Anda di halaman 1dari 19

Makalah Keperawatan Medikal Bedah

ASMA BRONCHITIS

DISUSUN OLEH :
DIV KEPERAWATAN/II A

KELOMPOK 5
KARTO WISASTRO PAKI
MEYLAN HARYANTI UTINA
LIDYA MUSTAFA
LANI WULANDARI
MADE RADIASE

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES GORONTALO


TAHUN AJARAN 2014-2015

Konsep Medik Asma Bronchial


1. Definisi
Asma

bronchial

adalah

penyakit

jalan

nafas

obstruktif

intermiten,

reversibel dimana trakea dan bronki berespon dalam secara hiperaktif


terhadap stimulus tertentu.
Berdasarkan ilmu kedokteran, penyakit asma bronkial adalah penyakit
saluran pernapasan dengan ciri-ciri saluran pernapasan tersebut akan
bersifat hipersensitif (kepekaan yang luar biasa) atau hiperaktif (bereaksi
yang berlebihan) terhadap bermacam-macam rangsangan, yang ditandai
dengan timbulnya penyempitan saluran pernapasan bagian bawah secara
luas, yang dapat berubah derajat penyempitannya menjadi normal
kembali secara spontan dengan atau tanpa pengobatan.
2. Etiolgi
a. Asma ekstrinsik/alergi
Asma yang disebabkan oleh elergan yang diketahui masanya sudah terdapat semenjak
anak-ank seperti alergi terhadap protein , serbuk sari, bulu halus, binatang, debu
b. Asma intrinsik/idiopatik
Asma yang tidak ditemukan faktor pencetus yang jelas tetapi adanya faktor-faktor non
spesific seperti : flu, latihan fisik atau emosi sering memicu serangan asma. Asma ini
sering muncul timbul sesudah usia 40 tahun setelah menderita infeksi sinus/cabang
trakeobronchial
c. Asma campuran
Asma yang terjadi/timbul karena adanya komponen ekstrinsik dan instrinsik
3. Manifestasi Klinis

Dispnea (sesak nafas), terjadi karena pelepasan histamine dan leukotrien yang menyebabkan
kontraksi otot polos sehingga saluran nafas menjadi sempit.
Batuk, adalah reaksi tubuh untuk mengeluarkan hasil dari inflamasi atau benda asing yang
masuk ke saluran nafas.
Mengi (bengek), suara nafas tambahan yang terjadi akibat penyempitan bronkus.

4. Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernapas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhiolus
terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga
terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk
membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini
menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya.
Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial
paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang
menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan
antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan
berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang
merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari
semua factor-faktor ini akan menghasilkan edema lokal pada dinding bronkhioulus kecil
maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos
bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat.
Pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada selama
inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa menekan bagian luar
bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah
akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi.
Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi
sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional
dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran

mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest. (Tanjung,
2003)
5. Klasifikasi
1. Berdasarkan episodik serangan asma dapat dibedakan :
a. Asma episodik yang jarang
Biasanya terdapat pada anak usia 3-6 tahun, serangan umumnya dicetuskan oleh infeksi
virus pada saluran nafas. Frekuensi serangan 3-4x / th. Lamanya serangan beberapa hari
dan langsung menjadi sembu. Gejala menonjol pada malam hari dapat berlangsung 3-4
hari, sedangkan batuk 10-14 hari, serangan tidak ditemukan kelainan
b. Asma eposodik sedang
2/3 golongan ini serangan pertama timbul usia sebulan sampai 3 tahun, serangan
berhubungan dengan infeksi saluran nafas akut, pada usia 5-6 tahun dapat terjadi serangan
tanpa infeksi yang jelas
c. Asma kronik/persisten
Serangan pertama terjadi pada usia 6 bulan (25%), sebelum usia 3 tahun (75%), pada 2
tahun pertama (50%) biasanya serangan episodik pada usia 5-6 tahun akan lebih jelas
terjadi obstruksi jalan nafas yang persisten dan hampir selalu terdapat wheezing setiap hari.
Pada malam hari sering terganggu oleh batuk/wheezzing dan waktu ke waktu serangan
yang berat dan sering memerlukan perawatan rumah sakit.
2. Berdasarkan Keparahan Penyakit
a. Asma intermiten
Gejala muncul < 1 kali dalam 1 minggu, eksaserbasi ringan dalam beberapa jam atau hari,
gejala asma malam hari terjadi < 2 kali dalam 1 bulan, fungsi paru normal dan
asimtomatik di antara waktu serangan, Peak Expiratory Folw (PEF) dan Forced
Expiratory Value in 1 second (PEV1) > 80%
b. Asma ringan
Gejala muncul > 1 kali dalam 1 minggu tetapi < 1 kali dalam 1 hari, eksaserbasi
mengganggu aktifitas atau tidur, gejala asma malam hari terjadi > 2 kali dalam 1 bulan,
PEF dan PEV1 > 80%

c. Asma sedang (moderate)


Gejala muncul tiap hari, eksaserbasi mengganggu aktifitas atau tidur, gejala asma malam
hari terjadi >1 kali dalam 1 minggu, menggunakan inhalasi beta 2 agonis kerja cepat
dalam keseharian, PEF dan PEV1 >60% dan < 80%
d. Asma parah (severe)
Gejala terus menerus terjadi, eksaserbasi sering terjadi, gejala asma malam hari sering
terjadi, aktifitas fisik terganggu oleh gejala asma, PEF dan PEV1 < 60%
6. Stadium
Asma dibagi menjadi 3 stadium
a. Stadium I
Waktu terjadinya edema dinding bronchus, batuk paroksisimal karena iritasi dan batuk
kaering, sputum yang kental dan mengumpul merupakan benda asing yang meransang
batuk
b. Stadium II
Sekresi broncus bertambah batuk dengan dahak jernih dan berbusa pada stadium ini
mulai terasa sesak nafas berusaha bernafas lebih dalam, ekspirasi memanjang dan
wheejzing otot nafas tambahan turut bekerja terdapat retraksi supra sternal epigastrium
c. Stadium III
Obstruksi/spasme bronchus lebih berat. Aliran darah sangat sedikit sehingga suara nafas
hampir tidak terdengar stadium ini sangat berbahaya karena sering disangka ada perbaikan
pernapasan dangkal tidak teratur dan frekuensi nafs menjadi tinggi
7. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
a. Pemeriksaan darah tepi ( sekret hidung )
b. Pemeriksaan IGE
c. Pemeriksaan rontgen thorak biasanya ujung depan kosta terangkat dan puncak dada lebar.
Pemeriksaan alergi tes untuk menentukan jenis alergen pencetus asma.

d. Pemeriksan uji faal paru dengan spirometri akan membantu menunjukkan adanya
obstruksi saluran pernafasan
e. Pada saat serangan asma kadang-kadang dilakukan tindakan pemeriksaan gas darah.

8. Penatalaksanaan
1. Pendidikan / Edukasi Kepada Penderita Dan Keluarga
Pengobatan yang efektif hanya mungkin berhasil dengan penatalaksanaan yang
komprehensif, dimana melibatkan kemampuan diagnostik dan terapi dari seorang dokter
Puskesmas di satu pihak dan adanya pengertian serta kerjasama penderita dan keluarganya
di pihak lain. Pendidikan kepada penderita dan keluarganya adalah menjadi tanggung jawab
dokter Puskesmas, sehingga dicapai hasil pengobatan yang memuaskan bagi semua pihak.
Beberapa hal yang perlu diketahui dan dikerjakan oleh penderita dan keluarganya
adalah :
a. Memahami sifat-sifat dari penyakit asma :

Bahwa penyakit asma tidak bisa sembuh secara sempurna.

Bahwa penyakit asma bisa disembuhkan tetapi pada suatu saat oleh karena
faktor tertentu bisa kambuh lagi.

Bahwa kekambuhan penyakit asma minimal bisa dijarangkan dengan


pengobatan jangka panjang secara teratur.

b. Memahami faktor yang menyebabkan serangan atau memperberat serangan,


seperti :

Inhalan : debu rumah, bulu atau serpihan kulit binatang anjing, kucing, kuda dan
spora jamur.

Ingestan : susu, telor, ikan, kacang-kacangan, dan obat-obatan tertentu.

Kontaktan : zalf kulit, logam perhiasan.

Keadaan udara : polusi, perubahan hawa mendadak, dan hawa yang lembab.

Infeksi saluran pernafasan.

Pemakaian narkoba atau napza serta merokok.

Stres psikis termasuk emosi yang berlebihan.

Stres fisik atau kelelahan.

Penderita dan keluarga sebaiknya mampu mengidentifikasi hal-hal apa saja yang memicu
dan memperberat serangan asma penderita. Perlu diingat bahwa pada beberapa pasien,
faktor di atas bersifat individual dimana antara pasien satu dan yang lainnya tidaklah sama
tetapi karena hal itu sulit untuk ditentukan secara pasti maka lebih baik untuk menghindari
faktor-faktor si atas. (Medlinux,2008)
c. Memahami faktor-faktor yang dapat mempercepat kesembuhan, membantu
perbaikan dan mengurangi serangan :

Menghindari makanan yang diketahui menjadi penyebab serangan

(bersifat individual).

Menghindari minum es atau makanan yang dicampur dengan es.

Berhenti merokok dan penggunakan narkoba atau napza.

Menghindari kontak dengan hewan diketahui menjadi penyebab serangan.

Berusaha menghindari polusi udara (memakai masker), udara dingin dan


lembab.

Berusaha menghindari kelelahan fisik dan psikis.

Segera berobat bila sakit panas (infeksi), apalagi bila disertai dengan batuk
dan pilek.

Minum obat secara teratur sesuai dengan anjuran dokter, baik obat
simptomatis maupun obat profilaksis.

Pada waktu serangan berusaha untuk makan cukup kalori dan banyak minum air
hangat guna membantu pengenceran dahak.

Manipulasi lingkungan : memakai kasur dan bantal dari busa, bertempat di


lingkungan dengan temperatur hangat.

d. Memahami kegunaan dan cara kerja dan cara pemakaian obat obatan yang
diberikan oleh dokter :

Bronkodilator : untuk mengatasi spasme bronkus.

Steroid : untuk menghilangkan atau mengurangi peradangan.

Ekspektoran : untuk mengencerkan dan mengeluarkan dahak.

Antibiotika : untuk mengatasi infeksi, bila serangan asma dipicu adanya


infeksi saluran nafas.

e. Mampu menilai kemajuan dan kemunduran dari penyakit dan hasil pengobatan.
f. Mengetahui kapan self treatment atau pengobatan mandiri harus diakhiri dan
segera mencari pertolongan dokter.
Penderita dan keluarganya juga harus mengetahui beberapa pandangan yang salah
tentang asma, seperti :
1. Bahwa asma semata-mata timbul karena alergi, kecemasan atau stres, padahal keadaan
bronkus yang hiperaktif merupakan faktor utama.
2. Tidak ada sesak bukan berarti tidak ada serangan.
3. Baru berobat atau minum obat bila sesak nafas saja dan segera berhenti minum
obat bila sesak nafas berkurang atau hilang.
9. Pencegahan
Serangan asma dapat dicegah jika faktor pemicunya diketahui dan bisa dihindari. Serangan
yang dipicu oleh olah raga bisa dihindari dengan meminum obat sebelum melakukan olah
raga

KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN Nn. G
DENGAN DIAGNOSA ASMA BRONKHIAL
Uraian Kasus
Nn. G 23 tahun dengan keluhan napasnya sesak saat beraktivitas, klien juga batuk berdahak. Dari
hasil pengkajian klien mengeluh sesak, batuk berdahak dengan dahak berwarna putih, klien
mngeluah kurang nafsu makan, mual muntah , Klien mengeluh susah tidur
Dari hasil observasi didapatkan hasil: tingkat kesadaran: kompos mentis, suara napas klien
terdengar wheezing, dan sputum berwarna putih kental.dan hasil TTV: TD = 130/70 mmHg, RR
= 36x/menit, HR = 76x/menit, suhu = 37o C.
Klasifikasi Data
Data subejektif
Klien mengeluh

napasnya

sesak

beraktivitas
Klien batuk berdahak
Klien mengeluh batuk berdahak
Klien mengeluh tidak nafsu makan
Klien mengeluh susah tidur
Klien mengeluh mual muntah
Klien sukar bergerak karena sesak nafas

Data Objektif
saat KU lemah
Kesadaran compos mentis
Klien nampak sesak,
Klien batuk berdahak, sputum warna putih
kental
Adanya suara nafas tambahan (wheezing)
Klien tidak menghabiskan makanannya
Klien tampak bingung dan gelisah
BB menurun
Konjungtivas anemis
TTV : TD : 130/70 mmHg
R : 36x/menit
Nadi : 76x/menit
SB : 37c

ANALISA DATA
Data
Ds :
- Klien mengeluh napasnya
sesak saat beraktivitas
- Klien mengeluh batuk

Etiologi
Reaksi anti gen

Masalah
Bersihan jalan nafas tidak
efektif

berdahak
Do:
- Adanya

suara

nafas

Reaksi inflamasi saluran


pernapasan.

tambahan (wheezing)
- R : 36x/menit

Radang oedema pada jalan


nafas

Sekresi meningkat

Peningkatan mucus/ secret


pada jalan nafas

Bersihan jalan nafas tidak


efektif.
DS:
- Klien mengeluh tidak nafsu
makan
- Klien mengeluh lemah
DO:
- KU lemah
- Klien tidak menghabiskan
makanannya
- BB menurun

Asma Bronkhial

Kontraksi spastis otot polos


bronkheolus.

Sukar bernafas.

Sesak nafas/dispnea, nafas


cepat dan dangkal.

Kemampuan untuk makan


menurun

Anoreksia

BB me

Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan.

Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan

DS:
- Klien sukar bergerak karena
sesak nafas
DO :
- KU lemah
- Klien tampak sesak nafas
- R : 36x/menit

Asma Bronkhial

Kontraksi
Inspirasi
Spastis
adekuat, eks
otot polos
pirasi ade
bronkheolus. kuat

Sukar ber
Udara terpe
nafas.
rangkap

Dispnea,
Kapasitas
nafas cepat
Residu dan
dan dangkal. Volume re

sidu me
Susah ber

aktivitas.
pengguna
an otot ban
tu nafas

Kelemahan

Intoleran Aktifitas

Intololeran aktivitas

Diagnosa Nanda
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan tachipnea, peningkatan produksi
2.

mukus, kekentalan sekresi dan bronchospasme.


Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d dispneu, kelemahan, anoreksia,

produksi sputum, mual/muntah


3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan batuk persisten dan ketidakseimbangan antara
suplai oksigen dengan kebutuhan tubuh.
Prioritas Masalah
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
3. Intoleran aktifitas

Diagnosa Nanda
BERSIHAN

JALAN

NOC
Tujuan dan Evaluasi
NAFAS NOC :

Definisi : Ketidakmampuan untuk

Respiratory status : ventilation


Respiratory status : Airway

membersihkan sekresi atau obstruksi

patency
Aspiration control

TIDAK EFEKTIF

dari

saluran

pernapasan

untuk

mempertahankan kebersihan jalan

Batasan Karakteristik:

Mendemonstrasikan batuk

- Dispneu, penurunan suara nafas

efektif dan suara nafas yang

-Orthopneu

bersih, tidak ada sianosis dan

- Cynosis

dyspneu (mampu mengeluarkan

Kelainan

Intervensi
NIC
Airway suction

suara

nafas

suctioning
Informasikan pada klien dan

keluarga tentang suctioning


Minta klien nafas dalam

sebelum suction dilakukan


Monitor status oksigen pasien
Gunakan alat yang steril setiap

wheezing

dengan mudah, tidak ada

- Kesulitan berbicara

pursed lips)
Menunjukan jalan nafas yang

- Batuk, tidak efektif atau tidak ada


- Mata melebar
- Produksi sputum

melakukan tindakan.

sputum, mampu bernafas

(rales,

paten (Klien tidak merasa


tercekik , irama nafas, frekuensi

Auskultasi suara nafas


sebelum dan sesudah

Kriteria hasil :

nafas.

NIC

Airway management

Posisikan pasien untuk

memaksimalkan ventilasi
Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas

- Gelisah

pernapasan dalam rentang

- Perubahan frekuensi dan irama

normal, tidak ada suara nafas

buatan.
Keluarkan secret dengan batuk

nafas

abnormal)
Mampu mengidentifikasi dan

atau suction
Atur intake untuk cairan

Faktor yang berhubungan :

- Lingkungan: merokok menghirup


asap rokok, perokok pasif- POK,

mencegah faktor yang dapat

mengoptimalkan

menghambat jalan nafas.

keseimbangan

infeksi
- Fisiologis : disfungsi
neuromuskular, hiperplasia dinding
bronkus, alergi jalan nafas, asma
- Obstruksi
jalan

jalan nafas : Spasme

nafas,

sekresi

tertahan,

banyaknya mukus, adanya jalan


nafas

buatan,

sekresi

bronkus,

adanya eksudat dialveolus, adanya


benda asing di jalan nafas
KETIDAK SEIMBANGAN
NUTRISI KURANG DARI

NOC :

Nutritional status : foof and

Nutrition Management

fluid intake
Nutritional status : nutrient

KEBUTUHAN TUBUH
Definis : Itake nutrisi tidak cukup

intake

untuk keperluan metabolisme tubuh


Batasan Karakteristik :
- Berat badan 20% atau lebih
dibawah ideal
- Dilaporkan adanya itake makanan
yang kurang dari RDA
(Recomended Daily Allowance)
- Membran mukosa dan konjungtiva

untuk menelan/mengunyah

Kaji adanya alergi makanan


Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang

Kriteria Hasil :

dibutuhkan
Yakinkan diet yang dimakan

Adanya peningkatan berat

badan sesuai dengan tujuan


Berat badan ideal sesuai

dengan tinggin badan


Mampu mengidentifikasi

kebutuhan nutrisi
Tidak ada tanda-tanda

malnutrisi
Menunjukan peningkatan

Nutrition Monitoring

fungsi pengecapan dari

pucat
- Kelemahan otot yang digunakan

NIC :

mengandung tinggi serat untuk

mencegah konstipasi
Anjurkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan

harian
Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
Monitor adanya penurunan

- dilaporkan atau fakta adanya


kekuranan makanan

menelan
Tidak terjad penurunan yang berarti

berat badan
Jadwalkan pengobatan dan
tindakan selama jam

- Dilaporkan adanya perubahan

makan

sensasi rasa
- Perasaan ketidakmampuan untuk
menguyah makanan
- Kehilangan BB dan makanan cukup
- Keenggangan untuk makan
- Kram pada abdomen
- Nyeri abdominal dengan atau tanpa
patologi
- Kurang berminat dengan makanan
- Pembulu darah kapiler mulai rapuh
- Suara usus hiperaktif
- Kurangnya informasi, misinformasi
Faktor yang berhubungan:
- Ketidak mampuan pemasukan atau
mencerna makanan atau
mengabsopsi zat-zat gizi
berhubungan dengan faktor, biologis,
psikologi, ekonomi
INTOLERAN AKTIVITAS
Definisi : Ketidakcukupan
energi fisiologis atau
psikologis untuk melanjutkan
atau menyelesaikan aktivitas

NOC :

Energy conservation
Self Care : ADL

harus dilakukan

disertai peningkatan
tekanan darah, nadi dan
RR
Mampu melalukan aktivitas

Observasi adanya
pembatasan klien dalam

Berpartisipasi dalam
aktivitas fisik tanpa

Subjektif

Energy Management

Kriteria Hasil :

sehari-hari yang ingin atau

Batasan Karakteristik :

NIC :

melakukan aktivitas
Kaji adanya factor yang

menyebabkan kelelahan
Monitor pasien akan
adanya kelelahan fisik
dan emosi secara
berlebihan

Ketidaknyamanan atau

sehari-hari (ADLs) secara

dispnea saat beraktivitas

mandiri

Monitor pola tidur dan


lamanya tidur/istirahat

Melaporkan keletihan atau

pasien

Objektif
Frekuensi jantung atau
tekanan darah tidak normal

Activity Therapy

Bantu klien untuk

sebagai respons terhadap

mengidentifikasi

aktivitas

aktivitas yang mampu

Faktor yang

dilakukan
Bantu untuk

Berhubungan :

Tirah baring dan imobilitas

mendapatkan alat

Kelemahan umum

bantuan aktivitas seperti

Ketidakseimbangan antara

kursi roda, krek


Bantu untuk

suplai dan kebutuhan oksigen


Gaya hidup kurang gerak

mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
d/h klien masih di
tempat tdr dan hanya
bisa memiringkan badan

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


N
O
1.

IMPLEMENTASI
1. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah
suctioning d/h terdengar suara nafas tambahan
ronchi dan wheezing
2. Informasikan pada klien dan keluarga tentang
suctioning d/h klien mengerti
3. Minta klien nafas dalam sebelum suction
dilakukan d/h klien melakukannya
4. Monitor status oksigen pasien d/h dilakukan
5. Gunakan alat yang steril setiap melakukan

EVALUASI
S : - Klien merasakan sesak nafas
- Klien mengatakan masih berlendir
O : - Klien nampak sesak
- Klien nampak batuk berlendir
- Terdengar ronchi dan wheezing
A: Tujuan belum tercapai

tindakan. d/h melakukan alat yang steril


6. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi d/h klien melakukan posisi yang
nyaman
7. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat
jalan nafas buatan d/h dilakukan
8. Keluarkan secret dengan batuk atau suction d/h
dilakukan

P : Lanjutkan Intervensi
1. Auskultasi suara nafas
2. Informasikan pada klien dan keluarga
tentang suctioning
3. Minta klien nafas dalam sebelum
suction dilakukan
4. Monitor status oksigen pasien
5. Gunakan alat yang steril setiap
melakukan tindakan.
6. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi
7. Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas buatan.
8. Keluarkan secret dengan batuk atau
suction
9. Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan

1. Kaji adanya alergi makanan d/h klien ada alergi


telur
2. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan

S: - Klien mengeluh tidak nafsu makan


- Klien mengeluh lemah

nutrisi yang dibutuhkan d/h klien makan


makanan yang dianjurkan
3. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi
serat untuk mencegah konstipasi d/h dilakukan
4. Anjurkan pasien bagaimana membuat catatan
makanan harian d/h klien melakukan dan hanya
5.

dapat menghabiskan 2-3 sendok


Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori

d/h dilakukann
6. Monitor adanya penurunan berat badan d/h
7.

O: - KU lemah
- Klien tidak menghabiskan makanannya
- BB menurun
A : Tujuan belum tercapai
P : Lanjutkan Intervensi
1. Kaji adanya alergi makanan
2. Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
3. Yakinkan diet yang dimakan

Klien mengalami penurunan berat badan

mengandung tinggi serat Anjurkan pasien

Jadwalkan pengobatan dan tindakan selama jam

bagaimana membuat catatan makanan

makan d/h dilakukan


4.

harian
Monitor jumlah nutrisi dan kandungan

kalori
5. Monitor adanya penurunan berat badan
6. Jadwalkan pengobatan dan tindakan
selama jam makan
3

1. Observasi adanya pembatasan klien


dalam melakukan aktivitas d/h klien
hanya bisa aktivitas di tempat tdr
2. Kaji adanya factor yang menyebabkan
kelelahan klien lelah pada saat ingin
pergi berjalan pergi ke wc
3. Monitor pasien akan adanya kelelahan
fisik dan emosi secara berlebihan d/h
dilakukan
4. Monitor pola tidur dan lamanya
tidur/istirahat pasien d/h lamanya
tidur klien hanya 2-3 jam
5. Bantu klien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan d/h
klien hanya bisa aktivitas di tempat
tidur

S :

- Klien sukar bergerak karena sesak

nafas
O : - KU lemah
- Klien tampak sesak nafas
- R : 36x/menit
A: Tujuan belum tercapai
P : Lanjutkan Intervensi
1. Observasi adanya pembatasan
klien dalam melakukan
aktivitas
2. Kaji adanya factor yang
menyebabkan kelelahan
3. Monitor pasien akan adanya
kelelahan fisik dan emosi

6. Bantu untuk mendapatkan alat


bantuan aktivitas seperti kursi roda,
krek
7. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas
yang disukai d/h klien masih di tempat
tdr dan hanya bisa memiringkan
badan

secara berlebihan
4. Monitor pola tidur dan lamanya
tidur/istirahat pasien
5. Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang
mampu dilakukan
6. Bantu untuk mendapatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi
roda, krek
7. Bantu untuk mengidentifikasi
aktivitas yang disukai

DAFTAR PUSTAKA
Bruner dan Suddarth, 2000. Buku Saku Keperawatan Medikal Bedah,
terjemahan, EGC, Jakarta.\
Andra and Yessie, 2013. KMB 1 (Keperawatan Dewasa). Bengkulu : Nurha
Medika
http://www.slideshare.net/septianraha/asma-bronchial

Anda mungkin juga menyukai