TB PARU
A. KONSEP MEDIS
1. Pengertian
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit akibat kuman mycobacterium tubercolosis sistemis
sehingga dapat mengenai semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru paru yang biasanya
merupakan lokasi infeksi primer.
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru.
Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, terutama meningen, ginjal, tulang,
dan nodus limfe.
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru.
Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC) adalah suatu
penyakit yang disebabkan oleh infeksi kompleks mycobacterium tuberculosis.
Berdasarkan beberapa definisi mengenai tuberkulosis diatas, maka dapat dirumuskan
bahwa tuberculosis (TB) paru adalah suatu penyakit infeksius yang disebabkan kuman
Mycobacterium tuberculosis yang menyerang parenkim paru, bersifat sistemis sehingga dapat
mengenai organ tubuh lain, terutama meningen, tulang, dan nodus limfe.
2. Etiologi
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil mikrobakterium
tuberkulosis tipe humanus, sejenis kuman yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 14/mm dan tebal 0,3-0,6/mm. Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah
yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan
fisik
Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan
bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari
sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberkulosis aktif kembali. Sifat
lain kuman adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang
tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari
pada bagian lainnya, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit
tuberkulosis.
Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi penting saluran pernapasan. Basil
mikrobakterium tersebut masuk kedalam jaringan paru melalui saluran napas (droplet infection)
sampai alveoli, maka terjadilah infeksi primer (ghon) selanjutnya menyebar kekelenjar getah
bening setempat dan terbentuklah primer kompleks (ranke). keduanya dinamakan tuberkulosis
primer, yang dalam perjalanannya sebagian besar akan mengalami penyembuhan. Tuberkulosis
paru primer, peradangan terjadi sebelum tubuh mempunyai kekebalan spesifik terhadap basil
mikobakterium. Tuberkulosis yang kebanyakan didapatkan pad usia 1-3 tahun. Sedangkan yang
disebut tuberkulosis post primer (reinfection) adalah peradangan jaringan paru oleh karena
terjadi penularan ulang yang mana di dalam tubuh terbentuk kekebalan spesifik terhadap basil
tersebut.
3. Tanda Dan Gejala Penyakit TBC
1) Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan.
Biasanya batuk ringan sehingga dianggap batuk biasa atau akibat rokok. Proses yang paling
ringan ini menyebabkan sekret akan terkumpul pada waktu penderita tidur dan dikeluarkan saat
penderita bangun pagi hari.
2) Dahak
Dahak awalnya bersifat mukoid dan keluar dalam jumlah sedikit, kemudian berubah menjadi
purulen/kuning atau kuning hijau sampai purulen dan kemudian berubah menjadi kental bila
sudah terjadi perlunakan.
3) Batuk darah
Darah yang dikeluarkan penderita mungkin berupa garis atau bercak-bercak darah, gumpalangumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat banyak.
4) Nyeri dada
Nyeri dada pada tuberkulosis paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Bila nyeri bertambah
berat berarti telah terjadi pleuritis luas (nyeri dikeluhkan di daerah aksila, di ujung skapula atau
di tempat-tempat lain)
5) Wheezing
Wheezing terjadi karena penyempitan lumen endobronkus yang disebabkan oleh sekret,
bronkostenosis, peradangan, jaringan granula, ulserasi dan lain-lain (pada tuberkulosis lanjut).
6) Dispneu
Dispneu merupakan late symptom dari proses lanjut tuberkulosis paru akibat adanya restriksi dan
obstruksi saluran pernapasan serta loss of vascular bed / thrombosis yang dapat mengakibatkan
gangguan difusi, hipertensi pulmonal dan korpulmonal.
7) Panas badan
Merupakan gejala paling sering dijumpai dan paling penting sering kali panas badan sedikit
meningkat pada siang maupun sore hari.
8) Menggigil
Dapat terjadi bila panas badan naik dengan cepat, tetapi tidak diikuti pengeluaran panas dengan
kecepatan yang sama atau dapat terjadi sebagai suatu reaksi umum yang lebih hebat.
9) Keringat malam
Keringat malam bukanlah gejala yang patognomonis untuk penyakit tuberkulosis paru. Keringat
malam umumnya baru timbul bila proses telah lanjut. Nausea, takikardi dan sakit kepala timbul
bila ada panas.
10) Gangguan menstruasi
Gangguan menstruasi sering terjadi bila proses tuberkulosis paru sudah menjadi lanjut.
11) Anoreksia
Anoreksia dan penurunan berat badan merupakan manifestasi toksemia yang timbul belakangan
dan lebih sering dikeluhkan bila proses progresif.
12) Lemah badan
Gejala-gejala ini dapat disebabkan oleh kerja berlebihan, kurang tidur dan keadaan sehari-hari
yang kurang menyenangkan, karena itu harus dianalisa dengan baik dan harus lebih berhati-hati
apabila dijumpai perubahan sikap dan temperamen (misalnya penderita yang mudah
tersinggung), perhatian penderita berkurang atau menurun pada pekerjaan, anak yang tidak suka
bermain, atau penyakit yang kelihatan neurotik.
4. Patofiologi
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Kultur sputum : positif untuk mycobakterium pada tahap akhir penyakit.
b. Ziehl Neelsen : (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah) positif
untuk basil asam cepat.
c. Test kulit : (PPD, Mantoux, potongan vollmer) ; reaksi positif (area durasi 10 mm) terjadi 48
72 jam setelah injeksi intra dermal. Antigen menunjukan infeksi masa lalu dan adanya anti body
tetapi tidak secara berarti menunjukan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang secara
klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi disebabkan oleh
mycobacterium yang berbeda.
6. Komplikasi
Penyakit yang parah dapat menyebabkan sepsis yang hebat, gagal napas, dan kematian.
TB yang resistern terhadap obat dapat terjadi. Kemungkinan galut lain yang resistemn obat dapat
terjadi.
7. Penatalaksanaan
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu : Fase Intensif (2-3 bulan) dan Fase
Lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan obat tambahan.
Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, INH,
Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol. Sedangkan jenis obat tambahan adalah Kanamisin,
Kulnolon, Makvolide, dan Amoksilin ditambah dengan asam klavulanat, derivat rifampisin /
INH.
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan Tuberkulosis paru ialah sebagai
berikut :
1. Riwayat Perjalanan Penyakit
Keluhan utama : Batuk produkif dan non produktif
2. Riwayat Penyakit Sebelumnya:
4. Pola nutrisi
Subjektif : Anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan.
Objektif : Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak sub kutan.
5. Respirasi
Subjektif : Batuk produktif/non produktif sesak napas, sakit dada.
Objektif : Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau/purulent, mukoid kuning atau
bercak darah, pembengkakan kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi basah, kasar di daerah apeks
paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan pleural), sesak napas,
pengembangan pernapasan tidak simetris (effusi pleura.), perkusi pekak dan penurunan fremitus
(cairan pleural), deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik).
6. Rasa nyaman/nyeri
Subjektif : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Obiektif : Berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah, nyeri bisa timbul bila
infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul pleuritis.
7. Integritas ego
Subjektif : Faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak berdaya/tak ada harapan.
Objektif : Menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah tersinggung.
8. Pemeriksaan Diagnostik:
Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm terjadi 48-72 jam).
Poto torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas ; Pada tahap dini tampak gambaran
bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas ; Pada kavitas bayangan, berupa
cincin ; Pada kalsifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.
Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atau kerusakan paru karena TB paru.
2. DIAGNOSA KEERAWATAN
N
o
Diagnosa Keperawatan
NOC :
Setelah dilakukan
Definisi:
tindakan keperawatan
Ketidakmampuan untuk
selama 3 x 24 jam
membersihkan sekresi
ketidakefektifan
teratasi.
mempertahankan
Dispneu,Penurunan suara
nafas
Orthopneu
Cyanosis
Kelainan suara nafas
(rales, wheezing)
Kesulitan berbicara
NIC :
Airway suction
Auskultasi suara nafas sebelum
dan sesudah suctioning.
Informasikan pada klien dan
keluarga tentang suctioning
Minta klien nafas dalam
sebelum suction dilakukan.
Berikan O2 dengan
Intervensi
Hasil
Kriteria Hasil :
Mendemonstrasikan
batuk efektif dan
suara nafas yang
bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu
mampu
mengeluarkan
nasotrakeal
Gunakan alat yang steril sitiap
melakukan tindakan
Anjurkan pasien untuk istirahat
dan napas dalam setelah
kateter dikeluarkan dari
nasotrakeal
sputum, mampu
tidak ada
Mata melebar
Produksi sputum
Gelisah
Perubahan frekuensi dan
bernafas dengan
irama nafas
berhubungan:
frekuensi pernafasan
dalam rentang
berlebihan
Faktor-faktor yang
Airway Management
Buka jalan nafas, guanakan
teknik chin lift atau jaw
thrust bila perlu
Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas
buatan
Pasang mayo bila perlu
Lakukan fisioterapi dada jika
perlu
Keluarkan sekret dengan batuk
atau suctionAuskultasi suara
nafas, catat adanya suara
tambahan
Lakukan suction pada mayo
Berikan bronkodilator bila
perlu
Berikan pelembab udara Kassa
basah NaCl Lembab
Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
2
NOC :
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam
Batasan karakteristik :
ketidakefektifan
bersihan jalan napas
NIC :
Airway Management
Buka jalan nafas, guanakan
teknik chin lift atau jaw thrust
Penurunan tekanan
teratasi.
bila perlu
Posisikan pasien untuk
inspirasi/ekspirasi
Penurunan pertukaran
Kriteria Hasil :
memaksimalkan ventila
Identifikasi pasien perlunya
Mendemonstrasikan
pernafasan tambahan
Nasal flaring
Dyspnea
Orthopnea
Perubahan penyimpangan
dada
Nafas pendek
Assumption of 3-point
position
Pernafasan pursed-lip
Tahap ekspirasi
berlangsung sangat lama
Peningkatan diameter
anterior-posterior
Pernafasan ratarata/minimal
Kedalaman pernafasan
Dewasa volume tidalnya
500 ml saat istirahat
Bayi volume tidalnya 6-8
keseimbangan.
dalam rentang normal Monitor respirasi dan status O2
(tekanan darah, nadi, Terapi Oksigen
Bersihkan mulut, hidung dan
pernafasan)
secret trakea
Pertahankan jalan nafas yang
paten
ml/Kg
Penurunan kapasitas vital
Faktor yang
berhubungan :
Hiperventilasi
Deformitas tulang
Kelainan bentuk
dinding dada
Penurunan
energi/kelelahan
Perusakan/pelemahan
muskulo-skeletal
Obesitas
posisi tubuh
kelelahan otot
pernafasan
hipoventilasi sindrom
nyeri
kecemasan
disfungsi
Neuromuskuler
kerusakan
persepsi/kognitif
Perlukaan pada
jaringan syaraf tulang
belakang
maturitas Neurologis
hipoventilasi
Monitor adanya kecemasan
pasien terhadap oksigenasi
Vital sign Monitoring
Monitor TD, nadi, suhu, dan
RR
Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau berdiri
Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan setelah
aktivitas
Monitor kualitas dari nadi
Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
Monitor suara paru
Monitor pola pernapasan
abnormal
Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan
sistolik)
Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
Gangguan Pertukaran
gas
NOC :
Setelah dilakukan
NIC :
Airway Management
tindakan keperawatan
kekurangan dalam
selama 3 x 24 jam
gangguan pertukaran
pengeluaran
gas teratasi.
memaksimalkan ventilasi
Identifikasi pasien perlunya
karbondioksida di dalam
membran kapiler alveoli
Batasan karakteristik :
Gangguan
Kriteria Hasil :
Mendemonstrasikan
dan oksigenasi yang
hiperkarbia
sakit kepala ketika
sputum, mampu
bangun
frekuensi dan
bernafas dengan
pursed lips)
Tanda tanda vital
peningkatan ventilasi
adekuat
penglihatan
Memelihara
enurunan CO2
Takikardi
kebersihan paru paru
Hiperkapnia
dan bebas dari tanda
Keletihan
tanda distress
somnolen
Iritabilitas
pernafasan
Hypoxia
Mendemonstrasikan
kebingungan
batuk efektif dan
Dyspnoe
suara nafas yang
nasal faring
AGD Normal
bersih, tidak ada
sianosis
sianosis dan dyspneu
warna kulit abnormal
(mampu
(pucat, kehitaman)
mengeluarkan
Hipoksemia
kedalaman nafas
nafas buatan
Pasang mayo bila perlu
Lakukan fisioterapi dada
jika perlu
Keluarkan sekret dengan
tambahan
Lakukan suction pada
mayo
Berika bronkodilator bial
perlu
Barikan pelembab udara
Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor respirasi dan
status O2
Respiratory Monitoring
abnormal
ketidakseimbangan
perfusi ventilasi
perubahan membran
usaha respirasi
Catat pergerakan
dada,amati kesimetrisan,
penggunaan otot tambahan,
retraksi otot
supraclavicular dan
kapiler-alveolar
intercostal
Monitor suara nafas,
seperti dengkur
Monitor pola nafas :
bradipena, takipenia,
kussmaul, hiperventilasi,
paradoksis)
Auskultasi suara nafas,
catat area penurunan / tidak
adanya ventilasi dan suara
tambahan
Tentukan kebutuhan
suction dengan
mengauskultasi crakles dan
ronkhi pada jalan napas
utama
auskultasi suara paru
setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
NOC :
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam
ketidakseimbangan
keperluan metabolisme
tubuh.
kebutuhan tubuh
Batasan karakteristik :
Berat badan 20 %
Nutrition Management
makanan
Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang
teratasi.
Kriteria Hasil :
dibutuhkan pasien.
Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake Fe
Anjurkan pasien untuk
Adanya peningkatan
ideal
Dilaporkan adanya
vitamin C
Berikan substansi gula
Yakinkan diet yang
Allowance)
Membran mukosa dan
konjungtiva pucat
Kelemahan otot yang
digunakan untuk
menelan/mengunyah
Luka, inflamasi pada
rongga mulut
Mudah merasa
kenyang, sesaat
setelah mengunyah
NIC :
makanan
Dilaporkan atau fakta
adanya kekurangan
makanan
dimakan mengandung
tinggi serat untuk
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
mencegah konstipasi
Berikan makanan yang
terpilih ( sudah
dikonsultasikan dengan
ahli gizi)
Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan
harian.
Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
Dilaporkan adanya
perubahan sensasi
rasa
Perasaan
Nutrition Monitoring
BB pasien dalam batas
normal
Monitor adanya penurunan
berat badan
Monitor tipe dan jumlah
ketidakmampuan
untuk mengunyah
makanan
Miskonsepsi
Kehilangan BB
dilakukan
Monitor interaksi anak atau
cukup
Keengganan untuk
makan
Kram pada abdomen
Tonus otot jelek
Nyeri abdominal
makan
Jadwalkan pengobatan dan
dengan makanan
patologi
Kurang berminat
terhadap makanan
Pembuluh darah
steatorrhea
Kehilangan rambut
yang cukup banyak
(rontok)
Suara usus hiperaktif
Kurangnya informasi,
makan
Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan mudah
Ht
Monitor makanan kesukaan
Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
Monitor pucat, kemerahan,
misinformasi
Faktor-faktor yang
berhubungan :
patah
Monitor mual dan muntah
Monitor kadar albumin,
konjungtiva
Monitor kalori dan intake
nuntrisi
Catat adanya edema,
Ketidakmampuan
hiperemik, hipertonik
pemasukan atau
oral.
Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
berhubungan dengan
faktor biologis, psikologis
atau ekonomi.
5
NOC :
Batasan karakteristik :
Setelah dilakukan
normal
ketidakpuasan tidur
menyatakan sering
terjaga
menyatakan tidak
tindakan keperawatan
Environment management
(Manajemen lingkungan)
selama 3 x 24 jam
dapat teratasi.
berhubungan :
meningkat (7-8jam)
perasaan segar
Gangguan (batuk)
NIC :
diindikasikan
nyaman setelah
bangun tidur
pola tidur baik
kualitas tidur baik
gangguan tidur tidak
ada
Steep Enchancement
pasien
bantu untuk membuang
faktor stress sebelum tiba
waktu tidur
Instruksikan pasien
mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara
yang tepat
DAFTAR PUSTAKA
Amin muhammad, Hood Alsagaff. (1989). Pengantar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University
Press. Surabaya.
B.AC,Syaifudin, Anatomi dan fisiologi untuk perawat. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall. (1995).Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik. Edisi 6,
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Edisi. 2. Penerbit
Buku KedokteranEGC. Jakarta.
Engram Barbara. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 1. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Ganong F. William. (1998). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 17. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta.
Laboratorium Ilmu Penyakit Paru FK UNAIR. (1994). Dasar Dasar Diagnostik Fisik Paru.
Surabaya.
Marylin E doengoes. (2000). Rencana Asuhan keperawatan Pedoman untuk Perencnaan
/pendokumentasian Perawatan Pasien. Penerbit Buku Kedokteran EGC.Jakarta.
KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN Tn. A
DENGAN DIAGNOSA TB PARU
Uraian kasus
Tn A umur 35 tahun mengeluh batuk berlendir bercampur darah , keluhan tersebut di rasakan
sudah 2 bulan yang lalu , kurang nafsu makan , sering terbangun saat tidur . Dari hasil observasi
di dapat hasil : Tingkat kesadaran : kompos mentis , bunyi nafas ronchi , sputum bercampu darah
, konjungtiva anemis dan hasil TTV : TD : 110/70 mmhg , SB : 36 C , N : 92x/m , R : 20x/m
Klasifikasi Data
Data Subjektif
Klien mengeluh batuk berlendir bercampur
darah
Klien mengatakan susah tidur
Klien mengatakan sering terjaga saat tidur
Klien mengatakan kurang nafsu makan
Data Objektif
KU lemah
Bunyi nafas ronchi
Sputum bercampur darah
Frekuensi nafas 20x/m
Klien Nampak batuk berdarah
Tampak lingkaran hitam dibawah mata
Konjungtiva anemis
Frekuensi tidur kurang lebih 5-6 jam
perhari
Vital sign :
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Suhu Badan : 36 C
Nadi
: 92x/Menit
Respirasi
: 20x/Menit
Porsi makan tidak di habiskan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
Batasan karakteristik
- Dispneu penurunan suara napas
ANALISA DATA
N
O
1
DATA
ETIOLOGI
Ds :
Mycobacterium tuberculosis
-Klien mengeluh batu berlendir
bercampur darah
Inhalasi droplet
MASALAH
Bersihan jalan
napas tidak efektf
Do:
- ku lemah
Bunyi nafas ronchi
- Sputum bercampur darah
- Klien Nampak batuk
dengan lendir bercampur
darah
Ds :
- Klien mengeluh kurang
nafsu Makan
Do:
- ku lemah
Porsi makan tidak
Dihabiskan
- Berat badan
Sebelum sakit : 50 kg
Sesudah sakit : 43 kg
- klien tampak pucat
N
O
3
Peradangan bronkus
Penumpukan secret
Tidak efektif
Mycobacterium tuberculosis
Inhalasi droplet
Peradangan bronkus
Penumpukan secret
Perubahan nutrisi
kurang kurang
dari kebutuhan
tubuh
DATA
ETIOLOGI
MASALAH
Ds :
-Klien mengeluh susah tidur
-klien mengeluh sering terjaga
saat tidur
Mycobacterium tuberculosis
Inhalasi droplet
Gangguan pola
Tidur
Do :
Terdapat lingkaran hitam di
bawah mata
Pola tidur saat sakit kurang
lebih5-6 jam/hari
Pola tidur saat sehat kurang
lebih 8 jam
Peradangan bronkus
Penumpukan secret
N
o
1
Diagnosa Keperawatan
Hasil
NOC :
Setelah dilakukan
Intervensi
NIC :
1.Buka jalan nafas,
Definisi: Ketidakmampuan
tindakan keperawatan
guanakan teknik
untuk membersihkan
selama 3 x 24 jam
pengangkatan atau
ketidakefektifan
mendorong rahang
mempertahankan
teratasi.
dengan tepat.
2.Posisikan pasien
untuk
Kriteria Hasil :
memaksimalkan
ventilasi
Mendemonstrasika 3.Menghilangkan secret
Dispneu,Penurunan suara
dengan
nafas
Orthopneu
Cyanosis
Kelainan suara nafas (rales,
menyarankan batuk
wheezing)
Kesulitan berbicara
Batuk, tidak efekotif atau
tidak ada
Produksi sputum
berhubungan:
mengeluarkan
ritme,kedalaman
sputum, mampu
dan usaha
bernafas dengan
pernapasan
6.Memonitoring
atuk suction
4.menyarankan bernafas
pursed lips
Menunjukkan jalan
nafas yang paten
berlebihan
tercekik, irama
nafas, frekuensi
pernafasan dalam
pernapasan berbunyi
seperti shoring
7.Menentukan apakah
dibutuhkan suction
dengan
mengauskultasi
bunyi nafas
rentang normal,
tidak ada suara
nafas abnormal)
2
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
NOC :
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam
ketidakseimbangan
keperluan metabolisme
tubuh.
kebutuhan tubuh
Batasan karakteristik :
konjungtiva pucat
Kehilangan BB dengan
makanan cukup
Faktor-faktor yang
berhubungan :
Ketidakmampuan
pemasukan atau mencerna
makanan atau
mengabsorpsi zat-zat gizi
berhubungan dengan faktor
biologis, psikologis atau
teratasi.
Kriteria Hasil :
NIC :
1. Kaji adanya alergi
makanan
2. Menentukan
jumlah kalori dan
nutrisi yang
dibutuhkan pasien.
3. Anjurkan pasien
untuk
meningkatkan
protein dan vitamin
Adanya
peningkatan berat
C
4. Mengajarkan klien
badan sesuai
bagaimana
membuat catatan
makanan harian
5. Berikan makanan
yang terpilih
6. Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
7. Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan
nutrisi yang
dibutuhkan
ekonomi.
3
NOC :
NIC :
Batasan karakteristik :
normal
ketidakpuasan tidur
menyatakan sering
terjaga
menyatakan tidak
merasa cukup istirahat
Faktor yang
berhubungan :
Gangguan (batuk)
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam
gangguan pola tidur
dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
1. Memonitoring
jumlah dan kualitas
tidur klien
2. Menginstruksikan
klien untuk tidur
pada waktunya
3. Mengidentifikasi
penyebab
kekeraguan tidur
meningkat (7-8jam)
klien
perasaan segar
4. Mendiskusikan
nyaman setelah
bangun tidur
pola tidur baik
kualitas tidur baik
gangguan tidur
tidak ada
N
O
IMPLEMENTASI
EVALUASI
1.
S:
- Klien mengatakan batuk
2.
Posisikan pasien untuk memaksimalka
n ventilasi d/h klien bernafas dengan
3.
normal
Menghilangkan secret dengan
menyarankan batuk atau suction d/h klien
4.
5.
telah berkurang
O:
batuk
berkurang
- KU. Sedang
A:
- Ketidakefektifan bersihan
20x/menit
7.
P:
- Lanjutkan Intervensi
1. Buka jaan nafas
2. Posisi pasien
3. Menghilangkan secret
4. Bernafas pelan
5. Memonitor kecepatan
ritme
6. Memonitoring
pernapasan
7. Mengauskultasi bunyi
nafas
NO
IMPLEMENTASI
EVALUASI
1.
2.
3.
S:
O:
berkolaborasi.
A:
telah teratasi
membuatnya.
6.
7.
P:
- Pertahankan intervensi 1-7
NO
IMPLEMENTASI
1.
EVALUASI
S:
- Klien mengatakan susah
tidur kurang.
2.
Menginstruksikan klien untuk tidur pada
3.
O:
bawah mata.
sering batuk.
A:
dapat di tentukan.
7.
teratasi.
P:
- Pertahankan intervensi 1-7