OLEH
KELOMPOK 3
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2021
I. Pendahuluan
Saat ini, tampaknya semakin banyak karyawan semakin stres di tempat kerja.
Seperti yang telah dibahas sebelumnya dalam bab ini, tingkat stres yang tinggi
dapat memberikan konsekuensi serius bagi individu dan organisasi mereka. Ada
banyak kemungkinan penjelasan peningkatan stres karyawan, termasuk resesi
yang susah dihilangkan, persaingan global yang ketat, pengangguran tetap tinggi
dan menuntut budaya kerja berbasis kinerja. Peracikan masalahnya adalah bahwa
banyak karyawan yang berjuang dengan masalah-masalah pribadi dan keuangan
di rumah.
Sumber lain dari stres bagi karyawan terkait dengan PHK. Selama resesi
terbaru, beberapa perusahaan dan organisasi telah melepaskan puluhan ribu
karyawan. Meskipun PHK yang sangat memukul pada "korban" yang pasrah, ada
juga bukti bahwa yang "selamat" dari PHK (yaitu, karyawan yang tinggal dengan
organisasi dan tidak di-PHK) memiliki tingkat stres yang tinggi dan ada
ketakutan atas masa depan pekerjaan mereka sendiri. Selain tu Budaya kerja yang
menuntut kinerja tinggi juga dapat berperan pada tingkat stres karyawan dan
kesehatan mental. Dalam jangka waktu sekitar enam bulan, tiga insinyur yang
bekerja untuk pabrik Renault di Prancis, melakukan bunuh diri. Diduga bahwa
sebelum kematian mereka, masing-masing mengeluh tentang " beban kerja yang
tidak masuk akal, taktik manajemen dengan tekanan tinggi, kelelahan, dan kritik
memalukan di depan rekan-rekan selama review kinerja.
Apa yang organisasi lakukan untuk memerangi stres di antara karyawan
mereka? Banyak orang mendorong untuk menggunakan Program Bantuan
Karyawan (PBK) atau Wellness Program. Dalam satu tahun terakhir atau lebih,
telah terjadi peningkatan permintaan karyawan untuk perencanaan keuangan,
konseling utang, dan bantuan hukum. Selain itu, banyak karyawan yang
mengambil keuntungan dari jasa konseling melalui telepon dan secara langsung;
permintaan umum adalah untuk keluarga dan hubungan konseling. Selain itu, para
ahli merekomendasikan bahwa organisasi mengubah budaya mereka sehingga
mengurangi prevalensi dan efek berbahaya dari stres. Sebagai contoh, manajer
harus mendorong karyawan untuk berbagi keprihatinan mereka dengan rekan tim
atau rekan kerja terpercaya, meminta bantuan dan tidak memelihara masalah di
dalam, meminimalkan kesalahan ketika ide-ide yang baik tidak berjalan dengan
baik, dan menciptakan lingkungan di mana mendengarkan masalah kecil yang
diidentifikasi sebelum mereka berubah menjadi masalah besar.
Apakah prasyarat ini dan manfaat tambahan yang cukup signifikan untuk
mengurangi tingkat stres karyawan selama masa ekonomi yang menantang?
Mungkin tidak, tapi mereka mungkin hanya sinyal untuk bertahan karyawan
bahwa organisasi mereka peduli tentang mereka; dan ini sendiri adalah hasil
positif yang dapat membantu meningkatkan retensi karyawan dan moral.
I. Pertanyaan Kasus
1. Apa alasan utama mengapa banyak karyawan mengalami level stress
tingkat tinggi dalam pekerjaan saat ini? Identifikasi dan deskripsikanlah
alasannya.
2. Mengapa banyak karyawan penyintas dari PHK mengalami stress?
Sementara menurut kebijaksanaan umum, seharusnya karyawan-karyawan
ini lebih bahagia karena mereka tidak jadi diberhentikan..Jelaskan jawaban
anda
3. Apa yang dilakukan perusahaan untuk mengurangi tingkat stress dari
karyawan mereka? Seberapa besarkah menurutmu bahwa langkah-langkah
tersebut akan menolong perusahaan mempertahankan karyawan mereka
yang berharga?
2. Jenis-Jenis Stres
Quick dan Quick (1984) mengkategorikan jenis stres menjadi dua, yaitu:
a) Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif,
dan konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk
kesejahteraan individu dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan
pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat performance
yang tinggi.
b) Distress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat,
negatif, dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk
konsekuensi individu dan juga organisasi seperti penyakit kardiovaskular
dan tingkat ketidakhadiran (absenteeism) yang tinggi, yang diasosiasikan
dengan keadaan sakit, penurunan, dan kematian
3. Model Stres
Gambar: Model Stres Pekerja
Streso Hasil
Contoh stressor adalah tuntutan pekerjaan, kelebihan beban kerja (dibagi dua
Kualitatif overload dan Kuantitatif Overload), konflik peran, ambiguitas
peran, kerepotan sehari-hari, pengendalian yang dirasakan atas peristiwa yang
muncul dalam lingkungan kerja, dan karakteristik pekerjaan.
Participation
Adanya kesempatan untuk memberikan karyawan ikut terlibat dalam
memberikan pengetahuan yang dimiliki, opini dan ide dalam proses
pengambilan keputusan
Intra dan Intergroup Relation
Kualitas hubungan antara sesame pekerja dapat menjadi sumber stress.
Kualitas hubungan yang rendah di perusahaan termasuk diantaranya
kepercayaan yang rendah, supprotiveness yang rendah, dan kurangnya
minat mendengarkan dan berkumpul dengan sesame tim dalam
perusahaan.
Organizational Politics
Kepribadian Politik tingkat tinggi dari suatu organisasi menjadi sumber
stress bagi banyak karyawan. Biasanya yang memegang peranan terhadap
stressor ini adalah karakter pimpinan/CEO dari suatu organisasi.
Organizational Culture
Budaya Organisasi yang dianut suatu perusahaan. Contohnya Culture of
Fear (Budaya ketakutan)
Lack Of Performance Feedback
Tidak adanya/kurangnya system Feedback Performance/pencapaian yang
diberikan perusahaan
Inadequate Career Development Opportunities
Kesempatan karir menjadi stressor ketika hal ini menjadi sumber perhatian
pekerja, cemas atau menyebabkan frustasi. Menjasi stressor bagi pekerja
apabila aspirasi karir yang diinginkan tidak cocok dengan posisi karir yang
sedang diduduki saat ini
Downsizing
Diasosiasikan dengan pengurangan tenaga SDM, PHK, mutasi SDM, atau
pension dini.
3) Ekstraorganisasional/Non Work Stressor
Stresor diluar organisasi (extra organizational stressors) adalah stressor yang
disebabkan oleh faktor di luar organisasi. Sebagai contoh, konflik yang
berkaitan dengan penyeimbangan kehidupan karier dan keluarga seseorang
sangatlah membuat stress.
1. Individu Outcomes
Konsekuensi Psikologi
Ansietas/Kecemasan, apatis, kepercayaan diri yang rendah, aggresif, dan
depresi.
Fisiologi Outcomes
Peningkatan denyut jantung, peningkatan tekanan darah, berkeringat,
peningkatan kadar gula darah, dan meningkatkan produksi asam lambung
2. Organisasi Outcomes
Stress berlebiih dapat menyebabkan ketidakpuasan dalam pekerjaan. Hal
ini dapat menyebabkan turnover pegawai yan tinggi, ketidakhadiran, dan
mengurang kinerja pegawai.
c. Dukungan sosial
Dukungan sosial dapat didefinisikan sebagai rasa nyaman, bantuan, atau
informasi yang diterima seseorang melalui kontak formal atau informal
dengan individu atau kelompok. Dukungan social bisa berbentuk dukungan
emosi, dukungan penilaian, atau dukungan informasi. Sumber dukungan di
luar ruang lingkup pekerjaan dapat mencakup anggota keluarga, teman ,dan
lain-lain. Ada empat jenis dukungan sosial :
Dukungan penghargaan, memberikan informasi bahwa seseorang di terima
dan di hargai terlepas dari berbagai persoalan atau ketidak cukupan
apapun.
Dukungan informasional, memberikan bantuan dalam mendevinisikan,
memahami, dan menanggulangi persoalan.
Persahabatan social, menghabiskan waktu dengan orang lain dalam
kesenangan dan aktivitas rekreasi.
Dukungan instrumental, memberikan bantuan keuangan, sumber daya
materil, atau pelayanan yang di butuhkan.
b. Penanggulangan
Penanggulangan adalah proses mengelola permintaan (eksternal atau
internal) yang di nilai sebagai beban atau melebihi sumber daya seseorang.
Karena penanggulangan yang efektif maka mampu membantu mengurangi
pengaruh stressor dan stress. Proses penanggulangan memiliki tiga komponen
utama :
1. Faktor situasional dan pribadi
Faktor situsional adalah ciri-ciri lingkungan yang memengaruhi orang
yang menginterpretasikan stressor. Contohnya : ambiguitas dari suatu
situasi seperti berjalan di sebuah jalan yang gelap.
Faktor pribadi adalah ciri kepribadian dan sumber daya pribadi yang
memengaruhi penilaian atas stressor. Contoh : karena lelah atau sakit
dapat mengganggu interpretasi atas stressor, seorang individu yang
sangat lelah mungkin akan menilai pertanyaan yang sangat polos
sebagai suatu ancaman atau tantangan.
2. Penilaian kongnitif atas stressor
Penilaian kongnitif mencerminkan persepsi keseluruhan seorang
individu atau evaluasi atas sebuah situasi atau stressor.
3. Strategi penanggulangan
Strategi penanggulangan dicirikan dengan prilaku dan pengenalan
khusus yang digunakan untuk menanggulangi suatu situasi. Orang
menggunakan suatu kombinasi dari tiga pendekatan untuk
menanggulangi steresor dan steres yaitu strategi pengendalian
4. Gejala-Gejala Stres
Terry Beehr dan John Newman (dalam Rice, 1999) mengkaji ulang beberapa
kasus stres pekerjaan dan menyimpulkan tiga gejala dari stres pada individu,
yaitu:
1) Gejala psikologis
Kecemasan, ketegangan, kebingungan dan mudah tersinggung
Perasaan frustrasi, rasa marah, dan dendam (kebencian)
Sensitif dan hyperreactivity
Memendam perasaan, penarikan diri, dan depresi
Komunikasi yang tidak efektif
Perasaan terkucil dan terasing
Kebosanan dan ketidakpuasan kerja
Penurunan fungsi intelektual, dan kehilangan konsentrasi
Kehilangan spontanitas dan kreativitas
Menurunnya rasa percaya diri
2) Gejala fisiologis
Meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, dan kecenderungan
mengalami penyakit kardiovaskular
Meningkatnya sekresi dari hormon stres
Gangguan gastrointestinal (misalnya gangguan lambung)
Meningkatnya frekuensi dari luka fisik dan kecelakaan
Kelelahan secara fisik
Gangguan pernapasan, termasuk gangguan dari kondisi yang ada
Gangguan pada kulit
Sakit kepala, sakit pada punggung bagian bawah, ketegangan otot
Gangguan tidur
Rusaknya fungsi imun tubuh
3) Gejala perilaku
Menunda, menghindari pekerjaan, dan absen dari pekerjaan
Menurunnya prestasi (performance) dan produktivitas
Meningkatnya penggunaan minuman keras dan obat-obatan
Perilaku sabotase dalam pekerjaan
Perilaku makan yang tidak normal
Meningkatnya agresivitas, vandalisme, dan kriminalitas
Menurunnya kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman
Kecenderungan untuk melakukan bunuh diri.
Gejala-gejala stres di tempat kerja yang sering terjadi, yaitu meliputi:
5. Dampak Stres
Penelitian yang dilakukan Halim (1986) di Jakarta dengan menggunakan 76
sampel manager dan mandor di perusahaan swasta menunjukkan bahwa efek stres
yang mereka rasakan ada dua. Dua hal tersebut adalah:
Efek pada fisiologis mereka, seperti: jantung berdegup kencang,
denyut jantung meningkat, bibir kering, berkeringat, mual.
Efek pada psikologis mereka, dimana mereka merasa tegang, cemas,
tidak bisa berkonsentrasi, ingin pergi ke kamar mandi, ingin meninggalkan
situasi stres.
Bagi perusahaan, konsekuensi yang timbul dan bersifat tidak langsung adalah
meningkatnya tingkat absensi, menurunnya tingkat produktivitas, dan secara
psikologis dapat menurunkan komitmen organisasi, memicu perasaan
teralienasi, hingga turnover (Greenberg & Baron, 1993; Quick & Quick,
1984; Robbins, 1993).
2. Pendekatan Organisasional
Beberapa penyebab stres adalah tuntutan dari tugas dan peran serta struktur
organisasi yang semuanya dikendalikan oleh manajemen. Oleh karena itu
strategi-strategi yang mungkin digunakan oleh manajemen untuk mengurangi
stres karyawannya adalah melalui seleksi dan penempatan, penetapan tujuan,
redesain pekerjaan, pengambilan keputusan partisipatif, komunikasi
organisasional, dan program kesejahteraan.
Dalam mengatasi stres terdapat banyak teknik yang dapat dipergunakan untuk
pengurangan stress yang terjadi ada empat pendekatan yang paling sering
digunakan :
1. Relaksasi Otot
2. Biofeedback
3. Meditasi
4. Restrukturisasi kognitif
Selain teknik pengurangan stres di atas ada beberapa kiat lagi yang dapat
digunakan. Agar stres tidak berkelanjutan, adapun beberapa kiat yang di
kemukakan oleh Alex:
IV. Rekomendasi
Menurut kami, sebaiknya perusahaan dapat mengatasi permasalahan tekanan
kerja karyawannya, dan karyawan juga bisa membedakan dan memposisikan diri
mereka sebagai personal maupun sebagai karyawan. Hal ini berguna, agar
kepentingan kemajuan perusahaan juga memberikan kamajuan (kepuasan) bagi
karyawannya.
Dari fenomena makin banyaknya stress di tempat kerja kami
merekomendasikan hal-hal sebagai berikut :
1) Perencanaan rekrutmen karyawan dengan cermat, artinya perekrutan
karyawan harus disesuikan dengan latar belakang pendidikan dengan
formasi yang dibutuhkan. Sehingga terwujud “the right man in the right
place’ dan tidak ada karyawan yang ambigu dalam melaksanakan
tugasnya.
2) Kejelasan job description untuk tiap-tiap pekerjaan; hal ini perlu dilakukan
agar tidak terjadi kebingungan karyawan terhadap tugas yang harus
dilakukan dan tanggung jawab terhadap pekerjaannya akan muncul.
3) Perhatian perusahaan kepada karyawan senantiasa ditingkatkan, sesuai
dengan kemampuan keuangan perusahaan. Perhatian ini tidak hanya
mencakup pemberian fasilitas maupun insentif, namun juga perhatian
dalam bentuk kenyamanan di lingkungan kerjanya.
4) Penentapan tujuan serta tuntutan kinerja perusahaan harus
dikomunikasikan secara baik kepada karyawan sehingga karyawan bisa
merasakan prestasi sekaligus didorong untuk melakukan lebih dari yang
mereka bayangkan.
V. Pembelajaran dari Kasus
Artikel ini memberikan pembelajaran bagi kita stres di tempat kerja adalah
sebuah keniscayaan, yang dilatar belakangi oleh berbagai sebab. Bisa dari
individu yang bersangkutan, lingkungan organisasi (Harapan bahwasanya
karyawan-karyawan memberikan performa kinerja yang baik bagi kemajuan
perusahaannya), ancaman PHK maupun hal-hal di luar organisasi (ekstra
organissai). Upaya untuk meminimalisir stres harus diupayakan baik oleh individu
itu sendiri maupun oleh organisasi bagaimana perusahaan bisa mengatasi
permasalahan tekanan kerja karyawannya. Disisi lain perusahaan juga harus
memberikan imbalan yang pantas bagi karyawannya, karena karyawan tersebut
telah bekerja secara maksimal untuk kemajuan perusahaan.
VII. Referensi
Gibson L, James et,al (2011). Organizations. Behavior, Structure, Processes.
Fourteenth Edition. New York: McGraw-Hill.