Anda di halaman 1dari 13

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Deskripsi data adalah upaya menampilkan dan meringkas data agar data

tersebut mudah dimengerti dan dilihat oleh peneliti dan orang lain yang tertarik

dengan hasil penelitian tersebut. data yang dalam bentuk kuantitatif atau

ditransfer dalam angka maka dideskripsikan menggunakan statistika deskriptif.

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang hubungan pengetahuan ibu

dengan stimulasi perkembangan motorik kasar anak usia pra sekolah di TK

Sinar Bahagia Tanjungpinang.

1. Analisa Univariat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu

dengan stimulasi perkembangan motorik kasar anak usia pra sekolah di TK

Sinar Bahagia Tanjungpinang. Pada BAB ini akan dijelaskan disribusi

frekuensi stimulasi dan distribusi perkembangan motorik kasar anak usia

pra sekolah.

49
50

a. Distribusi frekuensi karakteristik (usia dan jenis kelamin)

Tabel 4.1
Distribusi frekuensi karakteristik (usia, jenis kelamin) di TK Sinar Bahagia
Tanjungpinang

Variabel (f) (%)


Usia
4 tahun 10 25,6%
5 tahun 16 41,0%
6 tahun 13 33,3%
Total 39 100%
Jenis kelamin
Laki-laki 22 56,4%
Perempuan 17 43,6%

Total 39 100%

Berdasarkan tabel 4,1 sebagian besar anak memiliki usia 5 tahun

sebanyak 16 orang (41,0%) dan didapatkan anak bejenis kelamin laki-laki

sebanyak 22 orang (56.4%).

b. Distribusi frekuensi pengetahuan ibu

Tabel 4.2
Distribusi frekuensi pengetahuan ibu dengan stimulasi perkembangan
motorik kasar anak usia pra sekolah di TK Sinar Bahagia Tanjungpinang
(f) %
Pengetahuan ibu
Baik 29 74.4%
Cukup 10 25.6%
39 100%

Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan sebagian besar pengetahuan ibu

dengan kategori baik terdapat 29 orang (74.4%)


51

c. Distribusi frekuensi perkembangan motorik kasar anak

Tabel 4.3
distribusi frekuensi perkembangan motorik kasar anak usia pra sekolah di
TK Sinar Bahagia Tanjungpinang
(f) %
motorik kasar
Mampu 33 84.6%
kurang mampu 6 15.4%
39 100%
Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan sebagian besar anak memiliki

kemampuan motorik kasar dengan kategori mampu yaitu 33 anak

(84.6%)

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dalam penelitian ini untuk mengetahui hubungan

pengetahuan ibu dengan stimulasi perkembangan motorik kasar anak,

dengan menggunakan uji fisher karena jumah sel yang nilai expected-nya

kurang dari lima. Adapun hasil analisa bivariat dapat dilihat pada tabel 4.4

berikut ini
52

Tabel 4.4

Hubungan pengetahuan ibu dengan stimulasi perkembangan motorik kasar


anak usia pra sekolah di TK Sinar Bahagia Tanjungpinang

Perkembangan Motorik Kasar


Mampu Kurang Jumlah p value
mampu
Pengetahuan ibu
Baik 29 0 29 0,000
Cukup 4 6 10

Jumlah 33 6 39
Berdasarkan tabel 4.4 dadapatkan hasil ada hubungan yang

signifikan antara pengetahuan ibu dengan stimulasi perkembangan motorik

kasar anak usia pra sekolah di TK Sinar Bahagia Tanjungpinang dengan p

value 0,000 (<0,05)

B. Pengujian Persyaratan Analisis

Pengujian persyaratan analisis ini menggunakan uji fisher dengan skala

ordinal, jumlah sel yang nilai expected-nya kurang dari lima. Dalam uji

normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk karena jumlah responden penelitian

39 orang dengan nilai Sig 0,000 (<0,05) maka data menunjukkan tidak

berdistribusi normal.

C. Pengujian Hipotesis

Adapun hasil dari pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah Ho

ditolak yang menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan ibu dengan

stimulasi perkembangan motorik kasar anak usia pra sekolah di TK Sinar

Bahagia Tanjungpinang dengan p value 0,000 (<0,05)


53

D. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Karakteristik responden berdasarkan usia dan jenis kelamin

a. Usia

Berdasarkan karakteristik didapatkan hasil bahwa mayoritas

responden berusia 5 tahun sebanyak 16 orang (41,0%) .

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Alis Setyaningsih

dengan judul hubungan tingkat pengetahuan ibu dan praktek

penggunaan alat edukatif dengan perkembangan motorik kasar di paud

anggrek kabupaten pati, didapatkan data 2 anak dari 10 anak berusia 3-

4 tahun memiliki perkembangan motorik yang kurang baik. Hal itu

terlihat dari aktivitas kemampuan anak dalam beriteraksi saat anak

bermain melepar bola dan menendang bola. Terdapat 1 anak yang

belum bisa menendang bola dengan lurus, ada juga 1 anak yang tidak

bisa melompat jauh.

Berdasarkan hasil penelitian usia responden lebih dari setengah

berusia 3-5 tahun. Pada usia 3-4 tahun anak mengalami peningkatan

dalam berprilaku motorik kasar. Dengan penelitian yang dilakukan oleh

Widiantoro dan Prawesti (2013) yang menunjukkan bahwa hampir

setengah responden berusia 42 bulan atau 3,5 tahun. Pada masa pra

sekolah yaitu usia 3-5 tahun anak membutuhkan persiapan yang lebih

formal yang akan dijalaninya.


54

Denver Development Screening Test (DDST) adalah suatu

metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak. Tes ini lebih

mengarah kepada perbandingan kemampuan atau perkembangan anak

dengan kemampuan anak lain yang seumurnya. Tujuan dari Tes Denver

II ini adalah untuk menilai tingkat perkembangan anak sesuai dengan

tugas untuk kelompok umurnya saat dites.

b. Jenis kelamin

Berdasarkan karakteristik didapatkan hasil bahwa mayoritas

responden yang bejenis kelamin laki-laki sebanyak 22 orang (56.4%)

sedangkan berjenis kelamin perempuan 16 orang (43.6%).

Faktor lain yang mempengaruhi perkembangan anak adalah

jenis kelamin. Berdasarkan hasil penelitian pada tabel II dari 30

responden didapatkan anak yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 18

responden (60%) dan yang perempuan sebanyak 12 responden (40%).

Menurut yuniarti (2014), jenis kelamin pada umur tertentu pria

dan wanita sangat berbeda dalam ukuran besar, kecepatan tumbuh,

jasmani dan lain-lain sehingga mempunyai ukuran normal yang

berbeda.

.
55

2. Distribusi frekuensi pengetahuan ibu

Berdasarkan hasil pengolahan data didapatkan sebagian besar

pengetahuan ibu dengan kategorik baik terdapat 29 orang (74.4%).

Dalam mengasuh dan mendidik anak, orang tua akan memberikan

perhatian, peraturan, disiplin, hadiah dan hukuman, serta tanggapan

terhadap keinginan anaknya. Secara sadar atau tidak semua itu akan

diresapi kemudian menjadi kebiasaan bagi anak yang nantinya akan

berpengaruh terhadap perkembangan anak ( Fatimah, 2012).

Pengetahuan ibu yang baik akan memberikan hasil yang baik, artinya

dengan adanya pengetahuan ibu yang baik tentang pemberian stimulasi

motorik kasar maka perkembangan anak terhadap motorik kasarnya akan

baik pula. Begitu pula sebaliknya, pengetahuan ibu yang kurang akan

memberikan efek yang kurang baik terhadap anak. Anak yang diasuh oleh

orang tua yang berpendidikan rendah memiliki resiko tiga kali mengalami

keterlambatan dibandingkan orang tua yang berpendidikan tinggi (Ariani &

Yosoprawoto, 2012).

3. Distribusi frekuensi perkembangan motorik kasar anak

Berdasarkan hasil pengolahan data didapatkan sebagian besar anak

memiliki kemampuan motorik kasar dengan kategori mampu yaitu 33 anak

(84.6%).

Hasil penelitian terhadap responden menunjukkan distribusi frekuensi

perkembangan motorik kasar anak usia pra sekolah yang paling banyak
56

adalah normal sebanyak 23 responden (46%). Hasil ini berarti sebagian

besar anak-anak menunjukkan perkembangan motorik kasar yang normal.

Artinya bahwa perkembangan motorik kasar sudah sesuai dengan tingkat

perkembangan usianya dan anak tidak mengalami keterlambatan

perkembangan.

Hasil penelitian diketahui bahwa kemampuan motorik kasar responden

normal yaitu sebanyak 48 (55,2 %) responden. Motorik kasar merupakan

kemampuan anak melakukan pergerakan kasar dan sikap tubuh yang

melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri, dan sebagainya sesuai

dengan tingkat umurnya (kemenkes RI, 2010).

Gerakan motorik kasar adalah keamampuan yang membutuhkan

koordinasi sebagian besar bagian tubuh anak. Oleh karena itu biasanya

memerlukan tenaga karena dilakukan oleh otot-otot yang lebih besar.

Pengembangan motorik kasar juga memerlukan koordinasi kelompok otot-

otot anak yang tertentu yang dapat membuat mereka dapat meloncat,

berlari, serta berdiri dengan satu kaki (Sujiono, 2015).

Perkembangan fisik anak atau motorik adalah salah satu kemampuan

dasar anak prasekolah. Gerakan dasar dilatih secara bertahap sehingga anak

mampu menirunya. Perkembangan motorik kasar anak dapat dilakukan

dengan gerakan-gerakan yaitu seperti jalan berjinjit, meloncat, berjingkat

dengan satu kaki, berdiri dengan satu kaki dalam beberapa detik

(Soetjiningsih & Ranuh, 2015)


57

Gerakan motorik kasar melibatkan aktivitas otot tangan, kaki, dan

seluruh tubuh anak. Gerakan ini mengandalkan kematangan dalam

koordinasi. Untuk melatih motorik kasar anak dapat dilkukan, misalnya

dengan melatih anak berdiri satu kaki. Dalam perkembangannya, motorik

kasar berkembang lebih dahulu dari pada motorik halus. Hal ini dapat

terlihat saat anak sudah dapat menggunakan otot-otot kakinya untuk

berjalan (Soetjiningsih, 2011)

Gerakan motorik kasar anak pada usia 3-5 tahun

a) Loncat jauh (broad jump)

Letakkan selembar kertas folio diatas lantai dan tunjukkan

kepada anak bagaimana melakukan lompatan lebar berdiri melintasi

lebar kertas. Kemudian katakan kepada anak agar ia melakukan tugas

ini juga. Percobaan dapat dilakukan sebanyak tiga kali jika perlu.

b) Berdiri satu kaki 1-6 detik (balance each foot 1-6 second)

Tunjukkan kepada anak bagaimana menyeibangkan berdiri

dengan satu kaki tanpa pegangan. Katakana kepada anak untuk

melakukan tugas ini selama yang ia mampu. Lakukan percobaan

sebanyak tiga kali. Catat waktu terlama dari ketiga percobaan tersebut.

selanjutnya minta anak untuk menyeimbangkan kaki yang lai dengan

jumlah percobaan tiga kali juga. Catat waktu terlama dari ketiga

percobaan tersebut.
58

c) Melompat dengan satu kaki (hops)

Anak berdiri tanpa pegangan, lalu minta anak untuk melompat

dengan satu kaki. Pemerika dapat menunjukkan bagaimana melakukan

hal ini..

d) Berjalan tumit ke jari kaki (heel-to-toe-walk)

Tunjukkan kepada anak bagaimana cara bejalan di garis lurus

dengan menempatkan tumit dari satu kaki didepan jari kaki yang lain.

Berjalan delapan langkah, lalu minta anak melakukannya. Pemeriksa

dapat membandingkan ini dengan berjalan diatas tali yang ketat dan

lurus bila perlu dan diberikan beberapa kali contoh. Lakukan

percobaan sebanyak tiga kali bila perlu

Tujuan melatih motorik kasar dan motorik halus untuk

membantu anak agar dapat mencapai tingkat perkembangan yang baik

dengan sebagai kegiatan yang bisa dilakukan meliputi latihan gerak,

bicara, berfikir dan mandiri sehingga anak dapat bermain atau bergaul

dengan teman sebayanya.

4. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Stimulasi Perkembangan

Motorik Kasar Anak

Berdasarkan hasil pengolahan data didapatkan p value 0,000 (<0,05),

maka ada hubungan pengetahuan ibu dengan stimulasi perkembangan

motorik kasar anak di TK Sinar Bahagia Tanjungpinang tahun 2020.


59

Hasil penelitian ini diperkuat oleh Imelda (2017) dengan judul

pengetahuan ibu tentang pemberian stimulasi dan perkembangan anak pra

sekolah (3-5 tahun) di Banda Aceh didapatkan nilai p value 0,005 yang

berarti p value < 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesa nul (Ho)

ditolak, yang berarti ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang

pemberian stimulasi motorik kasar dengan perkembangan anak pra sekolah

di Geuceu Manara Banda Aceh. Berdasarkan analisa diatas diperoleh

kesimpulan bahwa pengetahuan ibu tentang stimulasi motorik kasar sangat

berpengaruh terhadap perkembangan motorik kasar.

Stimulasi atau rangsangan sangat dibutuhkan guna memaksimalkan

seluruh potensi yang dimiliki oleh anak sejak masih dalam kandungan

(Fida & Maya, 2012). Ketika anak lahir rangsangan harus dilakukan terus-

menerus, bervariasi, serta dengan suasana bermain dan kasih sayang sebab

rangsangan yang diberikan oleh orang tua dengan banyak cara dapat

menstimulasi seluruh potensi yang dimiliki oleh anak (Fida & Maya, 2012)

Pengetahuan orang tua yang baik mampu mengajari anak melakukan

gerakan untuk merangsang motorik kasar seperti menyuruh anak berdiri

satu kaki tanpa berpegangan selama 6 detik atau lebih, mengajari

melompat-lompat dan menari untuk meningkat kekuatan kaki dan fisik

anak. (Riyadi dan Ratnaningsih, 2012).

Perkembabangan motorik kasar merupakan perkembangan kontrol

pergerakan tubuh yang mengintegrasikan beberapa komponen, yaitu


60

aktivitas saraf pusat, saraf tepid an melibatkan otot-otot besar untuk

perkembangan gerakan (lokomosi) dan postur (posisi tubuh).

Perkembangan motorik kasar ini terjadi dimulai sejak dalam kandungan

dan terus berkembang secara terhadap yang dimulai dari berguling,

tengkurap, duduk, merangkak, berdiri, berjalan, sampai berlai

(Soetjiningsih dan Ranuh,2012).

Peran orang tua disini sebagai pemberi stimulasi bentuk perilaku

pengasuhan sebagai lingkungan pertama yang anak kenal, sehingga orang

tua dituntut pemahaman yang benar dalam mengasuh. Faktor yang

mempengaruhi perilaku pengasuhan orang tua dalam memberikan stimulasi

adalah pengetahuan (knowledge) tentang pemberian stimulasi,sikap

(attitude) terhadap stimulasi yang akan diberikan dan tindakan (practice)

stimulasi yang orang tua berikan kepada anak dalam bentuk praktik berupa

latihan tiap harinya (Fitriyani dkk, 2013).

Ibu sebagai pengasuh terdekat seorang anak harus mengetahui lebih

banyak proses pertumbuhan dan perkembangan anak serta faktor-faktor

yang mempengaruhi proses itu. Pengetahuan ibu tentang perkembangan

anak sangatlah penting karena dapat mengarahkan ibu untuk lebih

berinteraksi dengan anak sehingga secara tidak langsung akan berpengaruh

pada perkembangan anak. Ibu yang memiliki pengetahuan tentang

perkembangan anak cenderung menciptakan lingkungan yang sesuai untuk

munculnya kemampuan anak (Nursalam, & Utami, 2013).


61

E. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna, walaupun

penelitian ini telah dilaksanakan secara maksimal. Namun ada beberapa

keterbatasan penelitian, yaitu :

1. Menggunakan kuesioner yaitu terkadang jawaban yang diberikan oleh

responden tidak menunjukkan keadaan sebenarnya.

2. Sampel yang digunakan dalam penelitian seharusnya perlu ditambah

sehingga hasil yang didapat lebih akurat. Karena, untuk mendapatkan hasil

penelitian yang baik seharusnya jumlah responden lebih banyak

Anda mungkin juga menyukai