Anda di halaman 1dari 14

TEORI ETIKA KEPERAWATAN HEDONISME

Fadlilah Nur Annisa


201510300511005
Mata Kuliah Etika Keperawatan

D-3 Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Pemanfaatan Plastik Sebagai Barang Berguna ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Aini Alifatin selaku dosen mata kuliah
Etika Keperawatan UMM yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Etika kita sebagai calon Perawat, terutama kepada pasien di
rumah sakit. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya Makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.

Malang, 3 Oktober 2015

Penyusun

Fadlilah Nur Annisa


Bab I

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Hedonisme muncul pada awal sejarah filsafat sekitar tahun 433 SM. Hedonisme
ingin menjawab pertanyaan filsafat "apa yang menjadi hal terbaik bagi manusia?" Hal ini
diawali dengan Sokrates yang menanyakan tentang apa yang sebenarnya menjadi tujuan
akhir manusia. Lalu Aristippos dari Kyrene (433-355 SM) menjawab bahwa yang
menjadi hal terbaik bagi manusia adalah kesenangan. Aristippos memaparkan bahwa
manusia sejak masa kecilnya selalu mencari kesenangan dan bila tidak mencapainya,
manusia itu akan mencari sesuatu yang lain lagi. Pandangan tentang 'kesenangan'
(hedonisme) ini kemudian dilanjutkan seorang filsuf Yunani lain bernama Epikuros (341-
270 SM). Menurutnya, tindakan manusia yang mencari kesenangan adalah kodrat
alamiah. Meskipun demikian, hedonisme Epikurean lebih luas karena tidak hanya
mencakup kesenangan badani saja --seperti Kaum Aristippos--, melainkan kesenangan
rohani juga, seperti terbebasnya jiwa dari keresahan.
Disinyalir Hedonisme telah erat merekat dalam hidup kita.Kelekatan itu berupa
seringnya kita terjebak dalam pola hidup Hedonis.Pola hidup seperti ini mudah kita
jumpai dalam kehidupan kita sehari-hari.Dimana orientasi hidup selalu diarahkan pada
kenikmatan, kesenangan atau menghindari perasaan-perasaan tidak enak.
Manusiawi memang tatkala manusia hidup untuk mencari kesenangan, karena sifat dasar
manusia adalah ingin selalu bermain ( homo ludens-makhluk bermain ) dan bermain
adalah hal hakiki yang senantiasa dilakukan untuk memperoleh kesenangan. Akan tetapi
bukan berarti kita bisa dengan bebas dan brutal mendapatkan kesenangan, hingga
menghalalkan berbagai cara demi memperoleh kesenangan.Sikap menghalalkan segala
cara untuk memperoleh kesenangan telah banyak menghinggapi pola hidup para remaja
saat ini.Sebagai contohnya,remaja yang suka ML ( making love-bercinta ) atas dasar
senang-senang saja. Ternyata luar biasa infiltrasi budaya liberal sehingga berhasil
mencengkram norma-norma kesusilaan manusia. Tidak salah lagi ini suatu propaganda
yang sukses mengakar dalam jiwa-jiwa pemuja hedonisme. Namun ironisnya, mereka
para pemuja kesenangan dunia semata, tak menyadari bahwa hal yang dilakukannya
adalah perilaku hedon.
Contoh yang kita hadapi saat ini misalnya, segala media informasi dari berbagai
penjuru berusaha terus menginvasi diri kita melalui life style. Gaya hidup yang terus
disajikan bagaikan fast food melalui media televisi. Gambaran yang ada seperti mimpi
tentang kehidupan orang miskin yang tiba-tiba kaya layaknya dalam telenovela. Sinetron
cinta yang terus mengguyur dan memprovokasi kita untuk merealisasikan cinta lewat
bercinta membuat kita gila dan terbuai kehidupan duniawi. Cerita sinetron yang kian jauh
dari realita ternyata telah menyihir para pemirsa. Dengan setengah sadar para penikmat
sinema telah tergiring untuk meniru dan menjadikannya paradigma baru dalam menikmati
hidup di masa muda.
Para remaja berlomba-lomba mengaktualisasikan dirinya untuk menjadi apa yang
diinginkannya.Berbagai upaya dilakukan agar apa yang diinginkannya dapat
tercapai.Segala daya dan upaya dilakukan untuk mencapai kenikmatan hidup, salah satu
caranya dengan mencari popularitas. Menjadi orang yang terkenal dan diidolakan bak
selebritis. Media-media instan pun berduyun-duyun menghadirkan reality show untuk
menjadi bintang,banyak contoh AFI,KDI,Indonesian Idol,dll. Sebuah infiltrasi budaya
yang terjun ke tengah-tengah masyarakat terutama dunia remaja yang menawarkan gaya
hidup yang tak jauh dari konsep hedonisme. Pada kenyataannya pola kehidupan yang
disajikan adalah hidup yang menyenangkan secara individual. Inilah yang senantiasa
didorong oleh hedonisme, sebuah konsep yang memandang bahwa tingkah laku manusia
adalah mencari kesenangan dalam hidup.
Ketika Hedonisme sudah menjadi pegangan hidup para muda mudi banyak nilai-
nilai luhur kemanusiaan para remaja luntur,bahkan hilang.Kepekaan sosial mereka
terancam tergusur manakala mereka selalu mempertimbangkan untung rugi dalam
bersosialisasi.Masyarakat terlihat seperti mumi hidup yang tak berguna bagi mereka.Dan
mereka seolah menjadi penjaga kerajaan kenikmatan yang tak seorangpun boleh
mengendus apalagi mencicipinya.Orang lain hanya boleh melongo melihat kemapanan
mereka.Sungguh mereka menjadi sangat tidak peduli.Akibatnya ketika ada orang yang
membutuhkan uluran tangan,mereka menyembunyikan diri dan enggan berkorban.

B. Rumusan Masalah

1. Apa hedonisme itu?


2. Bagaimana hedonisme di kalangan Remaja?
3. Hedonisme di kalangan Remaja dalam ilmu sosial

C. Tujuan
1. Mengetahui apakah Hedonisme itu
2. Mengetahui bagaimanakah hedonisme di kalangan Remaja
3. Mengetahui hedonisme di kalangan remaja dalam ilmu sosial
BAB II

Pembahasan Masalah

A. Pengertian
1. Hedonisme
Hedonisme adalah paham sebuah aliran filsafat dari Yunani. Tujuan paham aliran
ini, untuk menghindari kesengsaraan dan menikmati kebahagiaan sebanyak mungkin
dalam kehidupan di dunia. Kala itu, hedonisme masih mempunyai arti positif. Dalam
perkembangannya, penganut paham ini mencari kebahagiaan berefek panjang tanpa
disertai penderitaan. Mereka menjalani berbagai praktik asketis, seperti puasa, hidup
miskin, bahkan menjadi pertapa agar mendapat kebahagiaan sejati.
Namun waktu kekaisaran Romawi menguasai seluruh Eropa dan Afrika, paham
ini mengalami pergeseran ke arah negatif dalam semboyan baru hedonisme.
Semboyan baru itu, carpe diem (raihlah kenikmatan sebanyak mungkin selagi kamu
hidup), menjiwai tiap hembusan napas aliran tersebut. Kebahagiaan dipahami sebagai
kenikmatan belaka tanpa mempunyai arti mendalam.
Kedangkalan makna mulai terasa. Pemahaman negatif melekat dan pemahaman
positif menghilang dalam hedonisme. Karena pemahaman hedonis yang lebih
mengedepankan kebahagiaan diganti dengan mengutamakan kenikmatan.Pengertian
kenikmatan berbeda dari kebahagiaan. Kenikmatan cenderung lebih bersifat duniawi
daripada rohani. Kenikmatan hanya mengejar hal-hal yang bersifat sementara. Masa
depan tidak lagi terpikirkan.Saat paling utama dan berarti adalah saat ini. Bukan masa
depan atau masa lalu. Hidup adalah suatu kesempatan yang datangnya hanya sekali.
Karena itu, isilah dengan kenikmatan tanpa memikirkan efek jangka panjang yang
akan diakibatkan.Bila terlampau memikirkan baik buruknya hidup, akan sia-sia
karena setiap kesempatan yang ada akan terlewatkan. Demikian pemikiran hedonis
negatif yang berkembang saat ini.Pemikiran itu agaknya sangat cocok dengan gaya
hidup masyarakat modern. Individualitas dan nafsu untuk meraih kenikmatan sangat
kental mewarnai kehidupan kita. Hedonisme menurut Pospoprodijo (1999:60)
kesenangan atau (kenikmatan) adalah tujuan akhir hidup dan yang baik yang tertinggi.
Namun, kaum hedonis memiliki kata kesenangan menjadi kebahagiaan. Kemudian
Jeremy Bentham dalam Pospoprodijo (1999:61) mengatakan bahwasanya kesenangan
dan kesedihan itu adalah satu-satunya motif yang memerintah manusia, dan beliau
mengatakan juga bahwa kesenangan dan kesedihan seseorang adalah tergantung
kepada kebahagiaan dan kemakmuran pada umumnya dari seluruh masyarakat.
Adapun hedonisme menurut Burhanuddin (1997:81) adalah sesuatu itu
dianggap baik, sesuai dengan kesenangan yang didatangkannya. Disini jelas bahwa
sesuatu yang hanya mendatangkan kesusahan, penderitaan dan tidak menyenangkan,
dengan sendirinya dinilai tidak baik. Orang-orang yang mengatakan ini, dengan
sendirinya, menganggap atau menjadikan kesenangan itu sebagai tujuan hidupnya.
Menurut Aristoteles dalam Russell (2004:243) kenikmatan berbeda dengan
kebahagiaan, sebab tak mungkin ada kebahagiaan tanpa kenikmatan. Yang
mengatakan tiga pandangan tentang kenikmatan: (1) bahwa semua kenikmatan tidak
baik; (2) bahwa beberapa kenikmatan baik, namun sebagian besar buruk; (3) bahwa
kenikmatan baik, namun bukan yang terbaik. Aristoteles menolak pendapat yang
pertama dengan alasan bahwa penderitaan sudah pasti buruk, sehingga kenikmatan
tentunya baik. Dengan tepat ia katakan bahwa tak masuk akal jika dikatakan bahwa
manusia bisa bahagia dalam penderitaan: nasib baik yang sifatnya lahiriyah, sampai
taraf tertentu, perlu bagi terwujudnya kebahagiaan. Ia pun menyangkal pandangan
bahwa semua kenikmatan bersifat jasmaniah; segala sesuatu mengandung unsur
rohani, dan kesenangan mengandung sekian kemungkinan untuk mencapai
kenikmatan yang senantiasa kenikmatan yang tinggal dan sederhana. Selanjutnya ia
katakan kenikmatan buruk akan tetapi itu bukanlah kenikmatan yang dirasakan oleh
orang-orang yang baik, mungkin saja kenikmatan berbeda-beda jenisnya dan
kenikmatan baik atau buruk tergantung pada apakah kenikmatan itu berkaitan dengan
aktivitas yang baik atau buruk.
Menurut Epihurus dalam Russell (2004: 372) untuk menjaga ketentraman
batin, ia menganggap kenikmatan sebagai yang baik, dan tetap memegang teguh,
dengan konsistensi yang luar biasa, terhadap segala konsekuensi dari pandangan ini.
Kenikmatan adalah awal dan akhir hidup yang penuh berkah. Epihurus tidak
sependapat dengan para hedonis pendahulunya dalam membedakan antara
kenikmatan aktif dan pasif, atau kenikmatan dinamis atau statis. Kenikmatan dinamis
terdapat dalam tercapinya tujuan yang diinginkan, keingginan sebelumnya itu disertai
pendidikan. Kenikmatan statis terdapat dalam keadaan ekuilibrium, yang tercipta dari
adanya semacam keadaan yang diinginkan jika keadaan itu tidak terjadi. Saya kira
kita bisa mengatakan perumusan rasa lapar, ketika upaya untuk memuaskan itu masih
berlangsung merupakan kenikmatan dinamis, namun keadaan senang yang lantas
timbul ketika rasa lapar itu telah sepenuhnya terpuaskan adalah kenikmatan status.
Dalam kedua hal ini Epihurus lebih bijaksana jika mengejar jenis kedua, sebab lebih
murni, dan tidak tergantung pada adanya penderitaan. sebagai perangsang munculnya
keinginan. Ia mengatakan juga bahwa kenikmatan sosial yang paling aman adalah
persahabatan, karena beranggapan bahwa semua manusia senantiasa hanya mengejar
kenikmatannya sendiri, kadang dengan cara yan bijaksana, kadang secara tak
bijaksana.
Menurut Cicerno dalam Russell (2004:335) ia berpendapat bahwa
persahabatan tak dapat dipisahkan dari kenikmatan, dan oleh sebab itu harus
dikembangkan, kerena tanpa hal tersebut kita tidak dapat hidup dalam keamanan dan
terjauhkan dari kecemasan, tak pula bisa merasakan kenikmatan.
Sedangkan menurut Broke dalam Russell (2004 : 842) menyakini bahwa
kesenangan adalah sesuatu yang baik, dan ini merupakan pandangan yang diterima
luas dikalangan empiris disepanjang abad 18 dan 19. Namun pandangan ini
bertentangan dengan Isobbes dalam Russell (2004 : 842) mengagungkan kekuasaan.
Sebaliknya Spinoza dalam Russell (2004 : 842) pada titik tertentu sependapat dengan
Isobbes, adapun pandangan pertama berasal dari Isobbes, sedangkan yang kedua
kebaikan terdapat kemanunggalan mistis dengan Tuhan.
Menurut John Stuart Mill dalam bukunya, Utiliarianism menawarkan argumen
yang sedemikian menyesatkan sehingga sulit dipahami mengapa ia mengira argumen
tersebut salah. Ia berkata: Kesenangan adalah satu-satunya hal yang patut dihasrati
(desired); karenanya kesenangan adalah satu-satunya hal yang paling terhasrati
(desirable). Ia berargumen bahwa satu-satunya benda yang dapat terlihat (visible)
adalah benda yang dilihat, satu-satunya benda yang dapat terdengar adalah benda
yang didengar. Ia tidak memperhatikan bahwa suatu benda dapat dilihat, jika benda
itu patut terhasrati dan benda itu seharusnya dihasrati. Jadi disini jelas bahwa patut
terhasrati merupakan syarat dari dihasrati.
Honis O. Kallsoff dalam Soerjono Soemardjo (1996 : 359) manusia dalam
kenyataannya mencari kenikmatan (hedonisme psikologis) dengan prinsip yang
mengatakan bahwa mausia seharusnya mencari kenikmatan (hedonisme etis). Disini
jelas bahwa hedonisme ialah perbuatan yang diantara segenap perbuatan yang dapat
dilakukan oleh seseorang akan membawa orang tersebut merasakan kebahagiaan yang
sebesar-besarnya.
Karakteristik Hedonisme
Karakteristik hedonisme adalah kebendaan dengan ukuran fisik harta, atau apa
saja yang tampak, yang dapat dinilai dengan uang. Jadi disini orang yang sudah
senang karena harta bendanya yang banyak, sudah sama artinya dengan orang yang
bahagia atau dengan kata lain : Bahagia = Kesenangan.

Disini hedonisme dalam pelaksanaannya mempunyai karakteristik:


1. Hedonisme Egoistis
Yaitu hedonisme yang bertujuan untuk mendapatkan kesenangan semaksimal
mungkin. Kesenangan yang dimaksud ialah dapat dinikmati dengan waktu yang lama
dan mendalam.
Contohnya: makan-makanan yang enak-enak, jumlah dan jenisnya banyak, disediakan
waktu yang cukup lama untuk menikmati semuanya, seperti pada perjamuan makan
ala Romawi. Bila perut sudah penuh, maka disediakan sebuah alat untuk menggitit
kerongkongan, dengan demikian isi perut dapat dimuntahkan keluar, kemudian dapat
diisi kembali jenis makanan yang lain, sampai puas.
2. Hedonisme Universal
Yaitu suatu aliran hedonisme yang mirip dengan ulitarisanisme = kesenangan
maksimal bagi semua, bagi banyak orang.
Contohnya: bila berdansa, haruslah berdansa bersama-sama, waktunya
semalam suntuk, tidak boleh ada seorang pun yang absen, ataupun kesenangan-
kesenangan lainnya yang dapat dinikmati bersama oleh semua orang.
Sebenarnya tidak bisa disangkal lagi bahwa hedonisme banyak jenisnya,
secara garis besarnya kesenangan dapat dibagi atas dua golongan:
1. Kesenangan Fisik
Yang pokok disini ialah kesenangan yang dapat dirasakan dinikmati oleh
batang tubuh/raga. Sumber dan jenisnya dari makan minum, yang menerima
kesenangan itu dari tenggorokkan sampai keperut. Hasil kesenangan itu biasa dinilai
dengan sebutan nikmat, enak, sedap, nyaman, delicious, dan sebagainya.
Bila sumbernya hubungan badani (coitus), maka yang menerima kesenangan itu
adalah alat kelamin, seluruh badan jasmani, dimana hasil kesenangan itu dinilai
dengan sebutan: nikmat, enak, sedap dan sebagainya.
Bila sumbernya sebagai hasil kerja, misalnya pekerjaan tangan, atau sesuatu
yang menggunakan tenaga seperti pekerjaan di pelabuhan, di kebun, di pertambangan,
dan sebagainya, maka kesenangan itu dinilai dengan sebutan: memuaskan, beres,
selesai, upahnya pantas dan sebagainya.
2. Kesenangan Psychis/Rohani
Bila sumbernya itu sebagai hasil seni, apakah bentuknya itu berupa puisi atau
prosa, lukisan atau patung, atau serangkaian lagu-lagu merdu/musik, maka hasil
kesenangan itu dinilai dengan sebutan: menarik, hebat, indah, memuaskan
mengasikkan, dan sebagainya. Penilaian ini diberikan oleh rasa, emosi, dan getaran
jiwa.
Bila sumbernya itu berasal dari hasil pikir, yang merasakan kesenangan itu
adalah otak, pikir, dimana hasil kesenangan itu dinilai dengan sebutan: ilmiah,
merangsang otak, hebat, pemikiran yang mendalam, intellegensi yang tinggi,
mengagumkan dan sebagainya.
Bila sumbernya adalah kepercayaan yang menikmati kesenangan itu adalah
jiwa, perasaan, rohani, hati, dimana kesenangan itu dinilai dengan sebutan:
menentramkan jiwa, meresapkan rasa iman, rasa takwa, syahdu, suci, yakin dan
sebagainya.
Karakteristik menurut Pospoprodijo (1999:71) Kesenangan yang dimaksud
adalah kesenangan untuk hidup saja, yakni kesenangan yang kita dapat dengan
perantara kemampuan-kemampuan kita dari subyek-subyek yang mengelilingi kita
didunia ini.

3. Hedonisme di kalangan remaja


“Virus”hedon tidak hanya menyerang orang dewasa yang sudah bekerja.Dari
anak hingga orang tua tak luput dari ancaman virus ini.Anak punya kecenderungan
hedonistis.Akibat kodrat biologis dan belum jalanya daya penalaran, anak harus
bergantung pada ibu atau orang lain.Minum dibuatkan,makan disuapin,jalan jauh
merengek minta gendong.Ia menggantungkan hidupnya pada orang lain karena
memang ia belum sanggup mengerjakan sendiri.Ia hanya ingin nyaman dan
nikmat.Hedonis?Ya,tapi lebih tepat disebut hedonis secara biologis.Bersama dengan
berjalanya waktu dan proses sosialisasi,ia akan mulai punya kesadaran dan
kemampuan menentukan pilihan.Nah,kalau ia sudah sampai pada taraf kesadaran
seperti itu namun tetap bersikap”kebayi-bayian”seperti tadi,barulah ia disebut
hedonis.
Generasi yang paling tidak aman terhadap sebutan hedonis adalah
remaja.Paham ini mulai merasuki kehidupan remaja. Remaja sangat antusias terhadap
adanya hal yang baru. Gaya hidup hedonis sangat menarik bagi mereka. Daya
pikatnya sangat luar biasa, sehingga dalam waktu singkat munculah fenomena baru
akibat paham ini.Fenomena yang muncul, ada kecenderungan untuk lebih memilih
hidup enak, mewah, dan serbakecukupan tanpa harus bekerja keras. Titel "remaja
yang gaul dan funky " baru melekat bila mampu memenuhi standar tren saat ini.Yaitu
minimal harus mempunyai handphone, lalu baju serta dandanan yang selalu
mengikuti mode. Beruntung bagi mereka yang termasuk dalam golongan berduit,
sehingga dapat memenuhi semua tuntutan kriteria tersebut.Akan tetapi bagi yang
tidak mampu dan ingin cepat seperti itu, pasti jalan pintaslah yang akan diambil.
Tidaklah mengherankan, jika saat ini muncul fenomena baru yang muncul di sekitar
kehidupan kampus..Misalnya adanya "ayam kampus" ( suatu pelacuran terselubung
yang dilakukan oknum mahasiswi ), karena profesi ini dianggap paling enak dan
gampang menghasilkan uang untuk memenuhi syarat remaja gaul dan funky.
Hidup adalah kesempatan untuk bersenang-senang bagi mereka. Masa bodoh
dengan kuliah, yang pentinghave fun tiap hari. Hal ini bisa dianggap sebagai efek
fenomena free sex yang melanda kehidupan kaum muda sekarang.Sudah tentu, jika
anggapan tentang seks bebas diterapkan ke tengah-tengah pergaulan remaja, pastilah
tidak etis. Sebab, bangsa kita menganut adat-istiadat timur yang menganggap seks
sebagai hal yang sakral.Kemudian contoh kasus lain lagi, yaitu praktik jual beli nilai
di kampus yang sekarang sedang merebak. Jika dilihat lebih jauh, ternyata itu juga
dampak dari gaya hidup hedonis yang melahirkan adanya mentalitas instan.
Segalanya bisa diperoleh dengan uang dan kekuasaan. Bila demikian, otomatis
semua urusan beres. Akhirnya, semboyan non scholae sed vitae discimus (belajar
untuk bekal dalam menjalani kehidupan) pudar dan menghilang.Karena yang
diutamakan bukan proses melainkan hasil. Jika bisa memperoleh hasil dengan cara
simpel walaupun salah, mengapa tidak dilakukan? Untuk apa kita harus melalui
proses panjang dengan pengorbanan, kalau hasilnya sama.
Tak terasa, tapi efeknya tak terduga, paham hedonisme terus berlangsung dan
merasuk ke dalam benak masyarakat kita tanpa ada tindakan pencegahan. Salah satu
contoh kasusnya adalah acara-acara hedonisme yang berkedok mencari bibit-bibit
penyanyi berbakat.Acara ini sangant diminati terutama para remaja.Bila dilihat secara
jeli ternyata acara tersebut menawarkan gaya hidup yang tidak jauh dari konsep
Hedonisme. Acara ini tentunya membutuhkan biaya yang banyak untuk memfasilitasi
para kontestannya, tapi bila melihat keadaan bangsa kita yang sedang morat-marit
ekonominya, dapat disimpulkan ada dua kondisi yang kontradiksi, disatu sisi lain
keadaan perekonomian bangsa sedang krisis tapi acara menghambur-hamburkan uang
semakin marak. Aneh memang, banyak warga Indonesia yang miskin, tidak punya
rumah, gedung sekolah yang hampir roboh, tunjangan pegawai yang kecil, dan jumlah
pegangguran yang membludak, tapi hal ini tidak membuat para peserta acara yang
sebagian besar adalah remaja tersebut prihatin atau menangis tersedu-sedu, mereka
malah sedih dan mengeluarkan air mata bila rekan seperjuangannya
tereleminasi.Nampak jelas sikap egoisme dan sikap mengejar kesenangan pribadi
mereka. Ini adalah bukti hedonisme yang banyak menjadi impian anak-anak muda di
negeri Seribu satu masalah ini.

B. Hedonisme di kalangan remaja dalam ilmu sosial.


Hedonisme terjadi karena adanya perubahan perilaku pada masyarakat yang
hanya menghendaki kesenangan.Perilaku tersebut lama kelamaan mengakar dalam
kehidupan masyarakat termasuk para remaja yang pada akhirnya menjadi seperti
sebuah budaya bagi mereka tingkat pengetahuan dan pendidikan juga sangat
berpengaruh pada pembentukan sikap mental para remaja.Tapi sayangnya kadang
semua hal itu terkalahkan dengan rendahnya cara berfikir mereka dalam menyikapi
berbagai persoalan.Banyak diantara para remaja yang melarikan diri dari masalah
dengan berhura-hura.Kebiasaan seperti inilah yang kemudian menjadi kebudayaan di
kalangan remaja.
Dalam identifikasi mentalitas budaya yang dikemukakan Sorokin, sikap
hedonisme yang telah menjadi budaya hedon di kalangan remaja dimasukkan dalam
kebudayaan indrawi.Yaitu kebudayaan indrawi pasif dan kebudayaan indrawi sinis.
1. Kebudayaan indrawi pasif yang meliputi hasrat menikmati kesenangan
indrawi setinggi-tingginya (“eksplorasi parasit” ,dengan motto makan
minum dan kawinlah sebab besuk kita akan mati).Pola pikir seperti itulah
yang mengajak para remaja hanya bersenang-senang selagi ada
kesempatan,seakan-akan hidup hanya”mampir”karena itulah mereka hanya
mengejar kesenangan,padahal masih banyak hal yang bernilai dalam hidup
ini selain makan minum dan bersenang-senang saja.
2. Kebudayaan indrawi sinis,yang mengejar tujuan jasmaniah dengan
mencari pembenaran rasionalisasi ideasional ( yang sebenarnya tidak
diterimanya ).Banyak hal yang dilakukan para remaja untuk mencapai apa
yang diinginkannya,missal : seorang remaja putri ingin mempunyai
telepon genggam model terbaru tapi karena dia tidak mempunyai uang
maka dia rela menjual dirinya agar memperoleh uang.Remaja tersebut
membenarkan tindakannya karena dengan cara itu dia memperoleh apa
yang diinginkannya. Hedonisme dikalangan remaja apabila ditinjau dari
ilmu sosial akan lebih mudah dipahami
3. Sejarah
Hedonisme adalah paham sebuah aliran filsafat dari Yunani..Asumsi awal
dari faham ini adalah manusia selalu mengejar kesenangan hidupnya, baik
jasmani atau rohani. Pencetus faham ini Aristipos dan Epikuros.Tujuan
paham aliran ini, untuk menghindari kesengsaraan dan menikmati
kebahagiaan sebanyak mungkin dalam kehidupan di dunia. Mereka
melihat bahwa manusia melakukan setiap aktivitas pasti untuk mencari
kesenangan dalam hidupnya. Dua filosof ini menganut aliran yang
berbeda. Bila Aris lebih menekankan kepada kesenangan badani atau jasad
seperti makan, minum, dll, Epikuros lebih menekankan kepada
kesenangan rohani seperti bebas dari rasa takut, bahagia, tenang batin dll.
Namun, kedua-duanya berpendapat sama yaitu kesenangan yang diraih
adalah kesenangan yang bersifat privat atau pribadi (egoisme) tapi
diperlukan juga aspek lain yaitu pengendalian diri.
Kala itu, hedonisme masih mempunyai arti positif. Dalam perkembangannya,
penganut paham ini mencari kebahagiaan berefek panjang tanpa disertai penderitaan.
Mereka menjalani berbagai praktik asketis, seperti puasa, hidup miskin, bahkan
menjadi pertapa agar mendapat kebahagiaan sejati.
Namun waktu kekaisaran Romawi menguasai seluruh Eropa dan Afrika,
paham ini mengalami pergeseran ke arah negatif dalam semboyan baru hedonisme.
Semboyan baru itu, carpe diem (raihlah kenikmatan sebanyak mungkin selagi kamu
hidup), menjiwai tiap embusan napas aliran tersebut. Kebahagiaan dipahami sebagai
kenikmatan belaka tanpa mempunyai arti mendalam.
Kedangkalan makna mulai terasa. Pemahaman negatif melekat dan
pemahaman positif menghilang dalam hedonisme. Karena pemahaman hedonis yang
lebih mengedepankan kebahagiaan diganti dengan mengutamakan kenikmatan.

Ekonomi
Jaman semakin berkembang begitu juga dengan kebutuhan semakin lama
semakin bertambah.Begitu juga dengan kebutuhan para remaja,makin lama makin
bervariasi kebutuhan mereka.Untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan mereka harus
ada yang namanya uang.Bagi yang orang tuanya tergolong berduit tentu bukan hal
yang sulit jika mereka ingin bersenang-senang dan memenuhi apa yang mereka
inginkan,misalnya beli baju,HP,perhiasan dan lain-lain.Tapi bagi mereka yang
tergolong orang tuanya tidak mampu tentu akan mengalami kesulitan untuk
memenuhi apa yang mereka inginkan seperti bersenang-senang dan berhura-
hura.Karena itulah bagi mereka yang sulit dalam hal keuangan akan mengambil jalan
pintas,misalnya menjual diri dan mencuri.

3.Geografi
Hedonisme pada remaja bisa terjadi di mana saja,baik di kota maupun di
desa.Karena Hedonisme dapat menjangkiti remaja berdasarkan pada sikap yang
dimunculkan remaja tersebut.Misal ada remaja yang malas belajar tapi dia ingin
memperoleh nilai yang baik dengan mencontek.Itu merupakan salah satu contoh kecil
dari sikap Hedonisme.Kalau dilihat secara umum,memang hedonisme pada remaja
banyak ditemukan di perkotaan karena di kotalah tersedia berbagai fasilitas yang bisa
memenuhi apa yang para remaja inginkan.

4.Budaya
Budaya Liberal telah mulai berkembang dikalangan remaja,sikap hedonismepun
mengakar dalam jiwa para remaja.Budaya hedonisme muncul dari proses pengaruh
sosial yang diturunkan dari generasi ke generasi sebagai warisan sosial yang ditiru
sebagai hasil dari proses pengaruh sosial.Warisan sosial tersebut terus berkembang
mengikuti perkembangan sosial.

5.Sosial
Pola interaksi dalam masyarakat beraneka ragam.Di kalangan remaja kaum
hedonis sering dijumpai.Interaksi antar remaja terkotak-kotak pada status sosial yang
biasa dilihat dari penampilan fisik.Semakin”wah”penampilan mereka,maka semakin
menunjukkan tingkat status sosial yang lebih tinggi.Karena itulah agar dipandang
memiliki status sosial yang tinggi mereka berlomba-lomba menjadi yang
paling”wah”.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Hedonisme di kalangan remaja telah berkembang pesat mengikuti
perkembangan jaman pola pikir yang hanya mementingkan kesenangan saja membuat
para remaja terbuai dalam sebuah kehidupan yang kadang tidak realistis.Yang penting
senang,senang dan senang.Tak mau bersakit-sekit dulu,inginya senang-senang
selalu,itulah moto yang banyak dipakai para remaja untuk menikmati hidup ini.
Setiap manusia pasti ingin merasakan kenikmatan dan kesenangan, apalagi
para remaja.Tapi sayangnya untuk memperoleh kenikmatan dan kesenangan tersebut
banyak remaja yang menghalalkan segala cara.Apapun mereka lakukan,agar apa yang
mereka inginkan dapat mereka peroleh tanpa peduli dengan resikonya.
Hedonisme berkembang pada kalangan remaja banyak dipengaruhi oleh faktor
lingkungan.Di mana mereka meniru gaya hidup orang terkenal bahkan ingin juga
terkenal.Berbagai macam reality show menawarkan pada para remaja untuk mencapai
popularitas dengan cara instant.
Perdebatan tentang hedonisme memang terus berlangsung.Selalu ada pertanyaan
tentang kebenaran dan kebaikan hedonisme.Menurut hedonisme psikologis,tidak
dapat disangkal bahwa manusia selalu tertarik oleh perasaan nikmat,sekaligus secara
otomatis condong menghindari perasaan-perasaan tidak enak.Manusia berusaha keras
untuk mencapai tujuannya.Keberhasilan mencapai tujuan inilah yang kemudian
membuatnya nikmat atau puas.Sementara itu berkenaan dengan hedonisme etis ada
dua gagasan yang patut diperhatikan.Pertama,kebahagiaan tidak sama dengan jumlah
perasaan nikmat.Nikmat selalu berkaitan langsung dengan sebuah pengalaman ketika
sebuah kecondongan terpenuhi,begitu pengalaman itu selesai,nikmatpun
habis.Sementara itu,kebahagiaan menyangkut sebuah kesadaran rasa puas dan
gembira yang berdasarkan pada keadaan kita sendiri,dan tidak terikat pada
pengalaman-pengalaman tertentu.Dengan kata lain,kebahagiaan dapat dicapai tanpa
suatu pengalaman nikmat tertentu.Sebaliknya,pengalaman menikmati belum tentu
membuat bahagia.Kedua,jika kita hanya mengejar nikmat saja,kita tidak akan
memperoleh nilai dan pengalaman yang paling mendalam dan dapat
membahagiakan.Sebab,pengalaman ini hanya akan menunjukan nilainya jika
diperjuangkan dengan pengorbanan.Misanya;dalam persahabatan dan cinta.Kita tidak
akan sanggup menggoreskan kesan mendalam dalam persahabatan dan cinta jika
pertimbangan yang mendasari hanya karena ketampanan,kecantikan,kekayaan atau
penampilan fisik lainya.Hasilnya adalah sesuatu yang kering,yang hanya berasa ketika
bahagia,namun hambar ketika susah.

Saran
Untuk membentengi diri dari hedonisme yang hanya menawarkan kenikmatan
sesaat,harus dimulai dari diri sendiri dan juga dukungan orang lain.Untuk para orang
tua hendaknya meningkatkan control pada anak-anak.Tanamkan nilai moral yang
nantinya berguna bagi mereka.Misal tanamkan sikap hidup hemat,arahkan mereka
pada pergaulan yang baik,dan didik mereka untuk mandiri.Sedangkan bagi para
remaja,berpikirlah dulu sebelum bertindak jangan hanya mengejar kesenangan
saja.Masa depan masih panjang,masih banyak hal yang berguna yang dapat mereka
lakukan tanpa harus hura-hura dan foya-foya.

Anda mungkin juga menyukai