Anda di halaman 1dari 34

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, yang telah senantiasa melimpahkan


Rahmat dan Hidayah- NYA sehingga kita semua dalam keadaan sehat walafiat dalam
menjalankan aktifitas sehari-hari. Penyusunnya juga panjatkan kehadiran ALLAH
SWT, karena hanya dengan keridoan-NYA Makalah dengan judul GANGGUAN
SISTEM PERNAPASAN (EMFISEMA) ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari betul sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak,
makalah ini tidak akan terwujud dan masih jauh dari sempurna, oleh karena itu dengan
segala kerendahan hati kami selaku penulis berharap saran dan kritik demi perbaikanperbaikan lebih lanjut.
Akhirnya kami berharap, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
yang membutuhkan.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .i
DAFTAR ISI ...ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..........1
B. Rumusan Masalah .........1
C. Tujuan Pembahasan ......2
D. Batasan Masalah ....2
BAB II : PEMBAHASAN
A. Konsep Medik ..3
B. Konsep Keperawatan.............................................................................................10
C. Contoh Kasus Fiktif...20
D. Asuhan Keperawatan.. ....20
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan .....29
B. Saran ... 29
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................iii

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Paru-paru adalah organ tubuh manusia yang terdapat di dalam dada. Paru-paru ini
mempunyai fungsi memasukkan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida.
Paru-paru merupakan organ dalam sistem pernafasan dan termasuk dalam sistem
kitaran vertebrata yang bernafas. Ia berfungsi untuk menukar oksigen dari udara dengan
karbondioksida dari darah dengan bantuan hemoglobin. Proses ini dikenali sebagai
respirasi atau pernafasan.
Paru-paru terletak di dalam rongga dada (thoracic cavity), dilindungi oleh struktur
tulang selangka dan diliputi dua dinding yang dikenal sebagai pleura. Kedua lapisan ini
dipisahkan oleh lapisan udara yang dikenal sebagai rongga pleural yang berisi cairan
pleural.
Manusia menghirup udara untuk mendapatkan oksigen, namun tidak semua udara
yang dihirup dapat digunakan oleh tubuh, karena udara tercampur dengan berbagai
jenis gas. Pada waktu kita bernapas, paru-paru menarik udara dari ruang tenggorokan.
Saat dihembuskan, rangka tulang rusuk tertarik ke arah dalam, dan diafragma di bawah
tulang rusuk bergerak ke atas. Ketika paru-paru mengecil, udara yang ada di dalam
kantung udara sedikit demi sedikit terdorong ke luar melalui batang tenggorokan.
Paru-paru sangat penting sekali bagi tubuh manusia. Sebab tanpa paru-paru
manusia tidak bisa bernafas dan akhirnya mati. Fungsi Paru-paru yang paling utama
adalah mengeluarkan karbondioksida saat manusia bernafas.
Paru-paru berada di dalam rongga dada manusia sebelah kanan dan kiri yang
dilindungi oleh tulang-tulang rusuk. Paru-paru terdiri dari dua bagian, yaitu paru-paru
kanan yang memiliki tiga gelambir dan paru-paru kiri memiliki dua gelambir.
Paru-paru sebenarnya merupakan kumpulan gelembung alveolus yang terbungkus
oleh selaput yang disebut selaput pleura.
B.

RUMUSAN MASALAH

a) Bagaimana Konsep Medik dan Konsep Keperawatan dari Gangguan Sistem


Pernapasan
b) Apa kasus fiktif yang bisa diambil tentang Gangguan Sistem Pernapasan
c) Bagaimana merancang Asuhan Keperawatan dari masalah yang dihadapi
C.

TUJUAN

a) Mengetahui Konsep Medik dan Konsep Keperawatan dari Gangguan Sistem


Pernapasan
b) Membuat fiktif yang bisa diambil tentang Gangguan Sistem Pernapasan
c) Mengetahui merancang Asuhan Keperawatan dari masalah yang dihadapi
D. BATASAN MASALAH

Dalam makalah ini akan dibahas hal-hal yang berkaitan dengan Gangguan Sistem Penapasan
seperti Konsep Medik, Konsep Keperawatan,Kasus Fiktif, Asuhan Keperawatan dari
Gangguan Sistem Pernapasan

BAB II
PEMBAHASAN
EMFISEMA
A. KONSEP MEDIK
a. Pengertian
Emfisema didefinisikan sebagai distensi abnormal ruang udara di luar bronkiolus
terminal dengan kerusakan dinding alveoli.Emfisema merupakan bentuk paling berat
dari Penyakit Paru Obstruktif Menahun (PPOM) yang dikarakteristikkan oleh
inflamasi berulang yang melukai dan akhirnya merusak dinding alveolar sehingga
menyebabkan banyak bula (ruang udara) kolaps bronkiolus pada ekspirasi (jebakan
udara)
b. Klasifikasi
Terdapat tiga jenis emfisema utama, yang diklasifikasikan berdasarkan perubahan
yang terjadi dalam paru-paru, yaitu :
1. Emfisema sentrilobular (CLE) atau sentrocinar
Secara selektif hanya menyerang bagian bronkiolus respiratorius. Dinding mulai
berlubang, membesar, bergabung, dan akhirnya cenderung menjadi satu ruang
sewaktu dinding mengalami integrasi. Penyakit ini seringkali lebih berat menyerang
bagian atas paru-paru, tetapi akhirnya cenderung tidak merata. CLE lebih banyak
ditemukan pada pria dibandingkan dengan bronchitis kronik, dan jarang ditemukan
pada mereka yang tidak merokok.
2. Emfisema panlobular (PLE) atau panlocinar
Merupakan bentuk morfologik yang lebih jarang, dimana alveolus yang terletak distal
dari bonkiolusterminalis mengalami pembesaran serta kerusakan secara merata. Jika
Penyakit makin parah, maka semua koponen asinus sedikit demi sedikit menghilang
sehingga akhirnya hanya tertinggal beberapa lembar jaringan saja yang biasanya
berupa pembuluh-pembuluh darah. PLE mempunyai gambaran khas yaitu tersebar
merata di seluruh paru-paru meskipun bagian-bagian basal cenderung terserang lebih
parah, mempunyai dada yang hiperinflasi dan ditandai oleh dispnea saat aktifitas dan
penurunan berat badan.
3. Emfisema paraceptal
Merusak alveoli lobus bagian bawah yang mengakibatkan isolasi blebs (udara dalam
alveoli) sepanjang perifer paru-paru. Paraseptal emfisema dipercaya sebagai sebab
dari pneumotorak spontan.

Pada keadaan lanjut, terjadi peningkatan dyspnea dan infeksi pulmoner dan sering kali
timbul Cor Pulmonal (CHF bagian kanan)

Emfisema dapat bersifat kompensatorik atau obstruktif.


1. Emfisema kompensatorik
Terjadi di bagian paru yang masih berfungsi, karena ada bagian paru lain yang
tidak atau kurang berfungsi, misalnya karena pneumonia, atelektasis, pneumothoraks.
2. Emfisema obstruktif
Terjadi karena tertutupnya lumen bronkus atau bronkiolus yang tidak menyeluruh,
hingga terjadi mekanisme ventil.
c. Etiologi
1. Rokok
Secara patologis rokok dapat menyebabkan gangguan pergerakkan silia pada
jalan napas, menghambat fungsi makrofag alveolar, menyebabkan hipertrofi dan
hiperplasi kelenjar mucus bronkus. Gangguan pada silia, fungsi makrofag alveolar
mempermudah terjadinya perdangan pada bronkus dan bronkiolus, serta infeksi pada
paru-paru. Peradangan bronkus dan bronkiolus akan mengakibatkan obstruksi jalan
napas, dinding bronkiolus melemah dan alveoli pecah.
Disamping itu, merokok akan merangsang leukosit polimorfonuklear melepaskan
enzim protease (proteolitik), dan menginaktifasi antiprotease (Alfa-1 anti tripsin),
sehingga terjadi ketidakseimbangan antara aktifitas keduanya.
2. Polusi
Polutan industri dan udara juga dapat menyebabkan emfisema. Insiden dan angka
kematian emfisema bisa dikatakan selalu lebih tinggi di daerah yang padat
industrialisasi, polusi udara seperti halnya asap tembakau, dapat menyebabkan
gangguan pada silia menghambat fungsi makrofag alveolar. Sebagai faktor penyebab
penyakit, polusi tidak begitu besar pengaruhnya tetapi bila ditambah merokok resiko
akan lebih tinggi.
3. Infeksi
Infeksi saluran napas akan menyebabkan kerusakan paru lebih berat. Penyakit
infeksi saluran napas seperti pneumonia, bronkiolitis akut, asma bronkiale, dapat
mengarah pada obstruksi jalan napas, yang pada akhirnya dapat menyebabkan
terjadinya emfisema.
4. Obstruksi Jalan Napas
Emfisema terjadi karena tertutupnya lumen bronkus atau bronkiolus, sehingga
terjadi mekanisme ventil. Udara dapat masuk ke dalam alveolus pada waktu inspirasi
akan tetapi tidak dapat keluar pada waktu ekspirasi. Etiologinya ialah benda asing di
dalam lumen dengan reaksi lokal, tumor intrabronkial di mediastinum, kongenital.
Pada jenis yang terakhir, obstruksi dapat disebabkan oleh defek tulang rawan bronkus.

5. Genetik
Belum diketahui jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak pada emfisema
kecuali pada penderita dengan defisiensi enzim alfa 1-antitripsin. Kerja enzim ini
menetralkan enzim proteolitik yang sering dikeluarkan pada peradangan dan merusak
jaringan, termasuk jaringan paru, karena itu kerusakan jaringan lebih jauh dapat
dicegah. Defisiensi alfa 1-antitripsin adalah suatu kelainan yang diturunkan secara
autosom resesif. Orang yang sering menderita emfisema patu adalah penderita yang
memiliki gen S atau Z. emfisema paru akan lebih cepat timbul bila penderita tersebut
perokok.
6. Faktor Sosial Ekonomi
Emfisema lebih banyak didapat pada golongan sosial ekonomi rendah, mungkin
kerena perbedaan pola merokok, selain itu mungkin disebabkan faktor lingkungan dan
ekonomi yang lebih jelek.
7. Pengaruh Usia
d. Tanda dan Gejala
Dispnea
Takipnea
Inspeksi : Barrel chest, penggunaan otot bantu pernapasan
Perkusi : Hiperresonan, penurunan fremitus pada seluruh bidang paru
Auskultasi bunyi napas : krekles, ronchi, perpanjangan ekspirasi
Hipoksemia
Hiperkapnia
Anoreksia
Penurunan BB
Kelemahan
Gejala awalnya serupa dengan bronchitis kronis
Napas terengah-engah diserta dengan suara seperti peluit
Dada berbentuk seperti tong, otot leher tampak menonjol, penderita sampai
membungkuk
Bibir tampak kebiruan
Batuk menahun

e. Patofisiologi
Penyempitan saluran nafas terjadi pada emfisema paru. Yaitu penyempitan saluran
nafas ini disebabkan elastisitas paru yang berkurang. Penyebab dari elastisitas yang
berkurang yaitu defiensi Alfa 1-anti tripsin. Dimana AAT merupakan suatu protein
yang menetralkan enzim proteolitik yang sering dikeluarkan pada peradangan dan
merusak jaringan paru. Dengan demikian AAT dapat melindungi paru dari kerusakan
jaringan pada enzim proteolitik. Didalam paru terdapat keseimbangan paru antara
enzim proteolitik elastase dan anti elastase supaya tidak terjadi kerusakan. Perubahan

keseimbangan menimbulkan kerusakan jaringan elastic paru. Arsitektur paru akan


berubah dan timbul emfisema.Sumber elastase yang penting adalah pankreas. Asap
rokok, polusi, dan infeksi ini menyebabkan elastase bertambah banyak. Sedang
aktifitas system anti elastase menurun yaitu system alfa- 1 protease inhibator terutama
enzim alfa -1 anti tripsin (alfa -1 globulin). Akibatnya tidak ada lagi keseimbangan
antara elastase dan anti elastase dan akan terjadi kerusakan jaringan elastin paru dan
menimbulkan emfisema. Sedangkan pada paru-paru normal terjadi keseimbangan
antara tekanan yang menarik jaringan paru keluar yaitu yang disebabkan tekanan intra
pleural dan otot-otot dinding dada dengan tekanan yang menarik jaringan paru
kedalam yaitu elastisitas paru.Pada orang normal sewaktu terjadi ekspirasi maksimal,
tekanan yang menarik jaringan paru akan berkurang sehingga saluran nafas bagian
bawah paru akan tertutup.Pada pasien emfisema saluran nafas tersebut akan lebih
cepat dan lebih banyak yang tertutup. Cepatnya saluran nafas menutup serta dinding
alveoli yang rusak, akan menyebabkan ventilasi dan perfusi yang tidak seimbang.
Tergantung pada kerusakannya dapat terjadi alveoli dengan ventilasi kurang/tidak ada
akan tetapi perfusi baik sehingga penyebaran udara pernafasan maupun aliran darah
ke alveoli tidak sama dan merata. Sehingga timbul hipoksia dan sesak nafas.

f. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksan radiologis, pemeriksaan foto dada sangat membantu dalam
menegakkan diagnosis dan menyingkirkan penyakit-penyakit lain. Foto dada pada
emfisema paru terdapat dua bentuk kelainan, yaitu:
a.

Gambaran defisiensi arter


Overinflasi, terlihat diafragma yang rendah dan datar,kadang-kadang terlihat
konkaf. Oligoemia, penyempitan pembuluh darah pulmonal dan penambahan
corakan kedistal.

b.

Corakan paru yang bertambah, sering terdapat pada kor pulmonal, emfisema
sentrilobular dan blue bloaters. Overinflasi tidak begitu hebat.

2. Pemeriksaan fungsi paru, pada emfisema paru kapasitas difusi menurun karena
permukaan alveoli untuk difusi berkurang.
3. Analisis Gas DarahVentilasi, yang hampir adekuat masih sering dapat
dipertahankan oleh pasien emvisema paru. Sehingga PaCO2 rendah atau
normal.Saturasi hemoglobin pasien hampir mencukupi.
4. Pemeriksaan EKG, Kelainan EKG yang paling dini adalah rotasi clock wise
jantung. Bila sudah terdapat kor pulmonal terdapat defiasi aksis ke kanan dan Ppulmonal pada hantaran II, III, dan aVF.Voltase QRS rendah.Di V1 rasio R/S lebih
dari 1 dan di V6 rasio R/S kurang dari 1.

a. Sinar x dada: dapat menyatakan hiperinflasi paru-paru; mendatarnya


diafragma; peningkatan area udara retrosternal; penurunan tanda
vaskularisasi/bula (emfisema); peningkatan tanda bronkovaskuler (bronkitis),
hasil normal selama periode remisi (asma).
b. Tes fungsi paru: dilakukan untuk menentukan penyebab dispnea, untuk
menentukan apakah fungsi abnormal adalah obstruksi atau restriksi, untuk
memperkirakan derajat disfungsi dan untuk mengevaluasi efek terapi,
misalnya bronkodilator.
c. TLC: peningkatan pada luasnya bronkitis dan kadang-kadang pada asma;
penurunan emfisema.
d. Kapasitas inspirasi: menurun pada emfisema.
e. Volume residu: meningkat pada emfisema, bronkitis kronis, dan asma.
f. FEV1/FVC: rasio volume ekspirasi kuat dengan kapasitas vital kuat menurun
pada bronkitis dan asma.
g. GDA: memperkirakan progresi proses penyakit kronis. Bronkogram: dapat
menunjukkan dilatasi silindris bronkus pada inspirasi, kollaps bronkial pada
ekspirasi kuat (emfisema); pembesaran duktus mukosa yang terlihat pada
bronchitis.
h. JDL dan diferensial: hemoglobin meningkat (emfisema luas), peningkatan
eosinofil (asma).
i. Kimia darah: Alfa 1-antitripsin dilakukan untuk meyakinkan defisiensi dan
diagnosa emfisema primer.
j. Sputum: kultur untuk menentukan adanya infeksi, mengidentifikasi patogen;
pemeriksaan sitolitik untuk mengetahui keganasan atau gangguan alergi.
k. EKG: deviasi aksis kanan, peninggian gelombang P (asma berat); disritmia
atrial (bronkitis), peninggian gelombang P pada lead II, III, AVF (bronkitis,
emfisema); aksis vertikal QRS (emfisema).
l. EKG latihan, tes stres: membantu dalam mengkaji derajat disfungsi paru,
mengevaluasi keefektifan terapi bronkodilator, perencanaan/evaluasi program
latihan.
g. Penatalaksanaan
Penata laksanaan emfisema paru terbagi atas :

1. PENYULUHAN
Menerangkan pada para pasien hal-hal yang dapat memperberat penyakit, hal-hal
yang harus dihindarkan dan bagaimana cara pengobatan dengan baik.
2. PENCEGAHAN
. Rokok
Merokok harus dihentikan meskipun sukar. Penyuluhan dan usaha yang optimal harus
dilakukan
Menghindari lingkungan polusi
Sebaiknya dilakukan penyuluhan secara berkala pada pekerja pabrik, terutama pada
pabrik-pabrik yang mengeluarkan zat-zat polutan yang berbahaya terhadap saluran
nafas

Vaksin
Dianjurkan vaksinasi untuk mencegah eksaserbasi, terutama terhadap influenza dan
infeksi pneumokokus.
3. TERAPI FARMAKOLOGI
Tujuan utama adalah untuk mengurangi obstruksi jalan nafas yang masih mempunyai
komponen yang reversible meskipun sedikit. Hal ini dapat dilakukan dengan :
1. Pemberian bronkodilator
2. Pemberian kortikosteroid
3. Mengurangi sekresi mucus

Pemberian bronkodilator
a. Golongan teofilin
Biasanya diberikan dengan dosis 10-15 mg/kg BB per oral dengan
memperhatikan kadar teofilin dalam darah. Konsentrasi dalam darah yang baik
antara 10-15 mg/L
b. Golongan agonis B2
Biasanya diberikan secara aerosol/nebuliser. Efek samping utama adalah
tremor,tetapi menghilang dengan pemberian agak lama.

Pemberian kortikosteroid
Pada beberapa pasien, pemberian kortikosteroid akan berhasil mengurangi
obstruksi saluran nafas.Hinshaw dan Murry menganjurkan untuk mencoba

pemberian kortikosteroid selama 3-4 minggu. Kalau tidak ada respon baru
dihentikan.

Mengurangi sekresi mucus


Minum cukup,supaya tidak dehidrasi dan mucus lebih encer sehingga urine
tetap kuning pucat.
Ekspektoran, yang sering digunakan ialah gliseril guaiakolat, kalium yodida,
dan amonium klorida.
Nebulisasi dan humidifikasi dengan uap air menurunkan viskositas dan
mengencerkan sputum.
Mukolitik dapat digunakan asetilsistein atau bromheksin.

.
4. FISIOTERAPI DAN REHABILITASI
Tujuan fisioterapi dan rehabilitasi adalah meningkatkan kapasitas fungsional dan
kualitas hidup dan memenuhi kebutuhan pasien dari segi social, emosional dan
vokasional.
Program fisioterapi yang dilaksanakan berguna untuk :

Mengeluarkan mucus dari saluran nafas.


Memperbaiki efisiensi ventilasi.
Memperbaiki dan meningkatkan kekuatan fisis

5. PEMBERIAN O2 JANGKA PANJANG


Pemberian O2 dalam jangka panjang akan memperbaiki emfisema disertai kenaikan
toleransi latihan. Biasanya diberikan pada pasien hipoksia yang timbul pada waktu
tidur atau waktu latihan. Menurut Make, pemberian O2 selama 19 jam/hari akan
mempunyai hasil lebih baik dari pada pemberian 12 jam/hari.

g. Komplikasi
1. Sering mengalami infeksi pada saluran pernafasan
2. Daya tahan tubuh kurang sempurna
3. Tingkat kerusakan paru semakin parah
4. Proses peradangan yang kronis pada saluran nafas
5. Pneumonia
6. Atelaktasis

7. Pneumothoraks
8. Meningkatkan resiko gagal nafas pada pasien.

B.KONSEP KEPERAWATAN
1. Pemeriksaan fisik :
Inspeksi:
- Paru hiperinflasi, ekspansi dada berkurang, kesukaran inspirasi, dada berbentuk barrel chest,
dada anterior menonjol, punggung berbentuk kifosis dorsal.
Palpasi :
- Ruang antar iga melebar, taktik vocal fremitus menurun,
Perkusi :
- Terdengar hipersonor, peningkatan diameter dada anterior posterior.
Auskultasi :
- Suara napas berkurang, ronkhi bisa terdengar apabila ada dahak
Pengkajian:
1. Kaji status pernapasan.
2. Kaji adanya sianosis.
3. Kaji fremitus faktil kedua paru.
4. Lakukan pemeriksaan tanda vital lengkap.
5. Kaji adanya nyeri tekan bila napas.

6. Lakukan pemeriksaan jantung dan paru, cari kemungkinan adanya payah jantung dan
komplikasi COPD lainnya.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret
2. Pola Nafas Tidak efektifberhubungan dengan Imaturitas organ pernapasan
3. Gangguan pertukaran gasberhubungan dengan kongesti paru,hipetensi
pulmonal,penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan penurunan curah
jantung
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhberhubungan dengan intake
yang tidak adekuat
5. Intoleran aktivitas berhubungan dengankelemahan, ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen
6. Kurang Pengetahunberhubungan dengan keterbatasan kognitif

NO

DIAGNOSA

TUJUAN DAN

TUJUAN

KEPERAWATAN

KRITERIA HASIL

KEPERAWATAN (NIC)

(NOC)
1

Bersihan jalan nafas tidak efektif Respiratori status :


Definisi ; ketidak mampuan
ventilation
untuk membersihkan sekresi atau Respiratori status :
obstruksi dari saluran pernapasan
Airway patency
untuk mempertahankan bersihan Aspiration control
jalan nafas.
Kriteria hasil ;
Batasan karakteristik :
Mendemonstrasika
Dispneu, penurunan suara
n batuk efektif dan
nafas
suara nafas yang
Orthopneu
bersih, tidak ada
Cianosis
sianosis dan
Kelainan suara nafas
dyspneu (mampu
Kesulitan berbicara
mengeluarkan
Batuk, tidak efekotif atau
sputum, mampu
tidak ada
bernafas dengan
Mata melebar
mudah, tidak ada
Produksi sputum
pursed lips)
Gelisah
Menunjukkan
Perubahan frekuensi dan
jalan nafas yang
irama nafas
paten (klien tidak
merasa tercekik,
Faktor yang berhubungan ;
irama nafas,

Airway suction
Pastikan kebutuhan
oral/ tracheal
suctioning
Auskultasi suara
nafas sebelum dan
sesudah suctioning
Informasikan pada
klien dan keluarga
tentang suctioning
Minta klien nafas
dalam sebelum
suction dilakukan
Berikan O2 dengan
menggunakan nasal
untuk memfasilitasi
siksion nasotrakeal
Gunakan alat yang
steril setiap
melakukan
tindakan

Lingkungan : merokok,
menghirup asap rokok,
perokok pasif, infeksi
Fisiologis : disfungsi
neuromuskular, hiperplasia
dinding bronkus, alergi jalan
nafas, asma
Obstruksi jalan nafas :
spasme jalan nafas, sekresi
tertahan, banyaknya mukus,
adanya jalan nafas buatan,
sekresi bronkus, adanya
eksudat dialveolus, adanya
benda asing dijalan nafas

frekuensi
pernapasan dalam
rentang normal,
tidak ada suara
nafas abnormal)
Mampu
mengidentifikasi
dan mencegah
faktor yang dapat
menghambat jalan
nafas

Anjurkan pasien
untuk istrahat dan
nafas dalam setelah
kateter dikeluarkan
dari nasotrakeal
Monitor status
oksigen pasien
Ajarkan keluarga
bagaimana
melakukan suksion
Hentikan suksion
dan berikan
oksigen apabila
pasien menunjukan
bradikardi
peningkatan
saturasi O2

Airway Management
Buka jalan nafas,
gunakan teknik
chin lift atau jaw
thrust bila perlu
Posisikan pasien
untuk
memasksimalkan
ventilasi
Identifikasi pasien
perlunya
pemasangan alat
jalan nafas buatan
Pasang mayo bila
perlu
Lakukan fisioterapi
dada bila perlu
Keluarkan sekret
dengan batuk atau
suction
Auskultasi suara
nafas, catat adanya
suara nafas
tambahan
Lakukan suction

Pola Nafas Tidak efektif


Definisi : pertukaran
udara insipirasi dan /atau
ekspirasi tidak adekuat
Batasan karakteristik:
-Penurunan tekanan
inspirasi/ekspirasi
-Penurunan tekanan udara
per menit
-Menggunakan oto
pernapasan tambahan
Nasal flaring
-Dyspnea
-Orthopnea
-Perubahan
penyimpangan dada
-Nafas pendek
-Assumptin of 3-point
position
-Penapasan pursed-lip
-Tahap ekspirasi
berlangsung sangat lama
-Peningkatan diameter
anterior-posterior
-Penafasan rata-rata
minimal
*Bayi : <25 atau > 60
*Usia 1-4 :< 20 atau > 30
*Usia 5-14 : <14 atau
>25
*Usia >14 :< 11 atau >
24
-Kedalaman pernafasan
*Dewasa volume tidalnya
500 ml saat istirahat
*Bayi volume tidalnya 6-8
ml/kg
-Timing rasio

pada mayo
Berikan
bronkodilator bila
perlu
Berikan pelembab
udara kassa basah
NaCl lembab

NOC :
NIC :
*Respratory
Airway Management
status:
Buka jalan
Ventilation
nafas,gunakan teknik
*Respiratory
chin lift atau jaw
status: Airway
thrust bila perlu
Patency
Posisikan pasien untuk
*Vital Sign status
memaksimalkan
Kriteria Hasil :
ventilasi
*Mendemonstrasi Identifikasi pasien bila
kan batuk efekif
perlunya pemasangan
dan suara nafas
alat jalan nafas
bersih,yang tidak
buatan
ada sianosis dan Pasang mayo bila perlu
dyspneu (mampu Lakukan fisioterapi
mengeluarkan
dada bila perlu
sputum,mampu Keluarkan sekret
dengan batuk atau
bernafas dengan
suction
mudah,tidak ada
Auskultasi suara
pursed lips)
nafas,catat adanya
*Menunjukan
suara nafas tambahan
jalan nafas yang
paten (klien tidak Lakukan suction pada
mayo
merasa

Berikan
bronkodilator
tercekik,irama
bila perlu
nafas,frekuensi

Berikan
pelembab
pernafasan
udara kassa basah
dalam rentang
NaCl lembab
normal,tidak ada

Atur
intake cairan untuk
suara nafas
mengoptimalkan
abnormal)
keseimbangan
*Tanda tanda

Monitor
respirasi atau
vital dalam
status O2
rentang normal
Terapi Oksigen
(tekanan
Bersihkan
darah,nadi,pernaf
mulut,hidung dan
asan)
sekret trakea
Pertahankan jalan
nafas yang paten

-Penurunan kapasitas vital


Faktor yang berhubungan:
-Hiperventilasi
-Deformitas tulang
-Kelainan bentuk dinding
dada
-Penurunan
energi/kelelahan
-Perusakan/pelemahan
muskuloskeletal
-Obesitas
-Posisi tubuh
-Kelelahan otot
pernafasan
-Hipoventilasi sindrom
-Nyeri
-Kecemasan
-Disfungsi neuromuskular
-Kerusakan
persepsi/kognitif
-Perlukaan pada jaringan
syaraf tulang belakang
-Imaturitas Neurologis

Atur peralatan
oksigenasi
Monitor aliran oksigen
Pertahankan posisi
pasien
Observasi adanya
tanda tanda
hipoventilasi
Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigensi
Vital sign
monitoring
Monitor TD,nadi,suhu,
dan RR
Cata adanya fluktuasi
tekanan darah
Monitor VS saat pasien
berbaring,duduk,atau
berdiri
Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
Monitor TD
,nadi,RR,sebelum,sela
ma, dan setelah
aktifitas
Monitor kualitas dari
nadi
Monitor frekuensi dan
irama pernafasan
Monitor suara paru
Monitor suara
pernafasan abnormal
Monitor suhu,warna,dan
kelembapan kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi
yang
melebar,bradikardi,pe
ningkatan sistollik)
Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign

Gangguan pertukaran gas


Definisi:Kelebihan atau
kekurangan dalam
oksigenasi dan atau
pengeluaran
karbondioksida didalam
membran kapiler alveoli
Batasan karakteristik:
Gangguan penglihatan
Penurunan CO2
Takikardi
Hiperkapnia
Keletihan
Somnolen
Iritabilitas
Hypoxia
Kebingungan
Dyspneu
Nasal faring
AGD normal
Sianosis
Warna kulit abnormal
(pucat,kehitaman)
Hipoksemia
Hiperkarbia
Sakit kepala ketika
bangun
Frekuensi dan
kedalaman nafas
abnormal
Faktor faktor yang
berhubungan:
Ketidakseimbangan
perfusi ventilasi
Perubahan membran
kapiler-alveolar

NOC :
Respiratory
status:Gas

exchange
Respiratory
status:Ventilatio
n

Vital sign status

NIC:
Airway Management
Buka jalan
nafas,gunakan teknik
chin lift atau jaw
thrust bila perlu
Posisikan pasien untuk
memaksimalkan
ventilasi
Identifikasi pasien bila
perlunya pemasangan
alat jalan nafas
buatan
Pasang mayo bila perlu
Lakukan fisioterapi
dada bila perlu
Keluarkan sekret
dengan batuk atau
suction
Auskultasi suara
nafas,catat adanya
suara nafas tambahan
Lakukan suction pada
mayo
Berikan bronkodilator
bila perlu
Berikan pelembab
udara
Atur intake cairan untuk
mengoptimalkan
keseimbangan
Monitor respirasi atau
status O2

Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh
Defini:
Intake nutrisi tidak cukup
keperluan metabolisme
tubuh.

Batasan karakteristik:
- Berat badan 20% atau
lebih dibawah ideal
- Dilaporkan adanya
intake makanan yang
kurang dari RDA
(Recommended Daily
Allowance)
- Membran mukosa dan
konjugtiva pucat
- Kelemahan otot yang
digunakan untuk
menelan/mengunyah
- Luka, inflamasi pada
rongga mulut
- Mudah terasa
kenyang, sesaat
setelah mengunyah
makanan
- Dilaporkan adanya
perubahan sensasi
rasa
- Perasaan
ketidakmampuan
untuk mengunyah
makanan
- Miskonsepsi
- Kehilangan BB dengan
makanan cukup
- Keengganan untuk
makan
- Kram pada abdomen
- Tonus otot jelek
- Nyeri abdominalis
dengan atau tanpa
patologi
- Kurang berminat
terhadap makanan
- Pembuluh darah
kapiler mulai rapuh

NOC:
Nutritional
Status: food
and fluid
intake
Kriteria hasil:
Adanya
peningkatan
berat badan
sesuai dengan
tujuan
Berat badan
ideal sesuai
dengan tinggi
badan
Mampu
mengidentifik
asi kebutuhan
nutrisi
Tidak ada
tanda
malnutrisi
Tidak terjadi
penurunan
berat badan
yang berarti

NIC:
Nutrition
Management
Kaji adanya alergi
makanan
Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan
pasien
Anjurkan pasien
untuk meningkatkan
intake FE
Anjurkan pasien
untuk meningkatkan
protein dan vitamin
C
berikan substansi
gula
yakinkan diet yang
dimakan
mengandung tinggi
serat untuk
mencegah
konstipasi
berikan makanan
yang terpilih(sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
ajarkan pasien
bagaimana
membuat catatan
makanan harian
menghitung jumlah
nutrisi dan
kandungan jumlah
kalori
berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
NUTRISI MONITPRING
BB pasien dalam

Diare dan atau


steatorhea
Kehilangan rambut
yang cukup
banyak(rontok)
Suara usus hiperaktif
Kurangnya informasi,
misinformasi

Faktor-faktor yang
berhubungan:
Ketidakmampuan
pemasukan atau
mencerna makanan atau
mengabsorbsi zat-zat gizi
berhubungan dengan
factor biologis, psikologis,
atau ekonomi

batas normal
Monitor adanya
penurunan berat
badan
Monitor tipe dan
jumlah aktivitas
yang biasa
dilakukan
Monitor interaksi
anak atau orang tua
selama makan
Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak
selama jam makan
Monitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan
rambut kusam dan
mudah patah
Monitor mual dan
muntah
Monitor
kadarargumen, total
prptein, HB, dan
kadar HT
Monitor makanan
kesukaan
Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
Monitor pucat
kemerahan dan
kekeringan
konjugtiva
Monitor kalori dan
intake nutrisi
Catat adanya
edema, hiperemik,
hipertonikpapilalida
oral
Catat jika lidah
berwarna magenta
scarlet
Catat tingginya
suatu kemajuan .

Intoleran aktivitas b/d


kelemahan,
ketidakseimbangan suplai
dan kebutuhan oksigen
Definisi: ketidakcukupan
energi secara fisiologis
maupun psikologis untuk
meneruskan untuk
menyelesaiakan aktifitas
yang diminta atau
aktifitas sehari-hari
Batasan karakteristik:
I. Melaporkan secara
verbal adanya
kelelahan atau
kelemahan
II. Respon abnormal
dari tekanan darah
atau nadi terhadap
aktifitas
III. Perubahan EKG
yang menunjukan
aritmia atau iskemia
IV. Adanya dispneu
atau
ketidaknyamanan
saat beraktifitas
Faktor-faktor yang
berhubungan:
Tirah baring atau
imobilisasi
Kelemahan
menyeluruh
Ketidakseimbangan
antara suplai
oksigen dengan
kebutuhan
Gaya hidup yang
dipertahankan

NOC :
Energy
conservation
Activity
tolerance
Self care :
ADls
Kriteria hasil :
Berpartisipasi
dalam
aktivitas fisik
tanpa disertai
peningkatan
tekanan
darah, nadi
dan RR
Mampu
melakukan
aktivitas
sehari-hari
(ADLs) secara
mandiri

NIC :
Activity Therapy
1) Kolaborasikan
dengan tenaga
rehabilitas
medikdalam
merencanakan
program terapi yang
tepat
2) Bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktifitas yang
mampu dilakukan
3) Bantu untuk
memilih aktivitas
konsisten yang
sesuai dengan
kemampuan fisik,
psikologi dan social
4) Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan
sumber yang
diperlukan untuk
aktivitas yang
diinginkan
5) Bantu untuk
mendapatkan alat
bantuan aktivitas
seperti kursi roda
6) Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang
disukai
7) Bantu klien untuk
membuat jadwal
latihan diwaktu
luang
8) Bantu pasien atau
keluarga untuk
mengudentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
9) Sediakan penguatan
positif bagi yang
beraktivitas
10)
Bantu pasien
untuk

mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
11)
Monitor respon
fisik, emosi social
dan spiritual

Kurang Pengetahun
Definisi:
Tidak adanya atau
kurangnya informasi
kognitif sehubungan
dengan topik spesifik

NOC :
NIC :
Knowledge:disp
Teaching :Disease
process
nea process
Knowledge:healt 1. Berikan penilaian
h behavior
tentang penyakit
Kriteria Hasil:
pengetahuan pasien
Pasien dan
tentang proses
keluarga
Batasan karakterisktik:
penyakit yang spesifik
menyatakan
2.
Jelaskan patofisiologi
memverbalisasikan adnya
pemahaman
dari penyakit dan
masalah,ketidakakuratan
tentang
bagaimana hal ini
mengikuti
penyakit,kondisi,
berhubungan dengan
instruksi,perilaku tidak
prognosis dan
anatomi dan
sesuai
program
fisiologi,dengan cara
pengobatan
yang tepat
Faktor yang tidak

Pasien
dan
3.
Gambarkan tanda dan
berhubungan:
gejala yang biasa
keluarga mampu
Keterbatasan
muncul pada penyakit
melaksanakan
kognitif,interpretasi
dengan cara yang
prosedur yang
terhadap informasi yang
tepat
dijelaskan
salah,kurangnya

keinginan untuk mencari


secara benar
4.

Pasien
dan
informasi,tidak
keluarga mampu
mengetahui sumber5.
menjelaskan
sumber informasi
kembali apa
yang dijelaskan
perawat/tim
kesehatan
6.
lainnya

Gambarkan proses
penyakit dengan cara
yang tepat
Identifikasi
kemungkinan
penyebab,dengan
cara dengan cara
yang tepat
Sediakan informasi
pada pasien tentang
kondisi,dengan cara
yang tepat
7. Hindari harapan yang
kosong
8. Sediakan bagi
keluarga informasi
tentang kemajuan
dengan cara yang
tepat
9. Diskusikan perubahan
gaya hidup yang
mungkin diperlukan
untuk mencegah
komplikasi dimasa
yang akan datang
dan atau proses
pengontrolan
penyakit
10.Diskusikan pilihan
terapi atau
penanganan
11.Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan
12.Eksplorasi
kemungkinan sumber
atau
dukungan,dengan
cara yang tepat
13.Rujuk pasien pada
grup atau agensi
dikomunikasi
lokal,dengan cara
yang tepat
14.Instruksikan pasien

mengenal tanda dan


gejala untuk
melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan,dengan
cara yang tepat

EMFISEMA
A. KASUS FIKTIF
Tuan B (42 tahun) dirawat di ruang paru-paru RS Aloei Saboe dengan keluhan sesak nafas,
berkeringat dingin sejak tiga hari yang lalu. Tuan B masuk ke IGD tadi pagi dan baru
dipindahkan ke ruang perawatan 15 menit yang lalu. Hasil pemeriksaan tanda vital
menunjukkan TD: 130/80 mmHg, N: 96x/menit , R: 29x/m dan S: 36,2oC.
Hasil pengkajian lebih lanjut pada Tuan B menunjukkan bahwa:
1. Pekerjaan Tuan B adalah sebagai kuli bangunan dan kebiasannya adalah merokok
2. Tuan B mengalami penurunan berat badan sebanyak 6 kg dalam satu bulan terakhir
3. Tiga tahun yang lalu Tuan B pernah mengonsumsi obat selama 6 bulan, tapi tidak tahu
jenis dan karena penyakit apa beliau harus mengonsumsi obat tersebut. Yang dia ingat
bahwa dokter yang memeriksanya telah menyatakan bahwa dia tidak perlu melanjutkan
kembali mengonsumsi obat tersebut
4. Saat ini Tuan B tidak merasa demam dan tidak batuk serta tidak ada secret
5. Sebelum sesak, Tuan B tidak ada melakukan kegiatan yang berat
6. Sesak nafasnya saat ini terjadi tanpa diketahui penyebabnya.

B. KLASIFIKASI DATA
Data Subjektif :
Klien mengeluh sesak
Klien mengeluh kurang nafsu makan
Klien mengatakan BB turun dari berat sebelum masuk RS
Klien mengatakan tidak mengerti tentang jenis dan pengobatan tentang penyakitnya
Data Objektif :
Bentuk dada (barrel chest)
Bunyi nafas ronchi
Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi
Dyspneu/ pola napas pendek
Berat badan turun 6 kg dalam jangka waktu sebulan terakhir
Intake makanan yang kurang (2-3 porsi tidak dihabiskan setiap kali makan )
Membran mukosa dan konjungtiva pucat
Klien tidak mendapatkan informasi yang jelas berhubungan dengan penyakitnya
TTV :
TD : 130/80 mmHg
N : 96x/m
R : 28x/m

S : 36,2

Diagnosa Keperawatan
1. Pola Nafas Tidak Efektif b/d Hiperventilasi
DS :
Klien mengeluh sesak

DO :

Bentuk dada (barrel chest)


Bunyi nafas ronchi
Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi
Dyspneu/ pola napas pendek
TTV :
TD : 130/80 mmHg
N : 96x/m
R : 28x/m
S : 36,2

2. Ketidakseimbangan Nutrisi b/d Pemasukan Makanan Tidak Adekuat


DS :

Klien mengeluh kurang nafsu makan


Klien mengatakan timbul rangsangan mual ketika makan
Klien mengatakan BB turun dari berat sebelum masuk RS

DO :

Berat badan turun 6 kg dalam jangka waktu sebulan terakhir


Intake makanan yang kurang (2-3 porsi tidak dihabiskan setiap kali makan )
Membran mukosa dan konjungtiva pucat

3.Defisiensi Pengetahuan b/d Keterbatasan Kognitif


DS :

Klien mengatakan tidak mengerti tentang jenis dan pengobatan tentang penyakitnya

DO :

Klien tidak mendapatkan informasi yang jelas berhubungan dengan penyakitnya

ANALISA DATA

NO
1.

DATA

ETIOLOGI

DS :

Dinding Alveoli Rusak


Klien mengeluh sesak
Bentuk

chest)
Bunyi nafas ronchi
Penurunan
tekanan

inspirasi/ekspirasi
Dyspneu/ pola napas

dada

(barrel

pendek
TTV :
TD : 130/80 mmHg
N : 96x/m
R : 28x/m
S : 36,2

Pola
Efektif

DO :

PROBLEM

Overdistensi permanen
pada ruang udara

Difusi O2
Emfisema

Alveolar di bronkiolus
mengalami pembesaran
dan rusak

Serabut elastic paru


rusak

Tidak mampu
mengembangkan paru
secara elastis

Hipoksemia,dispneu

Pola Nafas tidak efektif

Nafas

Tidak

2.
DS :

Emfisema

Klien mengeluh kurang

nafsu makan
Klien
mengatakan
timbul

Nutrisi
Mual

rangsangan

mual ketika makan


Klien mengatakan BB
turun

Ketidakseimbangan

dari

berat

sebelum masuk RS

Nafsu makan kurang,


BB turun

DO :

Berat badan turun 6 kg


dalam

jangka

waktu

Ketidakseimbangan
Nutrisi

sebulan terakhir
Intake makanan yang
kurang (2-3 porsi tidak
dihabiskan setiap kali

makan )
Membran mukosa dan
konjungtiva pucat

3.

DS :

Emfisema
Klien

mengatakan

tidak mengerti tentang

Perubahan status

jenis dan pengobatan

kesehatan

tentang penyakitnya
DO :

Klien

tidak

mendapatkan informasi
yang jelas berhubungan

Bertanya-tanya tentang
penyakitnya
Kurang mendapat
informasi

dengan penyakitnya
Defisiensi Pengetahuan

Defisiensi Pengetahuan

NO
1.

DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Pola Nafas Tidak Efektif
b/d Hiperventilasi
Ditandai dengan :
DS :
Klien

- Status pernapasan :

mengeluh

sesak

rentang

Bentuk

(barrel chest)
t
Bunyi nafas ronchi
Penurunan tekanan

inspirasi/ekspirasi
Dyspneu/
pola

Manajemen jalan nafas

1.Posisikan pasien untuk


Tidak ada sesak
Tidak ada bunyi napas memaksimalkan
tambahan
ventilasi

Tanda-tanda vital dalam

DO :

RENCANA KEPERAWATAN
NOC
NIC

normal(tekanan

dada darah,nadi,pernafasan)

2.Pantau status
pernapasan
3.Observasi adanya
tanda-tanda
hipoventilasi.
Vital Sign Monitoring
4.Monitor frekuensi dan
irama pernapasan

napas pendek
TTV :
TD
:
130/80

5. Monitor TD, Nadi,


Suhu,RR
6. Monitor suara paru

mmHg
N : 96x/m
R : 28x/m
S : 36,2

7.Monitor TD, Nadi,


RR,Sebelum selama dan
setelah melakukan
aktivitas

2.

Ketidakseimbangan nutrisi
b/d pemasukan makanan
tidak adekuat
Ditandai dengan :

DS :

Klien
kurang

makan
Klien mengatakan
timbul rangsangan
mual ketika makan

BB sesuai dengan
tujuan
Mampu
mengidentifikasi

mengeluh
nafsu

Adanya peningkatan

kebutuhan nutrisi
Tidak ada tanda-tanda

malnutrisi
Tidak terjadi
penurunan BB yang
berarti

Nutrition Monitoring
1. Monitor adanya
penurunan BB
2. Monitor lingkungan
selama makan
3. Monitor Mual-muntah
Nutrition Management
4. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake
Fe,Protein,dan vit.c
5. Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori
6. Berikan informasi

tentang kebutuhan
nutrisi
7. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yg
dibutuhkan pasien

Klien mengatakan
BB turun dari berat
sebelum masuk RS

DO :

Berat badan turun


6 kg dalam jangka
waktu

sebulan

terakhir
Intake

makanan

yang kurang (2-3


porsi

tidak

dihabiskan

setiap

kali makan )
Membran mukosa
dan

konjungtiva

pucat

Defisiensi Pengetahuan
b/d Keterbatasan Kognitif
Ditandai dengan :
DS :

Klien mengatakan
tidak

mengerti

tentang jenis dan


pengobatan tentang
penyakitnya
DO :

Klien

tidak

mendapatkan
informasi

yang

jelas berhubungan
dengan
penyakitnya

Pasien dan keluarga


menyatakan memahami
ttg
penyakit,prognosis,dan
program pengobatan
Pasien dan keluarga
mampu melaksanakan
prosedur yang
dijelaskan secara benar
Pasien dan keluarga
mampu menjelaskan
kembali apa yang
dijelaskan perawat atau
tim kesehatan lainnya

1. Berikan penilaian
tentang tingkat
pengetahuan pasien
tentang proses penyakit
yang spesifik
2. Gambarkan tanda dan
gejala yang biasa muncul
pada penyakit, dengan
cara yang tepat
3. Identifikasi
kemungkinan penyebab,
dengan cara yang tepat
4. Sediakan informasi
pada pasien tentang
kondisi,dengan cara
yang tepat
5. Diskusikan perubahan
gaya hidup yang
mungkin diperlukan
untuk mencegah
komplikasi di masa yang

akan datang dan atau


proses pengontrolan
penyakit
6. Diskusikan pilihan
terapi atau penanganan
7. Instruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk melaporkan
pada pemberi perawatan
kesehatan dengan cara
yang tepat
Implementasi
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana
perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan
efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon
pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan
perawatan.
Pada pelaksanaan keperawatan diprioritaskan pada upaya untuk mempertahankan jalan nafas,
mempermudah pertukaran gas, meningkatkan masukan nutrisi, mencegah komplikasi,
memperlambat memperburuknya kondisi, memberikan informasi tentang proses penyakit
(Doenges Marilynn E, 2000, Remcana Asuhan Keperawatan)
Evaluasi
Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien terhadap perawatan
yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang diharapkan telah dicapai,
Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinyu, karena setiap tindakan keperawatan,
respon pasien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan
kemudian berdasarkan respon pasien, revisi, intervensi keperawatan/hasil pasien yang
mungkin diperlukan.
Pada tahap evaluasi mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan yaitu : jalan nafas efektif,
pola nafas efektif, pertukaran gas adekuat, masukan nutrisi adekuat, infeksi tidak terjadi,

intolerans aktivitas meningkat, kecemasan berkurang/hilang, klien memahami kondisi


penyakitnya. (Keliat Budi Anna, 1994, Proses Keperawatan)

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada kasus 1 penderita mengalami penyakit emfisema, merupakan suatu kelainan anatomi
paru yang ditandai oleh pelebaran rongga udara distal dari bronkiolus terminal. Sesak napas
dalam waktu lama dan tidak dapat disembuhkan dengan obat pelega yang biasa digunakan
penderita sesak napas. Nafsu makan yang menurun dan berat badan yang menurun juga biasa
dialami penderita emfisema.
Berdasarkan kasus satu, dapat kita lihat bahwa dalam melakukan studi kasus kita
membutuhkan lebih dari satu diagnosa untuk satu penyakit. Dalam membuat asuhan
keperawatan kita tidak hanya menggunakan pengkajian pola fungsional Gordon tetapi juga
menggunakan Nanda, NIC, dan NOC. Dengan kombinasi kedua cara pengkajian tersebut,
tindakan yang dilakukan untuk klien akan lebih efektif.
B. Saran
Berdasarkan kasus diatas, maka seorang perawat dianjurkan untuk biasa melakukan
pengkajian berdasarkan pola fungsional Gordon beserta pengkajian berdasarkan Nanda, NIC,
NOC. Agar tindakan yang dilakukan terhadap klien lebih efektif.

DAFTAR PUSTAKA
Somantri I. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Penerbit
Robbins, dkk. 2007. Buku Ajar Patologi. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Juall,Lynda. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Bruner & Suddarth, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol.2, Edisi 8. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai