Anda di halaman 1dari 21

RHINOSINUSITIS KRONIK

Disusun Oleh:

dr. Hana Yuniko Gandasari

Pembimbing:

dr. Depi Jufri, Sp. THT-KL

RS AR BUNDA PRABUMULIH
PRABUMULIH
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus

Rhinosinusitis Kronik

Disusun oleh:

dr. Hana Yuniko Gandasari

Dosen Pembimbing:

dr. Depi Jufri, Sp. THT-KL

Prabumulih, Januari 2020

Pembimbing,

dr. Depi Jufri, Sp. THT-KL

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah swt. karena atas rahmat dan
ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
“Rhinosinusitis Akut” sebagai salah satu syarat internsip.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada dr. Depi Jufri, Sp.T.H.T.K.L,
selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama penulisan dan
penyusunan referat ini, serta semua pihak yang telah membantu hingga
terselesaikannya referat ini.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam
penyusunan laporan kasus ini mengingat keterbatasan kemampuan penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai
pihak untuk perbaikan di masa yang akan datang. Penulis berharap laporan kasus
ini dapat memberikan manfaat bagi yang membacanya. Terima kasih.

Prabumulih, Januari 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

BAB II STATUS PASIEN ................................................................................ 2

BAB III KESIMPULAN .................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 19

iv
BAB I

PENDAHULUAN

Pada tahun 1996, American Academy of Otolaryngology – Head and


Neck Surgery mengusulkan untuk mengganti terminologi sinusitis dengan
rinosinusitis. Istilah rinosinusitis dianggap lebih tepat karena menggambarkan
proses penyakitdengan lebih akurat. Beberapa alasan lain yang mendasari
perubahan “sinusitis”menjadi “rinosinusitis” adalah 1) membran mukosa hidung
dan sinus secara embriologis berhubungan satu sama lain, 2) sebagian besar
penderita sinusitis juga menderita rinitis, jarang sinusitis tanpa disertai rinitis, 3)
gejala pilek, hidung buntu dan berkurangnya penciuman ditemukan baik pada
sinusitis maupun rinitis, dan 4) foto CT scan dari penderita common cold
menunjukkan inflamasi mukosa yang melapisi hidung dan sinus paranasal secara
simultan.1

Rinosinusitis, yaitu suatu istilah bagi suatu proses inflamasi yang


melibatkan mukosahidung dan sinus paranasal, merupakan salah satu masalah
kesehatan yang terusmengalami peningkatan secara nyata dan memberikan
dampak bagi pengeluaran finansial masyarakat. Sebuah penelitian epidemiologi
melakukan penelitian terhadap prevalensi rinosinusitis tanpa melihat onsetnya. Di
Amerika Serikat, rinosinusitis akut dan kronik dialami oleh 14% populasi, dengan
pengeluaran biaya kesehatan tahunan sebesar 3,5 milyar dolar. Di Eropa, satu
episode rinosinusitis akut terjadi pada 8,4% populasi. Suatu analisis berdasarkan
beban biaya yang dikeluarkan, rinosinusitis menempati urutan ke 9 dari 12
penyakit termahal.2

Sekitar 90% pasien dengan rinitis viral (common cold), sinus


paranasalnya juga ikut terpengaruh dan dapat dibuktikan melalui CT scan.
Beberapa penelitian menunjukkan kultur bakteri yang positif pada sekitar 0,5%
sampai 2% dari kasus rinitis viral.3,4,5

3
BAB II

STATUS PENDERITA

2.1.Identitas Penderita
Nama : Tn. R
Umur : 19 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Prabumulih
Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Islam
Suku : Sumatera
Bangsa : Indonesia
No. RM : 10091478

2.2.Anamnesis
Keluhan Utama : Hidung kanan dan kiri tersumbat
Keluhan Tambahan : Ingus kental, bening dan berbau
Riwayat Perjalanan Penyakit :
± 3 tahun yang lalu, penderita mengeluh hidung kiri tersumbat,
keluhan dirasakan hampir setiap hari, pilek terus-menerus dengan lendir di
hidung (+) berwarna bening, encer, banyak, berbau busuk (-), bersin-
bersin (+) 4-5 x/ pagi hari dan terutama apabila terpapar debu atau cuaca
dingin, nyeri (-), sakit kepala (+), rasa tertelan dahak (+), Penderita
berobat ke klinik, dan diberikan obat makan yang penderita lupa
namanya, namun keluhan tidak berkurang.
± 1 bulan yang lalu, penderita masih mengeluh hidung kanan dan
kiri tersumbat, pilek terus menerus, keluhan dirasakan hampir setiap hari,
lendir di hidung (+) berwarna bening, kental, banyak, berbau busuk (+),
terasa lendir yang mengalir ke tenggorok (+), penciuman menjadi
berkurang (+), nyeri tekan wajah (+) di daerah mata sebelah kiri, badan

4
terasa pegal (+), bersin-bersin (+), perdarahan dari hidung (-), rasa gatal
pada hidung dan mata (-), sakit kepala (-), terasa berat saat menundukkan
kepala (+), batuk (-). Nyeri pada telinga (-), rasa penuh pada telinga (-),
keluar cairan dari telinga (-), telinga berdenging (-), demam (-), penderita
tidak mengalami kesulitan dalam menelan makanan (padat/lunak) dan
minum, suara serak (-), sesak nafas (-). Penderita mengaku aktivitas
sehari-hari terganggu. Penderita berobat ke poli RS AR Bunda Prabumulih
untuk pemeriksaan lebih lanjut.

2.3.Riwayat Penyakit Dahulu


Keluhan yang sama : ada
ISPA : tidak ada
Alergi : ada (debu, cuaca dingin)
Asma : disangkal
Sakit gigi : disangkal
Nyeri menelan berulang : disangkal
Hipertensi : disangkal

2.4.Riwayat Penyakit Keluarga


Alergi : ada ibu penderita (debu, cuaca dingin)
Asma : disangkal
Hipertensi : ada ibu penderita

2.5.Riwayat Kebiasaan
Penderita baru tamat sekolah dan merokok sejak 9 bulan yang lalu, ± 4
batang perhari.

2.6.Pemeriksaan
Status Generalis
Keadaan Umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis

5
Gizi : baik
Tekanan Darah : 110/800 mmHg
Nadi : 82 kali/menit
Pernafasan : 20 kali/menit
Suhu : 36.7 º C
Jantung : bunyi jantung I-II normal, murmur (-), gallop (-)
Paru-paru : vesikuler (+) normal, wheezing (-), rhonki (-)
Abdomen : datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba, nyeri
tekan (-)
Ekstremitas : akral pucat (-), edem pretibial (-)

Status Lokalis
Telinga
I. Telinga Luar Kanan Kiri
Regio Retroaurikula
-Abses - -
-Sikatrik - -
-Pembengkakan - -
-Fistula - -
-Jaringan granulasi - -

Regio Zigomatikus - -
-Kista Brankial Klep - -
-Fistula - -
-Lobulus Aksesorius

Aurikula - -
-Mikrotia - -
-Efusi perikondrium - -
-Keloid - -
-Nyeri tarik aurikula - -
-Nyeri tekan tragus - -

Meatus Akustikus Eksternus


-Lapang/sempit Lapang Lapang
-Oedema - -
-Hiperemis - -
-Pembengkakan - -
-Erosi - -

6
-Krusta - -
-Sekret (serous/seromukus/mukopus/pus) - -
-Perdarahan - -
-Bekuan darah - -
-Cerumen plug + +
-Epithelial plug - -
-Jaringan granulasi - -
-Debris - -
-Banda asing - -
-Sagging - -
-Exostosis - -
II.Membran Timpani
-Warna (putih/suram/hiperemis/hematoma) putih putih
-Bentuk (oval/bulat) bulat bulat
-Pembuluh darah normal normal
-Refleks cahaya + (5) + (7)
-Retraksi - -
-Bulging - -
-Bulla - -
-Ruptur - -
-Perforasi (sentral/perifer/marginal/attic) - -
(kecil/besar/ subtotal/ total)
-Pulsasi - -
-Sekret (serous/ seromukus/ mukopus/ pus) - -
-Tulang pendengaran normal normal
-Kolesteatoma - -
-Polip - -
-Jaringan granulasi - -

Gambar Membran Timpani

III. Tes Khusus Kanan Kiri


1.Tes Garpu Tala
Tes Rinne + +
Tes Weber Tidak ada Tidak ada

7
Lateralisasi Lateralisasi
Tes Scwabach Sama dengan Sama dengan
Pemeriksa Pemeriksa

2.Tes Audiometri Tidak Tidak


dilakukan dilakukan

Audiogram

3.Tes Fungsi Tuba Kanan Kiri


-Tes Valsava Tidak dilakukan Tidak dilakukan
-Tes Toynbee Tidak dilakukan Tidak dilakukan

4.Tes Kalori Kanan Kiri


-Tes Kobrak Tidak Tidak
dilakukan dilakukan

Hidung
I.Tes Fungsi Hidung Kanan Kiri
-Tes aliran udara < <
-Tes penciuman Tidak Tidak
Teh dilakukan dilakukan
Kopi

8
Parfume Normal Menurun

II.Hidung Luar Kanan Kiri


-Dorsum nasi normal normal
-Akar hidung normal normal
-Puncak Hidung normal normal
-Sisi hidung normal normal
-Ala nasi normal normal
-Deformitas - -
-Hematoma - -
-Pembengkakan - -
-Krepitasi - -
-Hiperemis - -
-Erosi kulit - -
-Vulnus - -
-Ulkus - -
-Tumor - -
-Duktus nasolakrimalis (tersumbat/tidak tidak tidak
tersumbat) tersumbat tersumbat
III.Hidung Dalam Kanan Kiri
1. Rinoskopi Anterior
a.Vestibulum nasi
-Sikatrik - -
-Stenosis - -
-Atresia - -
-Furunkel - -
-Krusta - -
-Sekret (serous/seromukus/mukopus/pus) serous serous
b.Kolumela
-Utuh/tidak utuh utuh utuh
-Sikatrik - -
-Ulkus - -
c. Kavum nasi
-Luasnya (lapang/cukup/sempit) cukup sempit
-Sekret (serous/seromukus/mukopus/pus) serous serous
-Krusta - -
-Bekuan darah - -
-Perdarahan - -
-Benda asing - -
-Rinolit - -
-Polip - +
-Tumor - -

9
d. Konka Inferior
-Mukosa (eutropi/ hipertropi/atropi) Eutropi Eutropi
(basah/kering) Basah Basah
(licin/tak licin) Licin Licin
-Warna (merah muda / hiperemis / pucat Merah Muda Livide
/livide) - -
-Tumor
e. Konka media
-Mukosa (erutopi/ hipertropi/atropi) Eutropi Hipertropi
(basah/kering) Basah Basah
(licin/tak licin) Licin Licin
-Warna (merah muda/hiperemis/pucat / Pucat Pucat
livide)
-Tumor - -
f.Konka superior
-Mukosa (erutopi/ hipertropi/atropi) sulit dinilai sulit dinilai
(basah/kering)
(licin/tak licin)
-Warna (merah muda/hiperemis/pucat/
livide)
-Tumor
g. Meatus Medius
-Lapang/ sempit sempit sempit
-Sekret (serous/seromukus/mukopus/pus) serous serous
-Polip - -
-Tumor - -
h. Meatus inferior
-Lapang/ sempit sempit sempit
-Sekret (serous/seromukus/mukopus/pus) - -
-Polip - -
-Tumor - -
i. Septum Nasi
-Mukosa (eutropi/ hipertropi/atropi) Eutropi Eutropi
(basah/kering) Basah Basah
(licin/tak licin) Licin Licin
-Warna (merah
muda/hiperemis/pucat/livide)
-Tumor - -
-Deviasi (ringan/sedang/berat) - -
(kanan/kiri)
(superior/inferior)
(anterior/posterior)
(bentuk C/bentuk S)
-Krista - -
-Spina - -
-Abses - -

10
-Hematoma - -
-Perforasi - -
-Erosi septum anterior - -

Gambar Dinding Lateral Hidung Dalam

Gambar Hidung Dalam Potongan Frontal

2.Rinoskopi Posterior Kanan Kiri


-Postnasal drip + +
-Mukosa (licin/tak licin)
(merah muda/hiperemis)
-Adenoid
-Tumor
-Koana (sempit/lapang)
-Fossa Russenmullery (tumor/tidak)
-Torus tobarius (licin/tak licin)
-Muara tuba (tertutup/terbuka)
(sekret/tidak)

11
Gambar Hidung Bagian Posterior

IV.Pemeriksaan Sinus Paranasal Kanan Kiri


-Nyeri tekan/ketok
-infraorbitalis + +
-frontalis + +
-kantus medialis - -
-Pembengkakan - -
-Transiluminasi - -
-regio infraorbitalis - -
-regio palatum durum - -

Tenggorok
I.Rongga Mulut Kanan Kiri
-Lidah (hiperemis/udem/ulkus/fissura) normal normal
(mikroglosia/makroglosia)
(leukoplakia/gumma)
(papilloma/kista/ulkus)
-Gusi (hiperemis/udem/ulkus) normal normal
-Bukal (hiperemis/udem) normal normal
(vesikel/ulkus/mukokel)
-Palatum durum (utuh/terbelah/fistel) normal normal
(hiperemis/ulkus)
(pembengkakan/abses/tumor)
(rata/tonus palatinus)
-Kelenjar ludah (pembengkakan/litiasis) normal normal
(striktur/ranula)
-Gigi geligi (mikrodontia/makrodontia) normal normal
(anodontia/supernumeri)
(kalkulus/karies)

12
II.Faring Kanan Kiri
-Palatum molle normal normal
(hiperemis/udem/asimetris/ulkus)
-Uvula (udem/asimetris/bifida/elongating) simetris simetris
-Pilar anterior
(hiperemis/udem/perlengketan) normal normal
(pembengkakan/ulkus)
-Pilar posterior
(hiperemis/udem/perlengketan) normal normal
(pembengkakan/ulkus)
-Dinding belakang faring
(hiperemis/udem) granul granul
(granuler/ulkus)
(sekret/membran)
-Lateral band (menebal/tidak) tidak tidak
-Tonsil Palatina
(derajat pembesaran) T1 T1
(permukaan rata/tidak) rata rata
(konsistensi kenyal/tidak) kenyal kenyal
(lekat/tidak) tidak lekat tidak lekat
(kripta lebar/tidak) tidak lebar tidak lebar
(dentritus/membran) dentritus (-) dentritus (-)
(hiperemis/udem) - -
(ulkus/tumor) - -

13
Gambar rongga mulut dan faring

Rumus gigi-geligi

III.Laring Kanan Kiri


1.Laringoskopi tidak langsung (indirect)
-Dasar lidah (tumor/kista)
-Tonsila lingualis (eutropi/hipertropi)
-Valekula (benda asing/tumor)
-Fosa piriformis (benda asing/tumor)
-Epiglotis
(hiperemis/udem/ulkus/membran)
-Aritenoid Tidak Tidak
(hiperemis/udem/ulkus/membran) dilakukan dilakukan
-Pita suara (hiperemis/udem/menebal)
(nodus/polip/tumor)
(gerak simetris/asimetris)
-Pita suara palsu (hiperemis/udem)
-Rima glottis (lapang/sempit)
-Trakea

14
2.Laringoskopi langsung (direct) Tidak Tidak
dilakukan dilakukan

Gambar laring (laringoskopi tidak langsung)

Pemeriksaan Laboratorium Darah : Hb: 16.5g/dL


RBC: 5.95 mm3
WBC: 9.900 mm3
Ht: 50 %
PLT: 339 000 µL
DC: 0/1/63/30/6
HBsAg non reaktif

Pemeriksaan Radiologik : Kesan : Sinusinitis frontalis ka/ki (Ki >


ka)

2.7.Diagnosa Kerja
Rinosinusitis kronis

2.8.Penatalaksanaan
Non medikamentosa
 Menjelaskan kepada penderita dan keluarga bahwa penyakit ini
disebabkan oleh inflamasi pada mukosa hidung

15
 Mengedukasi penderita dan keluarga bahwa etiologi pada pasien
ini adalah karena alergi
 Diet biasa
 Minum obat secara teratur sesuai petunjuk dokter, jika dalam 3 hari
tidak ada perbaikan segera kontrol kembali.
 Inform consent tindakan operasi.
 Inform consent rekurensi penyakit.

Medikamentosa
Antibiotika spektrum luas : cefixime tablet 2 x 100mg (10-14 hari)

Kortikosteroid topikal : nasacort spray 2x1 puff


Dekongsetan : Pseudoefedrin HCl tablet 30 mg 2 x 1

Operatif
 Bedah sinus endoskopi fungsional (BSEF/FESS)
VI. Pemeriksaan Anjuran
 Swab hidung
 Tele endoskopi
VII. Prognosis
Quo ad Vitam : bonam
Quo ad Funtionam : bonam

16
BAB III

ANALISIS KASUS

Dilaporkan satu kasus rinosinusitis kronik pada laki-laki berusia 19 tahun.


Secara epidemiologi, rinosinusitis banyak ditemukan pada praktik sehari – hari
dan mempengaruhi kualitas hidup dan aspek sosioekonomi. Keluhan utama os
adalah hidung kiri tersumbat sejak ± 3 bulan yang lalu. Hidung kiri tersumbat
secara terus – menerus, batuk (+), pilek (+), nyeri tekan pada kepala (+), ingus bau
(+), cairan masuk ke tenggorokan saat tidur (+), penciuman terganggu (+). Os
juga mengaku sering bernafas lewat mulut. Semua gejala tersebut mengarah
kepada klinis rinosinusitis kronik. Rinosinusitis kronik karena sudah terjadi > 12
minggu.

Hasil pemeriksaan fisik umum dalam batas normal. Pada pemeriksaan


fungsi hidung, didapatkan tes aliran udara dan tes penciuman pada hidung kanan
berkurang disebut dengan hiposmia dapat disebabkan karena obstruksi mukosa
fisura olfaktorius dengan / tanpa alterasi degeneratif pada mukosa olfaktorius.
Pemeriksaan fisik hidung pada rinoskopi anterior didapatkan cavum nasi kiri
lapang, sekret (+), konka inferior eutrofi merah muda, meatus medius sempit, dan
pada pemeriksaan rinoskopi posterior, didapatkan post nasal drip. Pemeriksaan
sinus paranasal, ditemukan adanya nyeri tekan/ketok pada infraorbitalis sinistra,
memperkuat diagnosis rinosinusitis. Pemeriksaan fisik tenggorokan didapatkan
tonsil T2/T2 tenang dan granuler pada dinding faring belakang disebabkan oleh
perubahan mukosa dinding posterior faring akibat faringitis kronik hiperplastik.

Diagnosa pasien berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yaitu


Rinosinusitis kronik.

Penatalaksanaan yang diberikan:

Cefixime tablet 2 x 100mg (10-14 hari) antibiotik untuk etiologi dari


rinosinusitis kronik.

17
Pseudoefedrin HCl tablet 30 mg 2 x 1  dekongestan, amin
simpatomimetik bekerja pada reseptor adrenergik, untuk mengurangi
pembengkakan mukosa akibat inflamasi sehingga melancarkan jalan napas pada
hidung

Nasacort spray 2x1 puff  steroid topikaluntuk rinosinusitis kronik Steroid


topical mengurangi proses inflamasi mukosa nasal setelah adanya paparan antigen
serta dapat mengurangi reaksi alergi fase awal dan lanjut. Steroid nasal akan
mengalami absorpsi sistemik minimal dan memiliki risiko rendah terhadap efek
samping sistemik penggunaan steroid.

Rencana pemeriksaan darah rutin (Hb, Ht, eritrosit, leukosit, dan trombosit),
kimia darah (ureum, kreatinin, albumin, gula darah sewaktu, natrium, kalium);
swab sekret hidung untuk kultur dan resistensi antimikroba; foto sinus paranasal
posisi AP/laterla/Water; foto thoraks PA, CT Scan sinus paranasal. .

Rencana tindakan akan dilakukan Bedah sinus endoskopi fungsional


(BSEF/FESS).

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Mangunkusumo E., Soetjipto D. Sinusitis dan Sinus Paranasal. Dalam:


Soepardi E. A. dkk, eds. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala Leher. Edisi keenam. Jakarta: Balai Penerbit FK UI:
2012; hal. 122 -26; 127-30.
2. Selvianti., Kristyono I. Patofisiologi, Diagnosis dan Penatalaksanaan
Rinosinusitis Kronik Tanpa Polip Nasi Pada Orang Dewasa. Dep/SMF Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga/RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
3. Koentjono WA. Rinosinusitis: etiologi dan patofisiologi. Bagian / SMF llmu
Kesehatan THT Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga / RSU Dr.
Soetomo Surabaya. 2004.
4. European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyposis. Buku Saku,
2007; www.rhinologyjournal.com; www.eaaci.net.
5. Mangunkusumo E., Wardani RS. Polip Nasi. Dalam: Soepardi E. A. dkk, eds.
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi
keenam. Jakarta: Balai Penerbit FK UI: 2012; hal. 101-03.

19

Anda mungkin juga menyukai