Anda di halaman 1dari 33

Manajemen Stress dan Kecemasan

By. Sastra hafid


 Tuntutan psikologis dan/atau fisik pada
seseorang Secara formal, stress adalah :
 Suatu respon yang adaptif
 Dihubungkan oleh karakteristik dan/atau proses
psikologis individu
 Yang merupakan suatu konsekuensi dari suatu
tindakan eksternal, situasi atau peristiwa yang
menempatkan
 Dimensi stress
 Tuntutan lingkungan, diartikan sebagai penyebab
stress, yang menghasilkan
 Suatu respon yang adaptif yang dipengaruhi oleh
 Perbedaan individual
Stresor Hasil

Tingkat Individual
Psikologis yang berkaitan
•Tuntutan pekerjaan
dengan sikap
•Konflik peran •Kepuasan kerja
•Pengendalian lingkungan •Komitmen organisasional
yang dirasakan •Keterlibatan dgn pekerjaan
•Hubungan dengan
•Kepercayaan diri
supervisor’ •Kepenatan
•Beban kerja
•Emosi
Stress •Depresi
Tingkat Kelompok yang
•Perilaku manajerial
•Kurangnya kekompakan dirasaka Keperilakuan
•Ketidakhadiran
•Konflik dalam kelompok
•Perbedaan status
n •Turnover
•Kinerja Kecelakaan
•Penyalahgunaan substansi
Tingkat Organisasi
•Kebudayaan Perbedaan Individual
•Struktur •Keturunan, usia, Kognitif
•Teknologi kemampuan pribadi, jenis •Pengambilan keputusan
•Pengenalan dan perubahan kelamin,dukungan sosial, ciri yang buruk
dalam kondisi kerja kepribadian, pekerjaan •Kurang konsentrasi
•Mudah lupa
Ekstraorganissional
•Keluarga
•Ekonomi Kesehatan Fisik
•Waktu yang berubah •Sistem kardiovaskuler
•Polusi,panas, kepadatan, •Sistem kekebalan
udara •Sistem muskuloskeletal
•Sistem gastrointestinal
 Dikenal dengan ‘general adaptation syndrome’
 Tahap alarm (bahaya), menerima tuntutan dari
lingkungan dan menganggap sebagai ancaman.
Masa ini tidak berlangsung lama
 Tahap resistance (perlawanan), berupaya untuk
menghadapi tuntutan
 Tahap exhaustion (kehabisan tenaga)
 Menurut Hans Seyle (Bapak dari konsep stress
modern)
 Menerima rangsangan stress
 Mekanisme pertahanan badan diaktifkan : kelenjar
mengeluarkan adrenalin, cortisone
 Perubahan diatur oleh saraf pusat
 Perlawanan terhadap sakit
 Jika reaksi badan tidak cukup dapat timbul penyakit
yang dinamakan diseases of adaptation
 Seyle membagi stress menjadi dua:
 Stress yang positif (eustress)
 Konstruktif
 Menghasilkan sesuatu yang positif
 Stress yang negatif (distress)
 Destruktif
 Menghasilkan sesuatu yang negatif
 Tambahan dari Seyle :
 Stress bukanlah sekedar ketegangan saraf
 Stress dapat memiliki konsekuensi positif
 Stress bukanlah sesuatu yang harus dihindari
 Tidak adanya stress samasekali adalah kematian
U
n
j
u
k

k
e
r
j
a

stress
 Karena dikenal ‘eustress’, yang dapat
dimanfaatkan untuk mendapatkan kinerja
yang paling optimal
 Karena terdapat biaya ekonomi dan kewajiban
hukum dari stress
 Stress tahap 1
 Merupakan tahapan stress yang paling ringan dan menggembirakan /
membangun
 Biasanya ditandai oleh semangat kerja yang berlebih, senang dengan
pekerjaannya
 Secara tidak sadar menyebabkan cadangan energi menipis
 Stress tahap 2
 Dampak stress yang semula menyenangkan sebagaimana diuraikan pada
tahap 1 mulai menghilang dan
 Timbul keluhan-keluhan lelah yang disebabkan karena cadangan energi tidak
lagi cukup sepanjang hari karena tidak cukup waktu untuk beristirahat.
 Stress tahap 3
 Bila seseorang tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya, maka keluhan
lelah semakin nyata
 Mulai muncul perasaan tidak tenang
 Meningkatnya ketegangan emosional, insomnia, dan koordinasi tubuh
terganggu
 Pada tahapan ini seseorang sudah harus berkonsultasi pada dokter untuk
memperoleh terapi, atau mengurangi beban stressnya dan tubuh memperoleh
kesempatan untuk beristirahat guna menambah suplai energi yang
mengalami defisit
 Mulai timbul kelelahan / keluhan fisik semu yang apabila diperiksakan ke
dokter seringkali oleh dokter dinyatakan tidak sakit karena tidak ditemukan
kelainan-kelainan fisik pada organ tubuhnya
 Stress tahap 4
 Tahapan ini terjadi bila seseorang merasakan keluhan semu pada
tahap 3 namun tetap memaksakan dirinya untuk bekerja tanpa
istirahat yang cukup.
 Mulai merasakan kebosanan / kejenuhan terhadap pekerjaan yang
semula menyenangkan
 Respon melambat
 Konsentrasi menurun
 Timbul rasa takut dan cemas
 Stress tahap 5
 Ditandai dengan ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan
sehari-hari yang ringan dan sederhana
 Ketakutan dan kecemasan semakin meningkat, timbul perasaan
bingung dan panik
 Stress tahap 6
 Merupakan tahapan klimaks, seseorang sering mengalami serangan
panik dan perasaan takut mati.
 Tidak jarang orang pada tahapan ini berulang-kali dibawa ke Unit
Gawat Darurat bahkan ke ICCU, meskipun pada akhirnya
dipulangkan karena tidak ditemukan kelainan fisik organ tubuh.
Flight or fight?
 Variabel yang menyebabkan hubungan antara
stressor dan stress yang dirasakan, dan hasil
menjadi lebih lemah pada beberapa orang dan
lebih kuat pada beberapa orang.
 Pengetahuan mengenai moderator stress yang
penting dapat menghadapi stress karyawan.
 Moderator tersebut adalah :
 Dukungan sosial
 Penanggulangan (coping)
 Keteguhan Hati (hardiness)
 Perilaku Tipe A
 Jaringan pendukung bersumber dari : norma
budaya, lembaga sosial, perusahaan,
kelompok,individu
 Jenis dukungan :
 Dukungan penghargaan (esteem)
 Dukungan informasional
 Persahabatan sosial
 Dukungan instrumental
Faktor
situasional Mengendalikan
Penilaian
Strategi
kognitif
penanggul Melarikan diri
atas
angan
stressor Manajemen
terhadap gejala

Faktor
pribadi
Berbahaya?
Mengancam?
Menantang?
 Kemampuan secara sudut pandang atau
secara keperilakuan mengubah bentuk stressor
yang negatif menjadi tantangan yang positif
 Dimensi kepribadian yang berpengaruh :
 Komitmen
 Lokus pengendalian (locus of control)
 Tantangan
 Dikenal dua tipe kepribadian A dan B
 Tipe A yang lebih rentan terkena stress
 Kerekayasaan organisasi
 Kerekayasaan pribadi
 Teknik penenangan pikiran
 Teknik penenangan melalui aktivitas fisik
 Mengubah lingkungan kerja agar tidak
dirasakan sebagai lingkungan yang penuh
stress
 Memperhatikan lingkungan kerja
 Menurut Everly&Girdano:
 Management by Objective
 Menetapkan sasara realistik
 Merancang perangkat perencanaan, tindakan, metode
untuk mencapai sasaran
 Menciptakan strategi untuk mengukur keberhasilan
 Mengukur keberhasilan mencapai sasaran
 Time management
 Analisis waktu
 Strategi untuk mengorganisasi
 Strategi untuk follow up
 Mengubah faktor-faktor dalam individu agar :
 Ambang stress meningkat
 Toleransi terhadap stress meningkat, dapat lebih
lama bertahan pada situasi yang penuh stress,dapat
mempertahankan kesehatan
 Mengurangi kegiatan berpikir, yaitu proses
berpikir dalm bentuk merencana,mengingat,
berkhayal,menalar yang secara
berkesinambungan kita lakukan dalam
keadaan bangun dan sadar
 Cara yang dapat dilakukan :
 Meditasi
 Pelatihan relaksasi autogenik
 Pelatihan relaksasi neuromuskular
 Menghamburkan atau untuk menggunakan
sampai habis hasil-hasil stress yang diproduksi
oleh ketakutan dan ancaman
 Mengubah sistem hormon dan saraf ke dalam
sikap mempertahankan
Ciri-ciri pola perilaku tipe A (Rosenmen & Chesney, 1980) :
 Ambisius, agresif, dan kompetitif, banyak jabatan rangkap.
 Kurang sabar, mudah tegang, mudah tersinggung dan marah
(emosional).
 Kewaspadaan berlebihan, kontrol diri kuat, percaya diri berlebih.
 Cara bicara cepat, bertindak serba cepat, hiperaktif, tidak dapat
diam.
 Bekerja tidak mengenal waktu (workaholic).
 Pandai berorganisasi, memimpin, dan memerintah (otoriter).
 Lebih suka bekerja sendirian bila ada tantangan.
 Kaku terhadap waktu, tidak dapat tenang (tidak relaks), serba
tergesa-gesa.
 Mudah bergaul (ramah), pandai menimbulkan perasaan empati
dan bila tidak tercapai maksudnya mudah bersikap bermusuhan.
 Tidak mudah dipengaruhi, tidak fleksibel.
 Bila berlibur, pikirannya ke pekerjaan, tidak dapat santai.
 Berusaha keras untuk dapat segala sesuatunya terkendali
Ciri-ciri pola perilaku tipe A (Rosenmen & Chesney, 1980) :
 Ambisinya wajar-wajar saja, tidak agresif dan sehat dalam berkompetisi,
serta tidak memaksakan diri.
 Penyabar, tenang, tidak mudah tersinggung, dan tidak mudah marah
(emosi terkendali).
 Kewaspadaan dalam batas yang wajar, demikian pula kontrol diri dan
percaya diri tidak berlebihan.
 Cara bicara tidak tergesa-gesa, bertindak pada saat yang tepat, perilaku
tidak hiperaktif
 Dapat mengatur waktu dalam bekerja.
 Dalam berorganisasi dan memimpin bersifat akomodatif dan manusiawi.
 Lebih suka bekerjasama dan tidak memaksakan diri bila menghadapi
tantangan.
 Pandai mengatur waktu dan tenang (relaks).
 Mudah bergaul, ramah, dan dapat menimbulkan empati untuk mencapai
kebersamaan (mutual benefit).
 Tidak kaku (fleksibel), dapat menghargai pendapat orang lain, tidak
merasa dirinya paling benar.
 Dapat membebaskan diri dari segala macam problem kehidupan dan
pekerjaan manakala sedang berlibur.
 Dalam mengendalikan segala sesuatunya mampu menahan serta
mengendalikan diri.
PENGERTIAN
 The New EncLazarus (1969), kecemasan
merupakan suatu respon dari pengalaman yang
dirasa tidak menyenangkan dan di ikuti
perasaan gelisah, khawatir, dan takut.
Kecemasan merupakan aspek subjektif dari
emosi seseorang karena melibatkan faktor
perasaan yang tidak menyenangkan yang
sifatnya subjektif dan timbul karena
menghadapi tegangan, ancaman kegagalan,
perasaan tidak aman dan konflik dan biasanya
individu tidak menyadari dengan jelas apa yang
menyebabkan ia mengalami kecemasan.
 yclopedia Britannica (1990) kecemasan atau
anxiety adalah suatu perasaan takut, kekuatiran
atau kecemasan yang seringkali terjadi tanpa ada
penyebab yang jelas
 Alex Sobur: Kecemasan adalah ketakutan yang
tidak nyata, suatu perasaan terancam sebagai
tanggapan terhadap sesuatu yang sebenarnya
tidak mengancam
KECEMASAN RASA TAKUT
Penyebab yang jelas dan adanya fakta- Penyebab tidak jelas, karena
fakta atau keadaan yang benar-benar merupakan suatu prasangka pribadi
membahayakan yang menyebabkan seseorang
mengalami kecemasan.
1. Psikoanalitik menyatakan bahwa sumber-sumber kecemasan
adalah adanya suatu konflik bawah sadar. Freud meyakini bahwa
kecemasan merupakan hasil dari konflik antara dorongan-
dorongan id dan desakan-desakan ego, dan superego. Dorongan
ini dapat merupakan ancaman bagi setiap individu karena
berlawanan dengan nilai-nilai personal dan social (Atkinson, dkk,
1983 : 431-432).
2. Teori perilaku menyatakan bahwa Kecemasan berasal dari suatu
respon terhadap stimulus khusus (fakta).
3. Teori Interpersonal Menjelaskan bahwa kecemasan terjadi dari
ketakutan akan penolakan antar individu, sehingga menyebabkan
individu bersangkutan merasa tidak berharga.
4. Teori Biologik Kecemasan ini dapat disebabkan oleh penyakit fisik
atau keabnormalan, tidak oleh konflik emosional. (Rockwell cit
stuart & sundeens, 1998).
1. Kecemasan neurotis yang timbul karena id (rangsangan insting yang
menuntut pemuasan segera) muncul sebagai suatu rangsangan yang
mendorong ego untuk melakukan hel-hal yang tidak dapat diterima oleh
lingkungan. Ciri kecemasan neurotic yang dapat dilihat dengan jelas
adalah ketakutan yang tegang dan tidak rasional phobia).
2. Kecemasan moral, individu yang superego berkembang baik cenderung
untuk merasa berdosa apabila ia melakukan atau bahkan berpikir untuk
melakukan sesuatu yang bertentangan dengan norma-norma moral.
Kecemasan moral ini juga mempunyai dasar dalam realitas karena dimasa
yang lampau orang telah mendapatkan hukuman sebagai akibat dari
perbuatan yang melanggar kode moral dan mungkin akan mendapatkan
hukuman lagi.
3. kecemasan realistis, kecemasan yang timbul karena adanya ancaman dari
dunia luar. Kecemasan ini sering kali di interpretasikan sebagai rasa takut.
Kecemasan realistis ini adalah kecemasan yang paling pokok sedangkan
dua kecemasan yang lain (neurotik dan moral) berasal dari kecemasan ini.
1. Kecemasan ringan;
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan
seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan ringan dapat
memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas. Manifestasi yang muncul pada
tingkat ini adalah kelelahan, kesadaran tinggi, mampu untuk  belajar, motivasi meningkat dan
tingkah laku sesuai situasi.
2. Kecemasan sedang;
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah yang penting dan mengesampingkan
yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu
yang terarah. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, kecepatan
denyut jantung dan pernapasan meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat
denganvolume tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu untuk belajar namun tidak optimal,
kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif dan terfokus pada rangsangan yang tidak
menambah ansietas,mudah tersinggung, tidak sabar, mudah lupa, marah dan menangis.
3. Kecemasan berat;
Seseorang dengan kecemasan berat cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan
spesifik, serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Orang tersebut memerlukan banyak
pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area yang lain. Manifestasi yang muncul pada
tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing,
diare, berfokus pada dirinya sendiri, perasaan tidak berdaya, bingung.
4. Panik;
Orang yang sedang panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Tanda
dan gejala yang terjadi pada keadaan ini adalah susah bernapas, pucat, tidak dapat berespon
terhadap perintah yang sederhana, berteriak, menjerit, mengalami halusinasi dan delusi.
 Kardiovaskuler: berdebar-debar, TD, TD, N .

 Pernafasan: nafas pendek, dada sesak, nafas


dangkal, rasa tercekik, terengah-engah.

 Neuromuskuler:  refeks, terkejut, mata


berkedip-kedip, insomnia, tremor, kaku-kaku,
gelisah, wajah tegang, kelemahan umum,
gerakan lambat, kaki goyah.
 Motorik: gelisah, ketegangan fisik, tremor,
sering kaget, bicara cepat, kurang koordinasi,
cenderung celaka, menarik diri, menghindar,
menahan diri, hiperventilasi.
 Kognitif: gg perhatian, tak bisa konsentrasi,
pelupa, salah tafsir, pikiran blocking,
menurunnya lahan persepsi, bingung,
kesadaran diri berlebihan, waspada berlebihan,
hilangnya obyektivitas, takut hilang kontrol,
takut luka/mati.
 Afektif: tdk sabar, tegang, nervous, takut
berlebihan, teror, gugup, sangat gelisah
A. Mengatasi kecemasan dengan berinteraksi dengan orang lain
1. Gaining affection: jika kamu mencintaiku, kamu tidak akan menyakitiku
2. Being submissive : jika saya tidak melawan, maka saya tidak akan disakiti.
Orang akan menghindari melakukan sesuatu yang bertolak belakang dengan
orang lain
3. Attaining power (achieving power) :
Jika aku berkuasa, maka tidak ada seorangpun yang dapat menyakitiku. Orang
akan melakukan kompensasi terhadap ketidakberdayaannya dan
mendapatkan rasa aman melalui pencapaian prestasi atau melalui perasaan
superioritasnya melebihi orang lain.

B. Mengatasi kecemasan dengan menjauhi orang lain


Withdrawing : jika aku tidak tergantung pada orang lain, maka tidak
seorangpun dapat menyakitiku
1. Bina hubungan saling percaya:
– Dengar dengan hangat dan responsif
– Beri waktu kepada klien untuk berespon
– Beri dukungan utk ekspresi diri.
2. Bantu klien mengenal kecemasannya:
– Bantu klien mengekspresikan perasaan.
– Bantu klien menghubungkan perilaku dg perasaan klien.
– Memvalidasi kesimpulan dan asumsi.
3. Memperluas kesadaran berkembangnya kecemasan:
– Bantu klien menghubungkan situasi dan interaksi yg
menimbulkan kecemasn.
– Bantu klien meninjau kembali penilaian klien thd stresor yg
dirasa mengancam dan menimbulkan konflik.
– Mengaitkan pengalaman saat ini dg pengalaman masa lalu.
TERIMA KASIH

Created by: sastra hafid

Anda mungkin juga menyukai