Anda di halaman 1dari 4

Kepemimpinan Otokratis: Definisi, Karakteristik,

Contoh, Pro, Kontra


Apa itu: Kepemimpinan otokratis (autocratic leadership) adalah gaya kepemimpinan di
mana pengambilan keputusan terkonsentrasi pada pemimpin. Pemimpin lebih suka
membuat keputusan dan menyelesaikan masalah sendiri dengan sedikit masukan dari
bawahan. Gaya kepemimpinan ini melibatkan kontrol mutlak dan otoriter atas suatu
kelompok.

Karakteristik kepemimpinan otokratis


Ciri-ciri yang melekat pada gaya kepemimpinan otokratis adalah:

Pertama, otoritas berada di tangan satu orang (pemimpin). Pemimpin membuat hampir
semua keputusan, termasuk tentang tujuan, tugas, proyek, dan proses kerja. Mereka
mendikte semua metode dan proses kerja ke bawahan dan tidak mempercayakan
keputusan penting kepada bawahan.

Kedua, pekerjaan cenderung sangat terstruktur dan sangat kaku. Hampir mustahil untuk
memunculkan kreativitas dan pemikiran out-of-the-box. Itu menghambat inovasi. Kontrol
absolut menghalangi kemampuan bawahan untuk berkreasi.

Ketiga, pemimpin menerapkan kontrol otoriter dan mengawasi bawahan mereka dengan
ketat. Untuk menjalankan organisasi, mereka membuat aturan ketat di mana bawahan
harus mematuhinya. Mereka mengkomunikasikan dengan jelas aturan tersebut sehingga
bawahan memahami dan menjalankannya tanpa pertanyaan.
Karakteristik lain dari kepemimpinan otokratis adalah:
 Para pemimpin memandang kepentingan bawahan kurang penting daripada 
organisasi
 Pemimpin menempatkan tuntutan tinggi pada bawahan mereka
 Pemimpin tidak meminta atau menerima masukan dari bawahan untuk
pengambilan keputusan
 Pemberdayaan anggota kelompok adalah rendah

Contoh pemimpin otokratis


Para pemimpin mungkin dapat menunjukkan lebih dari satu gaya kepemimpinan. Mereka
mengadopsi gaya kepemimpinan berbeda, tergantung pada situasi. Namun, pakar
melihat, meski memiliki beberapa karakter, pemimpin memiliki satu atau dua gaya
dominan yang terlihat hampir sepanjang waktu.

Berikut adalah beberapa contoh pemimpin otokratis dalam sejarah:


 Adolf Hitler
 Attila the Hun
 Genghis Khan, Raja Henry III
 Napoleon Bonaparte
 Ratu Elizabeth I

Di bisnis, beberapa contoh yang mengadopsi gaya otokratis adalah:


 Martha Stewart
 Donald Trump
 Leona Helmsley
 Michael Bloomberg
 Henry Ford
 Gordon Ramsey
 John D. Rockefeller

Pro dan kontra kepemimpinan otokratis


Seperti gaya kepemimpinan lainnya, gaya kepemimpinan otokratis juga memiliki beberapa
kelebihan dan kelemahan. Meskipun dianggap suka memerintah dan diktator, gaya ini
dapat memiliki manfaat dan efektif, tergantung pada situasi, jenis tugas yang dikerjakan
kelompok, dan karakteristik anggota tim.
Keuntungan kepemimpinan otokratis

Beberapa kelebihan kepemimpinan otokratis adalah:


Pertama, pemimpin membawa visi dan arah organisasi. Mereka mengambil inisiatif dan
membangun visi dan arahan yang jelas tentang kesuksesan di masa depan. Mereka
kemudian mengembangkan seperangkat cara untuk mencapainya dan menyuruh
bawahan untuk melaksanakannya.

Kedua, pengambilan keputusan lebih cepat. Itu menjadi menjadi penting karena bisnis
dan persaingan semakin dinamis. Pemimpin meluangkan lebih sedikit waktu untuk
mencoba mempengaruhi orang lain. Sehingga, mereka menggunakan lebih banyak waktu
untuk memikirkan dan membuat keputusan penting.

Ketiga, bawahan dapat fokus untuk bekerja dengan baik sesuai arahan. Karena
pemimpin menentukan tugas, standar kerja dan tenggat waktu, bawahan hanya tinggal
menjalankannya saja.

Keempat, komunikasi lebih langsung. Pemimpin otokratis memberikan semua informasi


yang diperlukan kepada bawahan untuk melaksanakan tugas. Itu menyederhanakan jalur
komunikasi. 

Kelima, produktivitas meningkat. Konsep spesialisasi seringkali membutuhkan pemimpin


yang otokratis. Mereka memetakan dan memilah proses kerja menjadi beberapa bagian
dan menetapkan tugas, target dan tenggat waktu untuk masing-masing bawahan.

Kerugian kepemimpinan otokratis


Gaya kepemimpinan ini menerima banyak kritik karena beberapa alasan:
Pertama, pemimpin bertindak sebagai diktator. Mereka menggunakan cara otoriter untuk
membujuk dan mengancam bawahan untuk melakukan tugas.

Kedua, pemimpin otokratis melumpuhkan serta menghambat pemberdayaan. Mereka


seringkali mengabaikan kebutuhan bawahan. Situasi ini menciptakan tekanan yang besar
dan meningkatkan stress di antara bawahan.

Ketiga, pemimpin otokratis membuat keputusan tanpa berkonsultasi dengan anggota


kelompok. Mereka hanya menganggap bawahan sebagai mesin penyuplai informasi
untuk pengambilan keputusan mereka.
Keempat, kepemimpinan otokratis juga mengakibatkan kurangnya solusi kreatif untuk
masalah. Bawahan tidak dapat menyumbangkan gagasan dan inisiatif. Itu pada akhirnya
memberi sedikit ruang untuk inovasi. Sebagai hasilnya, lingkungan semacam itu
merugikan kinerja kelompok secara keseluruhan.

Kelima, tingkat turnover tinggi. Stres dan tekanan tinggi berdampak negatif pada moral
karyawan. Mereka memilih untuk mencari alternatif pekerjaan yang lebih baik.

Keenam, organisasi menjadi sangat tergantung pada pemimpin. Jika pemimpin tidak
memiliki kompetensi untuk menuju kesuksesan, organisasi akan menuju kehancuran.
Sebaliknya, jika pemimpin kompeten, adil dan inovatif, organisasi akan berjalan dengan
lancar. Selanjutnya, ketergantungan semacam itu menjadi bencana, misalnya, jika
pemimpin yang sukses meninggalkan perusahaan atau meninggal.

Mengapa kepemimpinan otokratis buruk dan tidak lazim sekarang


Dalam dunia yang modern seperti sekarang ini, kepemimpinan otokratis kurang lazim
dibandignkan dengan masa lalu dan tidak disukai karena beberapa alasan. Sekarang,
bawahan lebih berpendidikan dan berketerampilan. Sehingga, ketika lingkungan tidak
memungkinkan untuk mengeksplorasi kemampuan terbaik mereka, mereka lebih
cenderung untuk beralih ke tempat lain.
Selain itu, pertumbuhan industri berbasis pengetahuan juga mendorong pengambilan
keputusan di semua tingkatan. Mentoring sebagai gaya kepemimpinan semakin populer di
kalangan milenium, yang mana umumnya tidak menyukai otoriter.

Kapan kepemimpinan otokratis terbaik digunakan


Pertama, ketika situasi membutuhkan pemimpin yang berani dan bersedia membuat
keputusan yang sulit dan tidak populer. Situasi semacam itu membutuhkan banyak
keputusan otonom, sebagaimana Abraham Lincoln buat Perang Saudara di Amerika
Serikat.

Kedua, pemimpin otokratis efektif ketika ada banyak tekanan terlibat. Dalam situasi yang
sangat menegangkan, seperti selama perang, anggota kelompok mungkin lebih suka
gaya otokratis.

Ketiga, gaya kepemimpinan otokratis cocok ketika sebagian besar staf adalah kurang
berpengalaman dan berketerampilan. Pemimpin membagikan berbagai tugas untuk
diselesaikan.

Sehingga, anggota kelompok dapat fokus melakukan tugas-tugas tertentu tanpa khawatir
membuat keputusan yang rumit. Mereka menjadi sangat terampil dalam melakukan tugas-
tugas tertentu, yang pada akhirnya bermanfaat bagi keberhasilan seluruh kelompok.

Jenis pekerjaan seperti konstruksi dan manufaktur seringkali memanfaatkan gaya


otokratis. Dalam situasi ini, pimpinan memastikan bahwa setiap orang memiliki tugas yang
jelas, tenggat waktu, dan aturan yang harus diikuti. Gaya otokratis memastikan bahwa
proyek-proyek selesai tepat waktu. Para pekerja juga mengikuti aturan keselamatan untuk
mencegah kecelakaan dan cedera.

Keempat, kepemimpinan otokratis cocok untuk lingkungan kerja yang membutuhkan


akurasi tinggi dan kesalahan sedikit. Dengan menerapkan aturan dan kontrol yang ketat,
pemimpin memastikan karyawan bekerja sesuai standar dan tanpa kesalahan.
Selain manufaktur, gaya kepemimpinan ini juga cocok di industri seperti rumah sakit dan
penerbangan di mana melibatkan keputusan hidup dan mati. Begitu juga, di industri
restoran, pelanggan mengharapkan layanan yang konsisten. Dan, gaya kepemimpinan
otokratis cocok untuk memenuhi ekspektasi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai