Anda di halaman 1dari 48

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA TN. S.

A
DENGAN ASAM URAT DUSUN 3 DESA POOWO BARAT
KEC. KABILA

NAMA : ATIKA PARWATI KAHARU

NIM : 711490122089

POLTEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN MANADO

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI

NERS LANJUTAN

2023

https://ejournal.stikesjypr.ac.id/index.php/snj Page 1|7


LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Pirai atau gout adalah suatu penyakit yang ditandai dengan serangan mendadak
dan berulang dari artritis yang terasa sangat nyeri karena adanya endapan kristal
monosodium urat, yang terkumpul di dalam sendi sebagai akibat dari tingginya
kadar asam urat di dalam darah (hiperurisemia).

Artritis pirai (Gout) adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena deposisi
kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi. gout terjadi sebagai akibat dari
hyperuricemia yang berlangsung lama (asam urat serum meningkat) disebabkn karena
penumpukan purin atau ekresi asam urat yang kurang dari ginjal. Artritis gout adalah
suatu sindrom klinis yang mempunyai gambaran khusus, yaitu artritis akut. Artritis
akut disebabkan karena reaksi inflamasi jaringan terhadap pembentukan kristal
monosodium urat monohidrat.

B. Etiologi
Gout disebabkan oleh adanya kelainan metabolik dalam pembentukan purin
atau ekresi asam urat yang kurang dari ginjal yang menyebakan hyperuricemia.
Hyperuricemia pada penyakit ini disebabakan oleh :

1. Pembentukan asam urat yang berlebih.


a. Gout primer metabolik disebabkan sistensi langsung yang bertambah.
b. Gout sekunder metabolik disebabkan pembentukan asam urat berlebih karana
penyakit lain, seperti leukemia.
2. Kurang asam urat melalui ginjal.
a. Gout primer renal terjadi karena ekresi asam urat di tubulus distal ginjal yang
sehat. Penyabab tidak diketahui
b. Gout sekunder renal disebabkan oleh karena kerusakan ginjal, misalnya
glumeronefritis kronik atau gagal ginjal kronik.
3. Perombakan dalam usus yang berkurang. Namun secara klinis hal ini tidak penting.

C. Tanda dan gejala


Terdapat empat tahap perjalanan klinis dari penyakit gout yang tidak diobati, antara
lain :

https://ejournal.stikesjypr.ac.id/index.php/snj Page 2|7


a. Hiperuricemia asimtomatik
b. Arthritis gout akut
c. Tahap interkritis
d. Gout kronik
Gout akut berupa :

a. Nyeri hebat
b. Bengkak dan berlangsung cepat pada sendi yang terserang
c. Sakit kepala
d. Demam
Gangguan kronik berupa :

a. Serangan akut
b. Hiperurisemia yang tidak diobati
c. Terdapat nyeri dan pegal
d. Pembengkakan sendi membentuk noduler yang disebut tofi (penumpukan
monosodium asam urat dalam jaringan)

D. Klasifikasi
Gout mempunyai empat peringkat yang nyata, yaitu:

1. Asimptomatik
2. Akut
3. Interkritikal
4. Kronik
Dalam peringkat pertama (Asimptomatik), aras asid uric plasma bertambah,
tetapi tanpa sebarang gejala. Serangan gout menandakan peringkat kedua (Akut).
Serangan- serangan yang tidak parah biasanya hilang dengan cepat, manakala
serangan- serangan yang pernah berlangsung beberapa hari atau juga beberapa
minggu.

Selepas serangan pertama, pesakit itu masuk peringkat interkritikal atau jarak
waktu yang bebas daripada gejala. Periode ini mungkin berlangsung selama beberapa
bulan tau juga tahun. Kebanyakan  pesakit gout mengalami serangan kedua dalam
enam bulan hingga 2 tahun serangan pertama.

https://ejournal.stikesjypr.ac.id/index.php/snj Page 3|7


Pada tingkat terakhir (kronis), seranagn- serangan gout menjadi sering dan
poliartikular, yaitu serangan itu melibatkan banyak sendi pada tiap waktu. Tofus- tofus
juga tersedia didalam banyak sendi. Dalam kasus gout kronis yang sudah parah,
kerusakan ginjal, hypertensi dan karang ginjal dapat juga terjadi.

E.  Manifestasi Klinis
Gejala awal dari artritis gout adalah panas, kemerahan dan pembengkakan pada
sendi yang tipikal dan tiba-tiba. Persendian yang sering terkena adalah persendian kecil
pada basis dari ibu jari kaki. Beberapa sendi lain yang dapat terkena ialah pergelangan
kaki, lutut, pergelangan tangan, jari tangan, dan siku. Pada serangan akut penderita
gout dapat menimbulkan gejala demam dan nyeri hebat yang biasanya bertahan
berjam-jam sampai seharian, dengan atau tanpa pengobatan. Seiring berjalannya waktu
serangan artritis gout akan timbul lebih sering dan lebih lama.

Pasien dengan gout meningkatkan kemungkinan terbentuknya batu ginjal.


Kristal-kristal asam urat dapat membentuk tophi (benjolan keras tidak nyeri disekitar
sendi) di luar persendian. Tophi sering ditemukan di sekitar jari tangan, di ujung siku
dan sekitar ibu jari kaki, selain itu dapat ditemukan juga  pada daun telinga, tendon
achiles (daerah belakang pergelangan kaki) dan  pita suara (sangat jarang terjadi).

Secara klinis ditandai dengan adnya artritis,tofi dan batu ginjal. Yang penting
diketahui bahwa asm urat sendiri tidak akan mengakibatkan apa-apa. Yang
menimbulkan rasa sakit adalah terbentuk dan mengendapnya kristal monosodium urat.
Pengendapannya dipengaruhi oleh suhu dan tekanan. Oleh sebab itu, sering terbentuk
tofi pada daerah-daerah telinga,siku,lutut,dorsum pedis,dekat tendo Achilles pada
metatarsofalangeal digiti 1 dan sebagainya. Pada telinga misalnya karena
permukaannya yang lebar dan tipis serta mudah tertiup angin,kristal-kristal tersebut
mudah mengendap dan menjadi tofi. Demikian pula di dorsum pedis,kalkaneus karena
sering tertekan oleh sepatu. Tofi itu sendiri terdiri dari kristal-kristal urat yang
dikelilingi oleh benda-benda asing yang meradang termasuk sel-sel raksasa. Serangan
sering kali terjadi pada malam hari. Biasanya sehari sebelumnya pasien tampak segar
bugar tanpa keluhan. Tiba-tiba tengah malam terbangun oleh rasa sakit yang hebat
sekali. Daerah khas yang sering mendapat serangan adalah pangkal ibu jari sebelah

https://ejournal.stikesjypr.ac.id/index.php/snj Page 4|7


dalam,disebut podagra. Bagian ini tampak membengkak, kemerahan dan nyeri ,nyeri
sekali bila sentuh. Rasa nyeri berlangsung beberapa hari sampai satu minggu,lalu
menghilang. Sedangkan tofi itu sendiri tidak sakit,tapi dapat merusak tulang. Sendi
lutut juga merupakan tempat predileksi kedua untuk serangan ini. Tofi merupakan
penimbunan asm urat yang dikelilingi reaksi radang pada sinovia,tulang rawan,bursa
dan jaringan lunak. Sering timbul ditulang rawan telinga sebagai benjolan keras. Tofi
ini merupakan manifestasi lanjut dari gout yang timbul 5-10 tahun setelah serangan
artritis akut pertama.

Pada ginjal akan timbul sebagai berikut:

1. Mikrotrofi dapat terjadi di tubuli ginjal dan menimbulkan nefrosis


2. Nefrolitiasis karena endapan asam urat
3. Pielonefritis kronis
4. Tanda-tanda aterosklerosis dan hipertensi
Tidak jarang ditemukan pasien dengan kadar asam urat tinggi dalam darah tanpa
adanya riwayat gout yang disebut hiperurisemia asimtomatik. Pasien demikian
sebaiknya dianjurkan mengurangi kadar asam uratnya karena menjadi faktor resiko
dikemudian hari dan kemungkinan terbentuknya batu urat diginjal.

F. Patofisiologi
Perjalanan penyakit gout sangat khas dan mempunyai 3 tahapan. Tahap
pertama disebut tahap artritis gout akut. Pada tahap ini penderita akan mengalami
serangan artritis yang khas dan serangan tersebut akan menghilang tanpa pengobatan
dalam waktu 5 – 7 hari. Karena cepat menghilang, maka sering penderita menduga
kakinya keseleo atau kena infeksi sehingga tidak menduga terkena penyakit gout dan
tidak melakukan pemeriksaan lanjutan.

Bahkan, dokter yang mengobati kadang-kadang tidak menduga penderita


terserang penyakit gout. Karena serangan pertama kali ini singkat waktunya dan
sembuh sendiri, sering penderita berobat ke tukang urut dan waktu sembuh
menyangka hal itu disebabkan hasil urutan/pijatan. Padahal, tanpa diobati atau diurut
pun serangan pertama kali ini akan hilang sendiri.

https://ejournal.stikesjypr.ac.id/index.php/snj Page 5|7


Setelah serangan pertama, penderita akan masuk pada gout interkritikal. Pada
keadaan ini penderita dalam keadaan sehat selama jangka waktu tertentu. Jangka
waktu antara seseorang dan orang lainnya berbeda. Ada yang hanya satu tahun, ada
pula yang sampai 10 tahun, tetapi rata-rata berkisar 1 – 2 tahun. Panjangnya jangka
waktu tahap ini menyebabkan seseorang lupa bahwa ia pernah menderita serangan
artritis gout atau  menyangka serangan pertama kali dahulu tak ada hubungannya
dengan penyakit gout.

Tahap kedua disebut sebagai tahap artritis gout akut intermiten. Setelah
melewati masa gout interkritikal selama bertahun-tahun tanpa gejala, penderita akan
memasuki tahap ini, ditandai dengan serangan artritis yang khas. Selanjutnya
penderita akan sering mendapat serangan (kambuh) yang jarak antara serangan yang
satu dan serangan berikutnya makin lama makin rapat dan lama, serangan makin lama
makin panjang, serta jumlah sendi yang terserang makin banyak.

Tahap ketiga disebut sebagai tahap artritis gout kronik bertofus. Tahap ini
terjadi bila penderita telah menderita sakit selama 10 tahun atau lebih. Pada tahap ini
akan terjadi benjolan-benjolan di sekitar sendi yang sering meradang yang disebut
sebagai tofus. Tofus ini berupa benjolan keras yang berisi serbuk seperti kapur yang
merupakan deposit dari kristal monosodium urat. Tofus ini akan mengakibatkan
kerusakan pada sendi dan tulang di sekitarnya. Tofus pada kaki bila ukurannya besar
dan banyak akan mengakibatkan penderita tidak dapat menggunakan sepatu lagi.

Banyak faktor yang berperan dalam mekanisme serangan gout. Salah satunya
yang telah diketahui peranannya adalah kosentrasi asam urat dalam darah. Mekanisme
serangan gout akut berlangsung melalui beberapa fase secara berurutan.

1. Presipitasi kristal monosodium urat.


Presipitasi monosodium urat dapat terjadi di jaringan bila kosentrasi dalam plasma
lebih dari 9 mg/dl. Presipitasi ini terjadi di rawan, sonovium, jaringan para-
artikuler misalnya bursa, tendon, dan selaputnya. Kristal urat yang bermuatan
negatif akan dibungkus (coate) oleh berbagai macamprotein. Pembungkusan
dengan IgG akan merangsang netrofil untuk berespon terhadap pembentukan
kristal.

2. Respon leukosit polimorfonukuler (PMN)

https://ejournal.stikesjypr.ac.id/index.php/snj Page 6|7


Pembentukan kristal menghasilkan faktor kemotaksis yang menimbulkan respon
leukosit PMN dan selanjutnya akan terjadi fagositosis kristal oleh leukosit.

3. Fagositosis
Kristal difagositosis olah leukosit membentuk fagolisosom dan akhirnya membram
vakuala disekeliling kristal bersatu dan membram leukositik lisosom.

4. Kerusakan lisosom
Terjadi kerusakn lisosom, sesudah selaput protein dirusak, terjadi ikatan hidrogen
antara permukan kristal membram lisosom, peristiwa ini menyebabkan robekan
membram dan pelepasan enzim-enzim dan oksidase radikal kedalam sitoplasma.

5. Kerusakan sel
Setelah terjadi kerusakan sel, enzim-enzim lisosom dilepaskan kedalam cairan
sinovial, yang menyebabkan kenaikan intensitas inflamasi dan kerusakan jaringan.

G.  Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik berdasarkan pengkajin fungsi muskuluskletal dapat menunjukan
:

1. Ukuran sendi normal dengan mobilitas penuh bila pada remisi.


2. Tofu dengan gout kronis. Ini temuan paling bermakna.
3. Laporan episode serangan gout

H. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan  lab yang dilakukan pada penderita gout didapatkan kadar
asam urat yang tinggi dalam darah ( >6 mg% ). Kadar asam urat normal dalam serum
pria 8 mg% dan pada wanita 7mg%. Sampai saat ini, pemeriksaan kadar asam urat
terbaik dilakukan dengan cara enzimatik. Kadang-kadang didapatkan leukositosis
ringan dan LED yang meninggi sedikit. Kadar  asam urat dalam urin juga tinggi
(500mg%/liter per 24jam). Pemeriksaan radiografi pada serangan artritis gout pertama
adalah non spesifik. Kelainan utama radiografi pada long standing adalah inflamasi
asimetri, arthritis erosive yang kadang-kadang disertai nodul jaringan lunak.

I. Penatalaksanaan Medis
Fase akut.

https://ejournal.stikesjypr.ac.id/index.php/snj Page 7|7


Obat yang digunakan :

1. Colchicine (0,6 mg)


Kolkisin adalah suatu agen anti radang yang biasanya dipakai untuk mengobati
serangangout akut, dan unluk mencegah serangan gout Akut di kemudian hari.
Obat ini jugadapat digunakan sebagai sarana diagnosis.Pengobatan serangan
akut biasanya tablet 0,5mg setiap jam, sampai gejala-gejala serangan Akut
dapat dikurangi atau kalau ternyata dari berat pasien bersangkutan. Beberapa
pasien mengalami rasa mual yang hebat,muntah-muntah dan diarhea, dan pada
keadaan ini pemberian obat harus dihentikan.

2. Fenilbutazon.
Fenilbutazon, suatu agen anti radang, dapat juga digunakan unluk mengobati
artritis gout akut. Tetapi, karena fenilbutazon menimbulkan efek samping,
maka kolkisin digunakan sebagai terapi pencegahan. Indometasin juga cukup
efektif.

3. Indometasin ( 50 mg 3 X sehari selama 4-7 hari)


Pengobatan jangka panjang terhadap hyperuricemia untuk mencegah
komplikasi.

1. Golongan urikosurik
a. Probenasid, adalah jenis obat yang berfungsi menurunkan asam urat
dalam  serum.
b. Sulfinpirazon, merupakan dirivat pirazolon dosis 200-400 mg perhari.
c. Azapropazon, dosisi sehari 4 X 300 mg.
d. Benzbromaron.
2. Inhibitor xantin (alopurinol).
Adalah suatu inhibitor oksidase poten, bekerja mencegah konversi hipoxantin
menjadi xantin, dan konversi xantin menjadi asam urat.

3. Dilakukan pembedahan
jika ada tofi yang sudah mengganggu gerakan sendi,karena tofi tersebut sudah
terlalu besar.

https://ejournal.stikesjypr.ac.id/index.php/snj Page 8|7


Obat lain yang berguna untuk terapi penunjang atau terapi pencegahan
seperti:

Alopurinol dapat mengurangi pembentukan asamb urat. Dosis 100-400 mg per hari


dapat menurunkan kadar asam urat
serum. Probenesid dan Sulfinpirazin merupakan agen urikosurik, artinya mereka
dapat menghambat proses reabsorpsi urat oleh tubulus ginjal dan dengan dernikian
meningkatkan ekskresi asam urat. Pemeriksaan kadar asam urat serum berguna
untuk menentukan etektivitas suatu terapi.

J. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Diet rendah purin.
2. Hindarkan alkohol dan makanan tinggi purin (hati, ginjal, ikan sarden, daging
kambing) serta banyak minum.
3. Tirah baring.
4. Merupakan suatu keharusan dan di teruskan sampai 24 jam setelah serangan
menghilang. Gout dapat kambuh bila terlalu cepat bergerak.

K. Komplikasi
1. Radang sendi akibat asam urat (gouty arthritis)
Komplikasi hiperurisemia yang paling dikenal adalah radang sendi (gout). Telah
dijelaskan sebelumnya bahwa, sifat kimia asam urat cenderung berkumpul di cairan
sendi ataupun jaringan ikat longgar. Meskipun hiperurisemia merupakan faktor
resiko timbulnya gout, namun, hubungan secara ilmiah antara hiperurisemia dengan
serangan gout akut masih belum jelas. Atritis gout akut dapat terjadi pada keadaan
konsentrasi asam urat serum yang normal. Akan tetapi, banyak pasien dengan
hiperurisemia tidak mendapat serangan atritis gout.

Gejala klinis dari Gout bermacam-macam, yaitu, hiperurisemia tak bergejala,


serangan akut gout, gejala antara(intercritical), serangan gout berulang, gout
menahun disertai tofus.

Keluhan utama serangan akut dari gout adalah nyeri sendi yang amat sangat yang
disertai tanda peradangan (bengkak, memerah, hangat dan nyeri tekan). Adanya
peradangan juga dapat disertai demam yang ringan. Serangan akut biasanya

https://ejournal.stikesjypr.ac.id/index.php/snj Page 9|7


puncaknya 1-2 hari sejak serangan pertama kali. Namun pada mereka yang tidak
diobati, serangan dapat berakhir setelah 7-10 hari. Serangan biasanya berawal dari
malam hari. Awalnya terasa nyeri yang sedang pada persendian. Selanjutnya
nyerinya makin bertambah dan terasa terus menerus sehingga sangat mengganggu.

Biasanya persendian ibu jari kaki dan bagian lain dari ekstremitas bawah merupakan
persendian yang pertama kali terkena. Persendian ini merupakan bagian yang
umumnya terkena karena temperaturnya lebih rendah dari suhu tubuh dan kelarutan
monosodium uratnya yang berkurang. Trauma pada ekstremitas bawah juga dapat
memicu serangan. Trauma pada persendian yang menerima beban berat tubuh
sebagai hasil dari aktivitas rutin menyebabkan cairan masuk ke sinovial pada siang
hari. Pada malam hari, air direabsobsi dari celah sendi dan meninggalkan sejumlah
MSU.

Serangan gout akut berikutnya biasanya makin bertambah sesuai dengan waktu.
Sekitar 60% pasien mengalami serangan akut kedua dalam tahun pertama, sekitar
78% mengalami serangan kedua dalam 2 tahun. Hanya sekitar 7% pasien yang tidak
mengalami serangan akut kedua dalam 10 tahun.

Pada gout yang menahun dapat terjadi pembentuk tofi. Tofi adalah benjolan dari
kristal monosodium urat yang menumpuk di jaringan lunak tubuh. Tofi merupakan
komplikasi lambat dari hiperurisemia. Komplikasi dari tofi berupa nyeri, kerusakan
dan kelainan bentuk jaringan lunak, kerusakan sendi dan sindrom penekanan saraf.

2. Komplikasi Hiperurisemia pada Ginjal


Tiga komplikasi hiperurisemia pada ginjal berupa batu ginjal, gangguan ginjal akut
dan kronis akibat asam urat. Batu ginjal terjadi sekitar 10-25% pasien dengan gout
primer. Kelarutan kristal asam urat meningkat pada suasana pH urin yang basa.
Sebaliknya, pada suasana urin yang asam, kristal asam urat akan mengendap dan
terbentuk batu.

Gout dapat merusak ginjal, sehingga pembuangan asam urat akan bertambah buruk.
Gangguan ginjal akut gout biasanya sebagai hasil dari penghancuran yang berlebihan
dari sel ganas saat kemoterapi tumor. Penghambatan aliran urin yang terjadi akibat
pengendapan asam urat pada duktus koledokus dan ureter dapat menyebabkan gagal

https://ejournal.stikesjypr.ac.id/index.php/snj P a g e 10 |
7
ginjal akut. Penumpukan jangka panjang dari kristal pada ginjal dapat menyebabkan
gangguan ginjal kronik.

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

a. Tanyakan keluhan nyeri yang terjadi, biasanya pada ibu jari kaki atau pada sendi-sendi
lain. Bagaimana gejala awalnya dan bagaimana klien menanggulanginya, adakah
riwayat gout dalam keluarga. Obat-obatan yang diperoleh
b. Tentukan apakah ada nyeri saat digerakkan, bengkak, dan kemerahan, demam
subfebris, periksa adanya nodul diatas sendi.
c. Kaji adanya kecemasan dan ketakutan dalam melakukan aktivitas dan masalah-
masalah yang terkait dengan psikososialnya.
d. Pemeriksaan diagnostik
a) Asam urat meningkat
b) Sel darah putih dan sedimentasi eritrosit meningkat (selama fase akut)
c) Pada aspirasi sendi ditemukan aam urat
d) Pemeriksaan urin
e) Rontgen

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit


2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian
3. kurang pengetahuan tentang pengobatan dan perawatan dirumah
C. PERENCANAAN

No Diagnosa Perencanaan
Keperawatan
Tujuan Intervensi dan Rasioanl

1 Nyeri b.d proses Rasa nyaman 1. Berikan posisi yang


penyakit klien nyaman, sendi yang nyeri (kaki)
terpenuhi diistirahatkan dan diberikan

https://ejournal.stikesjypr.ac.id/index.php/snj P a g e 11 |
7
atau terhindar bantalan. Istirahat dapat
dari nyeri menurunkan metabolisme
setempat dan mengurangi
pergerakan sendi yang terjadi.

2. Berikan kompres hangat


atau dingin yang dapat
memberikan efek
vasodilatasi . keduanya
mempunyai efek  membantu
pengeluaran endorfin dan
dingindapat menghambat impuls-
impuls nyeri

3. Cegahlah agar tidak terjadi


iritasi pada tofi misal menghindari
penggunaan sepatu yang sempit,
terantuk pada benda yang keras.
Bila terjadi iritasi maka akan
semakin nyeri, apabila terjadi luka
akibat tofi yang pecah maka
rawatlah secara steril dan juga
perawatan drain yang terpasang
pada luka

4. Berikan obat-obatan sesuai


dengan resep dokter dan amati
efek samping obat-obatan tersebut

2 Gangguan mobilitas Klien akan 1. Tingkatkan aktivitas klien


fisik b.d nyeri meningkatkan bila nyeri dan bengkak telah
persendian aktivitasnya berkurang
sesuai dengan
2. lakukan ambulasi dengan
kemampuan
bantuan misal dengan
menggunakan walker atau

https://ejournal.stikesjypr.ac.id/index.php/snj P a g e 12 |
7
tongkat.

3. lakukan latihan ROM


secara hati-hati pada sendi yang
terkena gout karena bila
dimobilisasi terus menerus akan
menurunkan fungsi sendi.

4. usahakan untuk
meningkatkan kembali pada
aktivitas yang normal.

3 Kurang pengaetahuan Klien dan 1. Berikan jadwal obat yang


tentang pengobatan keluarga harus digunakan meliputi nama
dan perawatan dapat obat, dosis, tujuan dan efek
dirumah memahami samping. Penjelasan ini dapat
penggunaan meningkatkankoordinasi dan
obat dan kesadaran klien terhadap
perawatan pengobatan yang teratur.
dirumah
2. diskusikan tentang
pentingnya diit yang terkontrol,
misal dengan menghindari
makanan tinggi purin seperti hati,
ginjal, sarden. Program latihan
dan istirahat yang teratur perlu
dibicarakan

D. IMPLEMENTASI

Implementasi merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan


intervensi atau perencanaan.

E. EVALUASI

https://ejournal.stikesjypr.ac.id/index.php/snj P a g e 13 |
7
Evaluasi merupakan hasil yang diharapkan setelah dilakukan tindakan asuhan
keperawatan.

https://ejournal.stikesjypr.ac.id/index.php/snj P a g e 14 |
7
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES MANADO
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
TAHUN 2023

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA

Nama Mahasiswa : Atika Parwati Kaharu


Tempat Praktik : Desa Poowo Barat, Kec. Kabila
Tanggal Praktik : 3 Mei s/d 27 Mei 2023
Tanggal Pengkajian : 21 Mei 2023

A. DATA UMUM KELUARGA

a. Nama kepala keluarga: Tn. S.A

b. Umur : 69 tahun

c. Agama : Islam

d. Pendidikan : SD

e. Pekerjaan : Pedagang

f. Suku / Bangsa : Gorontalo/ Indonesia

g. Alamat : Desa Poowo Barat, Kec. Kabila

h. Komposisi keluarga :

No Nama Umur Sex Tgl Lahir Pendidikan Pekerjaan Ket.

1 Ny. A.S 59 Tahun P 30/03/1969 SD IRT

i. Tipe Keluarga:

Middle Age yang terdiri dari suami, istri sementara anak-anaknya sudah tidak tinggal

di rumah yang sama

https://ejournal.stikesjypr.ac.id/index.php/snj P a g e 15 |
7
j. Genogram :

k. Sifat Keluarga

1). Pengambilan Keputusan

Dalam keluarga pengambilan keputusan dilakukan dengan berunding atau

berdiskusi yang di pimpin oleh suami kepala keluarga.

2). Kebiasaan Hidup Sehari-hari

a) Kebiasaan tidur / istirahat

Rata – rata kebiasaan tidur anggota keluarga 6 – 7 jam sehari dan ada gangguan

tidur jika timbul nyeri karena asam urat

b) Kebiasaan rekreasi

Keluarga biasa berekreasi kadang-kadang jika berada dengan anak dan cucunya

c) Kebiasaan makan keluarga

Terpenuhi 3 kali sehari, makan bersama

l. Status Sosial Ekonomi Keluarga

Penghasilan tidak menetap, sebulan kurang lebih Rp. 1.000.000

m. Suku (kebiasaan kesehatan terkait suku bangsa)

https://ejournal.stikesjypr.ac.id/index.php/snj P a g e 16 |
7
Gorontalo/Indonesia

n. Agama (kebiasaan kesehatan terkait agama)

Keluarga Tn. S.A menganut agama islam, keluarga sering mengikuti pengajian di
sekitar komplek perumahanya, sholat rutin 5 waktu, keluarga sangat menjunjung tinggi
agamanya.

B. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA

a. Tahap perkembangan keluarga saat ini

Keluarga saat ini masuk kedalam tahap ke– VI yaitu keluarga yang

b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Tidak ada tahap yang belum terpenuhi

c. Riwayat keluarga inti

Ayah tidak ada riwayat penyakit apapun dan tidak memiliki keluhan oleh keluarga.

d. Riwayat keluarga sebelumnya (pihak istri dan suami).

Dari pihak bapak dan ibu tidak memiliki riwayat penyakit menular dan tidak menular

C. LINGKUNGAN

a. Karakteristik rumah (tipe, ukuran, jumlah ruangan)

Rumah semi permanen dengan luas bangunan rumah 10 x 15 meter, 3 kamar tidur, 1

ruang tamu, dan dapur.

b. Ventilasi dan penerangan

Rumah memiliki ventilasi yang baik

c. Persediaan air bersih

Sumur

d. Pembuangan sampah

Dibakar

https://ejournal.stikesjypr.ac.id/index.php/snj P a g e 17 |
7
e. Pembuangan air limbah

Pembuangan air limbah melalui selokan

f. Jamban / WC (tipe, jarak dari sumber air)

Mempunyai jamban pribadi dan jarak sepitank dengan air bersih kurang lebih 10 meter

g. Lingkungan sekitar rumah

Lingkungan sekitar rumah bersih, bangunan rumah berada di pinggir jalan, lingkungan

sekitar rumah bersih, jarak antara rumah antara rumah satu dengan rumah yang lain

kurang lebih 3 meter.

h. Sarana komunikasi dan transportasi

Keluarga beromunikasi secara langsung ketika berada dirumah dan berkomunikasi

tidak langsung menggunakan telepon genggam ketika salah satu anggota keluarga tidak

berada dirumah. Sarana transportasi adalah kenderaan pribadi yaitu motor

i. Fasilitas hiburan (TV, radio, dll.)

Keluarga memiliki smartphone untuk berkomunikasi dan hiburan, serta 1 unit TV yang

digunakan bersama.

j. Fasilitas pelayanan kesehatan

Keluarga mendapatkan pelayanan kesehatan di dipuskesmas

D. SOSIAL

a. Karakteristik tetangga dan komunitas

Keluarga tinggal di lingkungan yang padat penghuni, lokasi bangunan rumah berada di

pinggir jalan ,dapat dilewati oleh roda dua dan roda empat, keluarga saling bertegur

sapa dan berinteraksi antar warga

b. Mobilitas geografis keluarga

Tn. S.A dan keluarga sudah menempati rumah tersebut lebih dari 5 tahun

c. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

https://ejournal.stikesjypr.ac.id/index.php/snj P a g e 18 |
7
Keluarga selalu aktif dan baik dalam kegiatan dalam masyarakat

d. Sistem pendukung keluarga

System pendukung Keluarga Tn R.B beruba PKH

E. STRUKTUR KELUARGA

a. Pola Komunikasi Keluarga

Tn. S.A dan keluarga berkomunikasi secara langsung, atau secara verbal dengan tidak

melupakan nilai–nilai moral dalam penerapannya.

b. Struktur Kekuatan Keluarga

Struktur keluarga yang dimiliki keluarga Tn. S.A adalah kekeluargaan, dibuktikan
dengan setiap mengambil keputusan selalu didiskusikan bersama-sama terlebih dahulu
sebelum mencapai kesepakatan.

c. Struktur Peran (formal dan informal)

Tn. S.A sebagai kepala keluarga yang membimbing istri sebagai anggota keluarga

dengan peran Informal

d. Nilai dan Norma Keluarga

Anggota keluarga sangat menghargai nilai dan norma dalam bermasyarakat sesuai

dengan keyakinan yang dianut yaitu islam dan budaya asal yaitu gorontalo.

F. FUNGSI KELUARGA

a. Fungsi afektif

Fungsi afektif dalam keluarga terjalin dengan baik. Tn. S.A dan keluarga saling

menghargai, saling mencintai dan saling menghargai hak dan kwajiban masing masing

anggota keluarga.

b. Fungsi sosialisasi

Fungsi sosialisasi terjalin dengan baik. Seluruh anggota keluarga mampu bersosialisasi

dengan baik dengan lingkungan sekitar tempat tinggal dan lingkungan kerja

https://ejournal.stikesjypr.ac.id/index.php/snj P a g e 19 |
7
c. Fungsi perawatan kesehatan

Anggota keluarga mampu mempertahankan kesehatan anggota keluarga. Keluarga

sudah mampu menerapkan 4 dari 5 tugas perawatan sampai poin ke lima.

Penapisan masalah berdasarkan 5 tugas perawatan kesehatan:

1). Mengenal masalah kesehatan

2). Memutuskan untuk merawat

3). Mampu merawat

4). Modifikasi lingkungan

5). Memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada

c. Fungsi reproduksi

Tn. S.A dan istri mempunyai 2 orang anak yang telah pisah rumah

d. Fungsi ekonomi

Tn. S.A dan istri selalu bekerjasama untuk mencukupi kebutuhan keluarga dengan

pendapatan yang tidak menetap.

G. STRESS DAN KOPING KELUARGA

a. Stressor jangka pendek dan jangka panjang

1). Stresor jangka pendek

Tn. S.A mengatakan selama 6 bulan terakhir mampu menyelelesaikan masalah

yang dialai keluarga secara bersama– sama

2). Stresor jangka panjang

Tn. S.A dan istri mengatakan saat ini tidak mencemaskan apapun.

b. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau stressor

Keluarga mampu merespon stresor yang muncul dengan bersama secara positif

https://ejournal.stikesjypr.ac.id/index.php/snj P a g e 20 |
7
c. Strategi koping yang digunakan

Keluarga selalu berdiskusikan masalah untuk mendapatkan solusi. Namun lebih sering

mengandalakan stategi koping eksternal seperti dengan mendekatkan diri ke Tuhan

atau beribadah.

d. Strategi adaptasi disfungsional

Strategi adaptasi disfungsional yang pernah dilakukan anggota keluarga dalam

menyelesaikan masalah yaitu dengan berdiskusi.

H. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

a. Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga

a). Ayah

Tn.S.A tidak memiliki riwayat penyakit menular, mengaku belum pernah dirawat

di Rumah Sakit

b). Ibu

Istri dari Tn. S.A mengatakan memliki penyakit asam urat.

b. Keluarga berencana

Istri Tn. S.A tidak menggunakan KB karena telah memasuki manopouse

c. Imunisasi

Keluarga tidak ada anak yang masa imunisasi

d. Tumbuh kembang

a). Pemeriksaan tumbuh kembang anak

Kelima anaknya memiliki tahap pertumbuhan dan perkembangan yang baik dan

normal, dapat melakukan aktivitas dan berpikir sesuai dengan usianya.

b). Pengetahuan orang tua terhadap tumbuh kembang anak

https://ejournal.stikesjypr.ac.id/index.php/snj P a g e 21 |
7
Tn S.A dan Ny. A.S mengatakan bahwa anak mereka tidak mengalami

penyimpangan saat masa pertumbuhan dan perkembangannya.

I. PEMERIKSAAN FISIK KELUARGA

a. Pemeriksaan fisik Bapak

1). Keadaan umum : Baik

2). Kesadaran : Compos Mentis

3). Tanda-tanda vital :

a) TD : 130/ 80 mmHg

b) N : 84x/m

c) RR : 20x/m

d) Suhu : 36,5 C

4). Kepala : Bentuk kepala bulat, tidak ada ketombe, tidak ada nyeri tekan.

a) Rambut : Warna rambut putih beruban, rambut tidak rontok,tidak berbau

b) Mata : Fungsi mata normal dapat melihat jelas, tidak menggunakan

alat bantu kacamata

5). Dada / Thorax

- Inspeksi : dada simetris, tidak ada jejas

- Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan

- Perkusi : Area jantung menimbulkan bunyi redup sampai sisi kiri

sternum mulai dari sela iga 3 sampai sela iga 5 terdengar pekak

- Auskultasi : tidak ada suara napas tambahan

6). Perut / Abdomen :

- I : warna kulit simetri, tidak ada jejas.

- P : tidak terdapat nyeri tekan

- P : normal

https://ejournal.stikesjypr.ac.id/index.php/snj P a g e 22 |
7
- A : bising usus 12x/m

7). Genetalia / Anus : tidak ada kelainan

8). Ekstremitas : Klien mengatakan nyeri pada bagian tangan atau kaki jika

penyakit asam urat kambuh, ia merasakan jika pada pagi hari yang dirasakan hilang

timbul

b. Pemeriksaan fisik Ibu

1). Keadaan umum : Baik

2). Kesadaran : Compos Mentis

3). Tanda-tanda vital :

a) TD : 110/80 mmHg

b) N : 82x/m

c) RR : 18x/m

d) Suhu : 36 ̊C

4). Kepala : Bentuk kepala Normal, tidak ada nyeri tekan

a) Rambut : Rambut berwarna putih dan terdapat uban, tidak ada ketombe

tidak rontok.

b) Mata : mata masih jelas melihat, tidak kabur, tidak menggunakan

alat bantu penglihatan seperti kacamata

c) Hidung : Hidung simetris , tidak ada nyeri tekan, dapat membedakan

bau

d) Telinga : simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen, tidak ada nyeri

e) Mulut : mukosa bibir lembab, tidak ada sariawan, mulut bersih.

5). Dada / Thorax

- I : tidak ada jejas , dada simetris

- P : tidak terdapat nyeri tekan

https://ejournal.stikesjypr.ac.id/index.php/snj P a g e 23 |
7
- P : terdengar pekak

- A : tidak ada bunyi nafas tambahan, bunyi jantung normal.

6). Perut / Abdomen :

- I : warna kulit simetris, tidak ada luka bekas operasi, tidak ada

jejas

- P : tidak ada nyeri tekan

- P : terdengar bunyi timpani

- A : bising usus 10x/m

7). Genetalia / Anus : normal , tidak ada keluhan

8). Ekstremitas : Tn. S.A tidak ada nyeri pada bagian ekstremitas atas dan

ekstremitas bawah

- HARAPAN KELUARGA

Harapan keluarga Bpk.AH adalah kesehtanya membaik, dan seluruh anggota keluarga
dapat menerapkan perilaku yang sehat di dalam keluarganya.

ANALISA DATA

NO DATA MASALAH
1 Data Subjectif: Defisit Pengetahuan
- Keluarga mengatakan Tn.
S.A menderita asam urat
- Tn.S.A mengatakan jarang
pergi ke puskesmas untuk
berobat
- Ibu A.S mengatakan Tn.S.A
tidak teratur mengkonsumsi
obatnya

DO:
- Pemeriksaan asam urat
Tn.S.A, 9 mg/dl
 TD : 130/ 80 mmHg

https://ejournal.stikesjypr.ac.id/index.php/snj P a g e 24 |
7
 N : 84x/m
 RR : 20x/m
 Suhu : 36,5 C
-
2 Data Subjektif: Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak
Edektif
1. Keluarga mengatakan Tn. S.A
menderita asam urat
2. Keluarga hanya merawat Tn. S.A
dirumah ketika sakitnya kambuh
3. Keluarga mengatakan Tn. S.A
tidak teratur mengkonsumsi
obatnya
4. Keluarga jarang membawa Tn.
S.A ke puskesmas ketika
sakitnya kambuh

DO:
- Pemeriksaan asam urat Tn. S.A, 9
mg/dl

https://ejournal.stikesjypr.ac.id/index.php/snj P a g e 25 |
7
SKALA PRIORITAS MASALAH

Masalah 1: Defisit Pengetahuan Asam Urat

RITERIA BOBOT PERHITUNGAN PEMBENARAN

Keluarga memerlukan
1. Sifat masalah tindakan segera untuk
 Aktual: 3 1
2/3x1=2/3 memperoleh perawatan
 Resiko: 2
dan pengobatan
 Potensial: 1

1/2x2=1
2. Kemungkinan Sumber-sumber dan
masalah dapat diubah
2 tindakan dapat
 Mudah: 2
dijangkau oleh keluarga
 Sebagian: 1
 Tidak dapat: 0

3. Kemungkinan 2/3x1=2/3 Memberikan


masalah dapat dicegah penyuluhan kesehatan
1
 Tinggi: 3 adalah cara sementara
 Cukup: 2 untuk bisa dilakukan
 Rendah: 1

4Menonjolnya masalah Keluarga menyadari


 Segera: 2 adanya masalah yang
 Tidak segera: 1 1 2/2x1= 1 harus di tangani
 Tidak dirasakan: 0

Skor 2 4/3

https://ejournal.stikesjypr.ac.id/index.php/snj P a g e 26 |
7
Masalah 2: Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif

No. Kriteria Perhitungan Pembenaran

1. SifatMasalah : Keluarga memerlukan


3 tindakan segera untuk
Skala : Wellness
3 memperoleh perawatan dan
Aktual 2 pengobatan
Risiko 1
Potensial

2. KemungkinanmasalahUntukDirubah Sumber-sumber dan tindakan


: dapat dijangkau oleh keluarga
1. Mudah
2. Sebagian 2
3. Tidak dapat 1
0

3. PotensialMasalahUntukDicegah : Keluarga mempunyai


1. Tinggi kemauan dalam tindakan
2. Cukup 3 perawatan dan
3. Rendah 2 penatalaksanaan
1

4. MenonjolnyaMasalah : Keluarga menyadari adanya


1. Segera ditangani masalah yang harus ditangani
2. Masalah ada tapi tidak perlu 2
ditangani 1
3. Masalah tidak dirasakan

Skor Total

https://ejournal.stikesjypr.ac.id/index.php/snj P a g e 27 |
7
Catatan :
Setelah ditentukan skor dari tiap criteria kemudian dilakukan perhitungan dengan
menggunakan rumus di bawah untuk menetapkan nilai masalah. Skor dibagi angka tertinggi
dikalikan bobot, jumlahkan skornya. Skor tertinggi merupakan prioritas diagnosis yang akan di
atas terlebih dahulu.
Skor x Bobot
= Nilai masalah
Skala Tertinggi

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KELUARGA

N Diagnosa SDKI Tujuan dan Kriteria Intervensi Metode Sumber/


O Hasil SLKI Pertemuan alat yang
dibutuhka
n.
1 Defisit Tingkat Kepatuhan Edukasi Kesehatan Pertemuan Leaftlet
Pengetahuan (L.12110) (I.12383) langsung
(D.0111)
Ekspektasi meningkat Observasi
Kriteria hasil : 1. Identifikasi kesiapan
 Verbalisasi dan kemampuan
kemauan menerima informasi
mematuhi program
perawatan atau Terapeutik
mengunjungi 2. Sediakan materi dan
fasilitas layanan media pendidikan
kesehatan kesehatan
meningkat 3. Jadwalkan pendidikan
 Verbalisasikompli kesehatan sesuai
kasi kesepakatan
penyakit/masalah 4. Berikan kesempatan
kesehatan cukup untuk bertanya
meningkat
 Resiko komplikasi Edukasi
penyakit/ masalah 5. Jelaskan faktor resiko
kesehatan menurun yang dapat
 Perilaku mengikuti mempengaruhi
program perawatan kesehatan
membaik 6. Ajarkan perilaku
 Tanda dan gejala hidup bersih dan
cukup membaik sehat
2 Manajemen Tingkat Kepatuhan Perlibatan Keluarga Pertemuan Leaflet
Kesehatan (L.12110) (I.14525) Langsung
Keluarga tidak
Efekif Ekspektasi meningkat Observasi
(D.0115) Kriteria hasil : 1. Identifikasi kesiapan
 Bpk. AH dan keluarga untuk
terlibat dalam
keluarga
perawatan

https://ejournal.stikesjypr.ac.id/index.php/snj P a g e 28 |
7
memahami tentang
Terapeutik
asam urat
2. Diskusikan cara
 Kelurga dapat perawatan di rumah
merawat anggota
keluarganya yang Edukasi
terkena asam urat 3. Anjurkan keluarga
secara optimal terlibat dalam
perawatan

https://ejournal.stikesjypr.ac.id/index.php/snj P a g e 29 |
7
IMPLEMENTASI EVALUASI

N DIAGNOSA HARI/TGL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI


O
1 Defisit Pengetahuan Rabu, 9 Mei 2022 Edukasi Kesehatan S:
(D.0111) (I.12383) Klien mengatakan
Jam: 11.30
sudah mengerti
Observasi dengan apa yang
1. Identifikasi telah disampaikan
kesiapan dan
kemampuan O:
menerima - TD: 130/90
informasi mmHg
- RR: 20 x/m
Terapeutik - N: 80 x/m
2. Sediakan materi
dan media A: masalah belum
pendidikan teratasi
kesehatan
3. Jadwalkan P: Pertahankan
pendidikan Intervensi
kesehatan sesuai
kesepakatan
4. Berikan
kesempatan untuk
bertanya

Edukasi
5. Jelaskan faktor
resiko yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
6. Ajarkan perilaku
hidup bersih dan
sehat

https://ejournal.stikesjypr.ac.id/index.php/snj P a g e 30 |
7
IMPLEMENTASI EVALUASI

N DIAGNOSA HARI/TGL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI


O
2. Manajemen Kesehatan Senin, 22 Mei Perlibatan Keluarga S:
Keluarga tidak Efekif (I.14525) Klien dan keluarga
2023
(D.0115) mengatakan lebih
Jam: 10.30 Observasi mmemahami cara
1. Identifikasi merawat penderita
kesiapan keluarga asam urat
untuk terlibat
dalam perawatan O:
- Klien dan
Terapeutik keluarga dapat
2. Diskusikan menyebutkan
cara perawatan di beberapa cara
rumah merawat
penderita asam
Edukasi urat
3. Anjurkan keluarga
terlibat dalam A: masalah teratasi
perawatan
P: Pertahankan
Intervensi

https://ejournal.stikesjypr.ac.id/index.php/snj P a g e 31 |
7
CATATAN PERKEMBANGAN

N DIAGNOSA HARI/TGL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI


O
1 Defisit Pengetahuan Selasa, 23 Mei Edukasi Kesehatan S: pasien
(D.0111) (I.12383) mengatakan sudah
2023
mengerti dengan apa
Jam: 10.30 Observasi yang telah
1. Identifikasi disampaikan
kesiapan dan
kemampuan O:
menerima - TD: 120/80
informasi mmHg
- RR: 20 x/m
Terapeutik - N: 89 x/m
2. Sediakan materi
dan media A: masalah teratasi
pendidikan
kesehatan P: Pertahankan
3. Jadwalkan Intervensi
pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
4. Berikan
kesempatan untuk
bertanya

Edukasi
5. Jelaskan faktor
resiko yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
6. Ajarkan perilaku
hidup bersih dan
sehat

Nama Jurnal Efektivitas Penggunaan Terapi AKupresur Pada Penurunan


Skala pada Penurunan Skala Nyeri Gout Arthritis pada
Lansia di Panti Werdha Yayasan Guna Budi Bakti
P (Population) Populasi terdiri dari 67 lansia dan 44 penderita gout artritis.
Teknik pengambilan sampel menggunakan sampling jenuh,
dimana semua anggota populasi digunakan sebagai sampel

https://ejournal.stikesjypr.ac.id/index.php/snj P a g e 32 |
7
(Anshori & Iswati, 2017). Sampel penelitian adalah 44
orang.
I (Intervention) Tindakan yang dilakukan yaitu terapi akupresure pada pasien
gout artritis
C (Comparison) Berdasarkan hasil analisis dari Tabel 4 terlihat bahwa antara
variabel skala nyeri pre test dan post test dilakukan terapi
akupresur dengan nilai Z sebesar -5,354 dengan nilai Sig
sebanyak 44 orang. (2- tailed), yaitu 0,00 <0,05.
O (Outcome) Berdasarkan intervensi yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa sebelum dilakukan terapi akupresur
pada responden mayoritas data nyeri berat dan minoritas
ringan. Setelah diberikan terapi akupresur pada responden
didapatkan mayoritas nyeri ringan dan minoritas nyeri
berat. Terdapat pengaruh penggunaan terapi akupresur
terhadap penurunan nyeri artritis gout pada lansia. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pedoman dalam
melakukan terapi akupresur dalam mengatasi nyeri sendi
pada lansia
S (Study) Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain
quasi eksperimen dengan one group pretest posttest design.
Analisis bivariat menggunakan uji Wilcoxon

https://ejournal.stikesjypr.ac.id/index.php/snj P a g e 33 |
7
p-ISSN 2615-286X | e-ISSN 2798-5075

DOI 1052646

PENGARUH TERAPI AKUPRESUR DALAM MENURUNKAN NYERI


PADA LANSIA DENGAN ASAM URAT DI BALAI PELAYANAN
SOSIAL DEWANATA CILACAP

Vadilla rachma zein1


Mahasiswa Program Studi Ners, Fakultas Kesehatan, Universitas Harapan Bangsa
zen.zein710@gmail.com

Prasanti Andriani2
Dosen Program Studi Ners, Fakultas Kesehatan, Universitas Harapan Bangsa

pra.adriani@gmail.com

ABSTRAK

Pendahuluan: Lansia akan mengalami risiko kesehatan akibat adanya proses menua sehingga
terjadi penurunan fungsi tubuh yang akan mengakibatkan rentan terkena penyakit tidak menular.
Salah satunya ialah asam urat dimana keluhan utama yang muncul ialah nyeri, beberapa pengobatan
dapat digunakan untuk mengatasi asam urat baik secara farmakologi dan non farmakologi. Pada
pengobatan farmakologi dapat menggunakan obat golongan OAINS dan penurun asam urat,
sedangkan pada pengobatan non farmakologi dapat menggunakan terapi akupresur untuk membantu
menurunkan keluhan yang terjadi. Akupresur mampu memunculkan rasa nyaman, meningkatkan
sirkulasi darah dan menurunkan nyeri yang muncul pada persendian. Tujuan: dilakukan penelitian
ini adalah untuk melihat adanya dampak pemberian terapi akupresur pada lanjut usia dengan
diagnosa medis asam urat. Metode Penelitian : menggunakan desain experimental one group
pretest-post test dimana memberikan implementasi akupresur selama 15-30 menit yang diberikan 1
kali dalam sehari selama 3 hari berturut-turut yang debelumnya skala nyeri (numerik) diukur
menggunakan format yang telah di sediakan dengan mean sebelum diberikan terapi akupresur.
Hasil: penelitian menunjukkan adanya penurunan skala nyeri diamana pada hari pertama terukur
nyeri sedang (6) dan setelah diberikan terapi skala nyeri turun menjadi nyeri sedang (4), pada hari
kedua ditemukan nyeri sedang (4) sebelum diberikan terapi dan turun menjadi nyeri ringan (3)
setelah diberikan terapi, kemudian pada hari ketiga nyeri berada di nyeri ringan (3) sebelum
diberikan terapi dan turun menjadi nyeri ringan (2).

https://ejournal.stikesjypr.ac.id/index.php/snj P a g e 34 |
7
Kata Kunci: Terapi Akupresur, Nyeri, Asam Urat

ABSTRACT

Introduction: The elderly will experience health risks due to the aging process so that there is a
decrease in body functions which will make them vulnerable to non-communicable diseases. One of
them is gout where the main complaint that arises is pain, several treatments can be used to treat
gout both pharmacologically and non-pharmacologically. In pharmacological treatment, NSAIDs
and uric acid-lowering drugs can be used, while in non-pharmacological treatment, acupressure
therapy can be used to help reduce complaints that occur. Acupressure is able to create a sense of
comfort, increase blood circulation and reduce pain that appears in the joints. Purpose: This study
was conducted to see the impact of giving acupressure therapy to the elderly with a medical
diagnosis of gout. Research Method: using an experimental one group pretest-post test design
which provides the implementation of acupressure for 15-30 minutes which is given once a day for 3
consecutive days, before which the pain scale (numeric) was measured using the format provided
with the mean before given acupressure therapy. Results: the study showed a decrease in the pain
scale where on the first day moderate pain was measured (6) and after being given therapy the pain
scale decreased to moderate pain (4), on the second day moderate pain was found (4) before being
given therapy and decreased to mild pain ( 3) after being given therapy, then on the third day the
pain was in mild pain (3) before being given therapy and it went down to mild pain (2).

Keywords: Acupressure Therapy, Pain,


Gout

https://ejournal.stikesjypr.ac.id/index.php/snj P a g e 35 |
7
Vadilla rachma zein : Pengaruh Terapi Akupresur Dalam Menurunkan Nyeri Pada Lansia

Dengan Asam Urat Di Balai Pelayanan Sosial Dewanata Cilacap

https://ejournal.stikesjypr.ac.id/index.php/snj P a g e 36 |
7
PENDAHULUAN terserang sakit salah satunya penyakit
tidak menular (degeneratif)
Berdasarkan UU nomor 13 tahun 1998
(Kuswandono,
lansia merupakan seseorang yang
2019). Penyakit tidak menular yang terjadi
memiliki usia 60 (enam puluh) tahun
pada lansia salah satunya ialah asam urat.
keatas (Statistik, 2020). Perkembangan
Asam urat atau biasa disebut dengan gout
jumlah lansia semakin tahun juga
merupakan salah satu penyakit yang
mengalami peningkatan yang sangat
terjadi akibat adanya peningkatan kadar
pesat baik itu pada skala dunia maupun
asam urat serum atau biasa disebut
di indonesia sendiri. Data WHO
hiperurisemia yang terjadi berangsur-
menunjukkan kelompok lansia pada tahun
angsur lamanya (kronis) sehingga
2020 mengalami peningkatan yang sangat
menyebabkan terjadinya disposisi kristal
cepat sebanyak 11% dari 6.9 milyar
MSU pada persendiran (IRA, 2018).
penduduk di dunia dan bahkan jumlahnya
Didapati hampir 90% penderita akan
menyamai total kelompok balita (Kiik et
mengalami gejala pertama dimana nyeri
al., 2018). Sedangkan di indonesia jumlah
pada persendian dan sendi antara ruas
lansia telah melebihi 7% dari jumlah total
tulang telapak kaki dengan jari- jari kaki
penduduk (Kemenkes, 2017).
(Afnuhazi, 2019).

Pada penelitian sebelumnya juga


Pengobataan asam urat pada umunya
menyatakan bahwa lansia memiliki 3
terbagi menjadi 2 (dua) yaitu secara
(tiga) karakteristik resiko kesehatan,
farmakologi dan nonfarmakologi.
diantaranya risiko biologi, sosial dan
Beberapa obat yang dapat digunakan pada
lingkungan serta risiko perlaku atau gaya
gout akut adalah obat golongan OAINS
hidup. Resiko biologi ialah resiko yang
(obat anti inflamasi non steroid) dan pada
disebabkan karena bertambahnya usia
gout kronis untuk menurunkan kadar
(menua) pada lansia sehingga
serum asam urat (IRA, 2018). Sedangkan
mengakibatkan terjadi penurunan fungsi
pengobatan nonfarmakologi yang dapat
biologis, risiko sosial dan lingkungan
dilakukan pada penderita gout adalah
merupakan keadaan dimana sosial atau
dengan terapi herbal dan komplementer.
lingkungan dapat memicu memunculkan
Pada terapi herbal memanfaatkan tanaman
stressor, sedangkan risiko perilaku dan
atau buah-buahan yang memiliki manfaat
gaya hidup ialah pola kebiasaan individu
untuk menurunkan asam urat dan terapi
terutama lansia yang memicu munculnya
akupresur dengan pemberian penekanan
penyakit atau kematian pada lansia seperti
pada titik meredian ginjal yang bertujuan
kurang beraktivitas dan mengkonsumsi
untuk memperbaiki atau mengoptimalkan
makanan yang kurang sehat (Kiik et al.,
fungsi sekresi ginjal sehingga ginjal akan
2018).
mengekresi asam urat dengan baik,
sehingga akan terjadi penurunan kadar
Resiko yang akan terjadi pada lansia asam urat darah (Rakhman et al., 2015).
terutama akibat dari penurunan fungsi Menurut yurdanur pada tahun 2012
tubuh menjadikan lansia mudah sekali akupresur menjadi teknik pengobatan
https://ejournal.stikesjypr.ac.id/index.php/snj P a g e 37 |
7
tradisional di negara Cina. Dengan
pemberian akupresur di percaya mampu
menurunkan rasa nyeri, mengobati
berbagai penyakit dan cidera pada organ
tubuh (Pribadi et al., 2021). Menurut
Sunaringtyas dan Nuari pada tahun 2019,
dengan adanya pemberian terapi akupresur
ternyata benar bermanfaat untuk mengatasi
gejala nyeri yang muncul pada persendian,

https://ejournal.stikesjypr.ac.id/index.php/snj P a g e 38 |
7
Sentani Nursing Journal

Volume 5 Nomor 1 Tahun 2022 Halaman 1-7

mampu meningkatkan kemampuan otot Asam Urat Di Balai Pelayanan Sosial


dan rentan gerak, memunculkan rasa Dewanata Cilacap”
nyaman dan mampu meningkatkan
sirkulasi darah pada persendian (Harapan
Ziliwu et al., 2021)
METODE PENELITIAN

Berdasarkan hasil pra survey terdapat Desain penelitian ini


menggunakan
40 orang dari 98 orang lanjut usia yang
menderita asam urat di Balai Pelayanan experimental dengan pendekatan
Sosial Dewanata Cilacap. Selain itu pendekatan one group pretest-postest
ditemukan hasil pengakuan dari salah satu without control group. Subyek yang
lansia dimana sejauh ini hanya digunakan pada penelitian ini ialah salah
mengkonsumsi obat untuk menurunkan satu lansia yang berada di Balai Pelayanan
nyeri dan asam uratnya serta hanya Sosial Dewanata Cilacap dan dipilih
memijat bagian yang terasa nyeri sesuai dengan kriteria inklusi yang telah di
menggunakan minyak urut. Lansia susun oleh peneliti sebelumnya.
tersebut didapati mengaku belum pernah Kriteria inklusi dalam penelitian ini
mendapat terapi lainnya untuk mengatasi diantaranya : 1) Berjenis kelamin laki-laki
nyeri yang dialami. maupun perempuan, 2) Memiliki diagnosa
medias asam urat, 3) Tidak memiliki
penyakit penyerta lainnya (komplikasi), 4)
Pada dasarnya dengan adanya
Bersedia diberikan asuhan keperawatan
penatalaksanaan yang tepat akan
sesuai dengan waktu yang ditentukan
membantu seseorang terutama lansia
peneliti. Teknik pengumpulan data dengan
dalam mengurangi rasa nyeri yang dialami
cara wawancara untuk mendapatkan data
pada sendinya yang akan mengganggu
subyektif dan melakukan observasi
kehidupan sehari-hari pada lansia. Oleh
(pemeriksaan fisik) untuk memperoleh
sebab itu sebagai perawat yang akan
data objektif. Penelitian ini dilakukan
memberikan implementasi pada pasien
Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 1
untuk mengurangi gejala yang terjadi ialah
Januari – 1 Februari 2022. Peneliti
dengan memberikan terapi
melakukan pengkajian pada tanggal 1
nonfarmakologi pada penderita gout.
Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik November 2021. Kemudian peneliti
untuk melakukan upaya menurunkan nyeri memberikan implementasi/perlakuan
yang terjadi pada pasien dengan asam mulai tanggal 5 – 7 Novemeber 2021.
urat yang berjudul Lokasi dilakukan penelitian adalah Balai
Pelayanan Sosial Dewanata Cilacap.
”Pengaruh Terapi Akupresur dalam
Instrumen yang digunakan peneliti ialah
Menurunkan Nyeri Pada Lansia dengan

https://ejournal.stikesjypr.ac.id/index.php/snj P a g e 39 |
7
format asuhan keperawatan lansia tahun 2008 dimana penyebab penyakit
(pengkajian-evaluasi) yang telah di pada kelompok dewasa berasal dari luar
tentukan oleh universitas harapan bangsa . tubuh, yang mana hal ini terjadi sebaliknya
Sebelum data diambil peneliti melakukan pada kelompok lanjut usia yaitu penyebab
wawancara, pengkajian head to toe dan adanya penyakit berasal dari dalam tubuh,
mengukur skala nyeri (numerik) hal ini dikarenakan adanya penurunan
menggunakan format yang telah tersedia fungsi organ tubuh yang diakibatkan
selama 30 menit, kemudian menganalisa dari kerusakan sel-sel tubuh itu sendiri
data, menarik diagnosa, menentukan (menua). Pada lansia akan mengalami
luaran dan menyusun intervensi (rencana penurunan mulai dari hormon, enzim dan
keperawatan) sesuai panduan SDKI zat lain yang dibutuhkan oleh tubuh
(standar diagnosa keperawatan indonesia), sehingga lansia mudah seali terserang
SLKI (standar luaran keperawatan infeksi (Nasir,
indonesia) dan SIKI (standar intervensi
keperawatan indonesia) dan melakukan 2019).
implementasi 3 x 24 jam dengan Selain itu tingkat pendidikan
memberikan terapi akupresur sebanyak 1 seseorang juga mempengaruhi
kali dalam 3 hari, selama 15-30 menit. pengetahuan dan wawasan yang dimiliki
Kemudian peneliti akan seseorang. Hal ini dijelaskan pada
mengevaluasiskala nyeri pada subyek penelitian sebelumnya dimana rendahnya
penelitian apakah terjadi perubahan skala pendidikan seseornag menjadikan
nyeri setelah diberikan terapi akupresur. kurangnya dalam mengakses isnformasi
kesehatan bagi suatu keluarga (Hargi,
2013; Nurlaeli, 2020).
Vadilla rachma zein : Pengaruh Terapi
Akupresur Dalam Menurunkan Nyeri Berdasarkan hasil pengkajian yang
Pada Lansia dilakukan pada tanggal 1 November 2021,
didapati Ny. S mengeluh sendi kaki dan
Dengan Asam Urat Di Balai Pelayanan tangan terasa nyeri, pada pengkajian nyeri
Sosial Dewanata Cilacap dan mengukur skala nyeri menggunakan
skala numerik diperoleh : nyeri akan
HASIL DAN PEMBAHASAN
terasa saat melakukan aktivitas, nyeri yang
Karakteristik dialami seperti menusuk-nusuk, adanya
Responden nyeri mengakibatkan subyek tidak dapat
melakukan aktivitas berat, skala nyeri
Didapat subyek bernama Ny. S menunjukkan angka 6 (nyeri sedang)
berjenis
dan waktu munculnya nyeri ialah kadang-
kelamin perempuan dan berusia 65 tahun. kadang. Hal ini selaras pada penelitian
Ny. S memeiliki pendidikan terakhir SD. Rusita tahun
Pada umumnya asam urat sering terjadi
pada usia lanjut dimana seseorang yang 2016 yang menyatakan adanya kadar asm
berusia lebih dari 60 tahun. Seperti yang urat yang tinggi dan terjadi berangsur
disampaikan oleh penelitian Maryam dkk lamanya dapat menjadikan adanya
pembentukan kristal urat yang terbentuk
https://ejournal.stikesjypr.ac.id/index.php/snj P a g e 40 |
7
pada akan terjadi terus menerus dan yang sering terasa nyeri ialah pangkal ibu
menumpuk yang akan menjadikan jari kaki, lutut, sendi pergelangan kaki,
rusaknya jaringan dan akan memunculkan tangan dan siku (Marlinda & Putri, 2019).
rasa nyeri dan peradangan. Beberapa sendi

Diperkuat oleh peneliti lainnya dimana untuk mengurangi nyeri, disini peneliti
terdapat 13 orang yang memiliki keluhan memberikan terapi akupresur. Peneliti
utama adanya nyeri pada sendi tubuh, 10 juga memberikan tindakan edukasi
dari terkait strategi meredakan nyeri serta
melakukan tindakan kolaboratif seperti
13 orang lansia mengaku nyeri berada melakukan konsultasi terhadap
pada skala sedang dan 3 orang lainnya petugas kesehatan lainnya (PPNI,
berada pada skala berat (Asmarani, 2018). 2016b).
Adanya gejala nyeri yang timbul ternyata
pada enelitian sebelumnya Pengaruh Terapi Akupresur Terhadap
mengungkapkan dapat mempengaruhi
aktivitas fisik pasien (terbatas), sehingga Nyeri yang Dialami
mengakibatkan adanya ketidakmampuan Setelah dilakukan implementasi
seseorang dalam memenuhi kebutuhan terapi akupresur 15-30 menit setiap 1
sehati-hari dan cenderung membuthkan hari sekali
bantuan orang lain (Seran et al., 2016) selama 3 hari berturut-turut didapat adanya
6
Analisa Data
penurunan skala nyeri dimana pada hari
Melihat data yang diperoleh, peneliti 5
h
melakukan analisa data dan pertama (13 januari 2022) subyek masi
n mengeluhkan nyeri, setelah dilakuka
4
menentukan diagnosa sesuai dengan
Skala Nyeri

t
panduan SDKI. Diagnosa yang
a pengkajian subyek menyatakan bahwa saa
merujuk pada masalah tersebut ialah
nyeri akut berhubungan degan agen 3

cedera fisiologis (D.0077) dimana


ini penyebab nyeri akan bertambah
berdasarkan gejala yang muncul
ketik 2
beraktivitas, qualitas nyeri
adanya keluhan nyeri (PPNI,
2016a). Untuk mengatasi seperti tertusuk- tusuk, tempat terasa nyeri
permasalahan yang terjadi peneliti aialah sendi kaki dan tangan, skala nyeri
menyusun intervensi keperawatan menurun dari yang semula 6 (sedang),
yang mengikuti panduan SIKI yaitu setelah diberikan implementasi menjadi 4
melakukan manajemen nyeri (nyeri sedang) dan waktu munculnya
(I.08238), dimana melakukan nyeri sudah kadang- kadang. Pada hari
kedua (14 januari 2022) subyek masih
observasi berupa mengidentifikasi
mengeluhkan nyeri, dimana setelah
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
dilakukan pengkajian nyeri Ny. S
kualtas, intensitas dan skala nyeri,
menyatakan bahwa saat ini penyebab nyeri
melakukan tindakan terapeutik dengan
akan bertambah ketika beraktivitas,
memberikan teknik nonfarmakologis

https://ejournal.stikesjypr.ac.id/index.php/snj P a g e 41 |
7
qualitas nyeri seperti tertusuk-tusuk,
tempat terasa sendi kaki akantetapi nyeri
di sendi tangan sudah mulai berkurang,
skala nyeri sebelum dilakukan
implementasi adalah 4 (nyeri sedang),
namun setelah dilakukan implementasi
menjadi skala 3 (nyeri ringan) dan waktu
munculnya nyeri sudah jarang-jarang
hanya kalau berjalan lama dan
mengangkat beban berat saja Pada hari
ketiga (15 januari 2022) subyek masih
mengeluhkan nyeri akan tetapi saat ini
sudah mulai membaik jarang sekali
muncul nyeri, dimana setelah dilakukan
pengkajian nyeri Ny. S menyatakan bahwa
saat ini penyebab nyeri akan Nyeri
bertambah ketika beraktivitas berat dan
lama, qualitas nyeri seperti tertusuk-tusuk,
tempat terasa nyeri pada sendi kaki dan
pada tangan sudah mulai

https://ejournal.stikesjypr.ac.id/index.php/snj P a g e 42 |
7
Sentani Nursing Journal

Volume 5 Nomor 1 Tahun 2022 Halaman 1-7


1membaik, skala nyeri sebelum dilakukan
implementasi ialah skala 3 (nyeri ringan), 4 4
kemudian skala nyeri menurun setelah di
berikan implementasu menjadi skala 2 (nyeri
ringan) dan waktu munculnya nyeri sudah
sangat jarang. 3

Ny.S

Pre Post Pre Post Pre Post

terapi terapi terapi terapi terapi terapi

(D.1) (D.1) (D.2) (D.2) (D.3) (D.3)

Diagram 1. Skala Nyeri Sebelum dan

. Sesudah Diberikan Akupresur

Dilihat dari diagram di atas setelah


diberikan terapi akupresur ternyata mampu
menurunkan skala nyeri yang semula nyeri
berada pada skala 6 (nyeri sedang)
kemudian diberikan implementasi selama
3 hari berturut-turut menjadi skala 2 (nyeri
ringan). Hal ini selaras pada penelitian
sebelumnya dimana didapatkan 27 orang
dari 44 orang mengalami nyeri berat
akibat asam urat dan setelah diberikan
terapi akupresur selama 15-30 menit
dalam waktu

7 hari ternyata mampu menurunkan skala


nyeri menjadi ringan dan hanya sebagian
kecil yang masih mengeluhkan nyeri pada
skala berat (Harapan Ziliwu et al., 2021).

Pemberian terapi akupresur ternyata


akan merangsang sel saraf dan mampu
mengontrol tekanan darah serta

https://ejournal.stikesjypr.ac.id/index.php/snj P a g e 43 |
7
menyeimbangkan energi qi dalam tubuh
sehingga mampu mengatasi, mengurangi

https://ejournal.stikesjypr.ac.id/index.php/snj P a g e 44 |
7
Vadilla rachma zein : Pengaruh Terapi Akupresur Dalam Menurunkan Nyeri Pada Lansia

Dengan Asam Urat Di Balai Pelayanan Sosial Dewanata Cilacap


bahkan menghilangkan rasa nyeri yang SARAN
timbul baik akut maupun kronis (Haryani
Melihat adanya efektifitas yang
& Misniarti, 2020). Tidak hanya itu timbul dari pemberian akupresur dalam
mengurangi nyeri pada pasien lansia yang
adanya penekanan pada tubuh ternyata
menderita asam urat, penelitian ini dapat
mampu meningkatkan kadar endorfin, dijadikan literatur untuk mengembangkan
fisiologis yang berhubungan dengan aliran ilmu selanjutnya dan digunakan sebagai
darah dan aktivitas oksigen serta persepso tindakan terapeutik di dunia kesehatan
dalam menurunkan intensitas nyeri khususnya keperawatan sebagai
(Kurniyawan, pengobatan non farmakologi pada
penderita asam urat dalam mengurangi
2016).
nyeri yang dialami.

SIMPULAN UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian masalah keperawatan Setelah simpulan, juga dapat


pada Ny.S dengan diagnosa medis asam dicantumkan ucapan terima kasih (jika
urat melalui pemberian implementasi
terapi ada) kepada pihak tertentu yang telah
mendukung penelitian.
akupresur yang dilakukan selama 15-30
menit setiap 1 kali sehari dalam waktu 3 DAFTAR
hari berturut-turut mampu menurunkan PUSTAKA
skala
Afnuhazi, R. (2019). Faktor - Faktor Yang
nyeri pada lansia yang menderita asam
urat seteah dilakukan pengkajian Berhubungan Dengan Kejadian
nyeri dan
Asam Urat Pada Lansia (45 – 70
mengukur menggunakan skala numerik,
yang dibuktikan oleh data penelitian
Tahun). Human Care Journal, 4(1),
dimana skala nyeri sebelum diberikan
akupresur pada hari pertama berada pada
34.
skala nyeri sedang (6) dan setelah
diberikan akupresur berada pada skala https://doi.org/10.32883/hcj.v4i1.242
nyeri sedang (4). Pada hari kedua sebelum
diberikan terapi akupresur nyeri berada Asmarani, F. L. (2018). Terapi
pada skala nyeri sedang (4) dan Komplementer Akupunktur. 5(2),
setelah diberikan terapi akupresur turun
menjadi skala nyeri ringan (3), dan pada 373–377.
hari ketiga didapat skala nyeri ringan (3)
sebelum diberikan terapi dan setelah Harapan Ziliwu, K., kristianis Zalukhu, F.,
diberikan terapi berada pada skala nyeri Luthfi Rifai, M., Hosada Halawa, D.,
ringan (2). Gultom, M., & Anggeria, E. (2021).

https://ejournal.stikesjypr.ac.id/index.php/snj P a g e 45 |
7
The Effectiveness of the Use of Kurniyawan, E. H. (2016). Narrative
Acupressure Therapy on Reducing Review: Terapi Komplementer
Alternatif Akupresur dalam
the Pain Scale of Gout Arthritis in the Menurunkan Tingkat Nyeri.
Elderly at the Guna Budi Bakti
Foundation Nursing Home. Sjik.Org, Kuswandono, E. (2019). Hubungan
Perilaku Olahraga terhadap
10(1), 1280–1286. Hipertensi pada Lansia di Puskesmas
https://doi.org/10.30994/sjik.v10i1.7 Sidomulyo Pekanbaru. Ensiklopedia
84 of Journal, 1(4), 147–152.

Hargi, J. P. (2013). Hubungan dukungan Marlinda, R., & Putri, D. (2019).


suami dengan sikap ibu dalam Penurunan Kadar Asam Urat Pasien
pemberian ASI eksklusif di Wilayah Arthritis Gout. Jurnal Kesehatan
Kerja Puskesmas Arjasa Kabupaten Saintika Meditory, 2(1), 62–70.
Jember.
Nasir, M. (2019). Gambaran Asam Urat
Haryani, S., & Misniarti, M. (2020). Pada Lansia Di Wilayah Kampung
Selayar Kota Makassar. Jurnal
Efektifitas Akupresure dalam Media Analis Kesehatan, 8(2), 78.
Menurunkan Skala Nyeri Pasien
https://doi.org/10.32382/mak.v8i2.84
Hipertensi Diwilayah Kerja
Puskesmas Perumnas. Jurnal 2
Keperawatan Raflesia, 2(1), 21–30.
Nurlaeli, H. (2020). Pentingnya
IRA, P. (2018). Pedoman Diagnosis dan pendidikan kesehatan reproduksi dan
Pengelolaan Gout Rekomendasi seksualitas pada remaja santri putri
Pedoman Diagnosis dan Pengelolaan
Gout Perhimpunan Reumatologi Pondok Pesantren Watu Ringkel
Darussalam-Karangpucung.
Indonesia. Perhimpunan Wijayakusuma Prosiding Seminar
Reumatologi Indonesia. NasionaL, 1(1), 204–215.

Kemenkes. (2017). Analisa lansia 2017. PPNI. (2016a). Standar diagnosis


keperawatan indonesia : definisi dan
Pusat data dan informasi kementrian indikator diagnostik, Edisi 1. DPP
kesehatan RI. PPNI.

Kiik, S. M., Sahar, J., & Permatasari, H. PPNI. (2016b). Standar intervensi
(2018). Peningkatan kualitas hidup keperawatan indonesia : definisi dan
lanjut usia (lansia) di kota depok tindakan keperawatan, Edisi 1
cetakan II. DPP PPNI.
dengan latihan keseimbangan. Jurnal
Keperawatan Indonesia, 21(2), 109– Pribadi, T., Rahma, A., & Yulendasari, R.

116. (2021). Pemberian Akupresur Untuk

Menurunkan Nyeri Dan Kadar Asam

https://ejournal.stikesjypr.ac.id/index.php/snj P a g e 46 |
7
Urat Pada Klien Asam Urat Di
Poncowarno Kecamatan Kalirejo
Lampung Tengah. Jurnal Kreativitas
Pengabdian Kepada Masyarakat
(Pkm), 4(3), 515–519.
https://doi.org/10.33024/jkpm.v4i3.2

842

Rakhman, A., Purnawan, I., & Purwadi,


A. R. (2015). Pengaruh Terapi
Akupressure Terhadap Kadar Asam
Urat Darah Pada Lansia. Jurnal
Skolastik Keperawatan, 1(2), 62–68.

Seran, R., Bidjuni, H., & Onibala, F.


(2016). Hubungan Antara Nyeri Gout
Arthritis Dengan Kemandirian Lansia
Di Puskesmas Towuntu Timur
Kecamatan Pasan Kabupaten
Minahasa Tenggara. Jurnal
Keperawatan, 4(1).

Statistik, B. pusat. (2020). Statistik


penduduk lanjut usia 2020. badan
pusat statistik

https://ejournal.stikesjypr.ac.id/index.php/snj P a g e 47 |
7
https://ejournal.stikesjypr.ac.id/index.php/snj P a g e 48 |
7

Anda mungkin juga menyukai