Anda di halaman 1dari 16

A.

Konsep Dasar
1. Definisi
Artritis gout adalah penyakit akibat gangguan metabolisme purin yang
ditandai dengan hiperurisemia dan serangan sinovitis akut berulang-ulang.
Kelainan ini berkaitan dengan penimbunan kristal urat monohidrat
monosidium dan pada tahap yang lebih lanjut terjadi degenerasi tulang rawan
sendi. Insiden penyakit gout sebesar 1-2%, terutama terjadi pada usia 30-40
tahun dan 20 kali lebih sering pada pria daripada wanita. Penyakit ini
menyerang sendi tangan dan bagian metatarsofalangeal kaki (Muttaqin, 2008).
Artritis gout adalah suatu sindrom klinis yang mempunyai gambaran
khusus, yaitu artritis akut. Artritis gout lebih banyak terdapat pada pria
daripada wanita. Pada pria sering mengenai usia pertengahan, sedangkan pada
wanita biasanya mendekati masa menopause (Mansjoer, 2000).
Menurut Revves (2004) artritis gout adalah asymmetrik (monoarticular)
yang berhubungan dengan hyperurisemia, peradangan 4 ini biasanya
mempengaruhi persendian perifer, yang disebabkan oleh deposisi kristal urat
monosodium.

2. Etiologi
Gejala artritis akut disebabkan oleh reaksi inflamasi jaringan terhadap
pembentukan kristal monosodium urat monohidrat. Dilihat dari penyebabnya,
penyakit ini termasuk dalam golongan kelainan metabolik. Kelainan ini
berhubungan dengan gangguan kinetik asam urat yaitu hiperurisemia.
Hiperuresemia pada penyakit ini terjadi karena:
a. Pembentukan asam urat yang berlebihan.
1) Gout primer metabolik, disebabkan sintesis langsung yang bertambah.
2) Gout sekunder metabolik, disebabkan pembentukan asam urat
berlebihan karena penyakit lain seperti leukemia, terutama bila diobati
dengan sitostatika, psoriasis, polisitemia vera, dan mielofibrosis.
b. Kurangnya pengeluaran asam urat melalui ginjal.
1) Gout primer renal, terjadi karena gangguan ekskresi asam urat di
tubulus distal ginjal yang sehat. Penyebabnya tidak diketahui.
2) Gout sekunder renal, disebabkan oleh kerusakan ginjal, misalnya pada
glomerulonephritis kronik atau gagal ginjal kronik.
c. Perombakan dalam usus yang berkurang. Namun, secara klinis hal ini
tidak penting (Mansjoer, 2000).

3. Manifestasi Klinis
Secara klinis ditandai dengan adanya artritis, tofi, dan batu ginjal. Yang
penting diketahui bahwa asam urat sendiri tidak akan mengakibatkan apa-apa.
Yang mengakibatkan rasa sakit adalah terbentuk dan mengendapnya kristal
monosodium urat. Pengendapannya dipengaruhi oleh suhu dan tekanan. Oleh
karena itu, sering terbentuk tofi pada daerah-daerah telinga, siku, lutut,
dorsum pedis, dekat tendo Achilles pada metatarsophalangeal digit I, dan
sebagainya.
Pada telinga misalnya, karena permukaannya yang lebar dan tipis serta
mudah tertiup angina, kristal-kristal tersebut mudah mengendap dan menjadi
tofi. Demikian pula di dorsum pedis, kalkaneus, dan sebagainya karena sering
tertekan oleh sepatu. Tofi itu sendiri terdiri dari kristal-kristal urat yang
dikelilingi oleh benda-benda asing yang meradang, termasuk sel-sel raksasa.
Serangan sering kali terjadi pada malam hari. Biasanya sehari
sebelumnya pasien tampak segar bugar tanpa keluhan. Tiba-tiba tengah
malam terbangun oleh rasa sakit yang hebat sekali.
Daerah khas yang sering mendapat serangan adalah pangkal ibu jari kaki
sebelah dalam, disebut podagra. Bagian ini tampak membengkak, kemerahan,
dan nyeri sekali bila disentuh. Rasa nyeri berlangsung beberapa hari sampai
satu minggu, lalu menghilang. Sedangkan tofi itu sendiri tidak sakit, tapi
dapat merusak tulang. Sendi lutut juga merupakan tempat predileksi kedua
untuk serangan ini.
Tofi merupakan penimbunan asam urat yang dikelilingi reaksi radang
pada synovia, tulang rawan, bursa, dan jaringan lunak. Sering timbul di tulang
rawan telinga sebagai benjolan keras. Tofi ini merupakan manifestasi lanjut
dari gout yang timbul 5-10 tahun setelah serangan artritis akut pertama.
Pada ginjal akan timbul sebagai berikut:
a. Mikrotrofi dapat terjadi di tubuli ginjal dan menimbulkan nefrosis
b. Nefrolitiasis karena endapan asam urat
c. Pielonefritis kronis
d. Tanda-tanda aterosklerosis dan hipertensi
Tidak jarang ditemukan pasien dengan kadar asam urat tinggi dalam
darah tanpa adanya riwayat gout yang disebut hiperurisemia asimtomatik.
Pasien demikian sebaiknya dianjurkan mengurangi kadar asam uratnya karena
menjadi faktor resiko dikemudian hari dan kemungkinan terbentuknya batu
urat di ginjal (Mansjoer, 2000).

4. Patofisiologi
Adanya gangguan metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan yang
mengandung asam urat tinggi dan sistem ekskresi asam urat yang tidak
adekuat akan menghasilkan akumulasi asam urat yang berlebihan di dalam
plasma darah (Hiperurecemia), sehingga mengakibatkan kristal asam urat
menumpuk dalam tubuh. Penimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan
menimbulkan respon inflamasi.
Saat asam urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain,
maka asam urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam-garam
urat yang akan berakumulasi atau menumpuk di jaringan konektif diseluruh
tubuh, penumpukan ini disebut tofi. Adanya kristal akan memicu respon
inflamasi akut dan netrofil melepaskan lisosomnya. isosom tidak hanya
merusak jaringan, tapi juga menyebabkan inflamasi.
Pada penyakit gout akut tidak ada gejala-gejala yang timbul. Serum urat
meningkat tapi tidak akan menimbulkan gejala. Lama kelamaan penyakit ini
akan menyebabkan hipertensi karena adanya penumpukan asam urat pada
ginjal. Serangan akut pertama biasanya sangat sakit dan cepat memuncak.
Serangan ini meliputi hanya satu tulang sendi. Serangan pertama ini sangat
nyeri yang menyebabkan tulang sendi menjadi lunak dan terasa panas, merah.
Tulang sendi metatarsophalangeal biasanya yang paling pertama terinflamasi,
kemudian mata kaki, tumit, lutut, dan tulang sendi pinggang. Kadang-kadang
gejalanya disertai dengan demam ringan. Biasanya berlangsung cepat tetapi
cenderung berulang dan dengan interval yang tidak teratur.
Periode interkritical adalah periode dimana tidak ada gejala selama
serangan gout. Kebanyakan pasien mengalami serangan kedua pada bulan ke-
6 sampai 2 tahun setelah serangan pertama. Serangan berikutnya disebut
dengan polyarticular yang tanpa kecuali menyerang tulang sendi kaki maupun
lengan yang biasanya disertai dengan demam. Tahap akhir serangan gout atau
gout kronik ditandai dengan polyarthritis yang berlangsung sakit dengan tofi
yang besar pada kartilago, membrane sinovial, tendon dan jaringan halus.Tofi
terbentuk di jari, tangan, lutut, kaki, ulnar, helices pada telinga, tendon achiles
dan organ internal seperti ginjal.Kulit luar mengalami ulcerasi dan
mengeluarkan pengapuran, eksudat yang terdiri dari kristal asam urat.

5. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi akibat gout arthritis antara lain :
a. Erosi, deformitas dan ketidakmampuan aktivitas karena inflamasi kronis
dan tofi yang menyebabkan degenerasi sendi.
b. Hipertensi dan albuminuria.
c. Kerusakan tubuler ginjal yang menyebabkan gagal ginjal kronik.

6. WOC
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan serangan akut
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penatalaksanaan
pasien dengan serangan akut artritis gout. Yang pertama bahwa
pengobatan serangan akut dengan atau tanpa hiperurisemia tidak berbeda.
Juga diperhatikan agar penurunan kadar asam urat serum tidak dilakukan
tergesa-gesa karena penurunan secara mendadak sering kali mencetuskan
serangan lain atau mempersulit penyembuhan.
Obat yang diberikan pada serangan akut antara lain:
1) Kolkisin, merupakan obat pilihan utama dalam pengobatan serangan
artritis gout maupun pencegahannya dengan dosis lebih rendah. Efek
samping yang sering ditemui di antaranya sakit perut, diare, mual atau
muntah-muntah. Kolkisin bekerja pada peradangan terhadap Kristal
urat dengan menghambat kemotaksis sel radang. Dosis oral 0,5-0,6 mg
per jam sampai nyeri, mual, atau diare hilang. Kemudian obat
dihentikan, biasanya pada dosis 4-6 mg, maksimal 8 mg.
Kontraindikasi pemberian oral jika terdapat inflammatory bowel
disease. Dapat diberikan intravena pada pasien yang tidak dapat
menelan dengan dosis 2-3 mg/hari, maksimal 4 mg.
2) OAINS
Semua jenis OAINS dapat diberikan, yang paling sering digunakan
adalah indometasin. Dosis awal indometasin 25-50 mg setiap 8 jam,
diteruskan sampai gejala menghilang (5-10 hari). Kontaindikasinya
jika terdapat ulkus peptikum aktif, gangguan fungsi ginjal, dan riwayat
alergi terhadap OAINS.
3) Kortikosteroid
Untuk pasien yang tidak dapat memakai OAINS oral, jika sendi yang
terserang monoartikular, pemberian intraartikular sangat efektif,
contohnya triamsinolon 10-40 mg intaartikular.
4) Analgesik, diberikan bila rasa nyeri sangat berat. Jangan diberikan
aspirin, karena dalam dosis rendah akan menghambat ekskresi asam
urat dari ginjal dan memperberat hiperurisemia.
5) Tirah baring, merupakan suatu keharusan dan diteruskan sampai 24
jam setelah serangan menghilang. Artritis gout dapat kambuh bila
terlalu cepat bergerak.
b. Penatalaksanaan periode antara
Bertujuan mengurangi endapan urat dalam jaringan dan menurunkan
frekuensi serta keparahan serangan.
1) Diet, dianjurkan menurunkan berat badan pada pasien gemuk, serta
diet rendah purin (tidak usah terlalu ketat). Hindari alkohol dan
makanan tinggi purin (hati, ginjal, ikan sarden, daging kambing, dan
sebagainya), termasuk roti manis. Perbanyak minum. Pengeluaran urin
2 liter/hari atau lebih akan membantu pengeluaran asam urat dan
mengurangi pembentukan endapan di saluran kemih.
2) Hindari obat-obatan yang mengakibatkan hiperurisemia, seperti tiazid,
diuretic, aspirin, dan asam nikotinat yang menghambat ekskresi asam
urat dari ginjal.
3) Kolkisin secara teratur diindikasikan untuk:
 Mencegah serangan gout yang akan datang. Obat ini tidak
mempengaruhi tingginya kadar asam urat namun menurunkan
frekuensi terjadinya serangan.
 Menekan serangan akut yang dapat terjadi akibat perubahan
mendadak dari kadar asam urat serum dalam pemakaian obat
urikosurik atau alopurinol.
4) Penurunan kadar asam urat serum
Diindikasikan pada artritis akut yang sering dan tidak terkontrol
dengan kolkisin, terdapat endapan tofi, atau kerusakan ginjal.
Tujuannya untuk mempertahankan kadar asam urat serum di bawah 6
mg/dL, agar tidak terbentuk kristalisasi urat.
Ada 2 jenis obat yang dapat digunakan, yaitu kelompok
urikosurik dan inhibitor xantin oksidase seperti alopurinol.
Pemilihannya tergantung dari hasil urin 24 jam. Kadar dibawah 1.000
mg/hari menandakan sekresi asam urat yang rendah, sehingga harus
diberikan obat urikosurik. Sedangkan untuk pasien dengan kadar asam
urat lebih dari 1.000 mg/hari diberikan alopurinol karena terjadi
produksi asam urat yang berlebihan.

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan.
Untuk itu, diperlukan kecermatan dan ketelitian dalam menangani masalah
klien sehingga dapat memberi arah terhadap
a. Anamnesis dilakukan untuk mengetahui: Identitas meliputi nama, jenis
kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang digunakan, status perkawainan,
pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, nomor register, tanggal
masuk rumah sakit, dan diagnosis medis.
Pada umunya keluhan utama artritis gout adalah nyeri pada daerah
sendi yang mengalami masalah. Untuk memperoleh pengkajian yang
lengkap tentang nyeri klien, perawat dapat menggunakan metode PQRST.
1) Provoking incident : Hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri adalah
peradangan.
2) Quality Of Painn: Nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien
bersifat menusuk.
3) Region,Radition,Relief : Nyeri dapat menjalar atau menyebar , dan
nyeri terjadi di sendi yang mengalami masalah.
4) Severity(scale) Of Pain: Nyeri yang dirasakan ada diantara 1-3 pada
rentang skala pengukuran 0-4.
5) Time : Berapa lama nyeri berlangsung,kapan,apakah bertambah buruk
pada malam hari atau siang hari.
b. Riwayat penyakit sekarang
Pengumpulan data dilakukan sejak muncul keluhan dan secara
umum, mencakup awitan gejala, dan bagaimana gejala tersebut
berkembang. Penting di tanyakan berapa lama pemakaian obat analgesic,
alopurinol.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pada pengkajian ini, ditemukan kemungkinan penyebab yang
mendukung terjadinya gout. Masalah lain yang perlu ditanyakan adalah
adakah klien pernah dirawat dengan masalah yang sama. Kaji adanya
pemakaian alcohol yang berlebihan dan penggunaan obat diuretik.
d. Riwayat penyakit keluarga
Kaji adakah keluarga dari genarasi terdahulu mempunyai keluhan
yang sama dengan klien karena penyakit gout berhubungan dengan
genetik. Ada produksi/sekresi asam urat yang berlebihan yang tidak di
ketahui penyebabnya.
e. Riwayat psikososial
Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan
penyakit klien dalam keluarga dan masyarakat. Respon yang di dapat
meliputi adanya kecemasan individu dengan rentang variasi tingkat
kecemasan yang berbeda dan berhubungan erat dengan adanya sensasi
nyeri, hambatan mobilitas fisik akibat respon nyeri, dan ketidaktahuan
akan program pengobatan dan prognosis penyakit serta peningkatan asam
urat terhadap sirkulasi.
Adanya perubahan peran dalanm keluarga akibat adanya nyri dan
hambatan mobilitas fisik memberikan respon terhadap konsep diri yang
maldaptif.
f. Pengkajian berdasarkan pola
1) Pola Presepsi dan pemeliharaan kesehatan
 Keluhan utama nyeri pada pada sendi
 Pencegahan penyerangan dan bagaimana cara mengatasi atau
mengurangi serangan.
 Riwayat penyakit Gout pada keluarga
 Obat utntuk mengatasi adanya gejala
2) Pola nutrisi dan metabolik
 Peningkatan berat badan
 Peningkatan suhu tubuh
 Diet
3) Pola aktifitas dan Latihan
 Respon sentuhan pada sendi dan menjaga sendi yang terkena
4) Pola presepsi dan konsep diri
 Rasa cemas dan takut untuk melakukan pergerakan
 Presepsi diri dalam melakukan mobilitas
g. Pemeriksaaan fisik
1) B1 (Breathing)
 Inspeksi: bila tidak melibatkan sistem pernapasan,biasanya
ditemukan kesimetrisan rongga dada, klien tidak sesak napas, tidak
ada penggunaan otot bantu pernapasan.
 Palpasi: taktil fremitus seimbang kiri dan kanan
 Perkusi : Suara resona pada seluruh lapang paru
 Auskultasi : suara napas hilang/melemah pada sisi yang sakit,
biasanya di dapat suara ronki atau mengi.
2) B2 (Blood): pengisian kapiler kurang dari 1 detik,sering ditemukan
keringat dingin,dan pusing karena nyeri.
3) B3 (Brain): kesadaran biasanya kompos mentis
 Kepala dan wajah : Ada sianosis
 Mata : Sclera biasanya tidak ikterik
 Leher : Biasanya JVP dalam batas normal
4) B4 (Blader) : produksi urin biasanya dalam batas normal dan tidak ada
keluhan pada sistem perkemihan, kecuali penyakit gout sudah
mengalami komplikasi ke gijal berupa pielonefritis, batu asam urat,
dan GGK yang akan menimbulka perubahan fungsi pada sistem ini.
5) B5 (bawel) : kebutuhan eliminasi pada kasus gout tidak ada gangguan,
tetapi perlu dikaji frekuensi, konsistensi,warna, serta nbau feses.
Selain itu perlu di kaji frekiensi, konstitensi, warna, bau, dan jumlah
urine. Klien biasanya mual, mengalami nyeri lambung,dan tidak ada
nafsu makan, terutama klien yang memakai obat analgesik dan anti
hiperurisemia.
6) B6 (Bone) : pada pengkajian ini ditemukan
 Look : Keluhan nyeri sendi uyang merupakan keluhan utama
yang mendorong klien mencari pertolongan (meskipun
sebelumnya sendi sudah kaku dan berubah bentuknya).
 Feel : Ada nyeri tekan pada sendi yang membengkak.
 Move : Hambatan gerahan sendi biasanya semakin memberat.
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen-agen penyebab cedera.
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kaku sendi dan kontraktur.
c. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan informasi.
3. Intervensi
No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
1. Nyeri akut Pasien mampu a. Kaji  nyeri pasien menggunakan
berhubungan menjelaskan kadar metode PQRST.
dengan agen- dan karakteristik R/ Memberikan informasi sebagai
agen penyebab nyeri dasar dan pengawasan keefektifan
cedera intervensi.
b. Bantu pasien untuk mendapatkan
posisi yang nyaman
R/ Untuk menurunkan ketegangan
atau spasme otot dan
mendistribusikan kembali tekanan
pada bagian tubuh.
c. Lakukan tindakan kenyamanan
untuk meningkatkan relaksasi,
seperti pemijatan, mengatur posisi,
dan teknik relaksasi
R/ Membantu pasien memfokuskan
pada subjek pengurangan nyeri.
d. Cegah agar tidak terjadi iritasi pada
tofi, misalnya menggunakan sepatu
yang sempit dan terantuk benda
yang keras
R/ Bila terjadi iritasi maka akan
semakin nyeri.
e. Berikan obat-obatan yang
dianjurkan sesuai indikasi
R/ untuk mengurangi nyeri yang
adekuat.
2. Hambatan Pasien mampu a. Melakukan latihan ROM untuk
mobillitas fisik mempertahankan sendi yang terkena gout jika
berhubungan kekuatan otot dan memungkinkan
dengan kaku ROM sendi R/ Tindakan ini mencegah
sendi dan kontraktur sendi dan atrofi otot.
kontraktur b. Miringkan dan atur posisi pasien
setiap 2 jam sekali pada pasien tirah
baring
R/ Tindakan ini mencegah
kerusakan kulit dengan mengurangi
tekanan.
c. Pantau kemajuan dan
parkembangan kemampuan klien
dalam melakukan aktivitas
R/ untuk mandeteksi perkembangan
klien.
d. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi
untuk latihan fisik klien
R/ kemampuan mobilisasi
ekstremitas dapat ditingkatkan
dengan latihan fisik.
e. Ajarkan pasien atau anggota
keluarga tentang latihan ROM
R/ Untuk membantu persiapan
pemulangan pasien.
3. Defisit Pasien mampu a. Kaji kemampuan pasien dalam
pengetahuan mengkomunikasika mengungkapkan intruksi yang
berhubungan n apa yang diberikan
kurang dirasakan dan yang R/ Mengetahui respond an
pajanan inform diajarkan. kemampuan kognitif pasien dalam
asi menerima informasi.
b. Berikan jadwal obat yang di
gunakan meliputi nama obat, dosis,
tujuan dan efek samping
R/ Tindakan ini dapat
meningkatkan koordinasi dan
kesadaran pasien terhadap
pengobatan yang teratur.
c. Berikan informasi mengenai alat-
alat bantu yang mungkin
dibutuhkan
R/ mengurangi paksaan untuk
menggunakan sendi dan
memungkinkan individu untuk ikut
serta secara lebih nyaman dalam
aktivitas yang dibutuhkan.
d. Jelaskan pada pasien menegenai
penyakit yang dialami
R/ memberikan pengetahuan pasien
sehingga dapat menghindari
terjadinya serangan berulang.
e. Dorong pemasukan diet rendah
purin dan cairan yang adekuat
R/ meningkatkan penyembuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif. (2000). Kapita selekta kedokteran. Jakarta: Media Aesculapis.


Muttaqin, Arif. (2008). Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan
sistem pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.
Reeves, Charlene J., Gayle, Roux., & Lockhart, Robin. (2002). Keperawatan medikal
bedah. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai