Anda di halaman 1dari 12

BAB 5

HASIL PENELITIAN ANALISA DAN PEMBAHASAN

5.1 Data Umum

5.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Data karakteristik responden berdasarkan umur lansia yang ada di

Desa Dempel Kecamatan Geneng Kabupaten Ngawi April Tahun 2016.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Lansia di


Desa Dempel Kecamatan Geneng Kabupaten Ngawi Tahun
2016.

Umur Frekuensi Presentase(%)


50-60 37 44,6
61-70 31 37,3
71- 80 14 16,9
≥ 81 1 1,2
Jumlah 83 100
Sumber : Data Primer, 2016

Berdasarkan tabel 5.1 tersebut dapat dilihat bahwa hampir

setengah lansia yang menjadi responden berumur 50-60 tahun sebanyak

37 orang (44,6%) dan sebagian kecil berumur ≥ 81 tahun sebanyak

1orang (1,2%).

74
75

5.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Data karakteristik responden berdasarkan pendidikan lansia yang

ada di Desa Dempel Kecamatan Geneng Kabupaten Ngawi April Tahun

2016,.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan


Lansia di Desa Dempel Kecamatan Geneng Kabupaten
Ngawi Tahun 2016.

Pendidikan Frekuensi (f ) Prosentase (%)


Tidak Sekolah 13 15,7
SD 43 51,8
SMP 21 25,3
SMA 3 3,6
PT 3 3,6
Jumlah 83 100

Sumber: Data Primer, 2016.

Berdasarkan tabel 5.2 tersebut dapat dilihat bahwa sebagian

besar lansia yang menjadi responden berpendidikan SD sebanyak 43

orang (51,8%) dan sebagian kecil berpendidikan PT dan SMA sebanyak

3 orang (3,6%).

5.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber Informasi

Data karakteristik responden berdasarkan sumber informasi tentang

posyandu lansia yang ada di Desa Dempel Kecamatan Geneng

Kabupaten Ngawi April Tahun 2016.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sumber


Informasi tentang Posyandu Lansia di Desa Dempel
Kecamatan Geneng Kabupaten Ngawi Tahun 2016.

Sumber Informasi Frekuensi ( f ) Persentase (%)


Media cetak 2 2,4
Media Elektronik 8 9,6
Lain-lain (Tetangga, Kader, 73 88
Saudara)
Jumlah 83 100
76

Sumber: Data Primer, 2016.

Berdasarkan tabel 5.3 tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar

lansia yang mendapatkan informasi tentang posyandu lansia dari

Tetangga, Kader posyandu atau Saudara ebanyak 73 orang (88%) dan

sebagian kecil lansia mendapatkan informasi tentang posyandu lansia

dari media cetak sebanyak 4 orang (2,4%).

5.2 Data Khusus

5.2.1 Menganalisa Hubungan Antara Pengetahuan dengan Motivasi Lansia


Dalam Mengikuti Posyandu Lansia di Desa Dempel Kecamatan Geneng
Kabupaten Ngawi Tahun 2016.

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Pengetahuan

Data karakteristik responden berdasarkan pengetahuan lansia

yang ada di Desa Dempel Kecamatan Geneng Kabupaten Ngawi

April Tahun 2016.

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan


Lansia Tentang Posyandu Lansia di Desa Dempel
Kecamatan Geneng Kabupaten Ngawi Tahun 2016.

Pengetahuan Frekuensi (f) Presentase (%)


lansia
Baik 27 32,5
Cukup 41 49,4
Kurang 15 18,1
Jumlah 83 100
Sumber: Data Primer, 2016.

Dari data tabel 5.4 tersebut dapat dilihat bahwa hampir

setengah lansia berpengetahuan cukup yaitu 41 orang (49,4%) dan

sebagian kecil berpengetahuan kurang yaitu 15 orang (18,1%).


77

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Motivasi

Data karakteristik responden berdasarkan motivasi lansia yang

ada di Desa Dempel Kecamatan Geneng Kabupaten Ngawi April

Tahun 2016.

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Motivasi


Lansia Dalam Mengikuti Posyandu Lansia di Desa
Dempel Kecamatan Geneng Kabupaten Ngawi Tahun
2016.
Motivasi Lansia Frekuensi (f) Presentase (%)
Kuat 36 43,4
Sedang 43 51,8
Lemah 4 4,8
Jumlah 83 100
Sumber : Data Primer, 2016.

Dari data tabel 5.5 tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar

lansia mempunyai motivasi sedang yaitu 43 orang (51,8%) dan

sebagian kecil lansia mempunyai motivasi lemah yaitu 4 orang

(4,8%).

3. Hubungan Antara Pengetahuan dengan Motivasi Lansia Dalam


Mengikuti Posyandu Lansia Di Desa Dempel Kecamatan Geneng
Kabupaten Ngawi Tahun 2016.
Distribusi frekuensi tab\ulasi silang hubungan antara

pengetahuan dengan motivasi lansia dalam mengikuti posyandu

lansia di Desa Dempel Kecamatan Geneng Kabupaten Ngawi April

Tahun 2016.
78

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Antara Hubungan


Antara Pengetahuan Dengan Motivasi Lansia Dalam
Mengikuti Posyandu Lansia di Desa Dempel Kecamatan
Geneng Kabupaten Ngawi Tahun 2016.
Pengetahuan Motivasi Posyandu Total ρ Koefisien
Posyandu Lansia value Korelasi
Lansia Kuat Sedang Lemah
Baik Jumlah 13 14 0 27 0,033 0,235
Persentase 48,1% 51,9% 0% 100%
Cukup Jumlah 22 16 3 41
Persentase 53,7% 39% 7,3% 100%
Kurang Jumlah 1 13 1 15
Persentase 6.7% 86,6% 6,7% 100%
36 43 4 83
43,4% 51,8% 4,8% 100%

Sumber : Data Primer, 2016.

Dari data tabel 5.6 tersebut dapat dilihat bahwa prosentase

hubungan antara pengetahuan dengan motivasi lansia dalam

mengikuti posyandu lansia paling tinggi adalah lansia yang

mempunyai pengetahuan cukup dan motivasi yang kuat sebesar 22

orang (53,7%) dan paling rendah adalah lansia yang mempunyai

pengetahuan baik dan motivasi yang lemah sebesar 0 (0%).

Berdasarkan perhitungan menggunakan uji Spearman Rank

diperoleh ρ value = 0,033< taraf signifikasi yang digunakan yaitu

0,05. Sehingga H1 dapat diterima, yaitu terdapat hubungan antara

pengetahuan dengan motivasi lansia dalam mengikuti posyandu

lansia. Dan koefisien korelasi yang diperoleh yaitu 0,235 sehingga

tingkat hubungannya rendah dengan arah korelasi positif.


79

5.3 Pembahasan

Setelah hasil pengumpulan data umum dan data khusus melalui

kuesioner ditabulasi kemudian diinterpretasikan dan dianalisa sesuai dengan

variabel yang diteliti maka berikut ini disajikan pembahsan hasil penelitian

mengenai variabel berikut :

5.3.1 Pengetahuan tentang posyandu lansia

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.4 dapat diketahui

bahwa sebagian besar lansia berpengetahuan cukup yaitu 41 orang

(49,4%) dan sebagian kecil berpengetahuan kurang yaitu 15 orang

(18,1%). Notoadmodjo (2005), berpendapat bahwa pengetahuan

merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi

melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga. Dan pengetahuan dipengaruhi

oleh faktor- faktor internal dan eksternal.

Menurut Yanti (2011) pengetahuan lansia akan manfaat

posyandu lansia dapat diperoleh dari pengalaman pribadi dalam

kehidupan sehari-harinya. Dengan menghadiri kegiatan posyandu,

lansia akan mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana cara hidup

sehat denagn segala keterbatasan atau maslah kesehatan yang melekat

pada mereka. Dengan pengalaman ini, pengetahuan lansia menjadi

meningkat, yang menjadi dasar pemebentukan sikap dan dapat


80

mendorong minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti

kegiatan posyandu lansia.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilalukan oleh Elly

Rachmawati (2014) tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan

Motivasi Memeriksakan Diri di Posyandu Lansia di Desa Sukodono

Sidoarjo dengan hasil sebanyak 9 lansia dengan presentase 46,3%

dengan tingkat pengetahuan lansia baik, 18 lansia dengan presentase

43,9% dengan tingkat pengetahuan lansia cukup dan 4 lansia dengan

presentase 9,8% dengan tingkat pengetahuan lansia kurang. Dari

jumlah 41 responden dengan presentase 100%. Hal ini disebabkan

karena tingkat pendidikan lansia yang diperoleh dari bimbingan

seseorang terhadap perkembangan untuk sesuatu hal agar mereka

dapat memahami dan tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi

pendidikan seseorang semakin mudah mereka menerima informasi.

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa sebagian besar lansia

berpendidikan SD sebanyak 43 orang (51,8%) dan sebagian kecil

berpendidikan PT dan SMA sebanyak 3orang (3,6%). Data tersebut

menunjukkan bahwa pendidikan sebagian besar responden diatas

pendidikan dasar di Indonesia sehingga mempengaruhi pola pikir

individu dalam hal penerimaan dan pemahaman atas informasi

tersebut yang dapat berpengaruh terhadap pengetahuan yang

bersangkutan (Notoatmodjo, 2007). Dalam hal ini pengetahuan dapat

dipengaruhi oleh lingkungan sosial sehingga dalam prakteknya tidak

sesuai dengan teori yang ada.


81

Menurut peneliti lansia yang berpengetahuan cukup itu ada

banyak tapi lansia tersebut tidak menerapkan dalam kehidupan nyata.

Lansia yang berpengetahuan cukup dan kurang adalah lansia yang

berpendidikan rendah,lansia yang tidak perduli terhadap kesehatan,

terlalu sibuk dengan pekerjaan sehingga mereka tidak mendapatkan

ilmu dan pengetahuan tentang kesehatan mereka dan cenderung

mengikuti apa kata orang bukan berdasarkan ilmu yang ada.

Sedangkan lansia yang berpengetahuan baik dikarenakan lansia teratur

mengikuti posyandu lansia dan mendapatkan banyak informasi

tentang posyandu lansia dari petugas kesehatan, media cetak, maupun

media elektronik.

5.3.2 Motivasi Lansia

Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa sebagian besar

lansia mempunyai motivasi sedang yaitu 43 orang (51,8%) dan

sebagian kecil lansia mempunyai motivasi lemah yaitu 4 orang

(4,8%).

Menurut Stooner (1992) dalam buku Soekidjo Notoatmodjo

mendefinisikan bahwa motivasi adalah sesuatu hal yang menyebabkan

dan yang mendukung tindakan atau perilaku seseorang. Sedangkan

menurut Soekidjo Notoatmodjo sendiri, motivasi adalah sesuatu hal

yang menyebabkan dan yang mendukung tindakan atau perilaku

seseorang.

Murti Sari Kartika (2012) menuliskan di dalam penelitiannya

faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi dibagi menjadi faktor


82

instrinsik yang terdiri dari antara lain usia, pendidikan, dan

pengetahuan. Dan faktor ekstrinsik yang terdiri dari lingkungan,

keterjangkauan dan ketersediaan sumber daya alam.

Berdasarkan Penelitian Elly Rachmawati (2014) yang berjudul

Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Motivasi Memeriksakan Diri

di Posyandu Lansia di Desa Sukodono Sidoarjo menyebutkan bahwa

hasil yang diperoleh dari motivasi lansia untuk memeriksakan diri di

posyandu lansia desa Sukodono Sidoarjo sebanyak 34 lansia sesuai

anjuran dengan persentase 82,9%, sedangkan yang tidak sesuai

anjuran 7 lansia dengan persentase 17,1%. Motivasi berarti dorongan

dari dalam diri manusia untuk bertindak atau berperilaku. Oleh sebab

itu, motivasi adalah suatu alasan seseorang untuk bertindak dalam

rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa sebagian besar lansia

berpendidikan SD sebanyak 43 orang (51,9%) dan sebagian besar

motivasinya sedang.

Fahrun (2009) menyebutkan dalam penelitiannya bahwa tidak

adanya pengaruh tingkat pendidikan terhadap kunjungan lansia ke

posyandu lansia tersebut mungkin saja terjadi. Karena pendidikan

pada dasarnya tidak hanya dapat diperoleh dari bangku sekolah

(formal) tetapi juga di lingkungan keluarga, masyarakat, dan dari

media lainnya (majalah, berita, dll).

Dalam bukunya, Notoatmodjo menuliskan bahwa salah satu cara

untuk meningkatkan motivasi seorang yaitu menggunakan model


83

sumber daya manusia. Model sumber daya manusia ini bertujuan

untuk meningkatkan motivasi hidup sehat, yaitu dengan memberikan

tanggung jawab dan kesempatan yang seluas-luasnya kepada mereka.

Motivasi akan meningkat jika mereka diberikan kepercayaan dan

kesempatan untukmmembuktikan krmampuannya dalam memelihara

kesehatan.

Menurut peneliti dari hasil penelitian lansia yang memiliki

motivasi kuat didapatkan alasan yang beragam. sebagian besar karena

mengetahui manfaat dari posyandu lansia dan merupakan kesadaran

dari diri sendiri. Selain itu, pelayanan yang ada di posyandu, dan jarak

rumah yang dekat dengan tempat pelayanan serta informasi yang

didapatkan pada saat posyandu, menyebabkan para lansia semangat

untuk mengikuti posyandu lansia. Sedangkan yang memiliki motivasi

negatif, dikarenakan jarak rumah lansia yang jauh dari tempat

pelayanan, ketakutan mengetahui penyakit yang diderita, kurangnya

dukungan dalam keluarga atau tidak ada keluarga yang mengantar.

5.3.3 Hubungan pengetahuan dengan motivasi lansia dalam mengikuti

posyandu lansia.

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.6 menunjukkkan

bahwa dari 27 orang yang berpengetahuan baik, 13 orang (48,1%)

memiliki motivasi kuat, 14 orang (51,9%) memiliki motivasi sedang,

dan tidak ada yang memiliki motivasi lemah. Dari 41 orang yang

berpengetahuan cukup, 22 orang (53,7%) memiliki motivasi kuat, 16

orang (39%) memiliki motivasi sedang, dan 3 orang (7,3%) memiliki


84

motivasi lemah. Dari 15 orang yang berpengetahuan kurang, 1 orang

(6,7%) memiliki motivasi kuat, 13 orang (86,6%) memiliki motivasi

sedang, dan 1 orang (6,7%) memiliki motivasi lemah.

Hasil penelitian yang telah dilakukan dengan bantuan aplikasi

SPSS menggunakan Uji Spearman Rank diperoleh ρ value = 0,033 <

taraf signifikasi yang digunakan yaitu 0,05. Sehingga H 1 dapat

diterima, yaitu terdapat hubungan antara pengetahuan dengan

motivasi lansia dalam mengikuti posyandu lansia. Dan koefisien

korelasi yang diperoleh yaitu 0,235 sehingga tingkat hubungannya

rendah dan arah korelasi positif yang berarti seseorang yang

mempunyai pengetahuan cukup akan mempunyai motivasi yang

cukup.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lisza

Kurniasari tahun 2013 Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan,

Tingkat Pendidikan, dan Status Pekerjaan dengan Motivasi Lansia

Berkunjung Ke Posyandu Lansia di Desa Dadirejo Kecamatan Tirto

Kabupaten Pekalongan tahun 2013 menunjukkan bahwa ada

hubungan yang sangat cukup bermakna antara variabel tingkat

pengetahuan lansia dengan motivasi lansia berkunjung ke posyandu

lansia dengan ρ = 0,002 dengan r = 0,25 dari 213 responden yang

diteliti.

Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat diperoleh

dari pengetahuan pribadi dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan

menghadiri kegiatan posyandu, lansia akan mendapatkan penyuluhan


85

tentang bagaimana cara hidup sehat dengan segala keterbatasan atau

masalah kesehatan yang melekat pada mereka. Dengan pengalaman

ini, pengetahuan lansia menjadi meningkat, yang menjadi dasar

pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi mereka

untuk selalu mengikuit kegiatan posyandu lansia (Ismawati, 2010).

Dari hasil tabulasi silang pada kelompok yang memiliki

motivasi lemah 4 orang (4,8%), pengetahuan lansia lebih banyak pada

lansia yang berpengetahuan cukup 3 orang (7,3%). Dari hasil

wawancara saat penelitian, lansia memiliki motivasi lemah

dikarenakan jarak rumah lansia yang jauh dari tempat pelayanan,

kesibukan mereka dirumah, ketakutan mengetahui penyakitnya,

kurangnya dukungan dalam keluarga atau tidak ada yang mengantar.

Sedangkan lansia yang memiliki motivasi kuat dikarenakan oleh

sebagian besar karena mengetahui manfaat dari posyandu lansia dan

merupakan kesadaran dari diri sendiri. Selain itu, pelayanan yang ada

di posyandu serta informasi yang didapatkan pada saat posyandu,

menyebebkan para lansia semangat untuk mengikuti posyandu lansia.

Anda mungkin juga menyukai