Anda di halaman 1dari 6

Filsafat Sinisme Oleh Filsuf Antisthenes Dan Hubungangan Dengan Kehidupan Umat

Manusia Yang Hedonisme

Mercrys Ko’si Pongda’ka’


2020207950
mercryskosipongdaka@gmail.com

Abstrak
Hidup tidak terlepas dari keinginan duniawi. Sebagai manusia yang norman dan
memiliki daya tarik pada sesuatu tidak dapat dipungkiri bahwa kita akan juga memiliki
rasa ingin memiliki sesuatu yang kita anggap berkesan dalam diri kita. Namun disaat
kita memiliki sikap ingin memiliki sesuatu, perlulah juga kita melihat hal-hal itu, apakah
bermanfaat ataukah hanya untuk pajangan saja. Sikap Hidup Kaum Sinisme adalah
gambaran hidup yang bermakna dimana kekayaan dan kepentingan duniawi bukanlah
hal yang membuat hidup manusia akan selalunya bahagia. Melainkan, bagaimana cara
hidup mensyukuri dan merasa cukup dengan yang dimiliki. Hidup Hedonisme hanya
akan memberikan dampak buruk bagi kehidupan manusia, maka dari itu perlu ada rasa
berkecukupan.

Kata Kunci : Filsafat, Sinisme, Filsuf Antisthenes, Hedonisme

Pendahuluan
Sinisme adalah sebuah aliran Filsafat yang dikembangkan oleh Filsuf yang
bernama Antisthenes salah satu murid dari Socrates. Antisthenes ini tinggal di dalam
tong, meskipun demikian dia sangat merasa senang dan nyaman. Dimana bahwa dalam
dunia ini sebenarnya banyak sekali hal-hal tidak kita perlukan dan butuhkan. Kaum
Sinisme ini memiliki semboyang yang berbunyi “ betapa banyak benda yang tidak
kuperlukan”. Di sini sudah tergambar mengenai semboyan ini. Tidak selamanya yang
membuat manusia itu bahagia karena karena ia segala sesuatu, melainkan darai cara
mereka bersyukur akan akan yang mereka miliki. Semua orang berhak untuk bahagia,
bahkan ketika tidak memiliki banyak harta benda.
Kaum sinis menekankan bahwa kebahagiaan sejati tidak terdapat dalam kelebihan
lahiriah seperti kemewahan materi; kekuasaan politik, kesehatan yang baik.
Kebahagiaan sejati terletak pada ketidak tergantungan pada segala yang acak dan
mengambang. Kebahagiaan sejati dapat diperoleh setiap orang. Kaum sinis yang paling
terkenal adalah Diogenes murid Anthistenes yang hidup dalam sebuah tong. Dia juga
merupakan sahabat dari Alexander Agung.1

Sangat jelas bahwa kaum sinisme ini adalah kaum sederhana, karna bagi mereka
semakin banyak yang kita miliki maka akan semakin banyak penderitaan yang kita akan
hadapi. Di saat semua orang orang berusaha untuk memiliki banyak harta, tahta, dan
kekayaan untuk memenuhi semua yang di butuhkan hal ini tidak terlalu penting bagi
kaum sinisme.

Apabila kita melihat kedalam kehidupan umat manusia sekarang ini, kemungkinan
besar banyak yang tidak akan setuju dengan pendapat Sinisme ini. Di mana dalam
kehidupan umat manusia yang di kejar adalah kebahagian lahiriah seperti kekuasaan,
kekayaan dan kemewahan. Siapakah yang tidak membutuhkan kemewahan?
kemungkinan semua akan menjawab bahwa manusia membutuhkan hal-hal tersebut.
Anmun pertanyaan bahwa apakah semua yang dibuthkan oleh manusia sangat
bermanfaat dalam kehidupan mereka atau tidak.

Metode

Dalam artikel ini penulis menggunakan metode Literatur dengan identifikasi


sumber-sumber baik dari buku ataupun jurnal. Literatur yang digunakan merupakan
yang relevan dengan judul mengenai Sinisme dan gaya hidup Hedonisme baik dari segi
materi seperti buku, jurnal, dan Alkitab ataupun yang benar nyata terjadi didalam
masyarakat. Selain dari itu perlunya juga ada refleksi singkat dari segi Teologisnya.

Pembahasan
Konon suatu hari Socrates sedang berdiri menatap sebuah kedai yang menjual
segala macam benda akhirnya dia berkata, “betapa banyak benda yang tidak

1
Jostein Gaarder, Dunia Sophie: Sebuah Novel Filsafat, hal. 213.
kuperlukan!”. Pernyataan ini merupakan motto aliran filsafat sinis yang didirikan oleh
Antithenes di Athena sekitar 400 SM. Antistenes pernah menjadi murid Socrates dan
sangat tertarik pada kesederhanaannya.
Kamus Besar Bahasa Indonesia mengenal Sinisme sebagai pandangan atau
pernyataan sikap yang mengejek atau memandang rendah. Namun dalam aliran filsafat,
Sinisme merupakan madzhab/aliran filsafat Yunani yang tidak mempunyai cita-cita dan
selalu menganggap orang lain lebih buruk.2 Tidak dapat dipungkiri bahwa banyak hal
yang ditawarkan dan dijual, akan tetapi tidak menjadi hal yang kita butuhkan. Kaum
Sinis beranggapan bahwa didalam kehidupan ini mereka berkecukupan dengan yang
mereka punya tanpa melihat dan mengikuti gengsi seperti orang lain.
Dalam dunia sekarang ini semakin banyak hal yang ditawarkan dan diberikan
kepada manusia. Baik dari segi kebutuhan primer, sekunder,dan tersier. Dan akan
semakin banyak juga yang ingin memilikinya. Tinggal bagaimana kita merespon hal
demikian. Hal yang sangat sulit di hilangkan di dalam diri manusia yaitu rasa ingin
memiliki. Inilah yang terkadang mengakibatkan manusia sulit atau bahkan tidak bisa
menolak hal-hal baru yang ditawarkan atau sedang viral. Semisalnya ada Handphone
keluaran baru bahkan yang sampai puluhan juta seseorang sanggup membeli hal ini.
Bahkan hanya karena sikap hedonisme ( kesenangan dan kenikmatan adalah hal yang
penting ) dalam kehidupan nyata banyak orang-orang yang melakukan hal-hal yang
kurang sehat dan baik yang terpenting bagi mereka hanyalah kebutuhan mereka
terpenuhi, tanpa melihat kerugian yang akan mereka terima.
Di sisi lain memang, tidak selamanya pemahaman kaum sinisme harus kita
lakukan. Akan tetapi disisi lain, dari kaum inilah kita di beri pemahaman bahwa didalam
kehidupan ini rasa berkecukupan dan bersyukur dengan yang dimiliki adalah kunci
hidup bahagia. Tidak selamanya jika seseorang memiliki banyak uang, banyak harta
kehidupannya akan selalu bahagia. Setiap orang berhak bahagia dengan cara mereka
sendiri. Baik ketika dalam kekurangan ataupun dalam kelebihan.
Pemahaman utama Sinisme beranggapan bahwa Sinisme mempunyai tujuan
hidup kebaikan dan kebijaksanaan. Sinisme merupakan jalan hidup yang akan klaim
filsafat tidak memisahkan filsafat dan jalan hidup. Klaim filsafat didasarkan pada ciri
yang diterima secara praktis oleh semua filsafat kuno, yaitu hidup sesuai dengan alam.
Diogenes memberikan tafsir “primitif kaku” karena ia tetap memilih binatang, manusia

2
KBBI
primitif, kaum barbar yang tidak beradab (yang belum terkontaminasi oleh peradaban),
dan dewa-dewa sebagai standar moral. Mereka mewakili jalan hidup sinisme pada abad
emas. Sinisme mengklaim bahwa dengan kemandirian, kebebasan, hidup tanpa nafsu,
dan menggambarkan cara hidupnya sebagai sederhana sebab semua itu bersifat alami.
Dalam pengertiannya yang paling ekstrem, “mudah” karena sepenuhnya antiintelektual,
dan “sulit” karena tuntunan fisiknya banyak.3
Memang dalam dunia sekarang ini sangat sulit untuk mengikuti pemahaman
kaum Sinisme ini, dimana pengajaran mengenai kesederhanaan. Namun dalam dunia
saat ini, ada banyak sekali sesuatu yang telah dibuat dan tawarkan ke masyarakat dan
hal ini di terima baik didalam masyarakat dan tidak dapat dielakkan bahwa hal-hal yang
ditawarkan kepada masyarakat menjadi penggerak didalam kehidupan.
Banyak manusia yang membeli sesuatu namun bukan sesuatu yang dibutuhkan
melainkan hanya untuk memenuhi gengsi saja. Tidak selamanya yangdiingkan oleh
mnausia sesuatu yang mereka butuhkan. Sebagai contoh ketika pakaian dengan brand
yang terkenal mengeluarkan sesuatu yang baru banyak orang yang berbondong-
bondung untuk memilikinya padahal dirumah masih ada pakaian yang kemungkinan
besar belum pernah digunakan, pakaian sampai 1-2 lemari/ orang. Gaya hidup
hedonisme adalah salah satu masalah yang cukup besar dalam diri seseorang, ketika
nafsu untuk memiliki sesuatu tidak bisa dikontrol maka akan membuat seseorang
serakah untuk memiliki segala sesuatunya. Apasih yang dalam zaman sekarang ini yang
tidak bisa dibeli ketika memiliki uang yang banyak, bahkan keadilan bisa dibeli dan
dibungkum asalkan keuangan aman dan demi nama baik. Gengsikan yang diutamakan.
Hidup dengan kesenangan pribadi sendiri adalah hal nomor satu didalam diri manusia.
Melihat kedalam sisi teologi, refleksi teologi yang dapat diambil bahwa tidak
salah digunakan sebagian dari pemahaman Kaum Sinisme ini, dimana manusia
dianjurkan bahkan diperintahkna untuk tidak serakah dalam kehidupan dan bisa
melawan hawa nafsu mereka. Alkitab memberikan gambaran bahwa manusia harus
hidup berkecukupan dengan dibarengi ucapan terimakasih. Jangan hanya karena gengsi
semata kita tidak dapat melawan nafsu memiliki sesuatu. Dalam beberapa Kitab di
refleksi teologi mengenai hidup sederhana ( Mis. Fil. 4:12 ; 1 Tim. 2:9; Tit. 2:2 ). Sangat
jelas bagi kita umat percaya bahwa kita harus bisa hidup sederhana dan dapat
mensyukuri hal-hal yang bisa dimiliki dan dipunyai. Akar sekagala kejahatan karena

3
Safawardi Yusro,dkk. Cara Kerja Ilmu-Ilmu.
cinta Uang. selain refleksi mengenai kesederhanaan ayat ini juga menjelaskan bahwa
manusia tidak akan pernah puas dengan apa dimiliki maka dari itu mereka akan
menghalalkan segala cara agar mereka bisa memenuhi keinginan hati mereka.

Kesimpulan
Semboyan kaum Sinisme yang berargumen bahwa “ternyata banyak hal yang
tidak aku perlukan” merupakan ajakan bagi kita untuk hidup sesuai dengan apa yang
kita punya dan dengan apa yang kita butuhkan. Jangan sampai karena ingin dipandang
tinggi atau karena gengsi kita hidup Hedonisme. Banyak hal yang sebenarnya tidak kita
butuhkan akan tetapi kita tidak bisa melawan nafsu duniawi kita. Baik tahta, harta, dan
untuk dihormati kita melakukan hal-hal yang berlebihan. Meskipun tidak dipungkiri
bahwa manusia saat ini hidup dalam zaman serba ada,serba instan, dan mudah, akan
tetapi harus diingat bahwa tidak seharusnya kita hidup terlalu berlebihan. Terlalu
berlebihan dalam hal keinginan memiliki sesuatu yang sebenarnta tidak terlalu kita
buthkan. Mensyukuri dan berterima kasih dengan apa yang kita punyai saya rasa dapat
meredam sedikit rasa ingin memiliki sesuatu yang tidak perlu-perlu amat dalam
kehidupan manusia.
Daftar Pustaka
Alkitab

KBBI

Gaarder Jostein. Dunia Sophie: Sebuah Novel Filsafat

Yusro Safawardi,dkk. 2018. Cara Kerja Ilmu-Ilmu. Perguruan Tinggi Ilmu Al-Quran.: 101-105.

Heru Agus. 2018. GAYA BAHASA SINDIRAN IRONI, SINISME DAN SARKASME DALAM BERITA

UTAMA HARIAN KOMPAS. Jurnal Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Volume 8

(2): 44-45.

Anda mungkin juga menyukai