Anda di halaman 1dari 5

Pengaruh kepemimpinan terhadap pengembangan kualitas kinerja yang mampu

mempengaruhi pembentukan kinerja keuangan.

Kepemimpinan merupakan suatu bentuk proses timbal balik, dimana


pemimpin dan bawahan saling bekerjasama untuk mencapai tujuan organisasi.
Kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan atau program atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan
visi organisasi yang tertuang dalam rencana strategi suatu organisasi.

Salah satu faktor yang dapat memengaruhi kinerja adalah gaya


kepemimpinan. Gaya kepemimpinan yang tepat sangat diperlukan untuk
mengembangkan lingkungan kerja yang kondusif dan meningkatkan kinerja
karyawan sehingga diharapkan akan menghasilkan produktivitas kerja yang tinggi.
Gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan pemimpin dalam berinteraksi
dengan bawahannya.1 Sementara itu, pendapat lain menyebutkan bahwa gaya
kepemimpinan adalah pola tingkah laku (kata-kata dan tindakan-tindakan) dari
seorang pemimpin yang dirasakan oleh orang lain.

Terdapat 2 gaya kepemimpinan yang berpengaruh terhadap


pengembangan dan pembentukan kinerja keuangan yaitu:2

1. Transformational Leadership

Transformational Leadership atau kepemimpinan


transformasional adalah kepemimpinan yang mengidentifikasi
perubahan yang diperlukan, menyusun visi yang akan membuka jalan
bagi perubahan yang dibuat dan melaksanakan rencana yang
diperlukan agar perubahan tersebut terjadi. Kepemimpinan
transformasional sebagai pemimpin yang dapat memotivasi

1
Alvin Hidayat dan Devie, "Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Keuangan melalui
Kesetiaan Pelanggan dan Kualitas Layanan pada Perusahaan Asuransi Jiwa di Surabaya", Jurnal
Business Accounting Review, Januari 2016, VOL. 4, NO. 1, hlm. 325-336
2
Bernard M. Bass, "The American Psychological Association", Inc. 0003-066X/97/, 1997, Vol. 52, No.
2, hlm. 130-139
bawahannya untuk bekerja dan berfokus pada tujuan bersama yang
lebih besar dibandingkan dengan tujuan atau kepentingan pribadi.3

Pemimpin Transformasional dapat memperluas dan


meningkatkan keinginan karyawan untuk mencapai lebih, ketika
karyawan sadar dan menerapkan misi organisasi, dan karyawan
secara sukarela mengorbankan kepentingan pribadinya untuk
mencapai hasil yang lebih baik. Pemimpin Transformasional dapat
mengstimulasi karyawan untuk menjadi kreatif dan inovatif dengan
menanyakan asumsi, menyelesaikan masalah, dan mencari solusi
masalah dengan cara yang baru. Pemimpin yang transformasional
mampu menggerakkan bawahannya untuk terlibat aktif dalam proses
perubahan. Oleh karena itu pemimpin transformasional biasanya
memiliki kepribadian yang kuat sehingga mampu membangun ikatan
emoisional pengikut untuk mewujudkan tujuan ideal institusi.
Pemimpin transformasional membangun loyalitas dan ikatan
emosional pengikut atas dasar kepentingan dan sistem nilai ideal
yang diyakini strategis untuk kepentingan jangka panjang.

2. Transactional Leadership

Pemimpin transaksional yaitu pemimpin dapat berjalan


tergantung dengan kekuatan pemimpin untuk menggerakan
karyawannya sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Kepemimpinan transaksional mementingkan kepentingan pribadi
anggota untuk ditukar dengan imbalan agar ia mau bekerja demi
kepentingan bersama, ketika terjadi kesalahan umumnya pemimpin
menggunakan hukuman maupun tindakan korektif lainnya untuk
merespon tindakan yang terdeviasi dari standar. Pemimpin
Transaksional banyak terjadi di kebanyakan organisasi karena

3
Bass, Avolio, Jung, dan Berson, "Predicting Unit Performance by Assessing Transformational and
Transactional Leadership", Jurnal of Applied Psychology, 2003, Vol. 88. No. 2, hlm. 207-218
mengandung mekanisme dasar, "exchange relation" yang dapat
terjadi ketika tidak ada tekanan dan ancaman.4

Kepemimpinan transaksional bukan yang menakutkan


bagi bawahan, hak tersebut adalah seni memimpin untuk melakukan
tindakan dan ketrampilan memimpin sekelompok orang atau
organisasi. Mereka memiliki wewenang dan kekuasaan dan
menggunakannya untuk menetapkan tujuan, mempengaruhi dan
memotivasi rekan dan bawahan mereka, dan menentukan alokasi
sumber daya perusahaan sebagai keberlanjutan organisasi.

Setelah melakukan observasi di BPRS Bina Amanah Satria (BAS)


Purwokerto, gaya kepemimpinan sangat berpengaruh positif terhadap kualitas
kinerja keuangan. Kepemimpinan di BPRS Bina Amanah Satria yang dapat
mengayomi dengan tidak merendahkan harga dirinya serta karyawan, bijaksana dan
tegas, dimana tidak ada seorang pemimpin yang diatur oleh karyawannya. Sehingga
tidak pernah muncul adanya masalah antara pemimpin dan karyawan maupun
karyawan dengan karyawan lainnya. Di BPRS Bina Amanah Satria juga menerapkan
sistem team work yang apabila satu divisi mengalami kendala maka divisi lain akan
saling membantu bekerja sama agar tercapainya target/tujuan bersama.

Gaya Kepemimpinan dapat berpengaruh positif terhadap kinerja


karyawan, apabila kepemimpinan yang diberikan kepada karyawan baik maka
kepuasan kerja karyawan akan tercipta sehingga karyawan akan lebih bersemangat
dalam bekerja dan begitu pula sebaliknya apabila kepemimpinan yang diberikan
kepada karyawan rendah maka kepuasan kerja karyawan tidak akan tercipta pada
diri karyawan.5

Dalam suatu organisasi fungsi dan peran pemimpin dalam mendorong


pembentukan organisasi yang diharapkan menjadi dominan. Pada era globalisasi
kepemimpinan yang dibutuhkan adalah yang memiliki nilai kompetensi yang tinggi,
4
Propper, "Transactional, Charismatic and Transformational Leadership: Conditions Conducive to their
Predominance", Leadership & Organization Development Journal, 1994, Vol. 15, No. 6, hlm. 3-7).
5
Noldison L., Sontje M., dan Sofia A., "Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan
Pada PT. Asuransi Bumida Bumiputera Muda Cabang Amando", hlm. 6
dan kompetensi bisa diperoleh jika pemimpin tersbut bisa memiliki pengalaman dan
ilmu pengetahuan yang maksimal. Untuk persoalan persaingan antara pimpinan dan
karyawan yang berpotensi andias harase mengatakan “Namun bagi saya
pertumbuhan dan perkembangan orang-orang yang berpotensi menjadi pemimpin
bisnis justru menjadi tantangan untuk menyalurkan mereka supaya merai peluang-
peluang baru dan mendirikan unik-unik bisnis, sehingga saluran pipa kepemimpinan
ini terus menerus memproduksi pemimpin baru yang menyongsong peluang baru”.

Karyawan adalah salah satu asset internal yang paling berharga yang
dimiliki oleh perusahaan. Artinya dengan kebijakan dan usaha kuat untuk selalu
menjaga dan mempertahankan karyawan maka diharapkan akan mampu
menghindari faktor-faktor yang mengakibatkan tidak tercapainya tujuan organisasi.
Seorang pemimpin harus mampu mengarahkan bawahannya untuk memiliki
kompetensi dalam bekerja. Karena dengan kepemilikan kompetensi karyawan
tersebut akan mampu mendorong peningkatan kualitas kinerja keuangan
perusahaan. Kita bisa melihat perbedaan antara karyawan yang memiliki kompetensi
dan yang rendah nilai kompetensinya, pada hasil kinerja yang mereka hasilkan.   

Referensi :

Alvin Hidayat dan Devie (2016), Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja
Keuangan melalui Kesetiaan Pelanggan dan Kualitas Layanan pada Perusahaan
Asuransi Jiwa di Surabaya, Jurnal Business Accounting Review, Vol. 4, No. 1, hlm.
325-336

Bernard M. Bass (1997), The American Psychological Association, Inc. 0003-066X/97/,


Vol. 52, No. 2. 130-139

Bass B., Avolio B., Jung D., dan Berson Y. (2003). Predicting Unit Performance by
Assessing Transformational and Transactional Leadership. Journal of Applied
Psychology, Vol. 88, No. 2, 207-218

Noldison Lotje, Sontje M. Sumayku, dan Sofia A. P. Sambul, Pengaruh Gaya


Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Asuransi Bumida Bumiputera
Muda Cabang Amando, hlm. 6
Popper (1994), Transactional, Charismatic and Transformational Leadership:
Conditions Conducive to their Predominance, Leadership & Organization
Development Journal, Vol. 15, No. 6, hlm. 3-7

Anda mungkin juga menyukai