Anda di halaman 1dari 18

BAB II

LAPORAN PENDAHULUAN

2.1 Masalah Utama


Gangguan Persepsi Sensorik : Halusinasi

2.2 Pengertian
Halusinasi adalah salah satu cara respon maladaktif individu yang berada dalam rentang
neurobiologis (struart dan Araira, 2001). Ini merupakan respon paling maladaktiv. Jika orang
sehat persepsinya akurat, mampu mengidentifikasi dan menginterpretasika stimulus
berdasarkan informasi yang diterimanya melalui panca indera. Stimulus tersebut tidak ada
pada pasien halusinasi.
Menurut Maramis (1998) : halusinasi adalah gangguan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu sebenarnya yang tidak terjadi. Perubahan persepsi sensorik adalah
suatu keadaan individu yang mengalami perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulus yang
mendekat disertai dengan pengurangan berlebih-lebihan, distorsi atau kelainan respon
perubahan yang sering ditemukan pada klien gangguan orientasi realitas adalah halusinasi
dan dipersonalisasi (Stuart and sunden, 1998)
Struart and Sunden, 1998 mengelompokan karakteristik halusinasi sebagai berikut :
a. Halusinasi Pendengaran (Auditori)
 Karakteristik,
Mendengar suara, paling sering suara orang yang membicara sesuatu.
 Perilaku Klien yang diamati
• Melirikan mata kekiri dan kekanan mencari orang yang berbicara
• Mendengarkan penuh perhatian pada benda mati,
• Terlihat percakapan dengan benda mati.

b. Halusinasi Penglihatan (Visual)


 Karakteristik,
Stimulus penglihat dalam bentuk pancaran cahaya atau panorama yang luas dan komplek.
 Perilaku Klien yang diamati
• Tiba-tiba, tanggap, ketakutan pada benda mati,
• Tiba-tiba lari keruang lain tanpa stimulus.
c. Halusinasi Penghidu (Olfaktori)
 Karakteristik,
Bau busuk, amis, kada tercium bau harum atau kemenyan.
 Perilaku Klien yang diamati
• Hidung dikerutkan, seperti menghidu bau tidak sedap,
• Menghidu bau busuk atau harum atau kemenyan,
• Kinestetik menghidu bau udara, api atau darah.
d. Halusinasi Pengacap (Gustatorik PK)
 Karakteristik,
Merasakan sesuatu yang bau busuk atua amis seperti bau darah, urin, atau peces.
 Perilaku Klien yang diamati
• Meludahkan makanan atau minuman,
• Menolak makanan atau minum obat.
e. Halusinasi Peraba (Taktil)
 Karakteristik,
Merasa sakit, tidak enak tanpa stimulus yang terlihat, merasakan sensasi listrik dari tanah
atau benda mati
 Perilaku Klien yang diamati
• Menampar diri sendiri,
• Melompat-lompat dilantai seperti sedang menghindari sesuatu

f. Halusinasi Kinestetik
 Karakteristik,
Merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir, makanan dicerna.
 Perilaku Klien yang diamati
• Memperbalisasi atau obsesi terhadap proses tubuh,
• Melok untuk menyelesaikan tugas yang memerlukan tubuh klie yang diyakini tidak
berfungsi.

2.3 Tanda dan Gejala


Klien dengan halusinasi sering menunjukan adanya (carpenito, L.J, 1998: 363, Townsend,
M.C, 1998, Stuart and Sunden 1998: 328-329):
Data Subjektif
a. Tidak mampu mengenal waktu, orang dan tempat
b. Tidak mampu memecahkan masalah halusinasi (misalnya: mendengar suara-suara atau
melihat bayangan)
c. Mengeluh cemas dan khawatir
Data Objektif
a. Mudah tersinggung
b. Apatis dan cenderung menarik diri
c. Tampak gelisah, perubahan perilaku dan pola komunikasi kadang berhenti bicara seolah-
olah mendengar sesuatu
d. Menggerakan bibirnya tanpa menimbulkan suara
e. Menyeringai dan tertawa yang tidak sesuai
f. Gerakan mata yang cepat
g. Pikiran yang berubah-ubah dan konsentrasi rendah
h. Kadang tampak ketakutan
i. Respon-respon yang tidak sesuai (tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang komplek)

2.4 Penyebab
Stuart and Sunden (1998 : 305) mengemukakan faktor predisposisi dari timbulnya halusinasi,
antara lain:
1. Faktor Biologis
a. Abnormalitas otak seperti : lesi pada areo frontal, temporal dan limbic dapat menyebabkan
respon neurobiologis
b. Beberapa bahan kimia juga dikaitkan dapat menyebabkan respon neurbiologis misalnya:
dopamine neurotransmiter yang berlebihan, ketidakseimbangan antara dopamine
neurotransmiter lain dan masalah-masalah pada sistem receptor dopamine.
2. Faktor sosial Budaya
Stres yang menumpuk, kemiskinan, peperangan, dan kerusuhan, dapat menunjang terjadinya
respon neurobiologis yang maladaftive.
3. Faktor Pikologis
Penolakan dan kekerasan yang dialami klien dalam keluarga dapat menyebabkan timbulnya
respon neurobiologis yang maladaftive
Stuart and sunden (1998: 310) juga mengemukakan faktor pencetus terjadinya halusinasi
antara lain:
1. Faktor biologis
Gangguan dalam putaran balik otak yang memutar proses informasi dan abnormaltas pada
mekanisme pintu masuk dalam otak mengakibatkan ketidakmampuan menghadapi
rangsangan. Stres biologis ini dapat menyebabkan respon neurobiologis yang maladaftive.
2. Faktor Stres dan Lingkungan
Perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungan merupakan stressor lingkungan yang
dapat menimbulkan gangguan perilaku. Klien berusaha menyesuaikan diri terhadap stressor
lingkungan yang terjadi.
3. Faktor Pemicu Gejala
a. Kesehatan
Gizi yang buruk, kurang tidur, kurang tidur, keletihan, ansietas sedang sampai berat, dan
gangguan proses informasi.
b. Lingkungan
Tekanan dalam penampilan (kehilangan kemandiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari),
rasa bermusuhan dan lingkungan yang selalu mengkritik, masalah perumahan, gangguan
dalam hubungan interpersonal, kesepian (kurang dukungan sosial), tekanan pekerjaan,
keterampilan sosial, yang kurang, dan kemiskinan.
c. Sikap/ perilaku
Konsep diri yang rendah, keputusasaan (kurang percaya diri), kehilangan motivasi untuk
melakukan aktivitas, perilaku amuk dan agresif.

Gangguan persepsi sensori halusinasi sering disebabkan karena panik, stress berat yang
mengancam ego yang lemah, dan isolasi sosial menarik diri (Townsend, M.C, 1998:156).
Menurut Carpenito.L.J, 1998:381). Isolasi sosial merupakan keadaan dimana individu atau
kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan serta keinginan untuk meningkatkan
keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak. Sedangakan
menurut Rawlins,R.P dan Heacock, P.E (1998:423)isolasi sosial menarik diri adalah usaha
untuk menghindar dengan orang lain, individu merasa kehilangan hubungan akrab, tidak
mempunyai kesempatan dalam berfikir, berperasaan, berprestasi, atau selalu dalam
kegagalan.
Isloasi sosial menarik diri sering menunjukan adanya perilaku (Carpenito, L.J 1998:382) :

Data Subjektif
a. Mengungkapkan perasaan kesepian, penolakan
b. Melaporkan ketidaknyamanan kontak dengan situasi sosial
c. Mengungkapkan perasaan tidak berguna

Data Objektif
a. Tidak tahan terhadap kontak yang lama
b. Tidak komunikatif
c. Kontak mata buruk
d. Tampak larut dalam pikiran dan ingatan sendiri
e. Kurang aktivitas
f. Wajah tampak murung dan sedih
g. Kegagalan berimteraksi dengan orang lain

2.5 Rentang Respon


Menurut Stuart and Sundeen (1998: 302) persepsi mengacu pada identifikasi dan interpretasi
awal dari suatu stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indera. Respon
neurobiologis sepanjang rentang sehat sakit berkisar dari adaptif pikiran logis, persepsi
akurat, emosi konsisten, dan perilaku sesuai sampai dengan respon maladaptif yang meliputi
delusi, halusinasi, dan isolasi sosial. Rentang respon dapat digambarkan sebagai berikut:

Rentang Respon neurobiologis


Respon adaptif Respon maladptif

Pikiran logis pikiran kadang menyimpang kelaianan pikiran


Persepsi akurat Ilusi Halusinasi
Emosi konsisten Reaksi emosional berlebihan ketidakmampuan
Perilaku sesuai Perilaku tidak lazim untuk mengalami
Hubungan sosial Menarik diri emosi
Ketidakteraturan
Isolasi Sosial

Rentang respon neurobiologis (Stuart and Sundeen, 1998: 302)

2.6 Akibat
Adanya gangguan persepsi sensori halusinasi dapat beresiko menciderai diri sendiri, orang
lain dan lingkungan (Kelliat, BA, 1998: 27). Menurut Townsend, M.C, 1998: suatu keadaan
dimana seseorang melakukan suatu tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik diri
sendiri dan orang lain.
Seseorang yang dapat beresiko melakukan perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain
dapat menunjukan perilaku:
Data Subjektif
a. Mengungkapkan, mendengar atau melihat objek yang mengancam
b. Mengungkapkan persaan takut, cemas, dan khawatir
Data Objektif
a. Wajah tegang, merah
b. Mondar-mandir
c. Mata melotot, rahang mengatup
d. Tangan mengepal
e. Keluar keringat banyak
f. Mata melotot

2.7 Masalah dan Data yang harus dikaji


No Masalah Keperawatan Data Subjektif Data Objektif
Masalah Utama:
Gangguan persepsi sensori halusinasi

Masalah Keperawatan:
- klien mengatakan melihat atau mendengar sesuatu
- klien tidak mampu mengenal tempat, waktu dan orang

- kien mengatakan merasa kesepian


- klien mengatakan tidak berguna
- tampak bicara dan tertawa sendiri
- mulut seperti bicara tetapi tidak keluar suara
- berhenti berbicara seolah melihat dan mendengarkan sesuatu
- gerakan mata yang cepat
- tidak tahan terhadap kontak mata yang lama
- tidak konsentrasi dan pikiran mudah beralih saat bicara
- tidak ada kontak mata
- ekspresi wajah murung, sedih tampak larut dalam pikiran dan ingatannya sendiri, kurang
aktivitas
- tidak komunikatif

2.8 Pohon Masalah

Resiko Tinggi menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Cp Perubahan persepsi sensori: Halusinasi Auditori dan Visual

Isolasi sosial : menarik diri

(Pohon masalah Keliat, 1998: 6)

2.9 Diagnosa Keperawatan


1. Perilaku kekerasan berhubungan dengan halusinasi auditori
2. Halusinasi berhubungan dengan kurangnya interaksi sosial
3. Harga diri rendah berhubungan dengan halusinasi

BAB III
TINJAUAN KASUS

Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi Di Ruang
P 8 RSJP Prof. Dr. Soeroyo Magelang

Data ini didapatkan berdasarkan autoanamnesa, alloanamnesa dan status dokumentasi dari
ruangan P 8.
1. Identitas klien
Nama : Tn S
Umur : 37 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen
Status : Kawin
Suku banga : Jawa
Pekerjaan : Buruh
Pendidikan : SLTA
Alamat : Purbalinga
Tanggal masuk : 02 Desember 2009 / 12.00 WIB
Tanggal pengkajiaan : 07 Desember 2009 / 10.00 WIB
No. CM : 23004
Bangsal : P8
Diangnosa medis : Halusinasi

2. Alasan masuk
Klien masuk Rumah Sakit jiwa diantar oleh keluarganya, menurut keluarga klien saat di
rumah Klien sering mengamuk, merusak barang, bicara sendiri, sulit tidur, banyak
melamun/menyendiri, percobaan bunuh diri.
.

3. Faktor Predisposisi
1. Klien sebelumnya pernah mengalami riwayat dirawat di RSSM dengan keluhan yang sama
2. Klien sering berobat atau kontrol di Banyumas, sempat berusaha kabur, terakhir di rawat
bulan November 2007, pengobatan sebelumnya kurang berhasil.
3. Dari pihak keluarga tidak ada yang tahu pasti tentang penyebabnya
4. Dari keluarga juga ada yang mengalami gangguan jiwa (kakak) gejala tidak ada yang tahu
pasti,melaksanakan pengobatan di puskesmas
Masalah Keperawatan : Regiment Terapeutik Inefektif
Masa pertumbuhan dan perkembangan
• Masa sekolah : klien tidak pernah tinggaal kelas kecuali pada masa SMA Klien tidak lulus
pada saat-saat tersebut klien mengalami gangguan jiwa karena klienn dikecewakan oleh
kekasihnyasementara pada saat klien ada masalah tersebut klien merasa tidak ada yang
perduli padanya, dalam keluarga klien tidak ada yang mengalami gangguan jiwa, dan
pengalama\n klien yang tidak menyenangkan adalah ketika klien diputuskan oleh pacarnya.
4. Fisik
Keadaan Umum : Baik
Tingkat Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital : Tekanan Darah : 120/90 mmHg
Nadi : 82x /menit
Suhu : 36
Respirasi : 23x /menit
Ukur : Tinggi Badan : 161 cm
Berat Badan : 65 kg
Keluhan Fisik : Tidak mengalami keluhan fisik
Pemeriksaan Fisik :
Riwayat pengobatan penyakit fisik : Tidak pernah

5. Psikososial
1. Genogram

Klien merupakan anak terakhir dari 9 bersaudara, dalam keluarga klien berperan sebagai
kepala keluarga dan memiliki 1 orang anak, klien bekerja sebagai buruh untuk menafkahi
keluarganya.
2. Konsep diri
a. Gambaran diri
Klien dapat menerima kondisi tubuhnya dan tidak ada keluhan
b. Identitas diri
Sewaktu sekolah dulu klien senang dapat berkumpul dengan temannya dan bermain dan klien
juga termasuk orang yang mudah bergaul. Saat kerja klien dapat melakukan dan mengertikan
pekerjaannya dan merasa senang.. klien juga yakin bahwa dirinya laki-laki normal.
c. Peran
Klien mempunyai pekerjaan serabutan di rumahnya dan sebagi buruh.
d. Ideal diri
Klien berharap cepat sembuh dan dapat diterima kembali dilingkungan masyarakat.
e. Harga diri
Klien merasa bangga dan senang diperhatikan oleh orang-orang terdekatnya.
3. Hubungan sosial
Pada saat di rumah klien mengatakan orang yang paling berarti dalam kehidupannya adalah
keluarga dan saudara-saudaranya.
Di Rumah Sakit Jiwa klien mudah bergaul namun suka ada rasa malu dan terkadang suka
menyendiri tapi suka ngobrol dan interaksi dengan temannya yang ada di P8
6. Spiritual
Nilai dan keyakinan :
Klien beragama kristen dan klien mengetahui dan meyakini Tuhannya satu.
7. Status Mental
1. Penampilan
Penampilan klien tampak rapi, rambut rapi, baju cukup bersih, gigi cukup bersih, gigi cukup
bersih, baju setiap hari selalu diganti, mandi tidak harus dimotivasi.
2. Pembicaraan
Klien selalu bicara keras dan agitatif
3. Aktifitas Motorik
Klien terlihat aktif mengikuti kegiatan.
4. Alam perasaan
Klien terkadang suka malu dan kadang menyendiri
5. Afek
Afek klien normal terhadap rangsangan.
6. Interaksi selama wawancara
Selama interaksi klien kooperatif, ada kontak mata selama berkomunikasi.

7. Persepsi
Klien mengatakan sering mendengar suara gemuruh air, suara tersebut datang ketika
menjelang tidur malam dan lamanya suara itu datang sekitar 2 -3 menit
8. Proses pikir
Klien selalu menjawab langsung pertanyaan perawat dengan tanggap dan cepat sesuai topik
pertanyaan yang dilontarkan.
9. Isi pikir
Klien merasa takut apabila suara itu datang kadang sering melampiaskan pada objek yang ada
di depannya.
10. Tingkat kesadaran
Orientasi klien terhadap orang, tempat, dan waktu sesuai
11. Memori
Tidak ada gangguan memori.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Tingkat konsentrasi klien sudah menurun, sehingga kurang mampu dalam menjawab
pertanyaan yang di lontarkan oleh perawat
13. Kemampuan Penilaian
Penilaian untuk klien konsekwen dengan apa yang dijanjikan baik dari dirinya maupun dari
perawat tentang waktu dan tugas.
14. Daya Tilik diri Klien
Klien menerima penyakit yang dideritanya, klien masih butuh pengobatan.

8. Kebutuhan Persiapan Pulang


1. Makan
Klien makan mandiri, cara makan klien cukup baik klien duduk dimeja makan diantara
teman-temannya
2. BAB/BAK
BAB Klien mandiri kadang setiap hari tetapi terkadang 2 hari 1 kali, dalam satu hari klien
biasanya BAK 4-5 kali sehari, klien dapat BAB dab BAK secara mandiri, BAB di WC, dan
mandi atau perawatan diri dikamar mandi, klien dapat BAB dan BAK secara mandiri
Klien juga memakai, membersihkan dan merapikan pakaiannya sendiri.
3. Mandi
Klien mandi 2 kali sehari, memakai sabun, menyikat gigi dan klien selalu mencuci rambutnya
setiap 2 hari 1 kali, klien menggunting kuku setiap kuku klien dirasakan telah panjang.
4. Berpakaian
Klien dapat mengenakan pakaian yang telah disediakan Rumah Sakit, klien mengambil,
memilih, mengenakan alas kaki secara mandiri.
5. Istirahat dan tidur
Tidur siang klien setelah makan siang sekitar jam 13.00-15.00, dan pada malam hari klien
selalu tidur setiap jam 21.00-04.30 terkadang klien terbangun dimalam hari karena
halusinasinya muncul.
6. Penggunaan obat
Klien minum obat 3 kali dalam 1 hari setiap 7.30 setelah makan pagi, 12.30 setelah makan
siang, dan pada sore hari menjelang malam 17.45, cara klien meminum obatnya dengan cara
obat dimasukkan kemudian klien meminum air, klien belum paham prinsip 5 benar dalam
meminum obat.
Klien hanya mempunyai sistem pendukung kakaknya.
7. Kegiatan diluar rumah
Klien mampu bersosialisasi dengan keluarga maupun lingkungannya
8. Kegiatan didalam rumah
Dirumah klien dapat menyiapkan makan sendiri, menjaga kerapihan pakaian, kadang
membantu mencuci pakaian dengan istrinya.

9. Mekanisme koping
Dalam menyelesaikan masalah adaptif klien melakukan kegiatan di rumah sakit maupun di
rumah. Maladaptif bekerja berlebihan, banyak menghindar dan diam.

10. Masalah Psikososial dan lingkungan


Klien mempunyai masalah dengan dukungan dari keluarganya klien merasa kurang mendapat
perhatian dari ibunya karena klien lebih dekat dengan kakaknya, orang tua sebagai tulang
punggung keluarga yang membiayai keenam anaknya sehingga orang tuanya kurang
memperhatikan klien terutama saat klien mempunyai masalah, Klien juga merasa bahwa
tetangganya membencinya dan klien tidak mengetahui mengapa tetangganya membencinya.
11. Pengetahuan
Pengetahuan klien mengenai cara-cara menghindari halusinasinya masih kurang untuk proses
penyembuhan.
12. Aspek Medis
Catatan medis klien :
 Skizoprenia tak terinci
Terapi yang diberikan kepada klien saat ini adalah :
 THP (Trifluoperazine 2 X 1)
 Clorpromazin (1 X 100 mg)
 Trihexyphenidel (2 X 1)
 Haloperidol (2×1)
13. Analisa Data
No Data Fokus Masalah Keperawatan
1.
Ds :
• Klien menyatakan kadang-kadang sering mendengarkan suara-suara air yang tidak ada
wujudnya.
• Klien menyatakan suara-suara tersebut kadang membuat klien takut.
Do :
• Klien terlihat suka duduk menyendiri.
• Klien tampak sering diam
Gangguan perubahan persepsi sensori : halusinasi dengar

14. Pohon Masalah

5. Masalah Keperawatan
1. Perubahan persepsi sensori halusinasi dengar

ASUHAN KEPERAWATAN
PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI AUDITORI
Rencana Keperawatan
Nama Klien : Tn. S Diagnosa Medis : Skizofrenia tak terinci
Ruang : P8 No.CM : 23004

DIAGNOSA KEPERAWATAN PERENCANAAN INTERVENSI


Tujuan SP
Perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan menarik diri, berhubungan
dengan :
Ds :
• Klien menyatakan kadang-kadang sering mendengarkan suara-suara.
• Klien menyatakan suara-suara tersbut sering membuat klien takut.
Do :
• Klien terlihat suka duduk menyendiri.
• Klien sering mondar-mandir Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 x 24 jam
diharapkan resiko perilaku kekerasan tidak terjadi dengan kriteria hasil :
• Klien dapat mengetahui halusinasinya
• Klien dapat mengontrol halusinasinya SP I

SP II

SP III

SP IV • Validasi Halusinasi SP I (jenis, isi, waktu, frekuensi, situasi yang menimbulkan


halusinasi, respon terhadap halusinasi dan cara control dengan menghardik )

• Validasi Halisunasi SP II (cara control dengan bercakap-cakap dengan orang lain)

• Evaluasi jadwal kegiatan harian klien


• Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan ( Kegiatan yang biasa
dilakukan pasien dirumah)
• Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
• Evaluasi jadwal kegiatan harian klien
• Berikan Penkes tentang penggunaan obat secara teratur (Prinsip 5 benar minum obat)
• Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN


CATATAN PERKEMBANGAN
Diagnosa Keperawatan SP Implementasi Waktu/Tanggal Catatan Perkembangan Paraf
Perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan menarik diri, berhubungan
dengan :
Ds :
• Klien menyatakan kadang-kadang sering mendengarkan suara-suara.
• Klien menyatakan suara-suara tersbut sering membuat klien takut.
Do :
• Klien terlihat suka duduk menyendiri.
• Klien sering mondar-mandir SP I – II • Memvalidasi Halusinasi SP I (jenis, isi, waktu,
frekuensi, situasi yang menimbulkan halusinasi, respon terhadap halusinasi dan cara control
dengan menghardik )
• Memvalidasi Halisunasi SP II (cara control dengan bercakap-cakap dengan orang lain)
Rabu
7-01-09
10.00 S :
• Klien mengatakan dia suka mendengar suara-suara yang membuatnya takut tetapi sekarang
jarang muncul lagi
• Klien mengatakan ada 2 cara mengontrol halusinasinya (Menghardik dan Bercakap-cakap)
O:
Halusinasi tidak tampak, klien bisa melakukan cara menghardik, komunikasi dengan teman
dibangsal baik, kooperatif, nada bicara keras dan cepat.
A:
Klien bisa melakukan cara kontrol dengan menghardik dan bercakap-cakap dengan teman
lain
P:
SP I dan II Tercapai
Lanjutkan SP III
SP III • Evaluasi jadwal kegiatan harian klien
• Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan (Kegiatan yang biasa
dilakukan pasien dirumah)
• Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Kamis
08-01-09 S :
Klien mengatakan senang setelah melakukan kegiatan TAK
O:
Klien kooperatif dalam komunikasi, kontak mata dapat dipertahankan, kegiatan dibangsal
dengan motivasi, TAK aktif.
A:
Klien masih perlu dibimbing dalam kegiatan sebagai cara kontrol halusinasi
P:
Bimbing dan motivasi dalam kegiatan sebagai cara kontrol halusinasi

Jum’at
09-01-09 S :
Klien mengatakan senang dilibatkan dalam jadwal kegiatan harian diruangan
O:
Klien kooperatif, kegiatan dibangsal dengan motivasi, TAK aktif, masih tampak sering
menyendiri.
A:
Kontrol halusinasi dengan kegiatan diarahkan

P:
Ulangi dan optimalkan SP III
Bimbing dan motivasi dalam kegiatan sebagai cara kontrol halusinasi
Sabtu
10-01-09 S :
Klien mengatakan akan mencoba melakukan kegiatan jika halusinasinya datang
O:
Klien kooperatif dalam komunikasi, kegiatan dibangsal aktif, TAK aktif, melamun dan suka
menyendiri.
A:
Klien belum mampu melakukan kegiatan secara mandiri sebagai cara kontrol halusinasi
P:
Bimbing dan motivasi dalam kegiatan sebagai cara kontrol halusinasi

BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam bab pembahasan ini akan diuraikan sejauh mana keberhasilan tindakan keperawatan
secara teoritis yang telah diaplikasikan terhadap klien S. Proses terjadinya halusinasi dengar
pada klien S. sejalan dengan fase-fase atau tahap-tahap dalam teori halusinasi, yaitu dimulai
dengan klien sering menyendiri, melamun, pemikiran internal menjadi lebih menonjol seperti
gambaran suara dan sensasi, klien berada pada tingkat listening disusul dengan halusinasi
lebih menonjol. Klien menjadi lebih terbiasa dan tidak berdaya pada halusinasi, dimana
halusinasi memberikan kesenangan dan rasa aman sementara, dan ahhirnya halusinasi
berubah menjadi mengancam.
Adapun tindakan keperawatan pada klien halusinasi dengar salah satunya adalah tidak
menyangkal dan tidak mendukung. Setelah diaplikasikan pada klien S ternyata teori tersebut
dapat diterima oleh klien. Klien dapat menerima realita bahwa suara-suara tersebut hanya
didengar oleh klien, sedangkan orang lain tidak mendengar. Dalam teori tindakan halusinasi
dengar harus dilakukan kontak yang sering dan singkat dengan tujuan untuk memutuskan
stimulus interna, setelah diaplikasikan pada klien S, ternyata kontak sering dan singkat setiap
20 menit selama 3-5 menit klien mengeluh merasa capek kemudian kami lakukan modifikasi
dengan melakukan kontak setiap 1 jam selama 10 menit, dan hasilnya lebih baik. Stimulasi
internal dapat terputus dan klien tidak merasa kelelahan. Disamping melalui kontak yang
sering dan singkat, didukung juga oleh kegiatan yang dilakukan secara rutin di ruangan
dengan melibatkan klien dalam pembuatan jadwal kegiatan sehari-hari. Hasil akhir halusinasi
dengar klien S yang semula didengar pada pagi, siang, sore dan malam hari, sekarang hanya
didengar pada malam hari ketika menjelang tidur.
Terapi aktifitas kelompok: sosialisasi dan gerak (senam dan bermain volley) yang telah
dilakukan pada klien S, sangat membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi klien,
terutama pada masalah menarik diri dan halusinasi dengar. Melalui kegiatan terapi aktifitas
kelompok (TAK) tersebut klien mampu berhubungan dengan orang lain dan mampu
memutuskan stimulus internal.
Didalam menyelesaikan masalah klien tentang tidak tahu cara mengungkapkan marah yang
konstruktif, kelompok menerapkan konsep cara mengungkapkan marah yang konstruktif
yaitu mendorong klien untuk mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien marah, cara-
cara mengekspresikan marah yang dilakukan selama ini, berdiskusi dengan klien tentang cara
mengungkapkan marah yang destruktif dan konstruktif. Setelah tika kali pertemuan, hal ini
dapat membantu klien dalam mengekspresikan marah secara konstruktif. Klien juga dapat
mengerti tanda-tanda marah dalam dirinya, klien dapat mendemostrasikan cara
mengungkapkan marah yang konstruktif.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3582/1/keperawatan-mahnum2.pdf

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

Modul ini berisi panduan agar Saudara dapat menangani pasien dengan masalah keperawatan
harga diri rendah baik dengan menggunakan pendekatan secara individual maupun
kelompok. Modul ini juga memberikan panduan dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada keluarga pasien dengan harga diri rendah. Selamat mempelajari modul ini.

A.    TUJUAN PEMBELAJARAN


Setelah mempelajari modul ini saudara diharapkan mampu :

1. Mengkaji data yang terkait masalah harga diri rendah

2.                  Menetapkan diagnosa keperawatan berdasarkan data yang dikaji


3.                  Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien
4.                  Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga

5. Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam menangani masalah harga diri
rendah
6. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pada pasien dengan harga diri rendah

B. PENGKAJIAN
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri.
Berikut ini adalah tanda dan gejala harga diri rendah :
         Mengkritik diri sendiri
         Perasaan tidak mampu
         Pandangan hidup yang pesimis
         Penurunan produktifitas
         Penolakan terhadap kemampuan diri

Selain data di atas, saudara dapat juga mengamati penampilan seseorang dengan harga
diri rendah, terlihat dari kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapih, selera
makan kurang, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, bicara lambat
dengan nada suara lemah.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan data diatas, yang didapat melalui observasi, wawancara atau pemeriksaan fisik
bahkan melalui sumber sekunder, maka perawat dapat menegakkan diagnosa keperawatan
pada pasien sebagai berikut:

Gangguan Konsep Diri: Harga diri rendah


 

D. TINDAKAN KEPERAWATAN

Langkah kita selanjutnya untuk mengatasi masalah pasien dengan harga diri rendah adalah
menetapkan beberapa tindakan keperawatan.
1. Tindakan keperawatan pada pasien :
a. Tujuan :
1) Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
2) Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
3) Pasien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan
4) Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan
5) Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih

b.  Tindakan keperawatan :


1) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih
dimiliki pasien.
Untuk membantu pasien dapat mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang masih
dimilikinya , perawat dapat :
     Mendiskusikan bahwa sejumlah kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien seperti
kegiatan pasien di rumah sakit, di rumah, dalam keluarga dan lingkungan adanya keluarga
dan lingkungan terdekat pasien.
     Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali bertemu dengan pasien penilaian
yang negatif.
2) Membantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan.
Untuk tindakan tersebut, saudara dapat :
         Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat digunakan saat ini.
         Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap kemampuan diri yang
diungkapkan pasien.
         Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif

3) Membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih


Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah :
         Mendiskusikan dengan pasien beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dan dipilih sebagai
kegiatan yang akan pasien lakukan sehari-hari.
         Bantu pasien menetapkan kegiatan mana yang dapat pasien lakukan secara mandiri, mana
kegiatan yang memerlukan bantuan minimal dari keluarga dan kegiatan apa saja yang perlu
batuan penuh dari keluarga atau lingkungan terdekat pasien. Berikan contoh cara pelaksanaan
kegiatan yang dapat dilakukan pasien. Susun bersama pasien dan buat daftar kegiatan sehari-
hari pasien.
4) Melatih kemampuan yang dipilih pasien
Untuk tindakan keperawatan tersebut saudara dapat melakukan:
         Mendiskusikan dengan pasien untuk melatih kemampuan yang dipilih
         Bersama pasien memperagakan kegiatan yang ditetapkan
         Berikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat dilakukan pasien.
5) Membantu menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih
Untuk mencapai tujuan tindakan keperawatan tersebut, saudara dapat melakukan hal-hal
berikut :
         Memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah dilatihkan
         Beri pujian atas kegiatan/kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari
         Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap kegiatan
         Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah dilatih
Berikan kesempatan mengungkapkan perasaanya setelah pelaksanaan kegiatan

SP 1 Pasien: Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien, membantu pasien
menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu pasien
memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang sudah
dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam
rencana harian

Orientasi :
“Assalamualaikum, bagaimana keadaan T hari ini ? T terlihat segar“.
”Bagaimana, kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang pernah T
lakukan?Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih dapat T dilakukna di rumah
sakit. Setelah kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih”
”Dimana kita duduk ? bagaimana kalau di ruang tamu ? Berapa lama ? Bagaimana kalau 20
menit ?

Kerja :
” T, apa saja kemampuan yang T dimiliki? Bagus, apa lagi? Saya buat daftarnya ya! Apa
pula kegiatan rumah tangga yang biasa T lakukan? Bagaimana dengan merapihkan kamar?
Menyapu ? Mencuci piring..............dst.”. “ Wah, bagus sekali ada lima kemampuan
dan kegiatan yang T miliki “.
” T, dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat dikerjakan di rumah
sakit ? Coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang kedua.......sampai 5 (misalnya ada 3 yang
masih bisa dilakukan). Bagus sekali ada 3 kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah
sakit ini.
”Sekarang, coba T pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini”.” O
yang nomor satu, merapihkan tempat tidur?Kalau begitu, bagaimana kalau sekarang kita
latihan merapihkan tempat tidur T”. Mari kita lihat tempat tidur T. Coba lihat, sudah
rapihkah tempat tidurnya?”
“Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan
selimutnya. Bagus ! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita balik. ”Nah, sekarang
kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus !. Sekarang sebelah kaki, tarik
dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal, rapihkan, dan
letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut, nah letakkan sebelah bawah/kaki.
Bagus !”
” T sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan bedakah
dengan sebelum dirapikan? Bagus ”

“ Coba T lakukan dan jangan lupa memberi tanda MMM (mandiri) kalau T lakukan tanpa
disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan bisa melakukan, dan T (tidak) melakukan.

Terminasi :
“Bagaimana perasaan T setelah kita bercakap-cakap dan latihan merapihkan tempat tidur ?
Yach, T ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan di rumah sakit ini.
Salah satunya, merapihkan tempat tidur, yang sudah T praktekkan dengan baik sekali. Nah
kemampuan ini dapat dilakukan juga di rumah setelah pulang.”
”Sekarang, mari kita masukkan pada jadual harian. T. Mau berapa kali sehari merapihkan
tempat tidur. Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa ? Lalu sehabis istirahat, jam 16.00”
”Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. T masih ingat kegiatan apa lagi yang
mampu dilakukan di rumah sakit selain merapihkan tempat tidur? Ya bagus, cuci piring.. kalu
begitu kita akan latihan mencuci piring besok jam 8 pagi di dapur ruangan ini sehabis makan
pagi Sampai jumpa ya”
SP 2 Pasien: Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan
kemampuan pasien.

Orientasi :
“Assalammua’laikum, bagaimana perasaan T pagi ini ? Wah, tampak cerah ”
”Bagaimana T, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin/ Tadi pag? Bagus (kalau
sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi, sekarang kita akan latihan kemampuan kedua.
Masih ingat apa kegiatan itu T?”
”Ya benar, kita akan latihan mencuci piring di dapur ruangan ini”
”Waktunya sekitar 15 menit. Mari kita ke dapur!”
Kerja :
“ T, sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapannya, yaitu sabut/tapes
untuk membersihkan piring, sabun khusus untuk mencuci piring, dan air untuk membilas., T
bisa menggunakan air yang mengalir dari kran ini. Oh ya jangan lupa sediakan tempat
sampah untuk membuang sisa-makanan.
“Sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya”
“Setelah semuanya perlengkapan tersedia, T ambil satu piring kotor, lalu buang dulu sisa
kotoran yang ada di piring tersebut ke tempat sampah. Kemudian T bersihkan piring tersebut
dengan menggunakan sabut/tapes yang sudah diberikan sabun pencuci piring. Setelah
selesai disabuni, bilas dengan air bersih sampai tidak ada busa sabun sedikitpun di piring
tersebut. Setelah itu T bisa mengeringkan piring yang sudah bersih tadi di rak yang sudah
tersedia di dapur. Nah selesai…
“Sekarang coba T yang melakukan…”
“Bagus sekali, T dapat mempraktekkan cuci pring dengan baik. Sekarang dilap tangannya
Terminasi :
”Bagaimana perasaan T setelah latihan cuci piring ?”
“Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan menjadi kegiatan sehari-hari
T. Mau berapa kali T mencuci piring? Bagus sekali T mencuci piring tiga kali setelah
makan.”
”Besok kita akan latihan untuk kemampuan ketiga, setelah merapihkan tempat tidur dan
cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu? Ya benar kita akan latihan mengepel”
”Mau jam berapa ? Sama dengan sekarang ? Sampai jumpa ”

Latihan dapat dilanjutkan untuk kemampuan lain sampai semua kemampuan dilatih.
Setiap kemampuan yang dimiliki akan menambah harga diri pasien.

2. Tindakan keperawatan pada keluarga


Keluarga diharapkan dapat merawat pasien dengan harga diri rendah di rumah dan menjadi
sistem pendukung yang efektif bagi pasien.
a. Tujuan :
1)      Keluarga membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien
2)      Keluarga memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki pasien
3)      Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih dan memberikan
pujian atas keberhasilan pasien
4)      Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien
b. Tindakan keperawatan :
1)      Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2)      Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang ada pada pasien
3)      Diskusi dengan keluarga kemampuan yang dimiliki pasien dan memuji
pasien atas kemampuannya
4)      Jelaskan cara-cara merawat pasien dengan harga diri rendah
5)      Demontrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah
6)      Beri kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara merawat pasien dengan harga
diri rendah seperti yang telah perawat demonstrasikan sebelumnya
7)      Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan pasien di rumah

1 Keluarga : Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien di rumah,
menjelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah, menjelaskan cara
merawat pasien dengan harga diri rendah, mendemonstrasikan cara merawat pasien
dengan harga diri rendah, dan memberi kesempatan kepada keluarga untuk
mempraktekkan cara merawat
Orientasi :
“Assalammu’alaikum !”
“Bagaimana keadaan Bapak/Ibu pagi ini ?”
“Bagaimana kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang cara merawat T? Berapa lama
waktu Bp/Ibu?30 menit? Baik, mari duduk di ruangan wawancara!”
Kerja :
“Apa yang bapak/Ibu ketahui tentang masalah T”
“Ya memang benar sekali Pak/Bu, T itu memang terlihat tidak percaya diri dan sering
menyalahkan dirinya sendiri. Misalnya pada T, sering menyalahkan dirinya dan mengatakan
dirinya adalah orang paling bodoh sedunia. Dengan kata lain, anak Bapak/Ibu memiliki
masalah harga diri rendah yang ditandai dengan munculnya pikiran-pikiran yang selalu
negatif terhadap diri sendiri. Bila keadaan T ini terus menerus seperti itu, T bisa mengalami
masalah yang lebih berat lagi, misalnya T jadi malu bertemu dengan orang lain dan memilih
mengurung diri”
“Sampai disini, bapak/Ibu mengerti apa yang dimaksud harga diri rendah?”
“Bagus sekali bapak/Ibu sudah mengerti”
“Setelah kita mengerti bahwa masalah T dapat menjadi masalah serius, maka kita perlu
memberikan perawatan yang baik untuk T”
”Bpk/Ibu, apa saja kemampuan yang dimiliki T? Ya benar, dia juga mengatakan hal yang
sama(kalau sama dengan kemampuan yang dikatakan T)
” T itu telah berlatih dua kegiatan yaitu merapihkan tempat tidur dan cuci piring. Serta telah
dibuat jadual untuk melakukannya. Untuk itu, Bapak/Ibu dapat mengingatkan T untuk
melakukan kegiatan tersebut sesuai jadual. Tolong bantu menyiapkan alat-alatnya, ya
Pak/Bu. Dan jangan lupa memberikan pujian agar harga dirinya meningkat. Ajak pula
memberi tanda cek list pada jadual yang kegiatannya”.
”Selain itu, bila T sudah tidak lagi dirawat di Rumah sakit, bapak/Ibu tetap perlu memantau
perkembangan T. Jika masalah harga dirinya kembali muncul dan tidak tertangani lagi,
bapak/Ibu dapat membawa T ke puskesmas”
”Nah bagaimana kalau sekarang kita praktekkan cara memberikan pujian kepada T”
”Temui T dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu berikan pujian yang yang
mengatakan: Bagus sekali T, kamu sudah semakin terampil mencuci piring”
”Coba Bapak/Ibu praktekkan sekarang. Bagus”
Terminasi :
”Bagaimana perasaan Bapak/bu setelah percakapan kita ini?”
“Dapatkah Bapak/Ibu jelaskan kembali maasalah yang dihadapi T dan bagaimana cara
merawatnya?”
“Bagus sekali bapak/Ibu dapat menjelaskan dengan baik. Nah setiap kali Bapak/Ibu kemari
lakukan seperti itu. Nanti di rumah juga demikian.”
“Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk latihan cara memberi pujian
langsung kepada T”
“Jam berapa Bp/Ibu dating? Baik saya tunggu. Sampai jumpa.”

Anda mungkin juga menyukai