunan lapisan lambung dari dalam keluar terdiri dari :


1.    Lapisan selaput lendir yang berlipat-lipat disebut Rugae
2.    Muskulus aurikularis (lapisan otot melingkar)
3.    Muskulus obligus (lapisan otot miring)
4.    Muskulus longitudinal (lapisan otot panjang)
5.    Peritoneum (lapisan jaringan ikat/serosa)

Intestinum minor / usus halus


Intestinum minor adalah bagian dari sistim pencernaan makanan yang
berpangkal pada pylorus dan berakhir pada seikum,panjangnya kurang lebih 6
meter. Ini merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan
absorpsi hasil pencernaan yang terdiri dari :
-          Lapisan usus halus/lapisan mukosa (sebelah dalam)
-          Lapisan otot melingkar (muskulus sirkuler)
-          Lapisan otot memanjang (muskulus longitudinal)
-          Lapisan serosa (sebelah luar)

Duodenum disebut juga usus dua belas jari panjangnya kurang lebih 25 cm
berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri pada lengkungan ini terdapat pankreas ,
bagian kanan duodenum terdapat selaput lendir yang membukit disebut papila
vateri, dan papilla vateri ini bermuara pada saluran empedu (duktus koledokus) dan
saluran pankreas (duktus wirsungi / duktus pankreatikus). Dinding duodenum
mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung kelenjar disebut kelenjar
brunner, yang berfungsi untuk memproduksi getah intestinum.
Yeyunum dan ileum panjangnya sekitar kurang lebih 6 meter, dua perlima
bagian atas adalah yeyunum dengan panjang kurang lebih 23 meter dan ileum
panjangnya kurang lebih 4 – 5 meter. Lekukan yeyunum dan ileum melekat pada
dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk
kipas yang disebut mesenterum. Ujung bawah ileum berhubungan dengan seikum
dengan perantaraan lubang yang bernama orifisium ileoseikalis dan pada bagian ini
terdapat katup valvula seikalis atau valvula baukhini yang berfungsi untuk mencegah
cairan dalam colon asendens tidak masuk kembali kedalam ileum.
Absorpsi makanan yang sudah dicernakan seluruhnya berlangsung didalam usus
halus melalui 2 saluran yaitu :
-          pembuluh kapiler dalam darah
-          saluran limfe disebelah dalam permukaan vili usus
Karena vili keluar dari dinding usus maka bersentuhan dengan makanan cair dan
lemak yang diabsorpsi kedalam lacteal kemudian benjolan melalui pembuluh limfe
masuk kedalam pembuluh kapiler darah di vili dan oleh vena porta dibawah ke hati
untuk mengalami beberapa perubahan.

Intestinum mayor / usus besar


Usus besar mempunyai panjang kurang lebih 1,5 m dan lebar 5 – 6 cm.
Lapisan – lapisan usus besar dari dalam keluar yaitu :
1.    Selaput lendir
2.    Lapisan otot melingkar
3.    Lapisan otot memanjang
4.    Jaringan ikat
Fungsi usus besar adalah :
1.    Menyerap air dari makanan
2.    Tempat tinggal bakteri coli
3.    Tempat faeses
Seikum dibawah ini terdapat apendiks panjangnya 6 cm. Kolon asendens
panjangnya 13 cm, terletak dibawah abdomen sebelah kanan membujur ke atas dari
ileum ke bawah hati. Dibawah hati melengkung ke kiri yang disebut fleksura
hepatica, dilanjutkan kolon transversum. Apendiks tergantung menyilang pada linea
terminalis masuk kedalam rongga pelvis minor terlentak horizontal dibelakang
seikum. Kolon transversum panjangnya ± 38 cm membujur dari kolon asendens
sampai pada kolon desendens berada dibawah abdomen sebelah kanan terdapat
fleksura hepatica dan sebelah kiri terdapat fleksura linealis.
Kolon desendens panjangnya ± 25 cm dibawah abdomen bagian kiri
membujur dari atas kebawah dari fleksura linealis sampai ke depan ileum kir
bersambung dengan kolon desendens terletak miring dalam rongga pelvis sebelah
kiri bentuknya menyerupai huruf S. ujung bawahnya berhubungan dengan rectum.
Rectum dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor dengan
anus terletak didepan os sacrum dan os koksigis.
Anus bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rectum dengan dunia
luar.
Dindingnya diperkuat oleh 3 sfingter :
a.    Sfingter ani internus sebelah atas yang bekerja tidak menurut kehendak
b.    Sfingter levator ani bekerja tidak menurut kehendak
c.    Sfingter ani ekstenus bekerja menurut kehendak.
( Drs. H. Syaifuddin, B.Ac. Anatomi Fisiologi, Edisi 2, Jakarta EGC. 1997. Hal. 77-
80 ).

d. Patofisiologi
Proses terjadinya diare dipengaruhi oleh dua hal pokok yaitu :
Konsistensi faeses dan motilitas usus, umumnya terjadi akibat pengaruh keduanya.
Gangguan proses mekanik dan enzimatik, disertai gangguan mukosa, akan
mempengaruhi pertukaran air dan elektrolit sehingga mempengaruhi konsistensi
feses yang terbentuk. Peristaltic saluran cerna yang teratur akan mengakibatkan
proses cerna secara enzimatik berjalan baik. Sedangkan peningkatan matilitas
berakibat tergantungnya proses cerna secara enzimaitk yang akan mempengaruhi
pola defekasi.
( Arif Mansjoer, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3 Jilid 1, FKUI Jakarta 2001, Hal.
505 ).

e. Manifestasi klinis
  Frekuensi defekasi meningkat bersamaan dengan meningkatnya kandungan cairan
faeses.
  Sakit perut / kram perut, distensi.
  Gemuruh usus ( borborigimus ) mulas
  Anoreksia dan haus
  Sfasmodik yang nyeri dan peregangan yang tidak spesifik
  Lemah, faeses yang berair karakteristik dari penyakit usus halus dan faeses semi
padat sering dihubungakan pada penyakit kolon.
  Bila ada mucus dan pus dalam faeses menunjukkan enteritis inflamasi atau colitis.
f. Komplikasi
Komplikasi diare kronis mencakup :
  Hipotensi
  Anoreksia
  Kehilangan kalium
  Pengeluaran urin kurang dari 30 ml / jam selama 2-3 jam berturut-turut
  Kelemahan otot
  Rasa kantuk
  Penurunan kadar kalium menyebabkan disritmia jantung ( takikardi atrium ventrikel )
yang dapat menimbulkan kematian.

g. Pemeriksaan Diagnostik
  Pemeriksaan faeses rutin.
  USG abdomen + kolon
  Radiologi
  Kolonoskopi

h. Penatalaksanaan
1.    Pengendalian dan pengobatan penyakit dasar
2.    Cairan oral di tingkatkan
3.    Cairan melalui parenteral ( infuse )
4.    Obat-obatan untuk membunuh penyebabnya
-    Tetraciclin
-    Loperamid
-    Papaverin

II.    ASUHAN KEPERAWATAN


a.     Pengkajian
  Aktivitas
- Lelah, malaise dan lokasi kerja, serta perasaan gelisa.
  Integritas ego
- Faktor stress, emosi, ketakutan dan faktor budaya.
  Eliminasi
- Pola makan, episode diare, riwayat gastritis, dan warna faeses.
  Makanan / cairan
- Nafsu makan, makanan yang berpantangan, kesukaan.
  Higiene
- Kebersihan perseorangan, lokasi tempat tinggal dan pola berpakaian.
  Kenyamanan
- Perasaan pada abdomen, nyeri tekan dan lokasi nyeri.

b. Diagnosa Keperawatan
1.      Resiko terhadap kekurangan volume cairan b/d pembuangan faeses yang sering
dan kurangnya asupan cairan d/d muntah dan berak.
2.      Gangguan rasa nyaman dan nyeri b/d hiperperistaltik, diare lama, iritasi kulit atau
jaringan d/d nyeri abdomen kolik ( kram / nyeri menyebar ), dan gelisah.
3.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/b gangguan absorbsi nutrisi d/d
penurunan BB, muka pucat, tonus otot buruk.

c. Perencanaan
Dx. I.
Tujuan :
Menghindari kekurangan cairan
Kriteria Hasil :
-          Membran mukosa lembab
-          Turgor kulit normal
-          Tanda-tanda vital normal
-          Mengalami keseimbangan cairan masuk dan keluar

Intervensi Rasionalisasi
1. Awasi masukan dan keluaran,1.   Agar cepat memberiakan informasi
karakter dan jumlah frekuensi BAB. tentang keseimbangan cairan dan
gejala lainnya yang berdampak fatal

2. Pantau / kaji tanda-tanda vital2 Hipotensi, takikardia, demam dapat


seperti : TD, HR, RR, Temp menunjukkan respon terhadap efek
kehilangan cairan

3. Observasi kulit kering berlebihan3. Karena menunjukkan kehilangan


dan memban dan mukosa, cairan berlebihan / dehidrasi.
penurunan turgor kulit dan
penurunan berat badan

4. Kolaborasi tentang pemberian cairan 4. Mempertahankan istirahat usus


parenteral sesuai indikasi akan memerlukan penggantian
cairan untuk memperbaiki dengan
cepat kehilangan

5. Dorong pasien untuk penggantian5. Cairan yang keluar sebagai


cairan oral dalam bentuk air, jus, pengganti.
kaldu.

DX. II.
Tujuan :
Nyeri hilang / terkontrol
Kriteria Hasil :
Intervensi Rasionalisasi
1. Dorong pasien untuk melaporkan
1. Mencoba mentoleransi nyeri, dari pada
rasa nyeri meminta analgesic

2. Kaji laporan kram abdomen dan catat2. Nyeri sebelum defekasi sering terjadi
lokasi, lamanya, intensitas (0-10 ) pada keadaan umum dengan tiba-tiba
dimana dapat berat dan terus menerus

3. Jaga kerbersihan pasien. 3. Dengan membersihkan pasien maka


rasa nyaman bisa tercipta sendirinya
DX III
Tujuan : Agar nutrisi terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
Kriteria Hasil :
Menunjukkan peningkatan berat badan sesuai sasaran dan tidak ada tanda-tanda
malnutrisi
Intervensi Rasionalisasi
1.      Batasi makan yang dapat
1. Untuk mencegah serangan akut dan
menyebabkan kram abdomen, terhadap berbagai gejala
mulas dan muntah
2. Menurunkan kebutuhan metabolic
2.      Dorong pasien untuk tirah baring untuk mencegah penurunan kalori dan
atau pembatasan aktivitas selama simpanan energi
fase sakit 3. Untuk mengetahui apakah ada
peningakatan BB atau mengalami
3. Timbang BB setiap hari
penurunan
4. Berikan kebersihan oral
4. Mulut yang bersih dapat
meningkatkan rasa makanan

Anda mungkin juga menyukai