Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN

IDIL ADRIATI DWINA


102121041

Pembimbing :
dr. Nurdiani, Sp.A

KASUS
Identitas Pribadi
• Nama Pasien : Riski Aditya
• Tanggal Lahir: 12-03-2015
• No RM : 369821
• Tanggal Masuk : 06-11-2021
• Tanggal Keluar : 13-11-2021
• Umur : 6 tahun 8 bulan
• Jenis Kelamin : Laki-Laki

Orang Tua
• Ayah : Afrizal
• Alamat : Jl. Pertiwi Baru 03-B M.Tembung
• Agama : Islam
II. Riwayat Penyakit Sekarang

Keluhan Utama : Kejang


Telaah :
Os dibawa keluarga dalam keadaan kejang seluruh tubuh disertai tidak
sadarkan diri. Kejang 1x hari ini selama lebih kurang 20 menit. Ibu os
mengatakan os demam 1 minggu ini, Batuk (-), Mencret (-)
RPT : Kejang 2x usia 1 tahun
RPK :-
RPO : Paracetamol
R. Alergi Obat :-
Riwayat Kehamilan Ibu
ANC rutin, G1P1A0, vitamin hamil
(+), susu hamil (+), jamu-jamuan (-),
obat-obatan (-), hipertensi (-), DM (-),
Asma (-)
Riwayat Persalinan Ibu
Lahir cukup bulan, Sectio Caesaria,
segera menangis, BBL: 3100 gram,
PBL: 50 cm, LK: Ibu tidak ingat.
Riwayat Imunisasi
Lengkap Sesuai Usia

Riwayat Tumbuh Kembang


Tumbuh kembang baik, sesuai umur.
III. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Kesan sakit : Tampak Sakit Sedang
Sesorium : Somnolen
Kuantitatif : GCS 8 (E= 3, V= 3, M= 2)
HR : 133 x / menit
RR : 28 x / menit
Temperatur : 37,3 °c
SPO2 : 97 %
Data Antropometri
Status Gizi
BB : 25 kg
PB : 128 cm
BB / U : 119 % BB Baik
LK : 50 cm TB / U : 111 % Normal
Kesan : BB/TB : 119 %
Normocephali Overweight
Pemeriksaan fisik
Kepala : Normochepali, deformitas (-),
Rambut : Warna hitam, lebat , tidak mudah
dicabut
Mata : Konjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-),
kelopak mata normal, pupil RC (+/+),
isokor (+/+).
Telinga : DBN, sekret (-)
Hidung : DBN, Sekret (+), perdarahan (-)
Mulut dan Gigi : DBN, bibir pucat. Gigi Karies
Lidah : Lidah Kotor (-)
Tenggorokan : Kemerahan (-)
Leher : Pembesaran KGB (-), Nyeri Tekan (-)

Thoraks
• Paru
Inspeksi : Simetris kanan dan kiri, Fusiformis
Palpasi : Nyeri tekan (-), Fremitus kanan dan kiri
Perkusi : Sonor dikedua lapang paru
Auskultasi : Suara pernafasan vesikuler kanan dan kiri,
Suara tambahan (-)
• Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak kuat angkat
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Perkusi : Batas atas : ICS IV parasternal sinistra
Auskultasi : Irama reguler
Abdomen

Inspeksi : Datar, tidak ada benjolan


Auskultasi : Bising usus (+)
Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani di keempat kuadran abdomen
Esktremitas : Akral hangat, Capillary refill time < 2”

Genetalia : Phimosis
Pemeriksaan Neurologis
Refleks fisiologis : +/+
Refleks patologis : -/-
Rangsang meningeal : Kaku kuduk (-)
HASIL LABORATORIUM
Darah Rutin Index Eritrosit

13 – 18 g/dL MCV 83.3 80 – 100 fL


Hemoglobin 10.9
40 – 50 % MCH 30.7 26 – 34 pg
Hematokrit 29.6
36.8 32 – 36 g/dL
Leukosit
25.08 4 – 11 ribu/mm3 MCHC

Trombosit
427 150 – 440 ribu/mm3 Hitung Jenis Leukosit
3.55 4.50 – 5.50 juta/ uL 41.3
Eritrosit Neutrofil 50 – 70 %
15.2 9.0 – 13.0 fL 53.3
PDW Limfosit 20 – 45 %
15.1 10.00 – 18.00 % 5.4
RDW-CV Monosit 4–8%
9.1 7.2 – 11.1 fL
MPV
Elektrolit
0.389 0.150 – 0.400 %
PCT
124 135 - 155 mEg/L
Natrium (Na)
Kadar Gula Darah 3.21 3.3 - 4.9 mEg/L
Kalium (K)
186 < 200 Mg/dl 90 96 - 113 mEg/L
KGD add random Klorida (Cl)
DIAGNOSA BANDING
• Epilepsi
• Kejang demam plus
• Meningitis
DIAGNOSA KERJA
Epilepsi
TERAPI
- O2 1-2 L/i nasal canul
- IVFD RL 20 gtt/i
- Dumin supp 250mg
- Stesolid supp 10mg
- Inj Diazepam 1 mg
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksan Covid-19 : Negatif
- Darah rutin
- Elektrolit
- EEG
FOLLOW UP
PASIEN
Tanggal S O A P
Sabtu - Kejang (+) HR: 136 x/ menit Epilepsy - O2 1-2 L/i nasal canul
06/11/202 - Demam (+) RR: 28 x/ menit - IVFD RL 20 gtt/i
1 T: 37,2 ℃ - Dumin supp 250mg
SpO2: 97 % - Stesolid supp 10mg
GCS: 8 (E:2,V:2,M:4) - Inj Diazepam 1 mg
- Inj Phenobarbital 100 mg/12
Ht ↓, Eritrosit ↓, PDW↑, jam + Nacl 0,9% 20 cc
Hematokrit↓, MCHC↑
- Inj Cefotaxim 1gr/8jam
Limfosit↑, Leukosit↑
Na↓, K↓, Cl↓
Minggu - Demam (+) HR: 98 x/ menit Epilepsy - IVFD RL 20 gtt/i
07/11/202 - Menggigil (+) RR: 24 x/ menit - Inj Phenobarbital 100 mg/12
1 GCS: 15 (E:4,V:5,M:6) jam + Nacl 0,9% 20 cc
T: 37,2 ºc (15.00)
- Injeksi Novalgin
T: 39,4 ºc (21.15) 300mg/8jam
SpO2: 99 %
- Paracetamol 3 x ¾ tablet
Tanggal S O A P
Senin - Demam (+) HR: 98 x/ menit Epilepsy + - IVFD D5 % NacL 0,25%
08/11/2021 - Menggigil (+) RR: 24 x/ menit Phimosis 12gtt/i
- Nyeri panggul T: 38 ℃ (10.00) - Inj Phenobarbital 100 mg/12
T: 37.8 (17.00) jam + Nacl 0,9% 20 cc
(+) SpO2: 99 % - Cefixime 2 x 100 mg
- Paracetamol 3 x ¾ tab
- Curcuma 2 x 1 cth

Selasa - Mencret ampas HR: 103 x/ menit Epilepsy + - IVFD RL 20 gtt/i


09/11/2021 (+) RR: 24 x/ menit Phimosis - Cefixime 2 x 100 mg
- Muntah (+) 2x T: 36,7 ºc (07:30) - Paracetamol 3 x ¾ tab
- Demam (+) T: 38,7 ºc (18:00) - Curcuma 2 x 1 cth
SpO2: 99 %
Tanggal S O A P

Rabu - Demam (+) HR: 107 x/ menit Epilepsy + - IVFD RL 20 gtt/i


10/11/202 - Lemas (+) RR: 24 x/ menit Phimosis - Cefixime 2 x 100 mg
- Paracetamol 3 x ¾ tab
1 - Mencret (+) T: 36.9 ºc (07:00) - Curcuma 2 x 1 cth
- Nyeri panggul (+) T: 37.8 ºc (18:00)
SpO2: 95 %

Kamis - Demam (+) HR: 102 x/ menit Epilepsy + - IVFD RL 20 gtt/i


11/11/202 - Mencret (+) RR: 28 x/ menit Phimosis - Cefixime 2 x 100 mg
1 - Kejang bangun T: 37,8 ºc (07:00) - Phenobarbital 2 x 30mg
- Zinc 20 mg/hari
tidur (+) T: 36,6 ºc (18:00)
- Lemas (+) SpO2: 99 %
Tanggal S O A P
Jum’at - Demam (+) HR: 111 x/ menit Epilepsy + - IVFD RL 20 gtt/i
12/11/2021 - Mencret (+) RR: 28 x/ menit Phimosis - Cefixime 2 x 100 mg
T: 37.5 ℃ (07.00) - Phenobarbital 2 x 30mg
T: 38,5 ℃ (18.30) - Paracetamol 3 x ¾ tab
SpO2: 98 % - Curcuma 2 x 1 cth
- Zinc 20 mg/hari

Sabtu - Demam (+) HR: 119 x/ menit Epilepsy + - IVFD RL 20 gtt/i


13/11/2021 - Mencret (+) RR: 32 x/ menit Phimosis - Cefixime 2 x 100 mg
T: 37,6 ºc (07:00) - Phenobarbital 2 x 30mg
T: 37,9ºc (18.30) - Paracetamol 3 x ¾ tab
SpO2: 94 % - Curcuma 2 x 1 cth
- Zinc 20 mg/hari
RESUME EPILEPSI
DEFINISI
Epilepsi adalah gangguan otak
yang ditandai dengan
kecendrungan mengahasilkan
kejang dan diikuti oleh gangguan
neurobiologis, kognitif, Bangkitan epilepsi merupakan manifestasi
psikologis dan konsekuensi klinis lepas muatan listrik yang berlebihan di
sosial. sel neuroni ini dapat berupa gangguan
fisiologis, biokimia, anatomis atau gabungan
faktor tersebut. Hal ini terjadi karena fungsi
sel neuron terganggu. Setiap kelainan yang
mengganggu fungsi otak atau fungsi sel
neuron di otak, baik kelainan lokal maupun
umum, akan dapat mengakibatkan terjadinya
bangkitan kejang atau serangan epilepsi.
PRAVELENSI DAN INSIDENSI
Penelitian insidens dan prevalens epilepsi telah dilaporkan
dari berbagai negara tetapi perbandingannya sering sulit
dilakukan karena para peneliti menggunakan definisi,
metode pemilihan kasus dan klasifikasi epilepsi yang
berbeda-beda. Walaupun demikian para peneliti umumnya
mendapatkan insidens 20-70 per 100.000 per tahun dan
prevalens sewaktu 4-10 per 1000 pada populasi umum. In
sidens epilepsi berubah-ubah menurut umur, insidens
tertinggi pada usia anak anak dini, mencapai nadir pada
usia dewasa dini dan naik kembali pada usia tua.
ETIOLOGI
Ditinjau dari faktor etiologi, maka sindrom epilepsi dibagi
menjadi 2 kelompok:

Dapat dicetuskan oleh


E. inaktivitas sinaps inhibisi, atau E. Simtomatik
IDIOPATIK
Penyebab epilepsi tidak
oleh stimulasi berlebihan pada
Penyebab sangat bervariasi
sinaps eksitasi; atau oleh
diketahuai tapi sebagian perubahan pada tergantung pada usia awaita
dari jenis idiopatik ini dapat keseimbangan seperti gangguan pada
disebabkan oleh neurotransmiter-palsu yang pembuluh darah otak infeksi
abnormalitas konstitusional memblokade aksi susunan syaraf pusat, infeksi
dari fisiologi cerebral yang neurotransmiter alamiah virus, bakteri abses otak dan
disebabkan oleh interaksi cedera kepala, misalnya
beberapa faktor genetik tumor otak, pasca trauma
otak dan pascaensefalitis
ETIOLOGI
Etiologi Bangkitan kejang atau serangan epilepsi
dapat dicetuskan oleh inaktivitas sinaps inhibisi,
atau oleh stimulasi berlebihan pada sinaps eksitasi;
atau oleh perubahan pada keseimbangan
neurotransmiter-palsu yang memblokade aksi
neurotransmiter alamiah. Turunnya ambang kejang
mungkin diakibatkan oleh perubahan konsen trasi
ion dalam cairan tubuh. Depolarisasi mungkin
merupakan refleksi dari keg galan pompa ion, yang
dapat disebabkan karena kurangnya pasokan enersi
pada keadaan hipoglikemia, anoksia atau gangguan
metabolik lainnya
DIAGNOSIS EPILEPSI
Ada 3 hal yang pokok dalam menegakkan diagnosis
epilepsi
1. Diagnosis etiologi, misalnya epilepsi
21,8% akibat malformasi arterio-vena
35,5%
2. Diagnosis jenis serangan untuk
menentukan obatnya. Harus dibedakan
misal nya serangan absens dan parsial
kompleks, karena pengobatannya berbeda
10,9%
3. Diagnosis sindrom epilepsi. Hal ini penting
untuk menentukan prognosis dan lama
pengobatan misalnya juvenile myoclonic
epilepsy bersifat benigna, sedang kan
progressive myoclonic epilepsy bersifat
maligna
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Elektroensefalogram [EEG]

Rekaman eeg dilakukan pada saat pasien


tidur alami Tampak gelombang irama dasar
frekuensi 3-4 spd bercampur gelombang irama
dasar frekuensi 1/2-1 spd

Tidak terdapat asimetri


Tidak tampak aktivitas epileptiform
Stimulasi photik tidak menyebabkan
perubahan berarti

Kesan: EEG Abnormal Terdapat


hipofungsi umum berat Tidak tampak
gelombang epileptiform
TERAP
I
Beberapa saran tata laksana pengobatan epilepsi yang
baru telah diajukan Yamatogi dan Ohtahara, yaitu:
1. Sebagai contoh OAE baru misalnya clobazam yang
merupakan OAE spektrum luas dengan kekuatan
sebagai diazepam, namun mempunyai daya kerja
yang pendek. Flunarizine (Ca channel blocker)
mempunyai efek serupa fenitoin atau karbamazepin.
2. Pengobatan khusus misalnya ACTH dan
kortikosteroid untuk sindrom West dan Landau
Kleffner. Obat yang berkaitan dengan
neurotransmiter misalnya Vit B6, L-Dopa dan
thyrotropin-releasing hormone (TRH) dan gamma-
globulin dosis tinggi berperan pada ensefalopati
epileptik. Diit ketogenik dan MCT juga sering
berfaedah.
3. 3. Obat bukan OAE misalnya lidokain, imipramin,
amantadin dapat dipergunakan pada epilepsi yang
sukar diatasi. Sebaliknya antihistamin, antibiotik dan
obat psikotropik dapat menurunkan ambang
rangsang.
KOMPLIKASI
Komplikasi primer:
1. Status epileptikus menyebabkan kerusakan pada neuron dan memicu
reaksi inflamasi, calcium related injury, jejas sitotoksik, perubahan
reseptor glutamat dan GABA, serta perubahan lingkungan sel neuron
lainnya.
2. Perubahan pada sistem jaringan neuron, keseimbangan metabolik, sistem
saraf otonom, serta kejang berulang dapat menyebabkan komplikasi
sistemik.
3. Proses kontraksi dan relaksasi otot yang terjadi pada SE konvulsif dapat
menyebabkan kerusakan otot, demam, rabdomiolisis, bahkan gagal ginjal.
4. Keadaan hipoksia akan menyebabkan metabolisme anaerob dan memicu
asidosis.
5. Kejang juga menyebabkan perubahan fungsi saraf otonom dan fungsi
jantung (hipertensi, hipotensi, gagal jantung, atau aritmia).

Komplikasi sekunder akibat pemakaian obat anti-konvulsan adalah depresi


napas serta hipotensi, emboli paru, trombosi dalam vena.
PROGNOSIS
Prognosis anak yang menderita epilepsi tergantung
bermacam-macam faktor medis, sosial dan psikologis. Secara
umum prognosis epilepsi berhubungan dengan beberapa
faktor seperti kekerapan kejang, ada atau tidaknya defisit
neurologis atau mental, jenis dan lamanya kejang.

Walaupun prognosis sosial dan medis pasien epilepsi


cenderung berbeda-beda dalam berbagai aspek, prognosis
terutama dipengaruhi oleh terkontrolnya kejang. Kehidupan
pasien akan jauh lebih normal bila tidak membutuhkan obat
antiepileptik dan bebas serangan sedikitnya 1 tahun atau lebih.
PHIMOSIS
Phimosis merupakan ketidakmampuan untuk menarik
kulup. Saat lahir, phimosis bersifat fisiologis. Seiring
waktu, perlengketan antara preputium dan glans lisis
dan cincin phimotic distal mengendur. Pada 80% anak
laki-laki yang tidak disunat, kulit khatan menjadi dapat
ditarik kembali pada usia 3 tahun. Akumulasi puing-
puing epitel di bawah kulit khatan bayi adalah
fisiologis dan tidak mengharuskan sunat.
TERIMAKASIH
KAMSAHAMIDA!
^^
CREDITS: This presentation template was created by ​Slidesgo​,
including icons by Flaticon​, infographics & images by ​Freepik

Anda mungkin juga menyukai