Oleh :
A. Pengertian
Gout Arthritis merupakan salah satu penyakit inflamasi sendi yang
paling sering ditemukan yang ditandai dengan penumpukan Kristal
Monosodium Urat di dalam ataupun di sekitar persendian. Monosodium Urat
ini berasal dari metabolisme Purin. Hal penting yang mempengaruhi
penumpukan Kristal Urat adalah Hiperurisemia dan supersaturasi jaringan
tubuh terhadap Asam Urat. Apabila kadar Asam Urat di dalam darah terus
meningkat dan melebihi batas ambang saturasi jaringan tubuh, penyakit Gout
Arthritis ini akan memiliki manifestasi berupa penumpukan Kristal
Monosodium Urat secara Mikroskopis maupun Makroskopis berupa Tofi
(Zahara,2013).
A. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan,
kemudian dalam mengkaji harus memperhatikan data dasar dari klien,
untuk informasi yang diharapakan dari klien (Iqbal dkk, 2011).
Fokus pengkajian pada Lansia dengan Gout Arthritis:
1. Identitas
Meliputi nama, usia, jenis kelamin, alamat, pendidikan dan pekerjaan.
2. KeluhanUtama
Keluhan utama yang menonjol pada klien Gout Arthritis adalah
nyeri dan terjadi peradangan sehingga dapat menggangu aktivitas klien.
3. Riwayat PenyakitSekarang
Didapatkan adanya keluhan nyeri yang terjadi di otot sendi. Sifat
dari nyerinya umumnya seperti pegal/di tusuk-tusuk/panas/di tarik-
tarik dan nyeri yang dirasakan terus menerus atau pada saat bergerak,
terdapat kekakuan sendi, keluhan biasanya dirasakan sejak lama dan
sampai menggangu pergerakan dan pada Gout Arthritis Kronis
didapakan benjolan atan Tofi pada sendi atau jaringan sekitar.
4. Riwayat PenyakitDahulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita oleh klien, apakah keluhan
penyakit Gout Arthritis sudah diderita sejak lama dan apakah mendapat
pertolongan sebelumnya dan umumnya klien Gout Arthritis disertai
dengan Hipertensi.
5. Riwayat PenyakitKeluarga
Kaji adakah riwayat Gout Arthritis dalam keluarga.
6. RiwayatPsikososial
Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang diderita dan
penyakit klien dalam lingkungannya. Respon yang didapat meliputi
adanya kecemasan individu dengan rentan variasi tingkat kecemasan
yang berbeda dan berhubungan erat dengan adanya sensasi nyeri,
hambatan mobilitas fisik akibat respon nyeri dan kurang pengetahuan
akan program pengobatan dan perjalanan penyakit. Adanya perubahan
aktivitas fisik akibat adanya nyeri dan hambatan mobilitas fisik
memberikan respon terhadap konsep diri yang maladaptif.
7. RiwayatNutrisi
Kaji riwayat nutisi klien apakah klien sering menkonsumsi
makanan yang mengandung tinggi Purin.
8. PemeriksaanFisik
Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
dari ujung rambut hingga ujung kaki (head to toe). Pemeriksaan fisik
pada daerah sendi dilakukan dengan inspeksi dan palpasi. Inspeksi
yaitu melihat dan mengamati daerah keluhan klien seperti kulit, daerah
sendi, bentuknya dan posisi saat bergerak dan saat diam. Palpasi yaitu
meraba daerah nyeri pada kulit apakah terdapat kelainan seperti
benjolan dan merasakan suhu di daerah sendi dan anjurkan klien
melakukan pergerakan yaitu klien melakukan beberapa gerakan
bandingkan antara kiri dan kanan serta lihat apakah gerakan tersebut
aktif, pasif atauabnormal.
9. PemeriksaanDiagnosis
a. Asam Urat meningkat dalam darah dan urin.
b. Sel darah putih dan laju endap darah meningkat (selama
faseakut).
c. Pada aspirasi cairan sendi ditemukan kritalurat.
d. PemeriksaanRadiologi.
B. Diagnosa Keperawatan
Menurut NANDA (2015) diagnosa yang dapat muncul pada klien
Gout Arthritisyang telah disesuaikan dengan SDKI (2017) adalah:
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (D.0077).
2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
persendian(D.0054).
3) Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit(D.0130).
4) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait
penyakit(D.0074).
5) Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan
kelebihancairan (peradangan kronik akibat adanya kristal
urat)(D.0129).
6) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri pada persendian
(D.0055).
C. Perencanaan
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai
dengan diagnosis keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan
terpenuhinya kebutuhan klien. (Iqbal dkk, 2011).
N Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
o Keperawatan hasil
1. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Lakukan
berhubungan asuhan keperawatan pengkajian
dengan agen diharapkan nyeri hilang nyeri secara
cedera atau terkontrol dengan komprehensif
biologis(D.0077) kriteria hasil : termasuk lokasi,
. 1. Melaporkan Bahwa karakteristik,
Nyeri Berkurang durasi,
Dengan Mengguna frekuensi dan
Kan Manajemen kualitas nyeri.
Nyeri. 2. Pantau kadar
2. Mampu Mengenali asam urat.
Nyeri (Skala, 3. Observasi
Intensitas, Frekuensi reaksi
Dan TandaNyeri). nonverbal
3. Menyatakan Rasa dari
Nyaman Setelah ketidaknyam
NyeriBerkurang. anan.
4. Ajarkan teknik
non
farmakologi
rileksasi
napasdalam.
5. Posisikan klien
agar merasa
nyaman,
misalnya sendi
yang nyeri
diistarahatkan
dan diberikan
bantalan.
6. Kaloborasi
dengan dokter
jika ada
keluhan dan
tindakan nyeri
yang tidak
berhasil.
2. Gangguan Setelah dilakukan 1. Monitor vital
mobilitas asuhan keperawatan sign sebelum
fisik diharapkan klien dan sesudah
berhubungan mampu melakukan latihan
dengan nyeri rentan gerak aktif dan 2. Kaji tingkat
persendian ambulasi secra mobilisasi
(D.0054) perlahan dengan klien
kriteria hasil: 3. Bantu pasien
1. Klien untuk
meningkat melakukan
dalam aktivitas rentan gerak
fisik aktif maupu
2. Mengerti tujuan rentan gerak
dari pasif pada
peningkatan sendi
dari 4. Lakukan
peningkatan ambilasi
mobilisasi dengan alat
3. Memperagakan bantu
penggunaan alat 5. Latih klien
bantu dalam
pemenuhan
kebutuhan
ADLs secara
mandiri sesuai
kemmapuan
6. Motivasi klien
untuk
meningkatkan
kembali
aktivitas yang
normal, jika
bengkak dan
nyeri sudah
berkurang.
3. Hipertemia Setelah dilakukan 1 Monitor suhu
berhubungan asuhan keperawatan seseringmung
dengan diharapkan suhu tubuh kin.
proses klien dalam batas 2 Monitor warna
penyakit normal dengan kriteria dan suhukulit.
(D.0130). hasil : 3 Monitor
1. Suhu tubuh dalam tekanan
rentannormal. darah, nadi
2. Nadi dan pernapasan dan
dalam rentannormal. pernapasan.
3. Tidak ada perubahan 4 Monitor intake
warna kulit dan tidak dan output.
ada pusing. 5 Tingkatkan
intake cairan
dannutrisi.
6 Selimuti klien.
7 Tingkatkan
sirkulasi udara.
8 Kompres klien
pada lipat paha
dan aksila.
9 BerikanAntipiretik.
10 Kaloborasi
pemberian
cairan
Intravena.
D. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam
Potter & Perry, 2011).
E. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang
merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir
yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap
perencanaan (Asmadi, 2008).
DAFTAR PUSTAKA
A. Identitas Pasien
• Nama: Ny. S
• Usia: 72 Tahun
• Alamat: Lam Trieng
• Status: Janda
• Masalah kesehatan: Gout Arthritis
B. Kesimpulan Data Pengkajian
• Keluhan: Nyeri pada ekstremitas bawah (dari bokong hingga lutut dan
sendi-sendi pada jari kaki) ketika memakan makanan yang tinggi purin.
• Pengkajian nyeri PQRST:
- P: klien sering memiliki kadar asam urat yang tinggi ketika
memakan makanan yang tinggi purin seperti daging merah,
kangkung, dan kacang-kacangan
- Q: nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk
- R: nyeri menjalar dari bokong hingga ke sendi-sendi jari kaki
- S: skala nyeri 5 NRS
- T: ±15 menit dengan itensitas hilang timbul
C. Intervensi
• Manajemen nyeri non farmakologi: teknik kompres hangat menggunakan
jahe
1. Intervensi ini mengacu pada jurnal “Kompres Jahe Hangat dapat
Menurunkan Intensitas Nyeri Pada Pasien Gout Arthritis” yang
diterbitkan Jurnal Kesehatan Sandi Husada pada tahun 2020 oleh
Radhika Radharani, yaitu:
a. Pemberian kompres hangat berfungsi untuk melebarkan pembuluh
darah, menstimulasi sirkulasi darah, mengurangi kekakuan, dan
menghilangkan sensasi rasa sakit.
b. Untuk mendapatkan hasil yang baik, terapi kompres hangat
dilakukan dalam waktu 20 menit dengan 1 kali pengukuran intensitas
nyeri pada menit ke 15-20 selama tindakan.
c. Penggunaan jahe dalam teknik kompres hangat juga dapat dilakukan
selama 15-20 menit dan hal tersebut cukup efektif mengurangi rasa
nyeri.
d. Kompres jahe dikatakan lebih efektif menghilangkan nyeri
ketimbang kompres hangat biasa. Hal ini dikarenakan Jahe
mengandung olerasin atau zingerol yang dapat menghambat sintesis
prostaglandin, sehingga nyeri atau radang berkurang.
e. Prostaglandin adalah senyawa dalam tubuh yang merupakan
mediator nyeri dari radang ataupun inflamasi.
2. Manfaat kompres jahe
Kompres jahe merupakan campuran air hangat dan juga parutan jahe
yang sudah diparut sehingga akan ada efek panas dan pedas. Efek inilah
yang dapat menyebabkan terjadinya vasodilatasi pembuluh darah
sehingga terjadi peningkatan sirkulasi darah dan menyebabkan
penurunan nyeri dengan menyingkirkan produk-produk inflamasi seperti
bradikinin, histamin, dan prostaglandin yang menimbulkan nyeri. Panas
akan merangsang sel saraf menutup sehingga transmisi impuls nyeri ke
medula spinalis dan otak dapat dihambat. (Zuriati, 2017).
D. Implementasi
• Pada tanggal 21 januari 2022, mahasiswa memberikan teknik kompres
hangat menggunakan jahe pada Ny. S.
1. Alat dan bahan
a. Air hangat
b. Handuk atau kain
c. Jahe
2. Langkah-langkah pembuatan dan pemberian kompres jahe
a. Jahe ± 100 gram yang telah diparut sebelumnya
b. Celupkan kain/handuk pada air hangat bersuhu 40-50ºC
c. Letakkan jahe yang sudah diparut diatas kain/handuk yang
sudah dicelupkan pada air hangat
d. Selanjutnya, kompres pada daerah yang nyeri ± 20 menit
e. Anjurkan Ny.S untuk melakukan kompres jahe rutin satu hari
sekali agar hasil lebih efektif
• Pada tanggal 22 Januari 2022, mahasiswa mengevaluasi skala nyeri Ny.S
setelah melakukan kompres jahe. Klien mengatakan nyeri berkurang dan
merasa lebih nyaman setelah dilakukannya kompres jahe. Skala nyeri
menurun menjadi 3 NRS.
• Pada tanggal 27 Januari 2022, mahasiswa kembali mengevaluasi
intervensi kompres hangat yang sudah rutin dilakukan Ny.S selama 5
hari. Hasil evaluasi didapatkan skala nyeri menurun menjadi 1 NRS,
nyeri hanya timbul sesekali saat berjalan terlalu lama. Ny.S juga
mengaku telah menjaga pola makannya dan sedang tidak mengonsumsi
obat antinyeri selama intervensi kompres hangat dilakukan.
• Berdasarkan hasil dari implementasi kompres hangat menggunakan jahe,
kesimpulan yang dapat diambil ialah intervensi ini efektif untuk
mengurangi nyeri gout arthritis pada lansia Ny.S di desa Lam Trieng.