4. Kepemimpinan Karismatik
Kepemimpinan karismatik (charismatic leadership) adalah gaya kepemimpinan dengan
menonjolkan karisma untuk menarik dan menginspirasi pengabdian oleh orang lain. Itu adalah
salah satu contoh gaya yang berpusat pada pemimpin, selain kepemimpinan otoritatif dan
transaksional. Pemimpin lebih percaya pada visi dan kemampuannya sendiri daripada pada para
pengikut. Tapi, dibandingkan dua gaya kepemimpinan lainnya tersebut, pemimpin karismatik
lebih banyak berkomunikasi dengan para pengikut. Soekarno merupakan contoh dari seorang
pemimpin karismatik. Dia menggunakan kemampuan orasi dan pidato yang kuat, kepribadian
yang menarik, dan komitmen yang tak tergoyahkan. Dia menggerakkan masyarakat untuk
perubahan positif, yakni kemerdekaan Indonesia.
Adapun karakteristik dari pemimpin karismatik adalah seseorang yang visioner, Kreatif,
Memiliki kepribadian yang kuat, kerendahan hati (humility), risk taker, komunikator ulung, self-
monitoring, agen perubahan, Pantang menyerah.
5. Kepemimpinan Transaksional
6. Teori Transformasional
Kepemimpinan yang melayani (servant leadership) merupakan suatu tipe atau model
kepemimpinan yang dikembangkan untuk mengatasi krisis kepemimpinan yang dialami oleh
suatu masyarakat atau bangsa. Para pemimpin-pelayan (servant leader) mempunyai
kecenderungan lebih mengutamakan kebutuhan, kepentingan dan aspirasi orang-orang yang
dipimpinnya di atas dirinya. Orientasinya adalah untuk melayani, cara pandangnya holistik dan
beroperasi dengan standar moral spiritual. Pada tataran ini pejabat eselon IV biasanya yang
langsung berhadapan dengan pelanggan dan pemangku kepentingan harus mampu memberikan
pelayanan prima sehingga dapat menjamin kepuasan pelanggan.
Menurut Spears, pemimpin yang mengutamakan pelayanan, dimulai dengan perasaan
alami seseorang yang ingin melayani dan untuk mendahulukan pelayanan. Selanjutnya secara
sadar, pilihan ini membawa aspirasi dan dorongan dalam memimpin orang lain. Selain
mempengaruhi bagaimana perilaku karyawan tersebut, manager sudah pastinya harus menguasai
hal-hal seperti manajemen yang biasa dibutuhkan untuk mengatasi kerumitan dengan cara
membuat tata tertib dengan menyusun rencana-rencana formal, merancang struktur organisasi
yang ketat, setelah itu memantau hasil yang sudah dilakukan dengan cara membandingkannya
dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Kemudian gaya manajemen dalam hal
memimpin dan melayani dalam satu harmoni, dan terdapat interaksi dengan lingkungan.
Seseorang servant leader adalah seseorang yang memiliki kuat untuk melayani dan memimpin,
yang terpenting adalah mampu menggabungkan keduanya untuk saling memperkuat secara
positif (Trompenaars dan Voerman).
Visionary Leadership muncul sebagai respon dari statement “the only thing of permanent
is change” yang menuntut pemimpin memiliki kemampuan dalam menentukan arah masa depan
melalui visi. Visi merupakan idealisasi pemikiran pemimpin tentang masa depan organisasi yang
shared dengan stakeholders dan merupakan kekuatan kunci bagi perubahan organisasi yang
menciptakan budaya yang maju dan antisipatif terhadap persaingan global.
Benis dan Nanus, (1997:19) mendefinisikan Visi sebagai: “Something that articulates a
view of a realistic, credible, attractive future for the organization, a condition that is beter in
some important ways than what now exists”. Secara umum dapat kita katakan bahwa visi adalah
suatu gambaran mengenai masa depan yang kita inginkan bersama.
Visionary Leadership didasarkan pada tuntutan perubahan zaman yang meminta
dikembangkannya secara intensif peran pendidikan dalam menciptakan sumber daya manusia
yang handal bagi pembangunan, sehingga orientasi visi diarahkan pada mewujudkan nilai
comparative dan kompetitif peserta didik sebagai pusat perbaikan dan pengembangan sekolah.
Kepemimpinan visioner adalah kemampuan pemimpin dalam mencipta, merumuskan,
mengkomunikasikan/mensosialisasikan/ mentransformasikan dan mengimplementasikan
pemikiran-pemikiran ideal yang berasal dari dirinya atau sebagai hasil interaksi sosial diantara
anggota organisasi dan stakeholders yang diyakini sebagai cita-cita organisasi dimasa depan
yang harus diraih atau diwujudkan melalui komitmen semua personil.