D-3 Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Pemanfaatan Plastik Sebagai Barang Berguna ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Aini Alifatin selaku dosen mata kuliah
Etika Keperawatan UMM yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Etika kita sebagai calon Perawat, terutama kepada pasien di
rumah sakit. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya Makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.
Penyusun
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Hedonisme muncul pada awal sejarah filsafat sekitar tahun 433 SM. Hedonisme
ingin menjawab pertanyaan filsafat "apa yang menjadi hal terbaik bagi manusia?" Hal ini
diawali dengan Sokrates yang menanyakan tentang apa yang sebenarnya menjadi tujuan
akhir manusia. Lalu Aristippos dari Kyrene (433-355 SM) menjawab bahwa yang
menjadi hal terbaik bagi manusia adalah kesenangan. Aristippos memaparkan bahwa
manusia sejak masa kecilnya selalu mencari kesenangan dan bila tidak mencapainya,
manusia itu akan mencari sesuatu yang lain lagi. Pandangan tentang 'kesenangan'
(hedonisme) ini kemudian dilanjutkan seorang filsuf Yunani lain bernama Epikuros (341-
270 SM). Menurutnya, tindakan manusia yang mencari kesenangan adalah kodrat
alamiah. Meskipun demikian, hedonisme Epikurean lebih luas karena tidak hanya
mencakup kesenangan badani saja --seperti Kaum Aristippos--, melainkan kesenangan
rohani juga, seperti terbebasnya jiwa dari keresahan.
Disinyalir Hedonisme telah erat merekat dalam hidup kita.Kelekatan itu berupa
seringnya kita terjebak dalam pola hidup Hedonis.Pola hidup seperti ini mudah kita
jumpai dalam kehidupan kita sehari-hari.Dimana orientasi hidup selalu diarahkan pada
kenikmatan, kesenangan atau menghindari perasaan-perasaan tidak enak.
Manusiawi memang tatkala manusia hidup untuk mencari kesenangan, karena sifat dasar
manusia adalah ingin selalu bermain ( homo ludens-makhluk bermain ) dan bermain
adalah hal hakiki yang senantiasa dilakukan untuk memperoleh kesenangan. Akan tetapi
bukan berarti kita bisa dengan bebas dan brutal mendapatkan kesenangan, hingga
menghalalkan berbagai cara demi memperoleh kesenangan.Sikap menghalalkan segala
cara untuk memperoleh kesenangan telah banyak menghinggapi pola hidup para remaja
saat ini.Sebagai contohnya,remaja yang suka ML ( making love-bercinta ) atas dasar
senang-senang saja. Ternyata luar biasa infiltrasi budaya liberal sehingga berhasil
mencengkram norma-norma kesusilaan manusia. Tidak salah lagi ini suatu propaganda
yang sukses mengakar dalam jiwa-jiwa pemuja hedonisme. Namun ironisnya, mereka
para pemuja kesenangan dunia semata, tak menyadari bahwa hal yang dilakukannya
adalah perilaku hedon.
Contoh yang kita hadapi saat ini misalnya, segala media informasi dari berbagai
penjuru berusaha terus menginvasi diri kita melalui life style. Gaya hidup yang terus
disajikan bagaikan fast food melalui media televisi. Gambaran yang ada seperti mimpi
tentang kehidupan orang miskin yang tiba-tiba kaya layaknya dalam telenovela. Sinetron
cinta yang terus mengguyur dan memprovokasi kita untuk merealisasikan cinta lewat
bercinta membuat kita gila dan terbuai kehidupan duniawi. Cerita sinetron yang kian jauh
dari realita ternyata telah menyihir para pemirsa. Dengan setengah sadar para penikmat
sinema telah tergiring untuk meniru dan menjadikannya paradigma baru dalam menikmati
hidup di masa muda.
Para remaja berlomba-lomba mengaktualisasikan dirinya untuk menjadi apa yang
diinginkannya.Berbagai upaya dilakukan agar apa yang diinginkannya dapat
tercapai.Segala daya dan upaya dilakukan untuk mencapai kenikmatan hidup, salah satu
caranya dengan mencari popularitas. Menjadi orang yang terkenal dan diidolakan bak
selebritis. Media-media instan pun berduyun-duyun menghadirkan reality show untuk
menjadi bintang,banyak contoh AFI,KDI,Indonesian Idol,dll. Sebuah infiltrasi budaya
yang terjun ke tengah-tengah masyarakat terutama dunia remaja yang menawarkan gaya
hidup yang tak jauh dari konsep hedonisme. Pada kenyataannya pola kehidupan yang
disajikan adalah hidup yang menyenangkan secara individual. Inilah yang senantiasa
didorong oleh hedonisme, sebuah konsep yang memandang bahwa tingkah laku manusia
adalah mencari kesenangan dalam hidup.
Ketika Hedonisme sudah menjadi pegangan hidup para muda mudi banyak nilai-
nilai luhur kemanusiaan para remaja luntur,bahkan hilang.Kepekaan sosial mereka
terancam tergusur manakala mereka selalu mempertimbangkan untung rugi dalam
bersosialisasi.Masyarakat terlihat seperti mumi hidup yang tak berguna bagi mereka.Dan
mereka seolah menjadi penjaga kerajaan kenikmatan yang tak seorangpun boleh
mengendus apalagi mencicipinya.Orang lain hanya boleh melongo melihat kemapanan
mereka.Sungguh mereka menjadi sangat tidak peduli.Akibatnya ketika ada orang yang
membutuhkan uluran tangan,mereka menyembunyikan diri dan enggan berkorban.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Mengetahui apakah Hedonisme itu
2. Mengetahui bagaimanakah hedonisme di kalangan Remaja
3. Mengetahui hedonisme di kalangan remaja dalam ilmu sosial
BAB II
Pembahasan Masalah
A. Pengertian
1. Hedonisme
Hedonisme adalah paham sebuah aliran filsafat dari Yunani. Tujuan paham aliran
ini, untuk menghindari kesengsaraan dan menikmati kebahagiaan sebanyak mungkin
dalam kehidupan di dunia. Kala itu, hedonisme masih mempunyai arti positif. Dalam
perkembangannya, penganut paham ini mencari kebahagiaan berefek panjang tanpa
disertai penderitaan. Mereka menjalani berbagai praktik asketis, seperti puasa, hidup
miskin, bahkan menjadi pertapa agar mendapat kebahagiaan sejati.
Namun waktu kekaisaran Romawi menguasai seluruh Eropa dan Afrika, paham
ini mengalami pergeseran ke arah negatif dalam semboyan baru hedonisme.
Semboyan baru itu, carpe diem (raihlah kenikmatan sebanyak mungkin selagi kamu
hidup), menjiwai tiap hembusan napas aliran tersebut. Kebahagiaan dipahami sebagai
kenikmatan belaka tanpa mempunyai arti mendalam.
Kedangkalan makna mulai terasa. Pemahaman negatif melekat dan pemahaman
positif menghilang dalam hedonisme. Karena pemahaman hedonis yang lebih
mengedepankan kebahagiaan diganti dengan mengutamakan kenikmatan.Pengertian
kenikmatan berbeda dari kebahagiaan. Kenikmatan cenderung lebih bersifat duniawi
daripada rohani. Kenikmatan hanya mengejar hal-hal yang bersifat sementara. Masa
depan tidak lagi terpikirkan.Saat paling utama dan berarti adalah saat ini. Bukan masa
depan atau masa lalu. Hidup adalah suatu kesempatan yang datangnya hanya sekali.
Karena itu, isilah dengan kenikmatan tanpa memikirkan efek jangka panjang yang
akan diakibatkan.Bila terlampau memikirkan baik buruknya hidup, akan sia-sia
karena setiap kesempatan yang ada akan terlewatkan. Demikian pemikiran hedonis
negatif yang berkembang saat ini.Pemikiran itu agaknya sangat cocok dengan gaya
hidup masyarakat modern. Individualitas dan nafsu untuk meraih kenikmatan sangat
kental mewarnai kehidupan kita. Hedonisme menurut Pospoprodijo (1999:60)
kesenangan atau (kenikmatan) adalah tujuan akhir hidup dan yang baik yang tertinggi.
Namun, kaum hedonis memiliki kata kesenangan menjadi kebahagiaan. Kemudian
Jeremy Bentham dalam Pospoprodijo (1999:61) mengatakan bahwasanya kesenangan
dan kesedihan itu adalah satu-satunya motif yang memerintah manusia, dan beliau
mengatakan juga bahwa kesenangan dan kesedihan seseorang adalah tergantung
kepada kebahagiaan dan kemakmuran pada umumnya dari seluruh masyarakat.
Adapun hedonisme menurut Burhanuddin (1997:81) adalah sesuatu itu
dianggap baik, sesuai dengan kesenangan yang didatangkannya. Disini jelas bahwa
sesuatu yang hanya mendatangkan kesusahan, penderitaan dan tidak menyenangkan,
dengan sendirinya dinilai tidak baik. Orang-orang yang mengatakan ini, dengan
sendirinya, menganggap atau menjadikan kesenangan itu sebagai tujuan hidupnya.
Menurut Aristoteles dalam Russell (2004:243) kenikmatan berbeda dengan
kebahagiaan, sebab tak mungkin ada kebahagiaan tanpa kenikmatan. Yang
mengatakan tiga pandangan tentang kenikmatan: (1) bahwa semua kenikmatan tidak
baik; (2) bahwa beberapa kenikmatan baik, namun sebagian besar buruk; (3) bahwa
kenikmatan baik, namun bukan yang terbaik. Aristoteles menolak pendapat yang
pertama dengan alasan bahwa penderitaan sudah pasti buruk, sehingga kenikmatan
tentunya baik. Dengan tepat ia katakan bahwa tak masuk akal jika dikatakan bahwa
manusia bisa bahagia dalam penderitaan: nasib baik yang sifatnya lahiriyah, sampai
taraf tertentu, perlu bagi terwujudnya kebahagiaan. Ia pun menyangkal pandangan
bahwa semua kenikmatan bersifat jasmaniah; segala sesuatu mengandung unsur
rohani, dan kesenangan mengandung sekian kemungkinan untuk mencapai
kenikmatan yang senantiasa kenikmatan yang tinggal dan sederhana. Selanjutnya ia
katakan kenikmatan buruk akan tetapi itu bukanlah kenikmatan yang dirasakan oleh
orang-orang yang baik, mungkin saja kenikmatan berbeda-beda jenisnya dan
kenikmatan baik atau buruk tergantung pada apakah kenikmatan itu berkaitan dengan
aktivitas yang baik atau buruk.
Menurut Epihurus dalam Russell (2004: 372) untuk menjaga ketentraman
batin, ia menganggap kenikmatan sebagai yang baik, dan tetap memegang teguh,
dengan konsistensi yang luar biasa, terhadap segala konsekuensi dari pandangan ini.
Kenikmatan adalah awal dan akhir hidup yang penuh berkah. Epihurus tidak
sependapat dengan para hedonis pendahulunya dalam membedakan antara
kenikmatan aktif dan pasif, atau kenikmatan dinamis atau statis. Kenikmatan dinamis
terdapat dalam tercapinya tujuan yang diinginkan, keingginan sebelumnya itu disertai
pendidikan. Kenikmatan statis terdapat dalam keadaan ekuilibrium, yang tercipta dari
adanya semacam keadaan yang diinginkan jika keadaan itu tidak terjadi. Saya kira
kita bisa mengatakan perumusan rasa lapar, ketika upaya untuk memuaskan itu masih
berlangsung merupakan kenikmatan dinamis, namun keadaan senang yang lantas
timbul ketika rasa lapar itu telah sepenuhnya terpuaskan adalah kenikmatan status.
Dalam kedua hal ini Epihurus lebih bijaksana jika mengejar jenis kedua, sebab lebih
murni, dan tidak tergantung pada adanya penderitaan. sebagai perangsang munculnya
keinginan. Ia mengatakan juga bahwa kenikmatan sosial yang paling aman adalah
persahabatan, karena beranggapan bahwa semua manusia senantiasa hanya mengejar
kenikmatannya sendiri, kadang dengan cara yan bijaksana, kadang secara tak
bijaksana.
Menurut Cicerno dalam Russell (2004:335) ia berpendapat bahwa
persahabatan tak dapat dipisahkan dari kenikmatan, dan oleh sebab itu harus
dikembangkan, kerena tanpa hal tersebut kita tidak dapat hidup dalam keamanan dan
terjauhkan dari kecemasan, tak pula bisa merasakan kenikmatan.
Sedangkan menurut Broke dalam Russell (2004 : 842) menyakini bahwa
kesenangan adalah sesuatu yang baik, dan ini merupakan pandangan yang diterima
luas dikalangan empiris disepanjang abad 18 dan 19. Namun pandangan ini
bertentangan dengan Isobbes dalam Russell (2004 : 842) mengagungkan kekuasaan.
Sebaliknya Spinoza dalam Russell (2004 : 842) pada titik tertentu sependapat dengan
Isobbes, adapun pandangan pertama berasal dari Isobbes, sedangkan yang kedua
kebaikan terdapat kemanunggalan mistis dengan Tuhan.
Menurut John Stuart Mill dalam bukunya, Utiliarianism menawarkan argumen
yang sedemikian menyesatkan sehingga sulit dipahami mengapa ia mengira argumen
tersebut salah. Ia berkata: Kesenangan adalah satu-satunya hal yang patut dihasrati
(desired); karenanya kesenangan adalah satu-satunya hal yang paling terhasrati
(desirable). Ia berargumen bahwa satu-satunya benda yang dapat terlihat (visible)
adalah benda yang dilihat, satu-satunya benda yang dapat terdengar adalah benda
yang didengar. Ia tidak memperhatikan bahwa suatu benda dapat dilihat, jika benda
itu patut terhasrati dan benda itu seharusnya dihasrati. Jadi disini jelas bahwa patut
terhasrati merupakan syarat dari dihasrati.
Honis O. Kallsoff dalam Soerjono Soemardjo (1996 : 359) manusia dalam
kenyataannya mencari kenikmatan (hedonisme psikologis) dengan prinsip yang
mengatakan bahwa mausia seharusnya mencari kenikmatan (hedonisme etis). Disini
jelas bahwa hedonisme ialah perbuatan yang diantara segenap perbuatan yang dapat
dilakukan oleh seseorang akan membawa orang tersebut merasakan kebahagiaan yang
sebesar-besarnya.
Karakteristik Hedonisme
Karakteristik hedonisme adalah kebendaan dengan ukuran fisik harta, atau apa
saja yang tampak, yang dapat dinilai dengan uang. Jadi disini orang yang sudah
senang karena harta bendanya yang banyak, sudah sama artinya dengan orang yang
bahagia atau dengan kata lain : Bahagia = Kesenangan.
Ekonomi
Jaman semakin berkembang begitu juga dengan kebutuhan semakin lama
semakin bertambah.Begitu juga dengan kebutuhan para remaja,makin lama makin
bervariasi kebutuhan mereka.Untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan mereka harus
ada yang namanya uang.Bagi yang orang tuanya tergolong berduit tentu bukan hal
yang sulit jika mereka ingin bersenang-senang dan memenuhi apa yang mereka
inginkan,misalnya beli baju,HP,perhiasan dan lain-lain.Tapi bagi mereka yang
tergolong orang tuanya tidak mampu tentu akan mengalami kesulitan untuk
memenuhi apa yang mereka inginkan seperti bersenang-senang dan berhura-
hura.Karena itulah bagi mereka yang sulit dalam hal keuangan akan mengambil jalan
pintas,misalnya menjual diri dan mencuri.
3.Geografi
Hedonisme pada remaja bisa terjadi di mana saja,baik di kota maupun di
desa.Karena Hedonisme dapat menjangkiti remaja berdasarkan pada sikap yang
dimunculkan remaja tersebut.Misal ada remaja yang malas belajar tapi dia ingin
memperoleh nilai yang baik dengan mencontek.Itu merupakan salah satu contoh kecil
dari sikap Hedonisme.Kalau dilihat secara umum,memang hedonisme pada remaja
banyak ditemukan di perkotaan karena di kotalah tersedia berbagai fasilitas yang bisa
memenuhi apa yang para remaja inginkan.
4.Budaya
Budaya Liberal telah mulai berkembang dikalangan remaja,sikap hedonismepun
mengakar dalam jiwa para remaja.Budaya hedonisme muncul dari proses pengaruh
sosial yang diturunkan dari generasi ke generasi sebagai warisan sosial yang ditiru
sebagai hasil dari proses pengaruh sosial.Warisan sosial tersebut terus berkembang
mengikuti perkembangan sosial.
5.Sosial
Pola interaksi dalam masyarakat beraneka ragam.Di kalangan remaja kaum
hedonis sering dijumpai.Interaksi antar remaja terkotak-kotak pada status sosial yang
biasa dilihat dari penampilan fisik.Semakin”wah”penampilan mereka,maka semakin
menunjukkan tingkat status sosial yang lebih tinggi.Karena itulah agar dipandang
memiliki status sosial yang tinggi mereka berlomba-lomba menjadi yang
paling”wah”.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Hedonisme di kalangan remaja telah berkembang pesat mengikuti
perkembangan jaman pola pikir yang hanya mementingkan kesenangan saja membuat
para remaja terbuai dalam sebuah kehidupan yang kadang tidak realistis.Yang penting
senang,senang dan senang.Tak mau bersakit-sekit dulu,inginya senang-senang
selalu,itulah moto yang banyak dipakai para remaja untuk menikmati hidup ini.
Setiap manusia pasti ingin merasakan kenikmatan dan kesenangan, apalagi
para remaja.Tapi sayangnya untuk memperoleh kenikmatan dan kesenangan tersebut
banyak remaja yang menghalalkan segala cara.Apapun mereka lakukan,agar apa yang
mereka inginkan dapat mereka peroleh tanpa peduli dengan resikonya.
Hedonisme berkembang pada kalangan remaja banyak dipengaruhi oleh faktor
lingkungan.Di mana mereka meniru gaya hidup orang terkenal bahkan ingin juga
terkenal.Berbagai macam reality show menawarkan pada para remaja untuk mencapai
popularitas dengan cara instant.
Perdebatan tentang hedonisme memang terus berlangsung.Selalu ada pertanyaan
tentang kebenaran dan kebaikan hedonisme.Menurut hedonisme psikologis,tidak
dapat disangkal bahwa manusia selalu tertarik oleh perasaan nikmat,sekaligus secara
otomatis condong menghindari perasaan-perasaan tidak enak.Manusia berusaha keras
untuk mencapai tujuannya.Keberhasilan mencapai tujuan inilah yang kemudian
membuatnya nikmat atau puas.Sementara itu berkenaan dengan hedonisme etis ada
dua gagasan yang patut diperhatikan.Pertama,kebahagiaan tidak sama dengan jumlah
perasaan nikmat.Nikmat selalu berkaitan langsung dengan sebuah pengalaman ketika
sebuah kecondongan terpenuhi,begitu pengalaman itu selesai,nikmatpun
habis.Sementara itu,kebahagiaan menyangkut sebuah kesadaran rasa puas dan
gembira yang berdasarkan pada keadaan kita sendiri,dan tidak terikat pada
pengalaman-pengalaman tertentu.Dengan kata lain,kebahagiaan dapat dicapai tanpa
suatu pengalaman nikmat tertentu.Sebaliknya,pengalaman menikmati belum tentu
membuat bahagia.Kedua,jika kita hanya mengejar nikmat saja,kita tidak akan
memperoleh nilai dan pengalaman yang paling mendalam dan dapat
membahagiakan.Sebab,pengalaman ini hanya akan menunjukan nilainya jika
diperjuangkan dengan pengorbanan.Misanya;dalam persahabatan dan cinta.Kita tidak
akan sanggup menggoreskan kesan mendalam dalam persahabatan dan cinta jika
pertimbangan yang mendasari hanya karena ketampanan,kecantikan,kekayaan atau
penampilan fisik lainya.Hasilnya adalah sesuatu yang kering,yang hanya berasa ketika
bahagia,namun hambar ketika susah.
Saran
Untuk membentengi diri dari hedonisme yang hanya menawarkan kenikmatan
sesaat,harus dimulai dari diri sendiri dan juga dukungan orang lain.Untuk para orang
tua hendaknya meningkatkan control pada anak-anak.Tanamkan nilai moral yang
nantinya berguna bagi mereka.Misal tanamkan sikap hidup hemat,arahkan mereka
pada pergaulan yang baik,dan didik mereka untuk mandiri.Sedangkan bagi para
remaja,berpikirlah dulu sebelum bertindak jangan hanya mengejar kesenangan
saja.Masa depan masih panjang,masih banyak hal yang berguna yang dapat mereka
lakukan tanpa harus hura-hura dan foya-foya.