Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Ansietas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan
emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kondisi dialami secara subjektif dan
dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Ansietas sedang adalah respon
emosional terhadap penilaian tersebut. Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk
bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas yang parah tidak sejalan dengan kehidupan.
Perasaan tidak nyaman atau ketakutan yang tidak jelas dan gelisah disertai dengan
respon otonom (sumber terkadang tidak sepesifik atau tidak diketahui oleh individu),
perasan yang was-was untuk mengatasi bahaya. Ini merupakan sinyal peringatan akan
adanya bahaya dan memungkinkan individu untuk mengambil langkah untuk
menghadapi.
Kecemasan merupakan satu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai
dengan gejala somatis yang menandakan suatu kegiatan berlebih dari susunan autonomic
(Kaplan dan Saddock, 2005). Kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak aman dan
kekhawatiran yang timbul karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan
tetapi sumbernya sebagian besar tidak diketahui dan berasal dari dalam (DepKes RI,
1990).
Ansietas berbeda dengan takut. Takut adalah penilaian intelektual dari stimulus
yang mengancam dan obyeknya jelas. Individu tersebut dapat menggambarkan sumber
dari rasa takut. Ansietas dapat merupakan suatu sumber kekuatan dan energinya dapat
menghasilkan suatu tindakan yang destruktif atau konstruktif.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ansietas adalah respons
emosi tanpa objek, berupa perasaan takut dan kekhawatiran yang tidak jelas dan
berlebihan dan disertai berbagai gejala sumatif yang menyebabkan gangguan bermakna
dalam fungsi sosial atau penderitaan yang jelas bagi pasien.

B. Rentang respon ansietas


Rentang respon individu terhadap ansietas berfluktuasi antara respon adaptif dan
maladaptif seperti terlihat pada gambar :

Respon adaptif - Respon Maladaptif


___________________________________________________________________
antisipasi

ringan

sedang

berat

panik

C. Tingkat ansietas
Beberapa teori membagi ansietas kedalam emapt tingkat sesuai dengan rentang
respon ansietas yaitu :
1. Ansietas ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan akan kehidupan seharihari. Pada tingkat ini lapang persepsi meningkat dan individu akan berhati-hati
dan waspada. Pada tingkat ini individu terdorong untuk belajar dan akan
menghasilkan pertumbuhan dan ktreativitas.
2. Ansietas sedang
Pada tingkat ini lapang persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu
lebih memfokuskan pada hal yang penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang
selektif namun dapat melakukan sesuatau yang lebih terarah.

3. Ansietas berat
Pada ansietas berat, lapang persepsi menjadi sangat menurun. Individu
cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang lain.
Individu tidak mampu berfikir berat lagi dan membutuhkan banyak pengarahan.
Ansietas berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung
untuk memusatkan pada sesuatau yang terinci spesifik dan tidak dapat berfikir
tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang
tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada satu area
lain.
4. Ansietas panik
Pada tingkat ini individu sudah tidak dapat mengontrol diri lagi dan tidak
dapat melakukan apa-apa lagi walaupun sudah diberi pengarahan. Berhubungan
dengan terperangah, ketakutan dan teror. Rincian terpecah dari proporsinya.
Karena mengalami kehilangan kendali, orang yang mengalami panik tidak mampu
melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Karena panik melibatkan
disorganisasi keperibadian. Dengan panik terjadi peningkatan aktivitas motorik,
menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang
menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak
sejalan dengan kehidupan, dan jika berlangsung lama, dapat terjadi kelelahan yang
sangat bahkan kematian.
Tabel Respon Fisiologis sesuai Tingkat Ansietas
Ada empat tingkat ansietas (peplau, 1952): ringan, sedang, berat, dan panic.
Pada

masing-masing

tahap,

individu

memperlihatkan

perubahan

perilaku,

kemampuan kognitif, dan respon emosional ketika berupaya menghadapi ansietas.

Tingkat
Ansietas

Respon fisik

Respon Kognitif

Respon Emosional

Ringan (1+)

Ketegangan otot ringan,


sadar

akan

Lapang persepsi luas,

lingkungan, Terlihat tenang, percaya

Rileks atau sedikit gelisah, diri,


Penuh perhatian, Rajin.

sedikit,

Perasaan

gagal

Waspada

memerhatikan

dan

banyak

Perilaku otomatis
Sedikit tidak sabar
Aktivitas

menyendiri
Terstimulasi
Tenang

Tidak nyaman
Mudah tersinggung
Kepercayaan diri

goyah
Tidak sabar
Gembira

Sangat cemas
Agitasi
Takut
Bingung
Merasa
tidak

adekuat
Menarik diri
Menyangkal

hal, Mempertimbangkan
informasi,

Tingkat

pembelajaran optimal.

Sedang (2+)

Ketegangan

otot

sedang
Tanda-tanda

vital

meningkat
Pupil dilatasi mulai

berkeringat
Sering
mondar
mandir,

menurun.
Tidak perhatian

secara selektif
Focus terhadap
stimulus

memukulkan tangan
Suara
berubah
tinggi
Kewaspadaan

meningkat
Rentang
perhatian

menurun
Penyelesaian
masalah

dan

ketegangan

Lapang persepsi

bergetar, nada suara

meningkat
Sering
berkemih,

menurun
Pembelajaran
terjadi

dengan

memfokuskan.

sakit kepala, pola


tidur berubah, nyeri
punggung.

Ketegangan

otot

Lapang persepsi

Berat (3+)

berat

Hiperventilasi

Kontak mata buruk

Pengeluaran
keringat meningkat

Tindakan

masalah buruk
Tidak
mampu

dan

Rahang

Merasa

tidak

mampu,

tidak

memperhatikan

menegang,

Kebutuhan

Ingin bebas

kan informasi
Hanya
ancaman
Preokupasi
dengan

menggertakan gigi

mempertimbang

tanpa

serampangan

terpecah pecah
Sulit berpikir
Penyelesaian

tujuan

terbatas
Proses berfikir

Bicara cepat, nada


suara tinggi

pikiran

sendiri
Egosentri

Persepsi

sempit
Pikiran

logis, terganggu
Kepribadian

ruang

gerak meningkat

Mondar-mandir,
berteriak

Meremas

tangan,

gemetar.

Flight,

fight

atau

freeze

ketegangan

otot sangat berat.

Agitasi

motorik

kasar

Pupil dilatasi
Tanda-tanda

vital

sangat
tidak

percaya
Lepas kendali
Mengamuk, putus

kacau
Tidak

dapat

menyelesaikan
meningkat kemudian
menurun.

Tidak dapat tidur

Hormone stress dan

masalah.
Focus

pikiran sendiri.
Tidak rasional.
Sulit memahami
stimulus

neurotransmitter
berkurang.

Panik (4+)

pada

eksternal.
Halusinasi,

Wajah menyeringai,

waham,

mulut menganga.

mungkin terjadi.

ilusi

asa
Marah, sangat takut
Mengaharapkan

hasil yang buruk


Kaget, takut
lelah

D. Etiologi
Kecemasan adalah respon psikologik terhadap stress yang mengandung
komponen fisiologik dan psikologik. Perasaan takut atau tidak tenang yang sumbernya
tidak dikenali. Kecemasan terjadi ketika seseorang merasa terancam baik secara phisikis
atau psykhologik (seperti harga diri, gambaran diri, atau identitas diri). Selain itu,
penyebab dari Ansietas yaitu dari faktor Neurobiologik dan fisiologik.

1. Faktor Neurobiologik
Kimia otak dan faktor perkembangan penelitian menunjukkan bahwa
sistem saraf otonom atau nonadregenic yang menyebabkan seseorang mengalami
kecemasan lebih besar tingkatannya dari orang lain. Abnormalitas regulasi
substansi

kimia otak

seperti Serotonin dan GABA

(gama-aminobutyric

acid) berperan dalam perkembangan cemas. Amygdala sebagai pusat komunikasi


antara bagian otak yang memproses input sensori dan bagian otak yang yang
menginterpretasikan input (amygdala mengidentifikasikan informasi sensori yang

masuk sebagai ancaman dan kemudian menimbulkan perasaan cemas atau


takut). Amygdala berperan dalam phobia, mengkoordinasikan rasa takut, memori,
dan emosi, dan semua respon fisik terhadap situasi yang penuh dengan stresor.
Locus Ceruleus, adalah satu area otak yang mengawali respon terhadap suatu
bahaya dan mungkin respon tersebut berlebihan pada beberapa individu
sehingga menyebabkan seseoranng mudah mengalami cemas (khususnya PTSD
{Post traumatic

sindrom

disorder}). Hippocampus bertanggung

jawab

terhadap stimuli yang mengancam dan berperan dalam pengkodean informasi ke


dalam memori. Striatum, berperan

dalam

kontrol

motorik

yang

terlibat

dalam OCD (Obsessive Compulsive Disorder). Penyakit fisik Exposure Of


Substance paparan bahaya atau trauma fisik dan psikologis.
2. Faktor Psikologik
Marah
Harga diri rendah
Pemalu pada masa kanak-kanak
Orang tua yang pemarah
Terlalu banyak kritik
Ketidak nyamanan dengan Agresi
Seksual Abuse
Mengalami peristiwa yang menakutkan

3. Faktor Kognitif
Cemas

sebagai

manisfestasi

dari

penyimpangan

berpikir

dan

membuat persepsi/kebiasaan/prilaku individu memandang secara berlebihan


terhadap suatu bahaya.
Cemas itu timbul akibat adanya respons terhadap kondisi stres atau
konflik. Rangsa

ngan berupa konflik, baik yang datang dari luar maupun

dalam diri sendiri, itu akan menimbulkan respons dari sistem saraf yang mengatur
pelepasan hormon tertentu. Akibat pelepasan hormon tersebut, maka muncul
perangsangan pada organ-organ seperti lambung, jantung, pembuluh daerah
maupun alat-alat gerak. Karena bentuk respon yanmg demikian, penderita
biasanya tidak menyadari hal itu sebagai hubungan sebab akibat.

E. Faktor predisposisi
Teori yang dikembangkan untuk menjelaskan penyebab ansietas adalah :
1. Teori Psikoanalitik
Menurut frued dalam Vedebeck, (2008), ansietas alamiah seseorang sebagai
stimulus untuk perilaku. Ia menjelaskan mekanisme pertahanan sebagai upaya
manusia untuk mengendalikan kesadaran terhadap ansietas. Misalnya, jika seseorang
memiliki pikiran dan perasaan yang tidak tepat sehingga meningkatkan ansietas, ia
merepresikan pikiran dan perasaan tersebut. Represi adalah proses penyimpanan
impuls yang tidak tepat kedalam bawah sadar sehingga impuls tersebut tidak dapat
diingat kembali. Karena perilaku memiliki makna, gejala-gejala ansietas menandakan
represi yang tidak lengkap. Individu yang mengalami gangguan ansietas diyakini
menggunakan secara berlebihan salah satu atau pola tertentu dari beberapa
mekanisme pertahanan, yang menempatkan individu tersebut pada salah satu tahap
perkembangan psikoseksual freud.

Ada 2 tipe kecemasan yaitu kecemasan primer dan kecemasan sekunder :


a. Kecemasan Primer
Kejadian traumatik yang diawali saat bayi akibat adanya stimulasi tibatiba dan trauma pada saat persalinan, kemudian berlanjut dengan kemungkinan
tidak tercapainya rasa puas akibat kelaparan atau kehausan. Penyebab
kecemasan primer adalah keadaan ketegangan atau dorongan yang diakibatkan
oleh faktor eksternal.
b. Kecemasan Sekunder

Sejalan dengan peningkatan ego dan usia, frued melihat ada 2 jenis
kecemasan lain akibat konflik emosi diantara dua elemen kepribadian yaitu id
dan superego. Frued menjelaskan bila terjadi kecemasan maka posisi ego
sebagai pengembang id dan superego berada pada kondisi bahaya.
2. Teori Interpersonal
Menurut Vedebeck,(2008) berpendapat bahwa ansietas timbul dari masalahmasalah

dalam

hubungan

interpersonal.

Pemberi

keperawatan

dapat

mengkomunikasikan ansietas kepada bayi atau anak melalui caranya mengasuh yang
tidak adekuat, gugup ketika menggendong atau memegang anak, dan pesan yang
berubah.
3. Teori Perilaku
Ahli teori perilaku memandang ansietas sebagai suatu yang dipelajari melalui
pengalaman individu. Sebaliknya, perilaku dapat diubah atau dibuang melalui
pengalaman baru. Ahli teori perilaku percaya bahwa individu dapat memodifikasi
perilaku maladaptif tanpa memahami penyebab perilaku tersebut. Mereka menyatakan
bahwa perilaku yang mengganggu, yang berkembang dan mengganggu kehidupan
individu dapat ditiadakan atau dibuang melalui pengalaman berulang yang dipandu
oleh seoarang ahli terapi terlatih. (Vedebeck, 2008).
4. Teori Keluarga
Studi pada keluarga dan epidemiologi memperlihatkan bahwa kecemasan
selalu ada pada tiap-tiap keluarga dalam berbagai bentuk dan sifatnya heterogen.
(Susilawati, 2005).
Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang
biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan
antara gangguan ansietas dengan depresi.(Stuart & Sundeen, 1998:).
5. Teori Biologik

Otak memiliki reseptor khusus terhadap benzodiazepin, reseptor tersebut


berfungsi membantu regulasi kecemasan. Regulasi tersebut berhubungan dengan
aktivitas neurotransmiter gamma amino butyric acid(GABA) yang mengontrol
aktivitas

neuron

dibagian

otak

yang

bertanggung

jawab

menghasilkan

kecemasan. Bila GABA bersentuhan dengan sinaps dan berikatan dengan reseptor
GABA pada membran post-sinaps akan membuka saluran/pintu reseptor sehingga
terjadi perpindahan ion. Perubahan ini akan mengakibatkan eksitasi sel dan
memperlambat aktivitas sel. Penghambatan asam aminobutirik-gamma neroreulator
(GABA) juga mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme biologis
berhubungan dengan ansietas, sebagai mana halnya dengan endorfin.
Teori ini menjelaskan bahwa individu yang sering mengalami kecemasan
mempunyai masalah dengan proses neurotransmiter ini. Mekanisme koping juga
dapat terganggu karena pengaruh toksik, defisiensi nutrisi, menurunnya suplai darah,
perubahan hormon dan sebab fisik lainnya. Kelelahan dapat meningkatkan iritabilitas
dan perasaan cemas.(Susilawati, 2005)

F. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi ansietas dapat diklasifikasikan dalam dua jenis :
1. Ancaman terhadap integritas biologik
Merupakan ancaman terhadap kebutuhan dasar manusia, seperti kebutuhan
akan makanan, minuman, dan perumahan. Hal ini merupakan faktor umum penyebab
ansietas.
2. Ancaman terhadap rasa aman

Hal ini sulit digolongkan karena manusia unik. Ancaman keamanan diri
meliputi ; (1) tidak tercapainya harapan, (2) tidak terpenuhinya kebutuhan akan status,
(3) rasa bersalah atau pertentangan antara keyakinan diri dan prilaku, (4) tidak mampu
untuk mendapatkan penghargaan dari orang lain.
G. Kategori Gangguan Ansietas

Gangguan Kecemasan DSM IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder)


Gangguan Kecemasan

Definisi

Serangan Panik

Suatu periode yang mempunyai cirri tersendiri, rasa


kekuatiran, ketakutan atau terror yang besar, muncul tiba-tiba,
sering berhubungan dengan perasaan akan datangnya
malapetaka.

Agorafobia

Kecemasan mengenai, atau penghindaran dari tempat atau


situasi yang dirasa sulit dighindari (atau memalukan), atau
saat tidak terdapatnya bantuan pada saat mengalami serangan
panic atau gejala yang menyerupai panic.

Gangguan

panic

tanpa

terjadi berulang dan agorafobia.

agoraphobia

Agoraphobia
gangguan panic

Dikarakteristik oleh serangan panic yang tidak diduga yang

tanpa

riwayat

Dicirikan oleh adanya agoraphobia dan gejala yang


menyerupai panic, tanpa serangan panic yang tidak diduga.

Fobia spesifik

Dicirikan oleh kecemassan yang signifikan secra klinis, yang


dipicu oleh pengenalan terhadap objek atau situasi spesifik
yang menyebabkan takut, sering menimbulkan perilaku
menghindar.
Dicirikan oleh kecemasan yang signifikan secara klinis, yang

Fobia social

dipicu oleh pengenalan terhadap jenis situasi social atau


penampilan social; sering menimbulkan perilaku menghindar.

Gangguan obsesif-kompulsif

Dicirikan oleh obsesi yang menyebabkan kecemasan atau


distress yang khas dan /atau kompulsi (yang dilakukan untuk
menetralkan kecemasan)

Gangguan

stress

pascatraumatik.

Dicirikan oleh pengalaman yang berulang tentang suatu


kejadian yang sangat traumatic, diiringi oleh gejala
peningkatan rangasangan dan dengan penghindaran stimulus
yang dikaitkan dengan trauma.

Gangguan stress akut

Dicirikan oleh gejala yang sama dengan gangguan stress


pascatraumatic yang terjadi segraa, menyusul kejadian yang
sangat traumatic.

Gangguan kecemasan umum

Dicirikan oleh mengalami kecemasan dan kekhawatiran yang


berlebihan dan terus menerus selama minimal 6 bulan.
Dicirikan oleh gejala kecemasan yang menonjol, yang diduga

Gangguan kecemasan karena merupakan konsekuensi fisiologik langsung dari kondisi


kondisi medikasi umum.

medis umum.

Gangguan kecemasan karena Dicirikan oleh gejala kecemasan yang menonjol, yang diduga
penggunaan zat.

merupakan

konsekuensi

penyalahgunaan
terhadap toksin.

obat-obatan,

fisiologis
medikassi,

langsung
atau

dari
pajanan

Gangguan
spesifik.

kecemasan

tidak
Meliputi memberikan kode pada gangguan yang disertai
kecemasan yang menonjol atau fobia penghindaraan yang
tidak memenuhi criteria untuk setiap gangguan kecemasan
spesifik (atau gejala kecemasan mengenai terdapatnya
informasi yang tidak adekuat atau kontradiksi)

H. Sumber dan Mekanisme Koping


Kemampuan individu menanggulangi kecemasan secara konstruksi merupakan
faktor utama yang membuat klien berperilaku patologis atau tidak. Bila individu sedang
mengalami kecemasan ia mencoba menetralisasi, mengingkari atau meniadakan
kecemasan dengan mengembangkan pola koping. Pada kecemasan ringan, mekanisme
koping yang biasanya digunakan adalah menangis, tidur, makan, tertawa, berkhayal,
memaki, merokok, olahraga, mengurangi kontak mata dengan orang lain, membatasi diri
pada orang lain (Suliswati, 2005).

Mekanisme koping untuk mengatasi kecemasan sedang, berat dan panik


membutuhkan banyak energi. Menurut Suliswati (2005), mekanisme koping yang dapat
dilakukan ada dua jenis, yaitu :
1. Task oriented reaction atau reaksi yang berorientasi pada tugas. Tujuan yang ingin
dicapai dengan melakukan koping ini adalah individu mencoba menghadapi
kenyataan tuntutan stress dengan menilai secara objektif ditujukan untuk
mengatasi masalah, memulihkan konflik dan memenuhi kebutuhan.
a. Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau mengatasi hambatan
pemenuhan kebutuhan.
b. Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun psikologik
untuk memindahkan seseorang dari sumber stress.
c. Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah

cara

seseorang

mengoperasikan, mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek kebutuhan


personal seseorang.
2. Ego oriented reaction atau reaksi berorientasi pada ego. Koping ini tidak selalu
sukses dalam mengatasi masalah. Mekanisme ini seringkali digunakan untuk
melindungi diri, sehingga disebut mekanisme pertahanan ego diri biasanya
mekanisme ini tidak membantu untuk mengatasi masalah secara realita. Untuk
menilai penggunaan makanisme pertahanan individu apakah adaptif atau tidak
adaptif, perlu di evaluasi hal-hal berikut :
a) Perawat dapat mengenali secara akurat penggunaan mekanisme
pertahanan klien.
b) Tingkat penggunaan mekanisme pertahanan diri terebut apa
pengaruhnya terhadap disorganisasi kepribadian.
c) Pengaruh penggunaan mekanisme pertahanan terhadap kemajuan
kesehatan klien.
d) Alasan klien menggunakan mekanisme pertahanan
I. Penatalaksanaan Ansietas
Menurut Hawari, (2008) penatalaksanaan asietas pada tahap pencegahaan dan
terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup
fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkpanya
seperti pada uraian berikut :
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
Makan makan yang bergizi dan seimbang

Tidur yang cukup


Cukup olahraga.
Tidak merokok.
Tidak meminum minuman keras.
2. Terapi psikofarmaka.
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai
obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter
(sinyal penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system).
3. Terapi somatic
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau
akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan.Untukmenghilangkan keluhankeluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada
organ tubuh yang bersangkutan

4. Psikoterapi
a) Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara
lain : Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan
dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi
keyakinan serta percaya diri
b) Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila
dinilai bahwa ketidakmampuan mengatsi kecemasan.
c) Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali (rekonstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.
d) Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu
kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.
e) Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses
dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak
mampu menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan
f) Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar
faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga
dapat dijadikan sebagai faktor pendukung.
g) Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan
kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan
yang merupakan stressor psikososial.

J. Pohon masalah

Isolasi sosial

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

Ansietas

Koping individu inefektif

Peristiwa traumatik
K. Diagnosa keperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan Koping individu tidak efektif
2. Ansietas berhubungan dengan Tidak efektifnya koping keluarga
3. Resiko gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan Ansietas.

L. Rencana keperawatan/ intervensi keperawatan


1. Intervensi Generalis
a. Individu
Tujuan :
1) Pasien mampu mengenal ansietas
2) Pasien mampu mengatasi ansietas melalui teknik relaksasi
3) Pasien mampu memperagakan dan menggunakan teknik relaksasi untuk
mengatasi ansietas
Tindakan keperawatan
1) Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar
pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi.
Tindakan yang harus dilakukan dalam membina hubungan saling percaya
adalah :
mengucapkan salam terapeutik
berjabat tangan
menjelaskan tujuan interaksi
membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu
pasien
2) Bantu pasien mengenal ansietas
bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya
bantu pasien menjelaskan situasi yang menimbulkan ansietas
bantu pasien mengenal penyebab ansietas
bantu pasien menyadari perilaku akibat ansietas
3) Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan rasa
percaya diri
a) pengalihan situasi
b) latihan relaksasi
o Tarik nafas dalam
o mengerutkan dan mengendurkan otot-otot
c) teknik 5 jari
4) Motivasi pasien melakukan teknik relaksasi setiap kali ansietas muncul
b. Keluarga
Tujuan :
Keluarga

mampu

mengenal

masalah

ansietas

pada

anggota

keluarganya
Keluarga mampu memahami proses terjadinya masalah ansietas
Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami ansietas
Keluarga mampu mempraktikkan cara merawat pasien dengan ansietas

Keluarga mampu merujuk anggota keluarga yang mengalami ansietas

Tindakan keperawatan
1)
2)
3)
4)

Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien


Diskusikan tentang proses terjadinya ansietas serta tanda dan gejala
Diskusikan tentang penyebab dan akibat dari ansietas
Diskusikan cara merawat pasien dengan ansietas dengan cara

5)

mengajarkan teknik relaksasi


Diskusikan dengan keluarga perilaku pasien yang perlu dirujuk dan

bagaimana merujuk pasien


6)
Terapi Aktivitas Kelompok
2. Intervensi Spesialis
a. Terapi individu : Deep Breathing, Relaksasi Progresif, Meditasi, Visualisasi,
Penghentian Pikiran
b. Terapi keluarga : Triangle Terapi, Terapi Komunikasi
c. Terapi kelompok : Logoterapi, Terapi Supportif
d. Terapi komunitas : Psikoedukasi

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J., !998. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 6. Alih Bahasa : Yasmin
Asih. Editor Monica Aster, Jakarta : EGC.
Keliat, Budi Anna. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Editor Yasmin Asih, Jakarta :
EGC
,2000. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Editor Yasmin Asih, Jakarta :
EGC.
Townsend, M. C., 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri.
Edisi 3. Alih Bahas Novi Helena. Rditor Monica Ester, Jakarta : EGC.
Rasmun, 2001, Kepwrawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga.
Edisi Pertama, Jakarta : CV, Sagung Seto.
Struart, G.W., S undeen, S.J., 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3, Jakarta
Read

more: http://aneka-wacana.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-jiwa-dengan-

ansietas.html#ixzz2Z6K0IAykhttp://tiya-darmawan.blogspot.com/2012/12/ansietas.html

Anda mungkin juga menyukai