1.1 Definisi
Tracheostomi adalah prosedur pembuatan lubang permanen atau sementara melalui
tindakan bedah ke dalam trachea pada cincin trachea kedua, ketiga atau keempat dan
pemasangan selang indwelling untuk memungkinkan ventilasi dan pembuangan skresi.(Lynda
Juall Carpenito, 1999 ).
Trakeostomi adalah tindakan membuat stoma atau lubang agar udara dapat masuk ke
paru-paru dengan memintas jalan nafas bagian atas (adams, 1997). Trakeostomi merupakan
tindakan operatif yang memiliki tujuan membuat jalan nafas baru pada trakea dengan mebuat
sayatan atau insisi pada cincin trakea ke 2,3,4.
Trakeostomi merupakan suatu prosedur operasi yang bertujuan untuk membuat suatu
jalan nafas didalam trakea servikal. Perbedaan kata – kata yang dipergunakan dalam
membedakan “ostomy” dan “otomy” tidak begitu jelas dalam masalah ini, sebab lubang yang
diciptakan cukup bervariasi dalam ketetapan permanen atau tidaknya. Apabila kanula telah
ditempatkan, bukaan hasil pembedahan yang tidak dijahit dapat sembuh dalam waktu satu
minggu. Jika dilakukan dekanulasi (misalnya kanula trakeostomi dilepaskan), lubang akan
menutup dalam waktu yang kurang lebih sama. Sudut luka dari trakea yang dibuka dapat dijahit
pada kulit dengan beberapa jahitan yang dapat diabsorbsi demi memfasilitasi kanulasi dan, jika
diperlukan, pada rekanulasi; alternatifnya stoma yang permanen dapat dibuat dengan jahitan
melingkar (circumferential). Kata trakeostomi dipergunakan, dengan kesepakatan, untuk semua
jenis prosedur pembedahan ini. Perkataan tersebut dianggap sebagai sinonim dari trakeotomi.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengatasi obstruksi laring
2. Untuk mengurangi ruang rugi (dead air spase) di saluran nafas bagian atas seperti daerah rongga
mulut, sekitar lidah dan faring. Dengan adanya stoma maka seluruh oksigen yang hirupnya akan
masuk ke dalam paru tidak ada yang tertinggal di ruang rugi itu. Hal ini berguna pada penderita
dengan kerusakan paru yang kapasitas vitalnya berkurang.
3. Untuk mempermudah penghisapan sekret dari bronkus dari penderita yang tidak dapat
mengeluarkan sekret secara fisiologik misalnya pada penderita dalam keadaan koma.
4. Untuk memasang respirator (alat bantu pernafasan)
5. Untuk mengambil benda asing dari subgiotik apabila tidak mempunyai fasilitas untuk
bronkoskopi.
3. Memungkinkan pasien menelan tanpa reflek apnea, yang sangat penting pada pasien dengan
gangguan pernafasan
6. Mengurangi kekuatan batuk sehingga mencegah pemindahan secret ke perifer oleh tekanan
negative intra toraks yang tinggi pada fase inspirasi batuk yang norma.
b. Sekret pada bronkus yang tidak dapat dikeluarkan secara fisiologis, misalnya pada pasien dalam
keadaan koma.
e. Penyakit inflamasi yang menyumbat jalan nafas ( misal angina ludwig), epiglotitis dan lesi
vaskuler, neoplastik atau traumatik yang timbul melalui mekanisme serupa
f. Obstruksi laring
1. karena radang akut, misalnya pada laryngitis akut, laryngitis difterika, laryngitis membranosa,
laringo-trakheobronkhitis akut, dan abses laring
2. karena radang kronis, misalnya perikondritis, neoplasma jinak dan ganas, trauma laring, benda
asing, spasme pita suara, dan paralise Nervus Rekurens
g. Sumbatan saluran napas atas karena kelainan kongenital, traumaeksterna dan interna, infeksi,
tumor.
j. Hilangnya refleks laring dan ketidakmampuan untuk menelan sehingga mengakibatkan resiko
tinggi terjadinya aspirasi
k. Penimbunan sekret di saluran pernafasan. Terjadi pada tetanus, trauma kapitis berat, Cerebro
Vascular Disease (CVD), keracunan obat, serta selama dan sesudah operasi laring
b) trakeostomi berencana (persiapan sarana cukup) dan dapat dilakukan secara baik
f) Apneu
g) Sumbatan darah / sekret
b) Perdarahan
g) Pneumotoraks
b) Infeksi
2.9 Penatalaksanaan
Persiapan klien
a. Klien diberitahu tentang tindakan yang akan dilakukan
b. Posisi di atur sesuai dengan kondisi klien
Persiapan petugas
Petugas 2 oarang (klien dengan respirator)
a. Satu memberikan oksigenasi
b. Satu melakukan suction
Persiapan alat-alat
a. Alat suction
b. Oksigen dengan perlengkapannya
c. Bag and mask/ambu bag dan selang oksigen
d. Kateter suction steril
e. Kasa steril 2-3 lembar
f. Alcohol 70%
g. Cairan NaCl 0,9% atau aqua steril
h. Kom berisi air bersih
i. Stetoskop
j. Bengkok
k. Spuit 2,5cc steril
Pelaksanaan
a. Auskultasi paru-paru
b. Beritahu klien
c. Atur kekuatan suction
d. Cuci tangan
e. Periksa vital sign
f. Pre oksigenasi dengan oksigen 100%
g. Memakai sarung tangan atau menggunakan pinset
h. Mengambil kateter suction steril
i. Ambil kasa 2-3 lembar dibasahi alcohol
j. Kateter disambung dengan selang suction yang sudah diatur
k. Konektor tube atau tracheostomi dibuka dan didesinfeksi menggunakan alcohol
l. Kateter dimasukan kedalam trakea dalam keadaan tidak menghisap
m. Setelah kateter suction masuk sampai pada batasnya, tarik ± 1 cm baru ditarik pada
posisimenghisap sambil diputar.
n. Lama penghisapan tidak boleh lebih dari 10 detik
o. Kateter dibersihkan dengan kasa alcohol lalu dibilas dengan NaCl 0,9% atau aqua steril
p. Penghisapan dilakukan berulang-ulang sampai suara nafas bersih
q. Mendengarkan nafas dengan stetoskop
r. Kalau perlu cek foto thorax dan gas darah
7. Nebulizer dan humidifikasi
Pengertian nebulizer
Nebulizer adalah pelembab yang membentuk aerosol, kabut butir-butir kecil air (garis tengahnya
5-10 micron)
Tujuan
1. Untuk mengencerkan secret dengan jalan memancarkan butir-butir air melalui jalan nafas.
2. Pemberian obat-obat aerosol.
Indikasi
a. Post extubasi
b. Dengan status asmatikus
c. Laring oedema
d. Klien dengan sputum yang kental
e. Sebelum dilakukan fisioterapi nafas
f. Pada keadaan tertentu dapat diberikan bersamaan dengan ventilator
Jenis-jenis nebulizer
a. Jet nebulizer
Udara/gas menyemburkan butir air sedemikian rupa sehingga pecah menjadi butir-butir kecil
b. Ultrasonic nebulizer
Getaran ultrasonic memecah air menjadi butir-butir kecil kemudian didorong oleh udara/gas.
Persiapan alat-alat
1. Nebulizer dan perlengkapan
2. Obat-obat untuk terapi aerosol bila diperlukan
3. Stetoskop
4. Aquadest
5. Selang oksigen
6. Masker transparan
7. Bengkok
8. Tissue
Persiapan klien
1. Klien diberitahu tentang tindakan yang akan dilakukan oleh petugas
2. Atur posisi klien, bias duduk atau setengah duduk
Prosedur pemberian nebulizer
1. Beritahu klien
2. Dekatkan alat-alat
3. Nebulizer dihubungkan dengan oksigen
4. Atur waktu dan kelembaban sesuai dengan kondisi klien
5. Sebelum melakukan nebulizer, dengarkan dulu suara nafas
6. Anjurkan klien untuk nafas panjang dan menghisap udara keluar, penghisapan udara dilakukan
dari hidung dan dikeluarkan melalui mulut
7. Setelah 10x nafas, anjurkan klien untuk batuk dan mengeluarkan sekretnya
8. Lakukan clapping untuk mempermudah mengeluarkan secret
9. Dengarkan kembali suara nafas
10. Bersihkan mulut klien menggunakan tissue dan rapikan alat
Hal-hal yang perlu diperhatikan
1. Waktu pemberian nebulizer
Klien bias mengalami keracuanan air
Tidak boleh diberikan pada klien yang battuknya tidak efektif
2. Perhatikan secret yang keluar apabila masih bercampur darah, klien post thoracotomi/open heart
Pengertian Humidifikasi
Adalah memberikan uap air pada terapi oksigen untuk klien yang bernafas spontan lewat jalan
nafas dank lien yang menggunakan alat bantu nafas.
Tujuan
Melembabkan dan menghangatkan udara pernafasan yang dihirup oleh klien.
Indikasi
1. Terapi oksigen
2. Klien dengan jalan nafas buatan (memakai pipa endotracheal atau tracheostomy)
3. Klien dengan sputum yang kental
Jenis-jenis humidifikasi
1. Humidifikasi dingin
Hanya menambah sedikit uap air pada udara pernafasan misalnya cara “bubble through” yang
dipakai untuk menambah uap air pada terapi oksigen, pada klien yang bernafas spontan (lewat
jalan nafas normal)
2. Humidifikasi hangat
Dengan pemanasan didapatkan uap air yang lebih jenuh dan dapat mencapai 100% RH. Pada
respirator humidifikasi merupakan suatu kelengkapan yang esensial dn umumnya mempunyai
pengatur suhu.
Persiapan alat
1. Masker tracheostomi
2. Masker transparan
3. Selang oksigen
4. Buble humidifier
5. Aquadest
Persiapan klien
1. Beritahu klien tentang apa yang dilakukan
2. Atur posisi klien
Prosedur pemberian humidifier
1. Beritahu klien, dekatkan alat-alat pada klien
2. Hidupkan oksigen+flownya dan sesuaikan dengan kebutuhan pasien
3. Masker+selang oksigen dihubungkan pada botol humidifier
4. Pasangkan pada klien
Hal-hal yang perlu diperhatikan
1. Aquadest harus diganti tiap 24 jam
2. Suhu humidifier
3. Aquadest yang ada dalam humidifier, aquadest harus tetap ada pada batas yang telah tertera dibo