RSUD CIKALONG
WETAN
TUBERKULOSIS
Pembimbing : dr. Sanditia. SpPD
Presentan : dr. Aldy Fernando Sobandi
IDENTITAS PASIEN
• Nama : Ny. Siti Nuraeni
• Pekerjaan : IRT
• No. RM : 049494
Tanda vital
TD : 100/70 mmHg
Nadi : 133x/menit
Pernapasan : 24x/menit; tipe: thoracoabdominal
Suhu : 360C
SpO2 : 93% room air
Pemeriksaan Fisik
Kepala Pembesaran KGB : tidak ada pembesaran
Ekspresi : normal Kaku kuduk : (-)
Simetris muka : kanan = kiri
Deformitas : (-)
Rambut : hitam, lurus, sukar dicabut
Mata
Gerakan : ke segala arah
Kelopak mata : dalam batas normal
Kongjungtiva : anemis (+/+)
Sklera : ikterik(-/-)
Leher
Pemeriksaan Fisik
Thorax
Inspeksi:
Bentuk : simetris kiri=kanan
Retraksi : (-)
Paru-paru
Bunyi pernapasan : VBS ka=ki
Bunyi tambahan : Rh -/-, Wh -/-,
Jantung
Auskultasi : bunyi jantung S1 S2, murni regular, murmur(-), gallop(-)
Pemeriksaan Fisik
Abdomen
Inspeksi : datar,
Palpasi : Supel, distensi (-), massa (-), nyeri tekan (-), ballotement (-/-), hepatomegali (-), splenomengali (-)
Perkusi : Timpani di seluruh abdomen, shifting dullness (-), nyeri ketok CVA (-/-)
Auskultasi : Bising Usus (+) kesan normal
Ekstremitas :
Inspeksi : Simetris, tremor (-/-), sianotik (-/-), ikterik (-/-), clubbing finger (-/-), edema tungkai bawah (-/-)
Palpasi : Akral hangat, pitting edema (-/-) tungkai bawah, pulsasi arteri dorsalis pedis teraba (+/+),
CRT normal (<2 detik)
Range of Motion : ROM motorik ekstremitas atas normal, ROM ekstremitas bawah normal
Status Neurologis :
Kaku kuduk(-)
Motorik : 5/5/5/5
Reflek Fisiologis (+/+)
Refleks Patologis :
Babinski (-/-)
Chaddok(-/-)
Kernig(-/-)
Diagnosi
s
Observasi kejang ec susp Encepalitis TB
o DD/ elektrolit imbalance
o DD/ Epilepsi
TB Paru on OAT lepasan (2SHE/10HE)
Riwayat DILI
Anemia ec inflamasi kronis
PENATALAKSANAAN di IGD
Penatalaksanaan IGD Rencana Tindakan
Hematologi
Hematokrit 26 35 – 47 %
Leukosit 18.700 3.580 – 8.150 /µL
Fungsi Hati
SGOT 23 <40 U/L
SGPT 13 <40 U/L
Rontgen Thorax
Foto asimetris
Kesimpulan :
o TB paru aktif
o Efusi pleura kanan
Follow Up
Dokter Jaga
6/8/22
S:
Kejang(-), demam(-), pengobatan TB, Batuk sesekali
P:
Dari saraf:
O: - RL 1500cc/24jam
Elektrolit: KU:CM, E4V5M6 - OMZ 2x40mg iv
Klorida 88↓ TTV: - O2 NK 3LPM
Natrium 127↓ TD: 114/74 - Streptomisin 1x500mg iv
Kalium 35↓ N: 86x/m - Isoniazid 1x300mg po
RR: 22x/m - Etambutol 1x750mg po
CT scan S: 36.3 C - Dexa 4x1amp
Basahan(+) SpO2: 100% NK 3 LPM - Penitoin 2x1amp
Expertise(-) - Cek elektrolit(√)
Kepala: Ca(+/+), Si(-/-) - CT Scan lapor(√)
Leher: Kaku kuduk(-)
Thorax: VBS ka=ki, Rh(-/-), Wh(-/-), Advice dr.Kun.SpS
S1 S2 Murni reg, murmur(-) - Pasang 2 line
Abdomen: datar, supel, BU(+), NT(-) 1. Asering 1500cc/24jam
Ekstremitas: akral hangat, CRT<2dtk 2. NaCl 3% 500cc/24jam
Advice dr.Sanditia.SpPD
A: - Koreksi Natrium dengan NaCl 0.9% 1500cc/24jam sebagai maintenance
- Susp ensefalitis TB - Terapi lanjut
- TB milier on OAT
- Riwayat DILI
Tanggal Follow Up
• Pasang 2 line
berdenyut, sesak(-)
1. Asering 1500cc/24jam
O:
2. NaCl 3% 500cc/24jam NaCl 0.9% 1500cc/24jam sebagai maintenance
KU:CM, E4V5M6
TTV:
• OMZ 2x40mg iv
TD: 122/83
• O2 NK 3LPM
N: 90x/m
• Streptomisin 1x500mg iv
RR: 21x/m
• Isoniazid 1x300mg po
S: 36.5 C
• Etambutol 1x750mg po
SpO2: 99% NK 2 LPM
• Dexa 4x1amp
• Penitoin 2x1amp
Kepala: Ca(-/-), Si(-/-)
Leher: Kaku kuduk(-) Advice dr.Kun.SpS
Thorax: VBS ka=ki, Rh(-/-), Wh(-/-),
• PCT 3x1000mg po
S1 S2 Murni reg, murmur(-)
• Ibuprofen 2x200mg po
Abdomen: datar, supel, BU(+), NT(-)
Ekstremitas: akral hangat, CRT<2dtk
Advice dr.Sanditia.SpPD
A:
-Susp ensefalitis TB • Th lanjut
-TB milier on OAT
-Riwayat DILI
-Elektrolit imbalance
Tanggal Follow Up
Follow Up DPJP S: P:
Batuk(+), kejang(-), Nyeri kepala(-),
8/8/22 • Dexametason Stop
pusing(+)
• PCT 3x500mg po
• Flunarizin 2x10mg
O:
• Phenitoin 2x100mg
KU: Sedang, GCS E4V5M6
• Rencana BLPL
Kaku kuduk(-)
• Kontrol kamis U/konsul EEG
Bruzinski 1-4 (-)
Kernig (-)
Ref. Patologis(-/-)
Motorik 5/5/5/5
A:
General tonic clonic ec susp meningitis TB
DD/epilepsi
Tanggal Follow Up
Follow Up
SPPD S: P:
8/8/22 Kontak Adekuat
OAT lanjut
O:
Kesadaran somnolen
Paru dbn
BU(+)
Datar supel
A:
TB paru
Riwayat DILI
Tuberculosis
Definisi
1 2 3
Pasien Baru :
Pasien yang belum pernah Pasien dengan riwayat
mendapatkan pengobatan pengobatan yang tidak
Pasien pernah diobati TB
TB atau sudah pernah diketahui sebelumnya
menelan OAT kurang dari
28 hari
Pasien berobat TB
Poli resistan (TB PR) Resistan terhadap lebih dari satu jenis OAT lini pertama
kecuali isoniazid (H) dan rifampisin (R)
Multi drug resitan (TB MDR) Resistan terhadap isoniazid (H) dan Rifampisin (R)
Extensive drug resistan (TB XDR) TB MDR sekaligus resistan terhadap OAT fluorokuinolon dan
salah satu OAT lini kedua jenis suntikan (Kanamisin,
Kapreomisin, Amikasin)
Resistan Rifampisin (TB RR) Resistensi rifampisin dengan atau tanpa resistensi OAT lain
Klasifikasi Pasien TB
Berdasarkan Lokasi Anatomi
TB Paru TB Ekstra
Paru
TB yang terjadi pada jaringan
parenkim paru atau trakeobronkial. TB yang terjadi pada jaringan
Apabila pasien terdiagnosis memiliki diluar paru (pleura, sendi, tulang,
TB paru dan ekstra paru maka selaput otak, abdomen, dll.)
diklasifikasi termasuk kedalam TB
paru.
Diagnosis
Penegakkan diagnosis pada pasien TB, diantaranya
berdasarkan :
1. Gelaja Klinis
2. Pemeriksaan Dahak
3. Pemeriksaan Foto toraks
Alur Diagnosis
Diagnosis TB Resisten Obat
a. TB pre-XDR
b. TB XDR
c. MDR dengan intoleransi terhadap salah satu atau lebih obat
lini kedua yang digunakan pada paduan jangka pendek
d. Gagal pengobatan jangka pendek
e. Kembali setelah putus berobat
f. TB MDR kambuh
Pengobatan TB-RO
Pengobatan dengan paduan individual (jangka panjang)
- Apabila kadar SGPT >3x normal sebelum terapi dimulai maka paduan obat berikut ini perlu dipertimbangkan. Paduan obat yang dapat
diberikan adalah dapat mengandung 2 obat hepatotoksik, 1 obat hepatotoksik atau tanpa obat hepatotoksik.
Dua obat hepatotoksik
a. 9 bulan isoniazid + rifampisin + etambutol (9 RHE)
b. 2 bulan isoniazid + rifampisin + etambutol + streptomisin diikuti 6 bulan isoniazid + rifampisin (2 HRES/6HR)
c. 6-9 bulan rifampisin + pirazinamid + etambutol (6-9 RZE)
Satu obat hepatotoksik,
2 bulan isoniazid, etambutol, streptomisin diikuti 10 bulan isoniazid+etambutol (2SHE/10HE)
Tanpa obat hepatotoksik,
18-24 bulan streptomisin, etambutol, fluorokuinolon (18 – 24 SEQ)
Soedarsono S, Riadi ARW. Tuberculosis Drug-Induced Liver Injury. Jurnal Respirasi. 2020;6(2):49. doi:10.20473/jr.v6-i.2.2020.49-54
TB dengan hepatitis imbas obat
Tata laksana hepatitis imbas obat:
1. Bila ditemukan gejala klinis yaitu Ikterik, gejala mual/muntah, maka OAT dihentikan.
2. Bila ditemukan gejala klinis disertai peningkatan SGOT dan/ SGPT > 3 kali, maka OAT dihentikan.
3. Bila tidak ditemukan gejala klinis, OAT dihentikan apabila hasil laboratorium bilirubin >2, atau SGOT,
SGPT >5 kali. Apabila SGOT, SGPT >3 kali, maka pengobatan dilanjutkan, dengan pengawasan.
Paduan OAT dapat diberikan secara individual setelah dilakukan inisiasi ulang atau rechallenge. Pada pasien yang mengalami
ikterik, maka dianjurkan tidak memasukkan pirazinamid kedalam paduan obat.
Bila rifampisin tidak dapat ditoleransi, maka paduan yang dianjurkan adalah
- 2 HES/10 HE
Bila INH tidak dapat ditoleransi, maka paduan yang dianjurkan adalah
- 6-9RZE
Bila pirazinamid dihentikan pada fase intensif, maka paduan RH pada fase lanjutan diperpanjang hingga 9 bulan.
Soedarsono S, Riadi ARW. Tuberculosis Drug-Induced Liver Injury. Jurnal Respirasi. 2020;6(2):49. doi:10.20473/jr.v6-i.2.2020.49-54
Tuberkulosis dengan reaksi alergi pada kulit
• Jika seorang pasien terjadi gatal tanpa ruam dan tidak ada penyebab yang jelas selain OAT, maka pendekatan
yang direkomendasikan adalah mencoba pengobatan simtomatik dengan antihistamin dan pelembab kulit, dan
pengobatan TB dapat dilanjutkan sambil dimonitor.
• Jika terjadi ruam kulit, semua obat anti-TB harus dihentikan. Dosis secara bertahap ditingkatkan selama 3 hari
seperti yang tertera di tabel berikut.
”drug challenging”:
1. Setelah reaksi dapat diatasi, OAT diberikan kembali secara bertahap satu persatu dimulai dengan OAT yang kecil kemungkinannya dapat
menimbulkan reaksi. Masing-masing obat diberikan dengan dosis yang meningkat bertahap selama 3 hari, dari dosis yang kecil ke dosis yang
lebih besar, sehingga ketika obat yang terduga sebagai penyebab diperkenalkan kembali dengan dosis kecil sehingga tidak terjadi efek samping
yang serius. Efek samping mungkin akan terjadi segera setelah dosis kecil diberikan tetapi diharapkan akan lebih ringan dibandingkan
pemberian dosis penuh. Obat yang ditoleransi baik segera diberikan dengan dosis penuh diikuti pemberian obat berikutnya mulai dosis kecil
dengan prosedur yang sama.
2. Apabila tidak timbul reaksi, prosedur ini dilakukan kembali dengan menambahkan 1 macam OAT lagi.
3. Jika muncul reaksi setelah pemberian OAT tertentu, menunjukkan bahwa OAT yang diberikan tersebut adalah penyebab terjadinya reaksi pada
kulit tersebut.
4. Apabila telah diketahui OAT penyebab reaksi dikulit tersebut, pengobatan dapat dilanjutkan tanpa OAT penyebab tersebut.
5. Jika obat yang menyebaban alergi adalah pirazinamid, etambutol atau streptomisin, rejimen pengobatan dapat diganti dengan obat yang lain
jika memungkinkan. Pada beberapa kasus dimana rifampisin atau INH sebagai penyebab reaksi, dapat dilakukan desensitisasi jika
memungkinkan, kecuali pada pasien HIV positif karena toksisitas yang ekstrim.
”drug challenging”:
Mual dan muntah Hampir semua OAT Hentikan semua OAT, segera
lakukan tes fungsi hati
1. Gunakan masker atau menutup hidung dan mulut saat batuk &
bersin
2. Tidak meludah di sembarang tempat
3. Makan makanan bergizi
4. Membuka jendela
5. Menjemur alas tidur agar tidak lembab
6. Vaksinasi BCG untuk balita
7. Olahraga teratur
8. Tidak merokok
Analisis Kasus
Dari anamnesis di temukan bahwa OS mengalami kejang 2x, kejang pertama terjadi 1 minggu
SMRS dan kejang kedua 1 hari SMRS. Kejang terjadi selama ±10 menit, tangan kaku melipat ke atas,
mata terbuka, setelah kejang pasien sadar tapi tidak mengetahui klau dirinya kejang. Keluhan disertai
dengan adanya batuk berdahak sesekali, lemas, dan nafsu makan kurang, dan berat badan belum naik
seperti normal.
Diketahui bahwa Os sedang dalam masa pengobatan TB yang di mulai OS sejak 3 bulan lalu.
Dimulai pada 23/4/2022 OS datang ke RSUD Cikalong Wetan dengan keluhan awal sesak nafas sejak 1
minggu SMRS, demam dan terjadi penurunan berat badan, lalu OS didiagnosis efusi pleura dan susp TB,
lalu pasien di rawat selama 4 hari lalu di lakukan terapi pungsi pleura dan memulai terapi TB dengan
pemberian OAT kategori I 1x2 tab / hari.
Analisis Kasus
Lalu pada 09/05/2022 OS datang ke RSUD cikalong wetan untuk kontrol dan mengeluhkan masih
ada batuk dan mata menjadi kuning, sehingga pasien diminta melakukan tes OT PT ulang. Kemudian
pada 11/05/2022 OS datang ke RSUD cikalong wetan untuk kontrol dengan keluhan kuning, dengan hasil
SGOT:126, SGPT:94. Dengan diagnosis DILI ec OAT, sehingga OS disarankan untuk STOP OAT dan di
rujuk ke RS ciumbuleuit.
Pasien menunda pengobatan hingga 2 bulan sehingga baru pada tanggal 17/07/2022 OS baru
memulai pengobatan di RS rotinsulu dikarenakan masalah administrasi BPJS. OS memulai regimen
pengobatan TB terpisah yakni, Isoniazid, Etambutol, dan Streptomisin.
Dari riwayat penyakit terdahulu pasien mengaku hanya memiliki riwayat penyakit gastritis.
Dari status umum pasien datang dengan compos mentis GCS 15, TD:100/70, HR133x/m,
SpO2:93%, pasien memiliki berat badan 40kg dan tinggi 155cm sehingga didapati IMT yang rendah
yakni sebesar 16.6 kg/m2 yang dapat menjadi faktor risiko terjadi nya DILI.
Analisis Kasus
Dari pemeriksaan fisik ditemukan konjungtiva anemis. Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal,
dengan status neurologis yang normal.
Dari hasil pemeriksaan lab menunjukan HB 9,3 menunjukan kurang dari nilai rujukan, leukosit
18.700 menunjukan leukositosis, dan trombosit, GDS, SGOT, SGPT dalam batas normal. Dari hasil
pemeriksaan elektrolit menunjukan penurunan elektrolit Klorida:88↓ Natrium:127↓ Kalium:35↓
Dari hasil pemeriksaan rontgen thorax menunjukan Tampak infiltrat di lapang atas sampai bawah
bilateral dengan kavitas di lapang atas kiri, Tampak perselubungan opak homogen di hemithorak bawah
kanan. Dengan kesimpulan TB paru aktif dan Efusi pleura kanan
Analisis Kasus
Diagnosis
Observasi kejang ec susp Encepalitis TB
o DD/ elektrolit imbalance
o DD/ Epilepsi
TB milier on OAT lepasan (2SHE/10HE)
Riwayat DILI
Anemia ec inflamasi kronis
Analisis Kasus
Tatalaksana
Sesuai, pasien dengan kondisi kejang berulang memiliki indikasi untuk di rawat inap untuk dilakukan
pemantauan kondisi pasien dan mencari etiologi dari kejang pasien.
CT Scan Kepala
Sesuai, penyebab pasien kejang dapat disebabkan gangguan terutama pada saraf pusat.
Pemeriksaan Elektrolit
Sesuai, dilakukan untuk mengkoreksi elektrolit pada pasien, dan sebagai maintanance cairan dan
elektrolit.
Diberikan sebagai terapi simptomatis, sesuai dengan keluhan yang dialami oleh pasien, dimana pasien
mengeluhkan mual dan nyeri kepala.
Analisis Kasus
Streptomisin 1x500mg iv, Isoniazid 1x300mg po, Etambutol 1x750mg po
Sesuai, diberikan pada pasien karena pasien sedang menjalani terapi TB dengan regimen 2HES
yang diberikan pada pasien DILI.
Dexametason 4x1amp
Sesuai, diberikan pada pasien untuk meredakan proses peradangan, terutama apabila terdapat
peradangan pada sistem saraf pusat.
O2 NK 3LPM
Sesuai, diberikan untuk dukungan oksigen, dipertimbangkan karena pasien memiliki SpO2 93%
pada room air.
Analisis Kasus
Flunarizin 2x10mg
Observasi
Prognosis pada pasien ad bonam. Hal ini dikarenakan pasien telah mendapatkan terapi yang sesuai, pasien
berespon terhadap terapi dan pada pasien juga tidak ditemukan komplikasi yang muncul selama masa
perawatan.
Daftar Pustaka
1. Kemenkes. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tatalaksana Tuberkulosis.; 2020.
2. Amin Z, Bahar A. Tuberkulosis Paru Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam . IV.; 2007.
3. Price SA., Standridge MP. Tuberkulosis Paru Dalam: Patofisiologi . VI. EGC; 2006.
5. Maison DP. Tuberculosis pathophysiology and anti-VEGF intervention. J Clin Tuberc Other Mycobact
Dis. 2022;27:100300. doi:10.1016/J.JCTUBE.2022.100300
6. 6Soedarsono S, Riadi ARW. Tuberculosis Drug-Induced Liver Injury. Jurnal Respirasi. 2020;6(2):49.
doi:10.20473/jr.v6-i.2.2020.49-54
TERIMA
KASIH
CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics
& images by Freepik