Anda di halaman 1dari 5

Teori Kepemimpinan dan Sumber Kekuasaan

Selama masa perjuangannya, Panglima Besar Jenderal Sudirman selalu memimpin


dengan ikhlas dan penuh kesadaran dan tidak perlu diragukan lagi, dimana dalam setiap aksi
perjuangan senantiasa mengedepankan kepentingan masyarakat banyak dan bangsa di atas
kepentingan pribadinya. Konsisten dan konsekuen dalam membela kepentingan tanah air,
bangsa, dan negara menjadikan kepribadiannya teguh terhadap prinsip dan keyakinan akan
kebenaran, sehingga Panglima Besar Jenderal Sudirman dicintai oleh rakyat dan disegenai
oleh kawan maupun lawan. Nilai-nilai kepemimpinan yang diperlihatkan oleh Panglima
Besar Jenderal Sudirman patut ditiru dan dicontoh mengingat didalamnya terkandung makna
yang dalam akan arti sesungguhnya seorang pemimpin. Keyakinan akan kebenaran yang
diambil terhadap keputusan-keputusan strategi saat menghadapi musuh, meskipun dalam
keadaan fisik yang lemah karena sakit yang dideritanya tidak menjadikan semangat beliau
beserta seluruh prajurit APRI ikut lemah, namun sebaliknya keberhasilan demi keberhasilan
di setiap pertempuran diraihnya dalam mengusir penjajah. Hal inilah yang harus kita catat,
perjuangan berat yang dilaluinya tidak membuat dia menyerah untuk membela serta
memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan bangsanya.
Panglima Besar Jenderal Sudirman merupakan sosok pejuang sejati yang tidak
mengenal menyerah untuk terus berjuang melawan kekuatan asing yang berusaha menguasai
kembali bumi pertiwi. Pada saat pasukan Belanda kembali melakukan agresinya atau yang
lebih dikenal dengan sebutan Agresi Militer II Belanda, Ibukota Negara RI berada di
Yogyakarta sebab Kota Jakarta sebelumnya sudah dikuasai. Walaupun dalam dalam kondisi
sakit-sakitan karena menderita sakit paru-paru yang sangat parah, beliau tetap bergerilya
memimpin pasukan melawan Agresi Militer II Belanda di Yogyakarta dengan penuh
semangat dan dedikasi yang tinggi. Padahal Bung Karno dan Bung Hatta serta beberapa
anggota kabinet juga sudah ditawan karena dalam Agresi Militer II Belanda itu, Yogyakarta
pun

kemudian

berhasil

dikuasai

Belanda.

Presiden

Soekarno

sebelumnya

telah

menganjurkannya untuk tetap tinggal dalam kota untuk melakukan perawatan. Namun
anjuran itu tidak bisa dipenuhinya karena dorongan hatinya untuk melakukan perlawanan
pada Belanda serta mengingat akan tanggungjawabnya sebagai pemimpin tentara.
Pengorbanan Panglima Besar Jenderal Sudirman dalam babak sejarah perjuangan
bangsa Indonesia begitu sangat besar, sehingga sangatlah wajar apabila sosok yang
mengantarkan bangsa ini meraih kemerdekaan dan kedaulatan dijadikan sebagai figur
kepahlawanan nasional yang patut ditiru dan dicontoh oleh seluruh lapisan masyarakat.
Jenderal Sudirman adalah seorang pejuang yang gigih. Ia seorang pejuang yang

pantang menyerah dan rela mengorbankan kepentingan pribadi maupun keluarga demi
keutuhan Angkatan Bersenjata, kejayaan bangsa dan negara Republik Indonesia. Ia pribadi
yang taqwa, berbudi luhur, tabah, berani, arif, bijaksana, jujur, sederhana, dekat, dan dicintai
anak buahnya. Selain sebagai Panglima Besar Angkatan Perang, beliau bisa disebut juga
sebagai Bapak Prajurit Indonesia yang tidak ternilai jasa-jasanya bagi bangsa dan negara.
Beliau adalah seorang Indonesia Besar, seorang prajurit yang setia terhadap perjuangannya,
yang dalam keadaan bagaimanapun sulitnya tidak mengingat keadaan diri pribadi bertindak
sesuai dengan sumpahnya sebagai seorang prajurit dan selalu berada di tengah-tengah anak
buahnya. Sebagai pimpinan, Jenderal Sudirman telah berhasil meletakkan dasar dan
memberikan sifat dan arah yang jelas bagi Angkatan Perang Republik Indonesia yaitu bahwa
Angkatan Perang adalah Pelindung Rakyat dan Abdi Rakyat.
Kepemimpinan Jendral Sudirman merupakan tipe pemimpin yang kharismatik, beliau
merupakan salah satu pejuang dan pemimpin teladan bangsa ini. Pribadinya teguh pada
prinsip dan keyakinan, selalu mengedepankan kepentingan masyarakat banyak dan bangsa di
atas kepentingan pribadinya. Ia selalu konsisten dan konsekuen dalam membela kepentingan
tanah air, bangsa, dan negara. Walaupun terdapat banyak kekurangan, namun pasukannya
selalu mendukungnya atau semua prajurit yang dipimpinnya selalu mematuhi perintahperintahnya. Sejak lahir beliau telah memiliki bakat seorang pemimpin. Dalam keadaan
bagaimana pun seorang ditempatkan pada suatu waktu ia akan menjadi pemimpin karena ia
dilahirkan untuk itu. Artinya takdir telah menetapkan ia menjadi pemimpin.
Dalam kepemimpinan jendral soedirman beliau merupakan tipe pemimpin yang
kharismatik, hal itu karena banyak kekurangan yang terdapat dalam diri beliau, akan tetapi,
pasukannya selalu mendukungnya atau semua prajurit yang dipimpinnya selalu mematuhi
perintah-perintahnya. Walaupun dari segi fisik beliau amat sangatlah tidak memungkinkan
untuk memimpin,hal itu karena beliau telah lama sakit, bahkan beliau sampai ditandu oleh
para prajuritnya untuk berperang melawan belanda.
Meskipun panglima besar jendral soedirman mempunyai banyak kekurangan, dalam
hal ini terutama adalah fisik,beliau masih banyak sekali kelebihan-kelebihan yang ada dalam
diri panglima besar jendral soedirman yang patut kita contoh atau kita teladani,misalnya saja
adalah sikap pantang menyerahnya.

Sumber dan Jenis Kekuasaan Jendral sudirman


Jenderal Sudirman merupakan salah satu tokoh besar di antara sedikit orang lainnya
yang pernah dilahirkan oleh suatu revolusi. Saat usianya masih 31 tahun ia sudah menjadi
seorang jenderal. Meski menderita sakit paru-paru yang parah, ia tetap bergerilya melawan
Belanda.
Ketika pendudukan Jepang, ia masuk tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor yang
begitu tamat pendidikan, langsung menjadi Komandan Batalyon di Kroya. Menjadi Panglima
Divisi V/Banyumas sesudah TKR terbentuk, dan akhirnya terpilih menjadi Panglima
Angkatan Perang Republik Indonesia (Panglima TNI). Ia merupakan Pahlawan Pembela
Kemerdekaan yang tidak perduli pada keadaan dirinya sendiri demi mempertahankan
Republik Indonesia yang dicintainya. Ia tercatat sebagai Panglima sekaligus Jenderal pertama
dan termuda Republik ini.
Sudirman merupakan salah satu pejuang dan pemimpin teladan bangsa ini. Pribadinya
teguh pada prinsip dan keyakinan, selalu mengedepankan kepentingan masyarakat banyak
dan bangsa di atas kepentingan pribadinya. Ia selalu konsisten dan konsekuen dalam
membela kepentingan tanah air, bangsa, dan negara. Hal ini boleh dilihat ketika Agresi
Militer II Belanda. Ia yang dalam keadaan lemah karena sakit tetap bertekad ikut terjun
bergerilya walaupun harus ditandu. Dalam keadaan sakit, ia memimpin dan memberi
semangat pada prajuritnya untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda. Itulah sebabnya
kenapa ia disebutkan merupakan salah satu tokoh besar yang dilahirkan oleh revolusi negeri
ini.
Setelah Indonesia merdeka, dalam suatu pertempuran dengan pasukan Jepang, ia
berhasil merebut senjata pasukan Jepang di Banyumas. Itulah jasa pertamanya sebagai tentara
pasca kemerdekaan Indonesia. Sesudah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, ia
kemudian diangkat menjadi Panglima Divisi V/Banyumas dengan pangkat Kolonel. Dan
melalui Konferensi TKR tanggal 2 Nopember 1945, ia terpilih menjadi Panglima Besar
TKR/Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia. Selanjutnya pada tanggal 18 Desember
1945, pangkat Jenderal diberikan padanya lewat pelantikan Presiden. Jadi ia memperoleh
pangkat Jenderal tidak melalui Akademi Militer atau pendidikan tinggi lainnya sebagaimana
lazimnya, tapi karena prestasinya.
Ketika pasukan sekutu datang ke Indonesia dengan alasan untuk melucuti tentara
Jepang, ternyata tentara Belanda ikut dibonceng. Karenanya, TKR akhirnya terlibat
pertempuran dengan tentara sekutu. Demikianlah pada Desember 1945, pasukan TKR yang
dipimpin oleh Sudirman terlibat pertempuran melawan tentara Inggris di Ambarawa. Dan

pada tanggal 12 Desember tahun yang sama, dilancarkanlah serangan serentak terhadap
semua kedudukan Inggris. Pertempuran yang berkobar selama lima hari itu akhirnya
memaksa pasukan Inggris mengundurkan diri ke Semarang.
Pada saat pasukan Belanda kembali melakukan agresinya atau yang lebih dikenal
dengan Agresi Militer II Belanda, Ibukota Negara RI berada di Yogyakarta sebab Kota
Jakarta sebelumnya sudah dikuasai. Jenderal Sudirman yang saat itu berada di Yogyakarta
sedang sakit. Keadaannya sangat lemah akibat paru-parunya yang hanya tingggal satu yang
berfungsi.
Dalam Agresi Militer II Belanda itu, Yogyakarta pun kemudian berhasil dikuasai
Belanda. Bung Karno dan Bung Hatta serta beberapa anggota kabinet juga sudah ditawan.
Melihat keadaan itu, walaupun Presiden Soekarno sebelumnya telah menganjurkannya untuk
tetap tinggal dalam kota untuk melakukan perawatan. Namun anjuran itu tidak bisa
dipenuhinya karena dorongan hatinya untuk melakukan perlawanan pada Belanda serta
mengingat akan tanggungjawabnya sebagai pemimpin tentara.
Maka dengan ditandu, ia berangkat memimpin pasukan untuk melakukan perang
gerilya. Kurang lebih selama tujuh bulan ia berpindah-pindah dari hutan yang satu ke hutan
yang lain, dari gunung ke gunung dalam keadaan sakit dan lemah sekali sementara obat juga
hampir-hampir tidak ada. Tapi kepada pasukannya ia selalu memberi semangat dan petunjuk
seakan dia sendiri tidak merasakan penyakitnya. Namun akhirnya ia harus pulang dari medan
gerilya, ia tidak bisa lagi memimpin Angkatan Perang secara langsung, tapi pemikirannya
selalu dibutuhkan.
Sudirman yang pada masa pendudukan Jepang menjadi anggota Badan Pengurus
Makanan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Keresidenan Banyumas, ini pernah
mendirikan koperasi untuk menolong rakyat dari bahaya kelaparan. Jenderal yang
mempunyai jiwa sosial yang tinggi, ini akhirnya harus meninggal pada usia yang masih
relatif muda, 34 tahun. Pada tangal 29 Januari 1950, Panglima Besar ini meninggal dunia di
Magelang dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta. Ia dinobatkan
sebagai Pahlawan Pembela Kemerdekaan
Selain pendirian tangguh, Jenderal Sudirman memiliki tipe kepemimpinan yang sederhana,
dekat dengan rakyat, mampu mengembangkan kompetensi kepemimpinan strategisnya,
seorang strategi yang ulung, ahli dalam bernegoisasi, sebagai pencetus strategi yang cerdas
dan tepat guna karena kedekatan dengan rakyatnya sehingga beliau bisa membangun
kemampuan komunikasi strategis bersama rakyatnya selama masa perjuangannya mencapai

kemerdekan Indonesia maupun dengan para pemimpin nasional pada saat itu termasuk
Presiden Soekarno.
Sumber kekuasaan Jendral sudirman adalah kekuasaan posisional. Karena dari
penjelasan diatas, diketahui bahwa Jendral Sudirman memang merupakan pemimpin yang
dipilih untuk memimpin suatu pasukan. Maka dari itu, Jendral Sudirman memiliki otoritas
yang sah, hak prerogatif, kewajiban, dan tanggung jawab. Ia memiliki hak untuk membuat
permintaan/perintah/keputusan tertentu dan Target (pegikut) mempunyai kewajiban untuk
mematuhinya. Jenis kekuasaan Jendral Sudirman adalah kekuasaan keahlian. Hal ini
dikarenakan Jendral Sudirman memiliki pengetahuan, keterampilan dan pengalaman dalam
bidangnya.

Anda mungkin juga menyukai