DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .i
DAFTAR ISI ...ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..........1
B. Rumusan Masalah .........1
C. Tujuan Pembahasan ......2
D. Batasan Masalah ....2
BAB II : PEMBAHASAN
A. Konsep Medik ..3
B. Konsep Keperawatan.............................................................................................10
C. Contoh Kasus Fiktif...20
D. Asuhan Keperawatan.. ....20
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan .....29
B. Saran ... 29
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Paru-paru adalah organ tubuh manusia yang terdapat di dalam dada. Paru-paru ini
mempunyai fungsi memasukkan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida.
Paru-paru merupakan organ dalam sistem pernafasan dan termasuk dalam sistem
kitaran vertebrata yang bernafas. Ia berfungsi untuk menukar oksigen dari udara dengan
karbondioksida dari darah dengan bantuan hemoglobin. Proses ini dikenali sebagai
respirasi atau pernafasan.
Paru-paru terletak di dalam rongga dada (thoracic cavity), dilindungi oleh struktur
tulang selangka dan diliputi dua dinding yang dikenal sebagai pleura. Kedua lapisan ini
dipisahkan oleh lapisan udara yang dikenal sebagai rongga pleural yang berisi cairan
pleural.
Manusia menghirup udara untuk mendapatkan oksigen, namun tidak semua udara
yang dihirup dapat digunakan oleh tubuh, karena udara tercampur dengan berbagai
jenis gas. Pada waktu kita bernapas, paru-paru menarik udara dari ruang tenggorokan.
Saat dihembuskan, rangka tulang rusuk tertarik ke arah dalam, dan diafragma di bawah
tulang rusuk bergerak ke atas. Ketika paru-paru mengecil, udara yang ada di dalam
kantung udara sedikit demi sedikit terdorong ke luar melalui batang tenggorokan.
Paru-paru sangat penting sekali bagi tubuh manusia. Sebab tanpa paru-paru
manusia tidak bisa bernafas dan akhirnya mati. Fungsi Paru-paru yang paling utama
adalah mengeluarkan karbondioksida saat manusia bernafas.
Paru-paru berada di dalam rongga dada manusia sebelah kanan dan kiri yang
dilindungi oleh tulang-tulang rusuk. Paru-paru terdiri dari dua bagian, yaitu paru-paru
kanan yang memiliki tiga gelambir dan paru-paru kiri memiliki dua gelambir.
Paru-paru sebenarnya merupakan kumpulan gelembung alveolus yang terbungkus
oleh selaput yang disebut selaput pleura.
B.
RUMUSAN MASALAH
TUJUAN
Dalam makalah ini akan dibahas hal-hal yang berkaitan dengan Gangguan Sistem Penapasan
seperti Konsep Medik, Konsep Keperawatan,Kasus Fiktif, Asuhan Keperawatan dari
Gangguan Sistem Pernapasan
BAB II
PEMBAHASAN
EMFISEMA
A. KONSEP MEDIK
a. Pengertian
Emfisema didefinisikan sebagai distensi abnormal ruang udara di luar bronkiolus
terminal dengan kerusakan dinding alveoli.Emfisema merupakan bentuk paling berat
dari Penyakit Paru Obstruktif Menahun (PPOM) yang dikarakteristikkan oleh
inflamasi berulang yang melukai dan akhirnya merusak dinding alveolar sehingga
menyebabkan banyak bula (ruang udara) kolaps bronkiolus pada ekspirasi (jebakan
udara)
b. Klasifikasi
Terdapat tiga jenis emfisema utama, yang diklasifikasikan berdasarkan perubahan
yang terjadi dalam paru-paru, yaitu :
1. Emfisema sentrilobular (CLE) atau sentrocinar
Secara selektif hanya menyerang bagian bronkiolus respiratorius. Dinding mulai
berlubang, membesar, bergabung, dan akhirnya cenderung menjadi satu ruang
sewaktu dinding mengalami integrasi. Penyakit ini seringkali lebih berat menyerang
bagian atas paru-paru, tetapi akhirnya cenderung tidak merata. CLE lebih banyak
ditemukan pada pria dibandingkan dengan bronchitis kronik, dan jarang ditemukan
pada mereka yang tidak merokok.
2. Emfisema panlobular (PLE) atau panlocinar
Merupakan bentuk morfologik yang lebih jarang, dimana alveolus yang terletak distal
dari bonkiolusterminalis mengalami pembesaran serta kerusakan secara merata. Jika
Penyakit makin parah, maka semua koponen asinus sedikit demi sedikit menghilang
sehingga akhirnya hanya tertinggal beberapa lembar jaringan saja yang biasanya
berupa pembuluh-pembuluh darah. PLE mempunyai gambaran khas yaitu tersebar
merata di seluruh paru-paru meskipun bagian-bagian basal cenderung terserang lebih
parah, mempunyai dada yang hiperinflasi dan ditandai oleh dispnea saat aktifitas dan
penurunan berat badan.
3. Emfisema paraceptal
Merusak alveoli lobus bagian bawah yang mengakibatkan isolasi blebs (udara dalam
alveoli) sepanjang perifer paru-paru. Paraseptal emfisema dipercaya sebagai sebab
dari pneumotorak spontan.
Pada keadaan lanjut, terjadi peningkatan dyspnea dan infeksi pulmoner dan sering kali
timbul Cor Pulmonal (CHF bagian kanan)
5. Genetik
Belum diketahui jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak pada emfisema
kecuali pada penderita dengan defisiensi enzim alfa 1-antitripsin. Kerja enzim ini
menetralkan enzim proteolitik yang sering dikeluarkan pada peradangan dan merusak
jaringan, termasuk jaringan paru, karena itu kerusakan jaringan lebih jauh dapat
dicegah. Defisiensi alfa 1-antitripsin adalah suatu kelainan yang diturunkan secara
autosom resesif. Orang yang sering menderita emfisema patu adalah penderita yang
memiliki gen S atau Z. emfisema paru akan lebih cepat timbul bila penderita tersebut
perokok.
6. Faktor Sosial Ekonomi
Emfisema lebih banyak didapat pada golongan sosial ekonomi rendah, mungkin
kerena perbedaan pola merokok, selain itu mungkin disebabkan faktor lingkungan dan
ekonomi yang lebih jelek.
7. Pengaruh Usia
d. Tanda dan Gejala
Dispnea
Takipnea
Inspeksi : Barrel chest, penggunaan otot bantu pernapasan
Perkusi : Hiperresonan, penurunan fremitus pada seluruh bidang paru
Auskultasi bunyi napas : krekles, ronchi, perpanjangan ekspirasi
Hipoksemia
Hiperkapnia
Anoreksia
Penurunan BB
Kelemahan
Gejala awalnya serupa dengan bronchitis kronis
Napas terengah-engah diserta dengan suara seperti peluit
Dada berbentuk seperti tong, otot leher tampak menonjol, penderita sampai
membungkuk
Bibir tampak kebiruan
Batuk menahun
e. Patofisiologi
Penyempitan saluran nafas terjadi pada emfisema paru. Yaitu penyempitan saluran
nafas ini disebabkan elastisitas paru yang berkurang. Penyebab dari elastisitas yang
berkurang yaitu defiensi Alfa 1-anti tripsin. Dimana AAT merupakan suatu protein
yang menetralkan enzim proteolitik yang sering dikeluarkan pada peradangan dan
merusak jaringan paru. Dengan demikian AAT dapat melindungi paru dari kerusakan
jaringan pada enzim proteolitik. Didalam paru terdapat keseimbangan paru antara
enzim proteolitik elastase dan anti elastase supaya tidak terjadi kerusakan. Perubahan
f. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksan radiologis, pemeriksaan foto dada sangat membantu dalam
menegakkan diagnosis dan menyingkirkan penyakit-penyakit lain. Foto dada pada
emfisema paru terdapat dua bentuk kelainan, yaitu:
a.
b.
Corakan paru yang bertambah, sering terdapat pada kor pulmonal, emfisema
sentrilobular dan blue bloaters. Overinflasi tidak begitu hebat.
2. Pemeriksaan fungsi paru, pada emfisema paru kapasitas difusi menurun karena
permukaan alveoli untuk difusi berkurang.
3. Analisis Gas DarahVentilasi, yang hampir adekuat masih sering dapat
dipertahankan oleh pasien emvisema paru. Sehingga PaCO2 rendah atau
normal.Saturasi hemoglobin pasien hampir mencukupi.
4. Pemeriksaan EKG, Kelainan EKG yang paling dini adalah rotasi clock wise
jantung. Bila sudah terdapat kor pulmonal terdapat defiasi aksis ke kanan dan Ppulmonal pada hantaran II, III, dan aVF.Voltase QRS rendah.Di V1 rasio R/S lebih
dari 1 dan di V6 rasio R/S kurang dari 1.
1. PENYULUHAN
Menerangkan pada para pasien hal-hal yang dapat memperberat penyakit, hal-hal
yang harus dihindarkan dan bagaimana cara pengobatan dengan baik.
2. PENCEGAHAN
. Rokok
Merokok harus dihentikan meskipun sukar. Penyuluhan dan usaha yang optimal harus
dilakukan
Menghindari lingkungan polusi
Sebaiknya dilakukan penyuluhan secara berkala pada pekerja pabrik, terutama pada
pabrik-pabrik yang mengeluarkan zat-zat polutan yang berbahaya terhadap saluran
nafas
Vaksin
Dianjurkan vaksinasi untuk mencegah eksaserbasi, terutama terhadap influenza dan
infeksi pneumokokus.
3. TERAPI FARMAKOLOGI
Tujuan utama adalah untuk mengurangi obstruksi jalan nafas yang masih mempunyai
komponen yang reversible meskipun sedikit. Hal ini dapat dilakukan dengan :
1. Pemberian bronkodilator
2. Pemberian kortikosteroid
3. Mengurangi sekresi mucus
Pemberian bronkodilator
a. Golongan teofilin
Biasanya diberikan dengan dosis 10-15 mg/kg BB per oral dengan
memperhatikan kadar teofilin dalam darah. Konsentrasi dalam darah yang baik
antara 10-15 mg/L
b. Golongan agonis B2
Biasanya diberikan secara aerosol/nebuliser. Efek samping utama adalah
tremor,tetapi menghilang dengan pemberian agak lama.
Pemberian kortikosteroid
Pada beberapa pasien, pemberian kortikosteroid akan berhasil mengurangi
obstruksi saluran nafas.Hinshaw dan Murry menganjurkan untuk mencoba
pemberian kortikosteroid selama 3-4 minggu. Kalau tidak ada respon baru
dihentikan.
.
4. FISIOTERAPI DAN REHABILITASI
Tujuan fisioterapi dan rehabilitasi adalah meningkatkan kapasitas fungsional dan
kualitas hidup dan memenuhi kebutuhan pasien dari segi social, emosional dan
vokasional.
Program fisioterapi yang dilaksanakan berguna untuk :
g. Komplikasi
1. Sering mengalami infeksi pada saluran pernafasan
2. Daya tahan tubuh kurang sempurna
3. Tingkat kerusakan paru semakin parah
4. Proses peradangan yang kronis pada saluran nafas
5. Pneumonia
6. Atelaktasis
7. Pneumothoraks
8. Meningkatkan resiko gagal nafas pada pasien.
B.KONSEP KEPERAWATAN
1. Pemeriksaan fisik :
Inspeksi:
- Paru hiperinflasi, ekspansi dada berkurang, kesukaran inspirasi, dada berbentuk barrel chest,
dada anterior menonjol, punggung berbentuk kifosis dorsal.
Palpasi :
- Ruang antar iga melebar, taktik vocal fremitus menurun,
Perkusi :
- Terdengar hipersonor, peningkatan diameter dada anterior posterior.
Auskultasi :
- Suara napas berkurang, ronkhi bisa terdengar apabila ada dahak
Pengkajian:
1. Kaji status pernapasan.
2. Kaji adanya sianosis.
3. Kaji fremitus faktil kedua paru.
4. Lakukan pemeriksaan tanda vital lengkap.
5. Kaji adanya nyeri tekan bila napas.
6. Lakukan pemeriksaan jantung dan paru, cari kemungkinan adanya payah jantung dan
komplikasi COPD lainnya.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret
2. Pola Nafas Tidak efektifberhubungan dengan Imaturitas organ pernapasan
3. Gangguan pertukaran gasberhubungan dengan kongesti paru,hipetensi
pulmonal,penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan penurunan curah
jantung
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhberhubungan dengan intake
yang tidak adekuat
5. Intoleran aktivitas berhubungan dengankelemahan, ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen
6. Kurang Pengetahunberhubungan dengan keterbatasan kognitif
NO
DIAGNOSA
TUJUAN DAN
TUJUAN
KEPERAWATAN
KRITERIA HASIL
KEPERAWATAN (NIC)
(NOC)
1
Airway suction
Pastikan kebutuhan
oral/ tracheal
suctioning
Auskultasi suara
nafas sebelum dan
sesudah suctioning
Informasikan pada
klien dan keluarga
tentang suctioning
Minta klien nafas
dalam sebelum
suction dilakukan
Berikan O2 dengan
menggunakan nasal
untuk memfasilitasi
siksion nasotrakeal
Gunakan alat yang
steril setiap
melakukan
tindakan
Lingkungan : merokok,
menghirup asap rokok,
perokok pasif, infeksi
Fisiologis : disfungsi
neuromuskular, hiperplasia
dinding bronkus, alergi jalan
nafas, asma
Obstruksi jalan nafas :
spasme jalan nafas, sekresi
tertahan, banyaknya mukus,
adanya jalan nafas buatan,
sekresi bronkus, adanya
eksudat dialveolus, adanya
benda asing dijalan nafas
frekuensi
pernapasan dalam
rentang normal,
tidak ada suara
nafas abnormal)
Mampu
mengidentifikasi
dan mencegah
faktor yang dapat
menghambat jalan
nafas
Anjurkan pasien
untuk istrahat dan
nafas dalam setelah
kateter dikeluarkan
dari nasotrakeal
Monitor status
oksigen pasien
Ajarkan keluarga
bagaimana
melakukan suksion
Hentikan suksion
dan berikan
oksigen apabila
pasien menunjukan
bradikardi
peningkatan
saturasi O2
Airway Management
Buka jalan nafas,
gunakan teknik
chin lift atau jaw
thrust bila perlu
Posisikan pasien
untuk
memasksimalkan
ventilasi
Identifikasi pasien
perlunya
pemasangan alat
jalan nafas buatan
Pasang mayo bila
perlu
Lakukan fisioterapi
dada bila perlu
Keluarkan sekret
dengan batuk atau
suction
Auskultasi suara
nafas, catat adanya
suara nafas
tambahan
Lakukan suction
pada mayo
Berikan
bronkodilator bila
perlu
Berikan pelembab
udara kassa basah
NaCl lembab
NOC :
NIC :
*Respratory
Airway Management
status:
Buka jalan
Ventilation
nafas,gunakan teknik
*Respiratory
chin lift atau jaw
status: Airway
thrust bila perlu
Patency
Posisikan pasien untuk
*Vital Sign status
memaksimalkan
Kriteria Hasil :
ventilasi
*Mendemonstrasi Identifikasi pasien bila
kan batuk efekif
perlunya pemasangan
dan suara nafas
alat jalan nafas
bersih,yang tidak
buatan
ada sianosis dan Pasang mayo bila perlu
dyspneu (mampu Lakukan fisioterapi
mengeluarkan
dada bila perlu
sputum,mampu Keluarkan sekret
dengan batuk atau
bernafas dengan
suction
mudah,tidak ada
Auskultasi suara
pursed lips)
nafas,catat adanya
*Menunjukan
suara nafas tambahan
jalan nafas yang
paten (klien tidak Lakukan suction pada
mayo
merasa
Berikan
bronkodilator
tercekik,irama
bila perlu
nafas,frekuensi
Berikan
pelembab
pernafasan
udara kassa basah
dalam rentang
NaCl lembab
normal,tidak ada
Atur
intake cairan untuk
suara nafas
mengoptimalkan
abnormal)
keseimbangan
*Tanda tanda
Monitor
respirasi atau
vital dalam
status O2
rentang normal
Terapi Oksigen
(tekanan
Bersihkan
darah,nadi,pernaf
mulut,hidung dan
asan)
sekret trakea
Pertahankan jalan
nafas yang paten
Atur peralatan
oksigenasi
Monitor aliran oksigen
Pertahankan posisi
pasien
Observasi adanya
tanda tanda
hipoventilasi
Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigensi
Vital sign
monitoring
Monitor TD,nadi,suhu,
dan RR
Cata adanya fluktuasi
tekanan darah
Monitor VS saat pasien
berbaring,duduk,atau
berdiri
Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
Monitor TD
,nadi,RR,sebelum,sela
ma, dan setelah
aktifitas
Monitor kualitas dari
nadi
Monitor frekuensi dan
irama pernafasan
Monitor suara paru
Monitor suara
pernafasan abnormal
Monitor suhu,warna,dan
kelembapan kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi
yang
melebar,bradikardi,pe
ningkatan sistollik)
Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign
NOC :
Respiratory
status:Gas
exchange
Respiratory
status:Ventilatio
n
NIC:
Airway Management
Buka jalan
nafas,gunakan teknik
chin lift atau jaw
thrust bila perlu
Posisikan pasien untuk
memaksimalkan
ventilasi
Identifikasi pasien bila
perlunya pemasangan
alat jalan nafas
buatan
Pasang mayo bila perlu
Lakukan fisioterapi
dada bila perlu
Keluarkan sekret
dengan batuk atau
suction
Auskultasi suara
nafas,catat adanya
suara nafas tambahan
Lakukan suction pada
mayo
Berikan bronkodilator
bila perlu
Berikan pelembab
udara
Atur intake cairan untuk
mengoptimalkan
keseimbangan
Monitor respirasi atau
status O2
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh
Defini:
Intake nutrisi tidak cukup
keperluan metabolisme
tubuh.
Batasan karakteristik:
- Berat badan 20% atau
lebih dibawah ideal
- Dilaporkan adanya
intake makanan yang
kurang dari RDA
(Recommended Daily
Allowance)
- Membran mukosa dan
konjugtiva pucat
- Kelemahan otot yang
digunakan untuk
menelan/mengunyah
- Luka, inflamasi pada
rongga mulut
- Mudah terasa
kenyang, sesaat
setelah mengunyah
makanan
- Dilaporkan adanya
perubahan sensasi
rasa
- Perasaan
ketidakmampuan
untuk mengunyah
makanan
- Miskonsepsi
- Kehilangan BB dengan
makanan cukup
- Keengganan untuk
makan
- Kram pada abdomen
- Tonus otot jelek
- Nyeri abdominalis
dengan atau tanpa
patologi
- Kurang berminat
terhadap makanan
- Pembuluh darah
kapiler mulai rapuh
NOC:
Nutritional
Status: food
and fluid
intake
Kriteria hasil:
Adanya
peningkatan
berat badan
sesuai dengan
tujuan
Berat badan
ideal sesuai
dengan tinggi
badan
Mampu
mengidentifik
asi kebutuhan
nutrisi
Tidak ada
tanda
malnutrisi
Tidak terjadi
penurunan
berat badan
yang berarti
NIC:
Nutrition
Management
Kaji adanya alergi
makanan
Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan
pasien
Anjurkan pasien
untuk meningkatkan
intake FE
Anjurkan pasien
untuk meningkatkan
protein dan vitamin
C
berikan substansi
gula
yakinkan diet yang
dimakan
mengandung tinggi
serat untuk
mencegah
konstipasi
berikan makanan
yang terpilih(sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
ajarkan pasien
bagaimana
membuat catatan
makanan harian
menghitung jumlah
nutrisi dan
kandungan jumlah
kalori
berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
NUTRISI MONITPRING
BB pasien dalam
Faktor-faktor yang
berhubungan:
Ketidakmampuan
pemasukan atau
mencerna makanan atau
mengabsorbsi zat-zat gizi
berhubungan dengan
factor biologis, psikologis,
atau ekonomi
batas normal
Monitor adanya
penurunan berat
badan
Monitor tipe dan
jumlah aktivitas
yang biasa
dilakukan
Monitor interaksi
anak atau orang tua
selama makan
Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak
selama jam makan
Monitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan
rambut kusam dan
mudah patah
Monitor mual dan
muntah
Monitor
kadarargumen, total
prptein, HB, dan
kadar HT
Monitor makanan
kesukaan
Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
Monitor pucat
kemerahan dan
kekeringan
konjugtiva
Monitor kalori dan
intake nutrisi
Catat adanya
edema, hiperemik,
hipertonikpapilalida
oral
Catat jika lidah
berwarna magenta
scarlet
Catat tingginya
suatu kemajuan .
NOC :
Energy
conservation
Activity
tolerance
Self care :
ADls
Kriteria hasil :
Berpartisipasi
dalam
aktivitas fisik
tanpa disertai
peningkatan
tekanan
darah, nadi
dan RR
Mampu
melakukan
aktivitas
sehari-hari
(ADLs) secara
mandiri
NIC :
Activity Therapy
1) Kolaborasikan
dengan tenaga
rehabilitas
medikdalam
merencanakan
program terapi yang
tepat
2) Bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktifitas yang
mampu dilakukan
3) Bantu untuk
memilih aktivitas
konsisten yang
sesuai dengan
kemampuan fisik,
psikologi dan social
4) Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan
sumber yang
diperlukan untuk
aktivitas yang
diinginkan
5) Bantu untuk
mendapatkan alat
bantuan aktivitas
seperti kursi roda
6) Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang
disukai
7) Bantu klien untuk
membuat jadwal
latihan diwaktu
luang
8) Bantu pasien atau
keluarga untuk
mengudentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
9) Sediakan penguatan
positif bagi yang
beraktivitas
10)
Bantu pasien
untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
11)
Monitor respon
fisik, emosi social
dan spiritual
Kurang Pengetahun
Definisi:
Tidak adanya atau
kurangnya informasi
kognitif sehubungan
dengan topik spesifik
NOC :
NIC :
Knowledge:disp
Teaching :Disease
process
nea process
Knowledge:healt 1. Berikan penilaian
h behavior
tentang penyakit
Kriteria Hasil:
pengetahuan pasien
Pasien dan
tentang proses
keluarga
Batasan karakterisktik:
penyakit yang spesifik
menyatakan
2.
Jelaskan patofisiologi
memverbalisasikan adnya
pemahaman
dari penyakit dan
masalah,ketidakakuratan
tentang
bagaimana hal ini
mengikuti
penyakit,kondisi,
berhubungan dengan
instruksi,perilaku tidak
prognosis dan
anatomi dan
sesuai
program
fisiologi,dengan cara
pengobatan
yang tepat
Faktor yang tidak
Pasien
dan
3.
Gambarkan tanda dan
berhubungan:
gejala yang biasa
keluarga mampu
Keterbatasan
muncul pada penyakit
melaksanakan
kognitif,interpretasi
dengan cara yang
prosedur yang
terhadap informasi yang
tepat
dijelaskan
salah,kurangnya
Pasien
dan
informasi,tidak
keluarga mampu
mengetahui sumber5.
menjelaskan
sumber informasi
kembali apa
yang dijelaskan
perawat/tim
kesehatan
6.
lainnya
Gambarkan proses
penyakit dengan cara
yang tepat
Identifikasi
kemungkinan
penyebab,dengan
cara dengan cara
yang tepat
Sediakan informasi
pada pasien tentang
kondisi,dengan cara
yang tepat
7. Hindari harapan yang
kosong
8. Sediakan bagi
keluarga informasi
tentang kemajuan
dengan cara yang
tepat
9. Diskusikan perubahan
gaya hidup yang
mungkin diperlukan
untuk mencegah
komplikasi dimasa
yang akan datang
dan atau proses
pengontrolan
penyakit
10.Diskusikan pilihan
terapi atau
penanganan
11.Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan
12.Eksplorasi
kemungkinan sumber
atau
dukungan,dengan
cara yang tepat
13.Rujuk pasien pada
grup atau agensi
dikomunikasi
lokal,dengan cara
yang tepat
14.Instruksikan pasien
EMFISEMA
A. KASUS FIKTIF
Tuan B (42 tahun) dirawat di ruang paru-paru RS Aloei Saboe dengan keluhan sesak nafas,
berkeringat dingin sejak tiga hari yang lalu. Tuan B masuk ke IGD tadi pagi dan baru
dipindahkan ke ruang perawatan 15 menit yang lalu. Hasil pemeriksaan tanda vital
menunjukkan TD: 130/80 mmHg, N: 96x/menit , R: 29x/m dan S: 36,2oC.
Hasil pengkajian lebih lanjut pada Tuan B menunjukkan bahwa:
1. Pekerjaan Tuan B adalah sebagai kuli bangunan dan kebiasannya adalah merokok
2. Tuan B mengalami penurunan berat badan sebanyak 6 kg dalam satu bulan terakhir
3. Tiga tahun yang lalu Tuan B pernah mengonsumsi obat selama 6 bulan, tapi tidak tahu
jenis dan karena penyakit apa beliau harus mengonsumsi obat tersebut. Yang dia ingat
bahwa dokter yang memeriksanya telah menyatakan bahwa dia tidak perlu melanjutkan
kembali mengonsumsi obat tersebut
4. Saat ini Tuan B tidak merasa demam dan tidak batuk serta tidak ada secret
5. Sebelum sesak, Tuan B tidak ada melakukan kegiatan yang berat
6. Sesak nafasnya saat ini terjadi tanpa diketahui penyebabnya.
B. KLASIFIKASI DATA
Data Subjektif :
Klien mengeluh sesak
Klien mengeluh kurang nafsu makan
Klien mengatakan BB turun dari berat sebelum masuk RS
Klien mengatakan tidak mengerti tentang jenis dan pengobatan tentang penyakitnya
Data Objektif :
Bentuk dada (barrel chest)
Bunyi nafas ronchi
Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi
Dyspneu/ pola napas pendek
Berat badan turun 6 kg dalam jangka waktu sebulan terakhir
Intake makanan yang kurang (2-3 porsi tidak dihabiskan setiap kali makan )
Membran mukosa dan konjungtiva pucat
Klien tidak mendapatkan informasi yang jelas berhubungan dengan penyakitnya
TTV :
TD : 130/80 mmHg
N : 96x/m
R : 28x/m
S : 36,2
Diagnosa Keperawatan
1. Pola Nafas Tidak Efektif b/d Hiperventilasi
DS :
Klien mengeluh sesak
DO :
DO :
Klien mengatakan tidak mengerti tentang jenis dan pengobatan tentang penyakitnya
DO :
ANALISA DATA
NO
1.
DATA
ETIOLOGI
DS :
chest)
Bunyi nafas ronchi
Penurunan
tekanan
inspirasi/ekspirasi
Dyspneu/ pola napas
dada
(barrel
pendek
TTV :
TD : 130/80 mmHg
N : 96x/m
R : 28x/m
S : 36,2
Pola
Efektif
DO :
PROBLEM
Overdistensi permanen
pada ruang udara
Difusi O2
Emfisema
Alveolar di bronkiolus
mengalami pembesaran
dan rusak
Tidak mampu
mengembangkan paru
secara elastis
Hipoksemia,dispneu
Nafas
Tidak
2.
DS :
Emfisema
nafsu makan
Klien
mengatakan
timbul
Nutrisi
Mual
rangsangan
Ketidakseimbangan
dari
berat
sebelum masuk RS
DO :
jangka
waktu
Ketidakseimbangan
Nutrisi
sebulan terakhir
Intake makanan yang
kurang (2-3 porsi tidak
dihabiskan setiap kali
makan )
Membran mukosa dan
konjungtiva pucat
3.
DS :
Emfisema
Klien
mengatakan
Perubahan status
kesehatan
tentang penyakitnya
DO :
Klien
tidak
mendapatkan informasi
yang jelas berhubungan
Bertanya-tanya tentang
penyakitnya
Kurang mendapat
informasi
dengan penyakitnya
Defisiensi Pengetahuan
Defisiensi Pengetahuan
NO
1.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Pola Nafas Tidak Efektif
b/d Hiperventilasi
Ditandai dengan :
DS :
Klien
- Status pernapasan :
mengeluh
sesak
rentang
Bentuk
(barrel chest)
t
Bunyi nafas ronchi
Penurunan tekanan
inspirasi/ekspirasi
Dyspneu/
pola
DO :
RENCANA KEPERAWATAN
NOC
NIC
normal(tekanan
dada darah,nadi,pernafasan)
2.Pantau status
pernapasan
3.Observasi adanya
tanda-tanda
hipoventilasi.
Vital Sign Monitoring
4.Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
napas pendek
TTV :
TD
:
130/80
mmHg
N : 96x/m
R : 28x/m
S : 36,2
2.
Ketidakseimbangan nutrisi
b/d pemasukan makanan
tidak adekuat
Ditandai dengan :
DS :
Klien
kurang
makan
Klien mengatakan
timbul rangsangan
mual ketika makan
BB sesuai dengan
tujuan
Mampu
mengidentifikasi
mengeluh
nafsu
Adanya peningkatan
kebutuhan nutrisi
Tidak ada tanda-tanda
malnutrisi
Tidak terjadi
penurunan BB yang
berarti
Nutrition Monitoring
1. Monitor adanya
penurunan BB
2. Monitor lingkungan
selama makan
3. Monitor Mual-muntah
Nutrition Management
4. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake
Fe,Protein,dan vit.c
5. Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori
6. Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
7. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yg
dibutuhkan pasien
Klien mengatakan
BB turun dari berat
sebelum masuk RS
DO :
sebulan
terakhir
Intake
makanan
tidak
dihabiskan
setiap
kali makan )
Membran mukosa
dan
konjungtiva
pucat
Defisiensi Pengetahuan
b/d Keterbatasan Kognitif
Ditandai dengan :
DS :
Klien mengatakan
tidak
mengerti
Klien
tidak
mendapatkan
informasi
yang
jelas berhubungan
dengan
penyakitnya
1. Berikan penilaian
tentang tingkat
pengetahuan pasien
tentang proses penyakit
yang spesifik
2. Gambarkan tanda dan
gejala yang biasa muncul
pada penyakit, dengan
cara yang tepat
3. Identifikasi
kemungkinan penyebab,
dengan cara yang tepat
4. Sediakan informasi
pada pasien tentang
kondisi,dengan cara
yang tepat
5. Diskusikan perubahan
gaya hidup yang
mungkin diperlukan
untuk mencegah
komplikasi di masa yang
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada kasus 1 penderita mengalami penyakit emfisema, merupakan suatu kelainan anatomi
paru yang ditandai oleh pelebaran rongga udara distal dari bronkiolus terminal. Sesak napas
dalam waktu lama dan tidak dapat disembuhkan dengan obat pelega yang biasa digunakan
penderita sesak napas. Nafsu makan yang menurun dan berat badan yang menurun juga biasa
dialami penderita emfisema.
Berdasarkan kasus satu, dapat kita lihat bahwa dalam melakukan studi kasus kita
membutuhkan lebih dari satu diagnosa untuk satu penyakit. Dalam membuat asuhan
keperawatan kita tidak hanya menggunakan pengkajian pola fungsional Gordon tetapi juga
menggunakan Nanda, NIC, dan NOC. Dengan kombinasi kedua cara pengkajian tersebut,
tindakan yang dilakukan untuk klien akan lebih efektif.
B. Saran
Berdasarkan kasus diatas, maka seorang perawat dianjurkan untuk biasa melakukan
pengkajian berdasarkan pola fungsional Gordon beserta pengkajian berdasarkan Nanda, NIC,
NOC. Agar tindakan yang dilakukan terhadap klien lebih efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Somantri I. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Penerbit
Robbins, dkk. 2007. Buku Ajar Patologi. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Juall,Lynda. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Bruner & Suddarth, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol.2, Edisi 8. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC