KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL1
KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL
Istilah Transaksional berasal dari akar kata “transaksi,” yaitu kesepakatan atau
persetujuan antara dua belah pihak dalam proses jual-beli, yaitu antara penjual dan
pembeli. Secara literal, transaksional memiliki pengertian sebagai “hal ihwal yang
melibatkan transaksi.” Dengan kata lain, ketika terjadi persetujuan antara dua belah
pihak atau lebih untuk saling mengikat dan melakukan tindakan pertukaran, di mana
satu pihak membayar dan pihak yang lain menyerahkan, maka itulah tindakan
transaksional. Transaksional tidak hanya berlaku dalam proses jual beli, namun juga
berlaku dalam banyak kasus. Bila ada pihak yang memberikan uang/hadiah, agar
antara
1. contingent reward
2. management by exception.
1
Saduran dari tulisan Dwi Ari Wibawa, Kepemimpinan Transaksional.
32
Pada contingent reward dapat berupa penghargaan dari pimpinan karena tugas telah
dilaksanakan, berupa bonus atau bertambahnya penghasilan atau fasilitas. Hal ini
memfokuskan pada aspek kesalahan yang dilakukan bawahan, yaitu dengan menunda
kesalahan.
sebagai kontrol. Pimpinan hanya melihat dan mengevaluasi apakah terjadi kesalahan
untuk
bawahan dapat berupa pujian untuk membesarkan hati bawahan dan juga dengan
33
KEPEMIMPINAN TRANFORMASIONAL
1. Kompetisi
b. Ayam goreng Ny. Suharti, Mbok Berek, Ayam Bakar Wong Solo x
kemampuan bertahan dan menang. Namun, strategi yang bagus saja tidaklah
seorang pemimpin yang handal bukan saja harus piawai dalam menyusun strategi,
tetapi juga dapat menjalankan strategi dengan efektif. Karena pemimpinlah yang akan
melahirkan strategi dan sekaligus berupaya keras agar dapat mewujudkan strategi itu.
setiap organisasi terdiri dari elemen-elemen atau bagian yang telah ditentukan fungsi-
fungsinya, untuk saling bekerjasama dan saling mempengaruhi, dan tidak ada yang
lebih dominan atau lebih utama dari sebagian yang lain, kecuali harus terkoordinasi
dalam tujuan-
tujuan yang telah ditentukan (Robert N Anthony & Vijay Govindarajan 2003). Untuk
bekerjanya sebagai sebuah sistem, organisasi dipimpin oleh hierarki manajer, dengan
Chief Executive Officer (CEO) pada posisi puncak, dan para manajer unit bisnis,
34
departemen, bagian (section) dan sub unit lainnya yang peringkatnya berada
3. Kepemimpinan
organisasi hanya merupakan kelompok manusia yang kacau tidak teratur dan tidak
dapat diukur dalam hubungannya dengan efek pemimpin tersebut terhadap para
termotivasi untuk melakukan hal-hal yang lebih dari pada yang awalnya diharapkan
2) mendorong mereka untuk lebih mementingkan organisasi dari pada diri sendiri,
35
transformasional yang efektif berusaha menaikkan kebutuhan bawahan. Motivasi
yang meningkat dapat dicapai dengan menaikkan harapan akan kebutuhan dan
menjadi pemimpin.
1. karismatik,
2. inspirasional,
Karismatik. Menurut Gary Yukl (1998) merupakan kekuatan pemimpin yang besar
pemimpin karena pemimpin dianggap mempunyai pandangan, nilai dan tujuan yang
dianggapnya benar. Oleh sebab itu pemimpin yang mempunyai karisma lebih besar
mengarahkan bawahan agar bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh
pemimpinnya
36
Inspirasional. Perilaku pemimpin inspirational menurut Yukl & Fleet (dalam Bass,
1985) dapat
Stimulasi Intelektual. Menurut Yukl (1998; Deluga; 1998; Bycio, dkk, 1995)
mempengaruhi
Sementara Seltzer dan Bass (1990) menjelaskan bahwa melalui stimulasi intelektual,
intelektual, bawahan didorong untuk berpikir mengenai relevansi cara, system nilai,
persoalan dan berkreasi untuk mengembangkan kemampuan diri serta disorong untuk
menetapkan tujuan atau sasaran yang menantang. Kontribusi intelektual dari seorang
pemimpin pada bawahan harus didasari sebagai suatu upaya untuk memunculkan
dibuktikan dalam penelitian Seltzer dan bass (1990) bahwa aspek stimulasi
37
mampu mencurahkan upaya untuk perencanaan dan pemecahan masalah.
komunikasi terbuka
dengan para pegawai. Zalesnik (1977; dalam Bass, 1985) mengatakan, bahwa
pengaruh personal dan hubungan satu persatu antara atasan-bawahan merupakan hal
indentifikasi awal terhadap para bawahan terutama bawahan yang mempunyai potensi
tindakan konsultasi, nasehat dan tuntutan yang diberikan oleh senior kepada yunior
dan bawahan yang mempunyai pendidikan tinggi dapat mendukung memberi respon
38
upayanya atau melakukan extra effort untuk mendapatkan hasil kerja lebih tinggi
yang tinggi juga berpendidikan tinggi, diharapkan dengan pendidikan tinggi dapat
kreatif.
kondisi yang lebih baik. Upaya itu diwujudkan dengan kebijakan-kebijakan yang
kualitas moralitas dan motivasi dari bawahan yang dipimpinnya. Dengan kata
ialah bahwa setiap orang berharga baik bagi dirinya maupun bagi orang lain.
39
Karena itulah ia harus diangkat dan dihargai secara total. Jadi, pemimpin
tinggi.
akan masalah-masalah konkret dan memandang masalah itu dari perspektif yang
komunikasi politik yang sehat. Dialog ini mengandaikan adanya keterbukaan dan
40
kesimpulan bahwa ada tiga dimensi perilaku kepemimpinan yang mempunyai kaitan
1. Asumsi tentang peranan pimpinan, yaitu asumsi bila seorang pemimpin aktif
mampu menciptakan kesesuaian antara kata dan perbuatan, dan memberi contoh
produktifitas akan menurun. Oleh sebab itu, sebaiknya pemimpin adalah orang
efektif. Jika bawahan tidak percaya pada pembawa berita apalagi mempercayai isi
dalam organisasi, apapun bentuk dan jenis pekerjaan yang ada di organisasi itu.
41
manusia organisasi akan lebih produktif bila kepadanya diberikan sejumlah
otonomi atau kesempatan berdiri sendiri dalam melaksanakan tugasnya dan hal
ini berhubungan dengan kepuasan kelompok baik dari diri pengawas maupun
tersaingi.
Judge dan Locke (1993) menegaskan pula bahwa gaya kepemimpinan merupakan
salah satu faktor penentu kepuasan kerja. Jenkins menambahkan bahwa keluarnya
karyawan lebih banyak disebabkan oleh ketidakpuasan terhadap kondisi kerja karena
karyawan merasa pimpinan tidak memberi kepercayaan kepada karyawan, tidak ada
dan tidak jujur pada karyawan. Pendapat ini didukung oleh Nanus (1992) yang
kebutuhan-kebutuhan karyawan.
bawahannya
42
Bill Marriot, pendiri rangkaian hotel bertaraf internasional, Hotel Marriot, memahami
membina hubungan baik dengan karyawan. Bill Marriot percaya bahwa karyawan
yang merasa diperhatikan, didengarkan dan dihargai akan merasa hasil kerja mereka
tidak sia-sia. Mereka dengan sendirinya akan melakukan yang terbaik dalam
melayani pelanggan juga dengan kualitas layanan nomor satu. Semua ini akhirnya
Dalam konsep Total Quality Manajemen, diantara 3 prinsip mutu yang merupakan
yang aktif
dan mencakup usaha yang memanfaatkan bakat semua karyawan dalam suatu
pasar yang dimasuki. Karyawan pada semua level diberikan wewenang/kuasa untuk
memperbaiki output melalui kerjasama dalam struktur kerja yang fleksibel untuk
dalam jangka waktu yang lama , sehingga organisasi akan menghemat biaya
43
b. Karyawan yang diperhatikan, akan mendapatkan kepuasan dalam bekerja,
sehingga akan memberikan hasil pekerjaan yang terbaik sehingga hal ini akan
produktifitas kerja. Hal ini dapat ditempuh dengan jalan memberikan perhatian
khusus pada masalah kesehatan, mengurangi hukuman atas kesalahan dan gaya
kepada bawahan adalah orientasi terhadap tugas, yaitu pemimpin tidak melihat
apapun dari bawahan kecuali pelaksanaan pekerjaan dan penilaian kinerja hanya
peningkatan mutu. Secara ideal manajer harus bertemu secara pribadi dengan
44
memberi pengarahan dan menjawab pertanyaan dari setiap karyawan. Uraian diatas
organisasi
Kesimpulan
berdampak pada upaya bawahan karena dengan terpenuhinya kebutuhan yang lebih
tinggi membuat bawahan mempertinggi motivasi dalam mencapai hasil kerja yang
lebih optimal dan membuat bawahan berupaya lebih keras dengan bekerja lebih baik.
45
”.
(2005), “
”, Edisi
Keuan
n Negara
, BPLK, Jakarta
Sihotang, K
asdin
(2003), “
46
Urgensi Pemimpin Transformatif
”, Suara Pembaharuan
Daily
Wahyusumidsjo, (1999) “
http://www.pemi
mpinunggul.com
http://www.depdiknas.go.id
http://www.pshycology.com
47