Anda di halaman 1dari 15

ILMU PENYAKIT DALAM

 Reumatologi
 Endokrin
 Gastro
 Hepatologi
 Psikosomatik
 Geriatri
 Hematologi
 Alergi imunologi
 Respirologi
 Ginjal hipertensi
 Infeksi Tropik
 Kardiologi
REUMATOLOGI

Akut gejala <6 minggu, kronis > 6 minggu

GOUT ARTHRITIS

 Gout arthritis adalah penyakit arthritis inflamasi yang ditandai dengan deposisi
kristal monosodium urat pada cairan synovial dan jaringan lain.
 FR : alcohol, makanan tinggi purin (daging merah, jeroan) minuman manis tinggi
fruktosa
 Manifestasi klinis
1. Hiperurisemia asimtomatik  tidak ada gejala tapi kadar asam urat > 6,8mg/dl
2. Gout akut  keluhan monoarthritis disertai tanda inflamasi (merah, bengkak,
hangat, nyeri tekan) puncak dalam 6-12 jam, seringi di MTP 1(PODAGRA)
3. Fase Interkritikal  fase bebas gejala diantara 2 serangan gout akut, dapat terjadi
secara spontan atau dengan terapi.
4. Gout kronis  terbentuk tofus (artinya sudah berlangsung kronis dan tidak
terkontrol)
 Pemeriksaan : ditemukan gambaran double-contour sign positif pada USG atau DECT
 Pemeriksaan lab : Darah rutin, kadar asam urat serum, ur cr, profil lipid dan gula
darah
 Pemeriksaan radiologis
- RO : adanya erosi
- Aspirasi cairan sendi : jernih, bakteri (-), peningkatan jumlah leukosit > 2000,
kristal asam urat

 TERAPI NON FARMAKOLOGIS


- Menghindari makanan tinggi purin (jeroan, hati, ampela) dll
- Mengurangi daging sapi, makanan laut, gula dapur, garam dapur
- Menghindari alcohol
- Dianjurkan produk susu yang rendah atau tanpa lemak, sayuran
- Latihan fisik 3-5x seminggu dalam 30-60 menit
TERAPI FARMAKOLOGI
- HIPERURISEMIA ASIMTOMATIK  modifikasi gaya hidup
- GOUT AKUT  kolkisin 1 mg (2 tab) diikuti 1 jam kemudian 0,5 mg
OAINS & Kortikosteroid (utk 2 minggu)
Jika ada komorbid :
HT  mengganti thiazide / diuretic dengan anti hipertensi lain
Dislipidemia  start statin / fenofibrate
- FASE INTERKRITIKAL & GOUT KRONIS
Allopurinol dosis awal 100mg/hari dinaikkan bertahap sampai dosis maks 800
mg/hari (selalu dimulai dari dosis rendah)
Fobuxostat 40-120 mg/hari
Probenecid 1-2 g/hari

 Target terapi asam urat <6 mg/dL, tapi pada pasien gout berat (ada tofus, sering gout
akut, artropati kronis) target <5 mg/dL.
 Pemantauan asam urat & fungsi ginjal setiap 2-4 minggu tapi jika sudah tercapai
target bisa 3-6 bulan
 Pencegahan eksaserbasi akut, dengan profilaksis : Kolkisin 0,5 – 1mg/hari. Jika ada KI
dan intoleransi berikan OAINS dosis rendah dan kortikosteroid dosis rendah
 Indikasi Rujukan :
- Gout refrakter  kondisi asam urat tidak mencapai target pengobatan, tofus
banyak walopun sudah pakai obat
- Gout komplikasi
- Gout dengan komorbid
SEPTIK ARTHRITIS  GAWAT DARURAT

 Septik arthritis  kondisi inflamasi sendi yang disebabkan karena inokulasi


mikroorganisme infeksius pada sendi
 Penyebab karena bakteri paling sering : Staphylococcus Aureus
 FR : Keadaan patologis sendi (RA,OA), obat-obatan dengan jarum suntik, injeksi
articular dll
 Manifestasi klinis
- Demam & malaise
- Nyeri, hangat dan bengkak pada sendi
- Sulit menggerakkan sendi
- Sering pada sendi lutut
 Pemeriksaan penunjang
- Laboratorium : leukosit meningkat diatas 11.000, dominan neutrophil, LED dan
CRP meningkat
- Radiologi : Ro, USG, MRI, Technetium bone scan
- Analisis Cairan Sinovial –> untuk menegakkan diagnosis
Cairan pus, ada kultur kuman pada airan sendi

 TATALAKSANA NON FARMAKOLOGI


- Sendi diistirahatkan dalam posisi fisiologis untuk mencegah kekakuan/kontraktur
- Latian gerak sendi

 TATALAKSANA FARMAKOLOGIS
- Staphylococcus aureus : Sefazolin 1-2g IV/8 jam, Vancomysin 2x 1g, Klindamisin
IV 3x900 mg, Linezolid IV 2x600 mg
- Streptococcus : Penisilin 2 juta unit /4 jam , Sefazolim 3 x 1-2 g IV
- Neisseria Gonorrhoeae / meningococcus : Seftriakson 12x2 g IV, Cefotaxim 3x1g
IV
LAMA PEMBERIAN 2-4 minggu, kasus berat sampai 6 minggu
- Punksi pus , drainase dan debridement

OSTEOARTHRITIS

 Osteoarthritis adalah penyakit yang memengaruhi tulang rawan articular,


subkondral, synovium, kapsul dan ligament.
 Osteoarthritis terjadi akibat degenerasi jaringan sendi
 Etiologi  primer  OA yang murni terjadi karena proses degenerative
Sekunder  OA yang terjadi karna peningkatan beban sendi cth: obes

 MANIFESTASI KLINIK
- Nyeri (memburuk dengan aktivitas, membaik dgn istirahat)
- Nodus pada sendi (nodus Heberden pada distal interfalang dan nodus Bouchard
pada proksimal interfalang)
- Krepitasi
- Morning stiffness <30 menit
- Asimetris
- Deformitas
- Atrofi otot

 PEMERIKSAAN FISIK
- Ada krepitasi saat penggerakan sendi
- Herbenden nodes  DIP
- Bouchard  PIP

 PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Rontgen :
Osteofit bone spur
Penyempitan celah sendi asimetris pada tulang itu
Subchondral bone kist

 STADIUM OA
0. Normal (belum ada osteofit)
1. Belum ada penyempitan celah sendi tapi ada osteofit
2. Definitif osteofit, mungkin terdapat penyempitan celah sendi
3. Large osteofit, mungkin terdapat deformitas tulang
4. Kissing bone  kehilangan celah sendi / ada deformitas

 TATALAKSANA NON FARMAKOLOGIS


- Penurunan berat badan
- Olahraga
- Terapi fisis meliputi latihan lingkup gerak sendi, penguatan otot-otot penyangga
sendi
- Menggunakan splint
 TATALAKSANA FARMAKOLOGIS
- Asetaminofen
- OAINS topika;
- OAINS selektif dengan obat pelindung lambung
- COX 2
- Terapi adjuvant  penyuntikan steroid intraarticular bermanfaat untuk short
term (<8 minggu)
Pemberian glukosamin, hyaluronat, chondroitin po
RHEUMATOID ARTHRITIS

 Penyakit autoimun terjadi penyakit inflamasi kronis yang ditandai dengan


pembengkakan sendi, nyeri tekan pada sendi dan kerusakan sendi synovial, yang
menyebabkan disabilitas berat dan mortalitas premature.

 MANIFESTASI KLINIS
- Ada arthritis dengan tanda-tanda inflamasi (hangat, merah, bengkak dll)
- Simetris  mengenai sendi-sendi kecil (polisimethrical arthritis)
- Kekakuan sendi di pagi hari > 1jam membaik dengan aktivitas
- Sendi yg terkena umumnya PIP, MCP, MTP II-V
- Penurunan BB, demam subfebris, anemia karena peradangan kronik

 PEMERIKSAAN FISIK
- Nodul subkutan / rheumatoid nodul
- Deformitas deviasi ke arah ulna
- Swan neck appearance  DIP fleksi, PIP ekstensi
- Botolinier  DIP ekstensi, PIP fleksi
- Z-thumb  fleksi dan subluksasi sendi MCP 1 dan hiperekstensi sendi
interfalang
- Hallux valgus  MTP 1 terdesak kearah medial dan ibu jari kaki mengalami
deviasi kea rah lateral yang terjadi bilateral

 PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan DLP, CRP/LED
- Pemeriksaan faktor rheumatoid
- Pemeriksaan anti CCP/ACPA
- Pemeriksaan fungsi ginjal dan hati
- Pemeriksaan radiografi (X-Ray dan MRI)

 TATALAKSANA NON FARMAKOLOGI


- Menjaga BB ideal
- Latihan fisik, seperti aerobic, latihan kekuatan otot, kelenturan, koordinasi,
kebugaran

 TATALAKSANA FARMAKOLOGI
- DMARD (Disease Modifying Anti Rheumatic Drugs)
Metotreksat  7,5-25 mg/minggu p.o
Sulfasalazin  2x500 mg/hari, dapati ditingkatkan sampai 3x1000 mg/hari
Hidroksiklorokuin  200-400 mg/hari po
Leflunomide  20 mg/hari p.o
Siklosporin  2,5-5 mg/kgbb/hari, dibagi 2 dosis
- Asam folat 5mg/minggu
- Kortikosteroid
- Kalsium 1500 mg dan Vit D 400-800 IU/hari
- OAINS
 PEMBEDAHAN
- Terdapat nyeri berat yang berhubungan dengan kerusakan sendi yang
ekstensif
- Keterbatasan gerak sendi yang bermakna atau keterbatasan fungsi yang
berat
- Ruptur tendon
SPONDILOARTHRITIS / XERONEGATIV ARTHRITIS

 Spondiloarthritis merupakan kumpulan penyakit yang memiliki manifestasi klinis dan


predisposisi genetic yang hampir sama, berupa keterlibatan tulang aksial, artritis
perifer, entesitis, uveitis anterior akut, adanya psoriasis atau inflammatory bowel
disease dan ada antigen HLA-B27

 Berdasarkan lokasi sendi yang mengalami arthritis dapat dibagi menjadi 2 subgrup
yaitu spondiloartritis aksial dan spondiloartritis perifer

 Terdiri dari
- Spondilitis Ankilosa
- Artritis Psoriatik
- Artritis Reaktif
- Artritis yang berkaitan dengan IBD

 GEJALA KLINIS
1. Nyeri pinggang inflamasi
Berlangsung lebih dari 3 bulan, awitan keluhan yang muncul perlahan
terutama saat bangun tidur, tidak membaik dengan istirahat, kaku sendi >30
menit
2. Keterlibatan sendi perifer
Oligoartritis asimetris melibatkan persendian besar pd ekstremitas bawah,
sendi bahu atau sendi kecil
3. Entesitis
Inflamasi pada insersi tendon, ligament, ataupun kapsul sendi pada tulang,
biasanya ditandai dengan bengkak, nyeri hebat
4. Gejala ekstraartikular
Gastrointestinal  colitis ulseratif, crohn disease
1. SPONDILITIS ANKILOSA  Bamboo spine

 Idiopatik
 Melibatkan sendi spine/aksial  nyeri pinggang > 3 bulan
 Menjalar ke ekstremitas bawah
 Terasa kaku
 Ro  bone spur / bridging spur
 Tanda khas
I  insidious onset  onset perlahan
P  pain at night
A  age before 40
I  improve with exercise, kompres hangat
N  no improvement with rest

2. ARTRITIS PSORIATIK
 Autoimun berasal dari psoriasis
 Plak-plak tebal warna silver
 Ekstremitas atas lebih sering dari pada bawah
 Ada gejala ekstraartikular : uveitis, konjungtivitis, daktilitis, enteritis
 Gambaran Radiologi : pencil in cup deformity

3. ARTRITIS REAKTIF
 Autoimun pasca infeksi chlamydia
 Ada Riwayat urethritis non gonore
 Ada Riwayat diare dalam waktu 4 minggu terakhir

4. IBD ARTHRITIS
 Diare kronik
 Distribusi sendi lebih sering ekstremitas bawah banding atas
 Back pain  sacroiliitis

TATALAKSANA

1. OAINS  celecoxib, ibuprofen


2. Kortikosteroid
3. Dmard (Metotreksat & sulfasalazine)
SKLERODERMA

 Penyakit autoimun yang ditandai dengan trias patogenik yang terdiri atas kerusakan
mikrovaskular, disregulasi system imun dan fibrosis pada berbagai organ

 MANIFESTASI KLINIK

 Kriteria Sklerosis Istemik


1. Penebalan kulit
2. Puffy Fingers  pembengkakan jaris difus
3. Ulkus / pitting scar pada ujung jari
4. Telangiektasia  macula eritem yang terlihat karena pelebaran pembuluh darah
superfisial, yang akan hilang dengan penekanan dan Kembali muncul bila tekanan
dilepaskan.
5. Abnormal nailfold capillary pattern consistent with systemic sclerosis
6. Hipertensi pulmonal
7. Penyakit paru interstisial
8. Fenomena Raynaud  minimal 2 fase perubahan warna pada jari tangan dan
kadang jari kaki yang terdiri atas pucat, sianosis, hiperemia aktif sebagai respon
terhadap dingin / emosi.
9. Autoantibodi SSc

 Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan autoantibodi
- Darah rutin & LED
- Fungsi ginjal dan hati
- Xray & fungsi paru
- CT scan paru

 Tatalaksana non farmakologi :


Edukasi, pola hidup sehat, hindari paparan udara dinign, menggunakan pakaian
hangat, hindari rokok, control teratur

 Terapi Farmakologi :
- PPI untuk refleks lambung
- CCB untuk vasodilator
- Aspirin dan statin untuk menurunkan faktor resiko kardiovaskular
- Protasiklin  menurunkan frekuensi dan keparahan serangan Raynaud
- Metotreksat
DEMAM REUMATIK AKUT

 Demam reumatik akut merupakan penyakit autoimun yang melibatkan respon


inflamasi multiorgan yang terjadi setelah 23 minggu setelah infeksi tenggorokan oleh
bakteri GABHS (Group A Beta-Hemolytic Streptococcus)
 Kriteria Mayor :
- Karditis
- Arthritis
- Sydenham chorea  Gerakan involunter, non-ritmik, asimetris dan
menghilang dengan istirahat
- Nodul subkotan
- Eritema marginatum  ruma warna merah muda dengan bagian tengah
pucat dan tepi melingkar
 Kriteria Jones

 Pemeriksaan penunjang
- Darah rutin
- LED, CRP
- EKG
- ASTO
 Tatalaksana
1. Lini 1 diberikan golongan penicillin
Penisillin V (PO)  2-3 x 500 mg/hari selama 10 hari (dewasa)
Penisillin G (IM)  1.200.000 IU single dose

2. Alergi penisilin diberikan golongan makrolid  eritromisin, klaritromisin,


azitromisin
Eritromisin 200-400 mg tiap 6-8 jam selama 10 hari
Klaritromisin 250-500 mg tiap 12 jam selama 10 hari
Azitromisin 500 mg pada hari pertama, 250 mg untuk 3 hari selanjutnya
3. Sefalosporin
Cefadroxil 1g/hari selama 10 hari
Cefaleksin 2x500 mg/ hari selama 10 hari
4. Artritis dan karditis ringam : Aspirin 100 mg/kg/hari selama 2-3 minggu
5. Chorea diberikan sedative seperti diazepam atau fenobarbital

Anda mungkin juga menyukai