Kepemimpinan adalah urusan semua orang karena setiap manusia adalah pemimpin,
minimal memimpin dirinya sendiri, serta bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Teori
kepemimpinan terdiri atas teori kepemimpinan klasik dan teori kepemimpinan modern.
Teori kepemimpinan klasik meliputi : (1) gaya kepemimpinan model Taylor, (2) gaya
kepemimpinan model Mayo, (3) studi Iowa, (4) studi Ohio, (5) studi Michigan. Teori
kepmimpinan modern meliputi : (1) teori orang besar (great man), (2) sifat-sifat (traits), (3)
perilaku (behavioral), (4) situasional (kontingensi),
A. TRANSISI TEORI KEPEMIMPINAN
1. Teori Kepemimpinan Klasik
a. Gaya Kepemimpinan Model Taylor
Taylor (1911), seorang ahli teknik mesin sekaligus Bapak Manajemen Ilmiah
menemukan gaya kepemimpinannya dalam memimpin perusahaan, sebagai berikut
1. Cara terbaik untuk meningkatkan hasil kerja ialah dengan meningkatkan teknik atau
metode kerja, akibatnya manusia dianggap sebagai mesin
2. Fungsi pemimpin menurut teori manajemen keilmuan adalah menentapkan dan
menerapkan kriteria prestasi untuk mencapai tujuan
3. Fokus pemimpin adalah pada kebutuhan organisasi.
b. Gaya kepemimpinan Model Mayo
Gaya kepemimpinan Mayo (1920) yang terkenal dengan gerakan hubungan
manusiawi merupakan reaksi dan revisi dari gaya kepemimpinan Taylor yang
memperlakukan manusia seperti mesin. Mayo berpendapat bahwa dalam memimpin (1)
selain mencari teknik atau metode kerja terbaik, juga harus memerhatikan perasaan dan
hubungan manusia yang baik; (2) pusat-pusat kekuasaan adalah hubungan pribadi dalam
unit-unit kerja; dan (3) fungsi pemimpin adalah memudahkan pencapaian tujuan anggota
secara kooperatif dan mengembangkan kepribadiannya.
c. Studi Iowa
Penelitian kepemimpinan mula-mula dilakukan oleh Lippit & White pada tahun 1930
dari Universitas Iowa. Penelitian ini berpengaruh terhadap penelitian-penelitian
berikutnya.
Dalam penelitiannya, mereka meneliti tiga klub anak-anak berumur 10 tahun. Setiap
klub diminta memainkan peran tiga gaya kepemimpinan, yaitu otoriter, demokratis, dan
laiza faire (semaunya sendiri). Penelitian menemukan bahwa 19 anak dari 20 anak sangat
suka kepada kepemimpinan demokratis dan hanya 1 orang anak sangat senang dengan
gaya kepemimpinan otoriter mungkin karena kebetulan dia anak seorang militer
d. Studi Ohio
Pada tahun 1945, Biro Penelitian Bisnis Universitas Negeri Ohio melakukan
serangkaian penemuan di bidang kepemimpinan. Penelitian Ohio Menemukan empat gaya
kepemimpinan seperti gambar di berikut ini
Tinggi
Struktur
Rendah
Tinggi
Pemimpin mendorong hubungan keseimbangan pelaksanaan tugas dan
kerja sama harmonis dan kepuasaan pemeliharaan
hubungan
kelompok
Struktur
Rendah
Rendah
Pemimpin
menarik
diri
menempati
Pemimpin
peranan
membiarkan
keadaan
sejadinya
Rendah
Struktur Inisiasi
Tinggi
Prudential. Tujuannya untuk meneliti prinsip prinsip produktivitas kelompok dan kepuasan
anggota kelompok yang diperoleh dari pertisipasi mereka.
Hasi penelitian menunjukkan bahwa pengawasan pada seksi prosuksi
lebih
tahun 1930-1950-an. Hasil dari usaha penelitian yang begitu besar pada umumnya dinilai
tak memuaskan. Dari beberpa hal sifat kecerdassan kelihatanya selalu tampak pada setiap
penelitian dengan suatu derajat konsistensi tinggi.
Suatu kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian kepemimpinan tersebut di
ketahui,bahwa :
-
ialah bahwa pemimpin-pemimpin hendaknya harus lebih dan cerdas di bandingkan dengan
yang dipimpin.
Manakala pendekatan sifat ini diterapkan pada kepemimpinan organisasi, ternyata
hasilnya menjadi gelap, karena banyak para menajer menolak. Mereka beranggapan jika
manajer mempunyai sifat-sifat pemimpin sebagaimana yang di sebutkan dalam hasil
penelitian itu makan manajer tersebut dikatakan manajer yang berhasil. Padahal
keberhasilan manajer tidak selalu di tentukan oleh sifat-sifat yang diamati dalam penelitian
dengan keberhasilan seorang manajer.
Menyadari hal seperti ini, bahwa tidak adan korelasi sebab akibat antara sifat dan
keberhasilan manajer, maka keith davis merumuskan empat sifat umu yang tampak
memepunyai pengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi.
1. Kecerdasan. Hasil penelitian pada umumnya membuktikan bahwa pemimpin
mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang
dipimpin.Namun demikian, yang sangat menarik diri penelitian tersebut ialah pemimpin
tidak bisa melampaui terlalu banyak dari kecerdasan
2. Kedewasan dan keluasan hubungan sosial. Pemimpin cenderung menjadi matang dan
mempunyai emosi yang stabil, karena mempunyai perhatian yang luas terhadap
aktivitas-aktivitas sosial. Dia mempunyai keinginan menghargai dan dihargai.
3. Motivasi diri dan dorongan berprestasi. Para pemimpin secara relatif mempinyai
dorongan motivasi yang kuat untuk berprestasi. Mereka bekerja berusha mendapatkan
penghargaan yang instristik.
4. Sikap-sikap hubungan kemanusiaan. Pemimpin pemimpin yang berhasil mau
mengakui harga diri dan kehormatan para pengikutnya dan mampu berpihak kepadanya.
Dalam istilah penelitian Universitas Ohio pemimpin mempunyai perhatian, dan kalau
kerja kelompok. Oleh karena itu, Fiedler menyimpulkan bahwa harus diberikan perhatian
yang besar terhadap variable variable situasional. Maka sadarlah ia bahwa gaya
kepemimpinan
yang
dikombinasikan
dengan
situasi
akan
mampu
menentukan
Jikalau yang timbul sebaliknya, maka menurut Fiedler akan tercipta suatu situasi yang
tidak menyenangkan bagi pemimpin. Seperti yang disebutkan di muka, bahwa Fiedler
benar benar yakin bahwa kombinasi antara situasi yang menyenangkan dengan gaya
kepemimpinan akan menentukan efektivitas kerja.
Lewat hasil hasil penemuannya, Fiedler menyatakan seperti yang dilukiskan dalam
gambar 4.1, bahwa dalam situasi yang sangat menyenangkan dan sangat tidak
menyenangkan, gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas atau yang hard nosed
adalah sangat efektif. Dan ketika situasinya di tengah tengah atau moderat antara
menyenangkan dan tidak menyenangkan, maka gaya kepemimpinan yang menekankan
pada hubungan kemanusiaan atau yang lunak ( ilententi ) sangat efektif.
Demikan juga sebagai contoh mengapa pemimpin yang berorientasi pada tugas akan
berhasil dalam kondisi sangat tidak menyenangkan, Fiedler menyatakan sebagai berikut :
The dislike charman of a volunteer committee which is asked to plan the office
picnic on a beautiful Sunday. If the leader asks too many questions about what the
group ought to do how he should proceed, he is likely to betold that we ougt to go
home.
(Seseorang ketua panitia kerja sukarela yang tidak disenangi yang diminta untuk
merencanakan piknik di hari minggu yang cerah. Jika ketua terlalu banyak bertanya
tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh kelompok, atau bagaimana dia harus
mengerjakaanya, itu sama halnya dia harus dinasehati sebaiknya kita semua pulang
ke rumah masing masing).
Seseorang pemimpin yang membuat keputusan salah dalam keadaan yang sangat
tidak menguntungkan itu lebh baik daripada pemimpin yang tidak membuat keputusan apa
pun.
pengarahan yang khusus diberikan oleh pemimpin. Tidak ada partisipasi dari
bawahan.
2) Kepemimpinan yang mendukung (Supportive Leadership). Kepemimpinan model ini
memunyai kesediaan untuk menjelaskan sendiri, bersahabat, mudah didekati, dan
mempunyai perhatian kemanusiaan yang murni terhadap para bawahannya.
3) Kepemimpinan partisipatif. Pada gaya kepemimpinan ini, pemimpin berusaa meminta
dan menggunakan saran-saran dari para bawahannya. Namun pengambilan keputusan
masih tetap berada padanya.
4) Kepemimpian yang berorientasi pada prestasi. Gaya kepemimpinan ini menetapkan
serangkaian tujuan yang menantang para bawahannya untuk berpartisipasi. Pemimpin
juga memberikan keyakinan kepada mereka bahwa mereka mampu melaksanakan
tugas pekerjaan mencapai tujuan secara baik.
Pemimpin berusaha mempengaruhi persepsi bawahannya dan memotivasikannya,
dengan cara mengarahkan mereka pada kejelasan tugas-tugasnya, pecapaian tujuan,
kepuasan kerja, dan pelaksanaan kerja yang efektif. Adapun usaha-usaha yang lebih
spesifik yang dapat dicapai oleh pemimpin, antara lain :
1) Mengetahui kebutuhan-kebutuhan para bawahan untuk menghasilkan sesuatu yang
bisa dikontrol pimpinan;
2) Memberikan insentif kepada bawahan yang mampu mencapai hasil dalam bekerja
3) Membuat suatu jalan yang muda dilewati oleh bawahan untuk menaikkan prestasinya
dengan cara latihan dan pengarahan;
4) Membantu para bawahan dengan menjelaskan apa yang bisa diterapkan darinya.
5) Mengurangi halangan-halangan yang bisa membuat frustasi
Dengan kata lain, dengan cara-cara seperti di atas, pemimpin berusaha membuat jalan
kecil (path) untuk pencapaian tujuan-tujuan (goals) para bawahannya sebaik
mungkin .
C. Teori X, Y,
Douglas McGregor (1960) menekankan tentang pendapat Mayo dengan teori yang
dikemukakannya tentang manajemen perilaku terhadap pegawai. Teori X menekankan
bahwa seorang pemimpin percaya bahwa pegawai pada dasarnya adalah malas, tidak
mempunyai keinginan untuk meningkatkan produktifitas jadi perlu supervisi secara terusmenerus dan arahan secara melekat. Sedangkan teori Y menekankan pemimpin percaya
bahwa pegawainya senang bekerja dengan motivasi yang timbul dari dalam dirinya, dan
berusaha untuk bekerja keras dalam mencapai tujuan individu dan organisasi. Perlu dicatat
baha McGregor tidak merasa bahwa teori X dan Y adalah bertentangan, tetapi lebih dari
suatu komponen yang berkesinambungan sehingga pemimpin harus menggabungkan
komponen tersebut dalam mengelola dan memipin pegawainya.
D. Teori Z
Teori Z dikemukakan oleh Ouchi (1981). Teori ini merupakan pengembangan dari
teori Y dari McGregor dan mendukung gaya kepemimpinan demokratis. Komponen teori
Z meliuti pengambilan keputusan dan kesepakatan, menempatkan pegawai sesuai
keahliannya, menekankanpada keamanan pekerjaan, promosi yang lambat, dan pendekatan
yang hoistik terhadap staf.
Perbandingan Teori X, Y dan Z
Teori X
Menghindari pekerjaan jika
ada kesempatan
Harus diarahkan
Mempunyai sedikit ambisi
Teori Y
Senang untuk bekerja
Mandiri
Mempunyai tanggung jawab
Kreatif dan bekrkembang
Menggunakan pendekatan
Teori Z
Menekankan pada teori
ilmiah
Memerlukan supervisi
Meningkatkan kepuasan
jawab
Memerlukan
ketat
Termotivasi oleh hukuman
supervisi
dan hadiah
humanistik
Fokus : motivasi yang
lebih kpd. Human utk.
kerja dan menghasilkan
produksi
Karakteristik :
Pengambilan
keputusan bersama;
Supervisi secara tidak
langsung;
Menekankan
pada
pendekatan holistik
B.
MODEL KEPEMIMPINAN
Bush (2008) membagi model kepemimpinan atas sembilan model, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Manajerial (managerial)
Partisipatf (partisipative)
Transformalsional (transformational)
Interpersonal (interpersonal)
Transaksional (transactional)
Postmodern
7. Kontingensi (contingency)
8. Moral (moral)
9. Pembelajaran (instructional)
Model kepemimpinan manajerial berasumsi bahwa focus seorang pemimpin adalah
melaksanankan tugas pokok dan fungsinya dengan menggunakan kompetensinya. Otoritas
dan pengaruh bersifat normal, hierarkis, dan birokratis.
Kepemimpinan menejerial mengasumsikan bahwa focus pimpinan sebaiknya adalah
pada fungsi, tuga, dan perilaku dan jika fungsi-fungsi tersebut berkompetensi, kerja di
dalam organisasi akan difasilitasi (Bush,2008). Caldwell (1992) menganjurkan bahwa
manajer sekolah harus dapat mengembangkan dan mengimplementasikan proses siklik
yang meliputi tujuh funsgsi manajerial, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pengaturan tujuan
Identifikasi kebutuhan
Pengaturan prioritas
Perencanaan
Penentuan anggaran
Implementasi
Evaluasi
Kepemimpinan manajerial berfokus pada pengelolaan aktivitas yang ada agar
kepemimpinan kepala sekolah mencapai sukses dari pada kepemimpinan visioner yang
bervisi untuk masa depan sekolah yang lebih baik.
Model kepemimpinan partisipatif berasumsi bahwa proses pengambilan keputusan di
ambil
bersama-sama
kelompok
akan
mendapat
dukungan
kelompok
dalam
1.
2.
3.
4.
cara
pemimpn
yang
diharapkan
untuk
mengoperasikan
kepemimpinannya.
Model kepemimpinan kontigensi lbih focus pada situasi dan mengevaluasi cara
mnyesuaikan perilakunya dengan lingkungan. Model kepemimpinan moral berfokus pada
nilai-nilai, kepercayaan-kepercayaan dan etika. Model ini berdasarkan rasinal normative,
rasional berdasarkan pertimbangan normal/salah.
Kepemimpinan moral mengansumsikan bahwa focus utama dalam kepemimpinan
sebaiknya pada nilai, kepercayaan, dan etika pimpinan. Kekuasaan dan pengaruh
dijabarkan dari konsep devensif dari apa yang benar dan baik (Leithwood, et al., 11990:
10).
Kategori kedua dari West-Burnham adalah kepercayaan moral, kapasitas untuk
bertindak dalam suatu cara yang konsisten dan system etika dan konsisten sepanjang
waktu. Pemimpin dengan kepercayaan moral adalah seseorang yang didapat :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
pembelajaran oleh guru kepada siswanya. Targetnya adalah kualitas pembelajaran siswa
melauli gurunya (Bush 2008). Peningkatan kualitas pembelajaran membutuhkan
pendekatan
pengembangan
kepemimpinan
yang
berfokus
pada
kepemimpinan
instruksional. Hal ini berarti berusaha untuk mengubah pola piker pemimpin untuk
memperhatikan proses belajar dan mengajar sebagai pusat dari peran mereka (Bush, 2008).
DAFTAR PUSTAKA