Assalamualaikum Wr.Wb
Segala puji bagi Alloh SWT tuhan semesta alam yang menciptakan jagat raya alam
ini yang luar biasa dan Dia masih memberikan kami kesempatan dalam hal ini untuk
menyelesaikan tugas makalah Sosiologi tentang “ HEDONISME “, dalam makalah ini
kami ingin sedikit mengulas mengenai gaya hidup Hedonisme, bukan hanya itu disini
kami mencoba mengkaji lebih ,apa yang menyebabkannya, dan apa pula yang
melatarbelakangi seseorang berlaku demikian.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………………. i
Daftar Isi…………………………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………
A. Latar Belakang………………………………………………………………...
B. Rumusan Masalah………………………………..…………………….……...
C. Tujuan………………………………………………………..………….…….
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………...
A. Pengertian Hedonisme…………………………………………………………
B. Karakteristik Hedonisme…………………………………………....…………
C. Hedonisme dikalangan masyarakat
D. Hedonisme di Kalangan Remaja……………………………………….………
E. Faktor Yang Mempengaruhi Hedonisme………………………………..……..
F. Dampak dari seorang yang telah terjerumus dengan hedonisme serta dampak
positif dan negative dari perilaku hedonisme…..……………...…………..….
G. Hedonisme dalam pandangan Islam…………………………………………..
H. Solusi menghadapi budaya Hedonisme…………………………………….…
A. LATAR BELAKANG
Hedonisme muncul pada awal sejarah filsafat sekitar tahun 433 SM. Hedonisme
ingin menjawab pertanyaan filsafat "apa yang menjadi hal terbaik bagi manusia?" Hal ini
diawali dengan Sokrates yang menanyakan tentang apa yang sebenarnya menjadi tujuan
akhir manusia. Lalu Aristippos dari Kyrene (433-355 SM) menjawab bahwa yang
menjadi hal terbaik bagi manusia adalah kesenangan. Aristippos memaparkan bahwa
manusia sejak masa kecilnya selalu mencari kesenangan dan bila tidak mencapainya,
manusia itu akan mencari sesuatu yang lain lagi. Pandangan tentang 'kesenangan'
(hedonisme) ini kemudian dilanjutkan seorang filsuf Yunani lain bernama Epikuros (341-
270 SM). Menurutnya, tindakan manusia yang mencari kesenangan adalah kodrat
alamiah.Meskipun demikian, hedonisme Epikurean lebih luas karena tidak hanya
mencakup kesenangan badani saja seperti Kaum Aristippos--, melainkan kesenangan
rohani juga, seperti terbebasnya jiwa dari keresahan
Manusiawi memang, tatkala manusia hidup untuk mencari kesenangan, karena sifat
dasar manusia adalah ingin selalu bermain (homo ludens = makhluk bermain) dan
bermain adalah hal hakiki yang senantiasa dilakukan untuk memperoleh kesenangan.
Akan tetapi bukan berarti kita bisa dengan bebas dan brutal
mendapatkan kesenangan, hingga
menghalalkan berbagai cara demi memperoleh kesenangan. Sikap menghalalkan segala
cara untuk memperoleh kesenangan telah banyak menghinggapi pola hidup para remaja
saat ini. Contoh yang kita hadapi saat ini misalnya, segala media informasi dari berbagai
penjuru berusaha terus menginvasi diri kita melalui life style.
Gaya hidup yang terus disajikan bagaikan fast food melalui media televisi.
Gambaran yang ada seperti mimpi tentang kehidupan orang miskin yang tiba-tiba kaya
layaknya dalam telenovela. Sinetron cinta yang terus mengguyur dan memprovokasi kita
untuk merealisasikan cinta lewat bercinta membuat kita gila dan terbuai kehidupan
duniawi. Cerita sinetron yang kian jauh dari realita ternyata telah menyihir para pemirsa.
Dengan setengah sadar para penikmat sinema telah tergiring untuk meniru dan
menjadikannya paradigma baru dalam menikmati hidup di masa muda.
Dan ketika Hedonisme sudah menjadi pegangan hidup para muda mudi yang
banyak nilai-nilai luhur kemanusiaan para remaja luntur, bahkan hilang. Kepekaan sosial
mereka terancam tergusur manakala mereka selalu mempertimbangkan untung rugi
dalam bersosialisasi.
Masyarakat terlihat seperti mumi hidup yang tak berguna bagi mereka. Dan mereka
seolah menjadi penjaga kerajaan kenikmatan yang tak seorangpun boleh mengendus
apalagi mencicipinya. Orang lain hanya boleh melongo melihat kemapanan mereka.
Sungguh mereka menjadi sangat tidak peduli. Akibatnya ketika ada orang yang
membutuhkan uluran tangan,mereka menyembunyikan diri dan enggan berkorban
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN HEDONISME
Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan menjadi
bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin
menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan. Hedonisme merupakan ajaran atau
pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup dan tindakan
manusia.
Gaya hidup hedonisme adalah suatu pola hidup yang bertujuan untuk mencari
kesenangan hidup dunia, seperti sering keluar rumah, lebih banyak bermain, senang
membeli barang mahal yang disenanginya, serta ingin menjadi pusat perhatian.
B. KARAKTERISTIK HEDONISME
a) Hedonisme Egoistis
b) Hedonisme universal
Era globalisasi dan modernisasi merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari
oleh negara-negara di dunia dalam berbagai aspek kehidupan. Menolak dan menghindari
modernisasi dan globalisasi sama artinya dengan mengucilkan diri dari masyarakat
internasional. Kondisi ini tentu akan menyulitkan negara tersebut dalam menjalin
hubungan dengan negara lain. Masuknya dua hal tersebut telah memberikan dampak
positif dan negatif terhadap negara Indonesia sendiri tentunya. Salah satu dampak negatif
dari era globalisasi adalah munculnya gaya hidup hedonis dikalangan masyarakat
Indonesia saat ini.
Bagi para penganut faham ini, mereka menjalani hidup sebebas-bebasnya demi
memenuhi hawa nafsu yang tanpa batas. Dari golongan penganut paham ini lah muncul
nudisme (gaya hidup bertelanjang). Pandangan mereka terangkum dalam pandangan
Epikuris yang menyatakan,"Bergembiralah engkau hari ini, puaskanlah nafsumu, karena
besok engkau akan mati." Seiring berkembangnya kemajuan zaman, gaya hidup hedonis
semakin merajalela meracuni kalangan masyarakat, baik itu dari segi kaum muda sampai
pada kam tua. Hal itu dapat dicontohkan dengan menyebarnya tempat tempat hiburan
malam (diskotik). Dari kaum muda hingga kaum tua datang menghabiskan waktu
bersenang-senang, berfoya-foya, berjudi, minum-minuman keras, berzina dan
sebagainya. Selain itu, mereka juga menghamburkan uang utuk pergi ke pusat
perbelanjaan untuk memuaskan segala keinginannya. Hedonisme juga merubah gaya
berpakaian bagi para faham yang menganutnya, pada umunya mereka berpakaian
setengah telanjang, bahkan tidak malu malu mengumbar auratnya didepan umum. Sudah
banyak sekali masyarakat disekitar kita yang menjalani gaya hidup tersebut, bahkan
mendapatkan dukungan dari ligkungan sekitar, khususnya di kota-kota besar.
Sebagai Warga Negara Indonesia tentu kita sangat menyayangkan dan tidak ingin
hal itu terjadi lebih meluas lagi di Negara ini. Akan tetapi salah satu faktor yang
menjadikan budaya itu terjadi adalah karena masyarakat Indonesia sendiri kurang selektif
dalam menyikapi perubahan modernisasi. Sikap ini ditunjukkan dengan menerima setiap
bentuk hal-hal baru tanpa adanya seleksi/filter. Kondisi ini akan menempatkan segala
bentuk kemajuan zaman sebagai hal yang baik dan benar, padahal tidak semua bentuk
kemajuan zaman sesuai dengan budaya masyarakat kita. Jika seseorang atau suatu
masyarakat hanya menerima suatu modernisasi tanpa adanya filter atau kurang selektif,
maka unsur-unsur budaya asli mereka sedikit demi sedikit akan semakin terkikis oleh
arus modernisasi yang mereka ikuti. Akibatnya, masyarakat tersebut akan kehilangan jati
diri mereka dan ikut larut dalam arus modernisasi yang kurang terkontrol, seperti halnya
gaya hidup hedonis yang marak terjadi pada saat ini. Oleh karena itu, saya sebagai
generasi muda sangat prihatin akan kondisi tersebut. Rasa prihatin yang dapat
ditunjukkan dengan beberapa cara, antara lain adalah :
1. Menerima era globalisasi dan modernisasi dengan fikiran terbuka (open-minded),
agar lebih dinamis dalam menerima hal-hal baru.
2. Mengembangkan sikap antisipatif yaitu sikap peka dalam menilai hal-hal yang akan
atau sedang terjadi yang berkaitan dengan pengaruh modernisasi dan globalisasi.
Serta sikap selektif atau mampu memilih pengaruh mana yang baik bagi kita dan
pengaruh mana yang tidak baik bagi kita.
3. Tidak meninggalkan unsur-unsur budaya asli, seringkali kemajuan zaman mengubah
perilaku manusia, mengaburkan kebudayaan yang sudah ada, bahkan
menghilangkannya. Kondisi ini menyebabkan seseorang/masyarakat kehilangan jati
diri, oleh karena itu, kondisi ini harus dapat dihindari. Menurut saya, semaju apa pun
dampak modernisasi yang kita lalui, kita tidak seharusnya meninggalkan budaya asli
Indonesia. Melestarikan budaya asli Negara, bukan berarti kita tidak menerima
kemajuan globalisasi dan modernisasi, akan tetapi semata-mata untuk
mempertahankan identitas diri. Dalam hal ini, hendaknya kita dapat berkaca terhadap
Negara Jepang. Jepang merupakan salah satu negara yang modern dan maju, namun
Jepang tetap mempertahankan identitas diri mereka sebagai masyarakat Jepang.
Bahkan mereka bangga dan memperkenalkan budaya-budaya mereka kepada negara
negara lain melalui Japan Festival yang diselenggarakannya.
“Virus” hedon tidak hanya menyerang orang dewasa yang sudah bekerja, dari anak
hingga orang tua tak luput dari ancaman virus ini. Generasi yang paling tidak aman
terhadap sebutan hedonis adalah remaja. Paham ini mulai merasuki kehidupan remaja.
Remaja sangat antusias terhadap adanya hal yang baru. Gaya hidup hedonis sangat
menarik bagi mereka. Daya pikatnya sangat luar biasa, sehingga dalam waktu singkat
munculah fenomena baru akibat paham ini. Fenomena yang muncul, ada kecenderungan
untuk lebih memilih hidup enak, mewah, dan serba kecukupan tanpa harus bekerja keras.
Titel “remaja yang gaul dan funky” baru melekat bila mampu memenuhi standar tren saat
ini. Yaitu minimal harus mempunyai handphone, lalu baju serta dandanan yang selalu
mengikuti mode.
Beruntung bagi mereka yang termasuk dalam golongan berduit, sehingga dapat memenui
semua tuntutan kriteria tersebut. Akan tetapi bagi yang tidak mampu dan ingin cepat
seperti itu, pasti jalan pintaslah yang akan diambil.
Tak terasa, tapi efeknya tak terduga, paham hedonisme terus berlangsung dan
merasuk kedalam benak masyarakat kita tanpa ada tindakan pencegahan. Salah satu
contoh kasusnya adalah acara-acara hedonisme yang berkedok mencari bibit-bibit
penyanyi berbakat. Acara ini sangat diminati terutama para remaja. Bila dilihat secara jeli
ternyata acara tersebut menawarkan gaya hidup yang tidak jauh dari konsep Hedonisme.
Acara ini tentunya membutuhkan biaya yang banyak untuk memfasilitasi para
kontestannya, tapi bila melihat keadaan bangsa kita yang sedang morat-marit
ekonominya, dapat disimpulkan ada dua kondisi yang kontradiksi, disatu sisi lain
keadaan perekonomian bangsa sedang krisis tapi acara menghambur-hamburkan uang
semakin marak. Aneh memang, banyak warga Indonesia yang miskin, tidak punya
rumah, gedung sekolah yang hampir roboh, tunjangan pegawai yang kecil, dan jumlah
pegangguran yang membludak, tapi hal ini tidak membuat
para peserta acara yang sebagian besar adalah remaja tersebut prihatin atau menangis
tersedu-sedu, mereka malah sedih dan mengeluarkan air mata bila rekan seperjuangannya
tereleminasi. Nampak jelas sikap egoisme dan sikap mengejar kesenangan pribadi
mereka. Ini adalah bukti hedonisme yang banyak menjadi impian anak-anak muda di
negeri Seribu satu masalah ini.
3) Kelas sosial.
Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama
dalam sebuah masyarakat, yang tersusun dalam sebuah urutan jenjang, dan para anggota
dalam setiap jenjang itu memiliki nilai, minat, dan tingkah laku yang sama. Ada dua
unsur pokok dalam sistem sosial pembagian kelas dalam masyarakat, yaitu kedudukan
(status) dan peranan. Kedudukan sosial artinya tempat seseorang dalam lingkungan
pergaulan, prestise hak-haknya serta kewajibannya. Kedudukan sosial ini dapat dicapai
oleh seseorang dengan usaha yang sengaja maupun diperoleh karena kelahiran. Peranan
merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan. Apabila individu melaksanakan hak dan
kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka ia menjalankan suatu peranan.
4) Kebudayaan.
Kebudayaan meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat, dan kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh individu sebagai anggota masyarakat.
Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku yang
normatif, meliputi ciri-ciri pola pikir, merasakan dan bertindak.
Dari uraian tersebut disimpulkan terdapat 2 faktor gaya hidup hedonis yaitu faktor
internal yang meliputi sikap, pengalaman, kepribadian, dan konsep diri, dan faktor
eksternal yang meliputi kelompok referensi, keluarga, kelas sosial, dan kebudayaan. Pada
umumnya, remaja yang cenderung memiliki emosi yang masih labil dan dalam proses
pencarian jati diri sehingga remaja suka mencoba, menyesuaikan diri dan mengikuti
teman sebayanya agar dapat diterima oleh masyarakat.
Individualisme
Orang yang sudah terkena penyakit hedonisme cenderung tidak memerlukan bantuan
orang lain. Mereka merasa sudah mampu hidup sendiri, tetapi kenyataannya tidak begitu.
Manusia merupakan mahluk sosial.
Pemalas
Malas merupakan akibat yang di timbulkan dari hedonisme, karena mereka selalu
menyia-nyiakan waktu. Manusia yang tidak menghargai waktu.
Pergaulan bebas
Pengikut paham hedonisme dapat terjebak dalam pergaulan bebas yang dimana mereka
selalu berada dalam dunia malam. Seperti clubbing, pesta narkoba, dan seks bebas.
Konsumtif
Hedonisme cendurung konsumtif ,karena menghabiskan uang untuk membeli barang-
barang hanya untuk kesenangan semata tanpa didasari kebutuhan.
Boros
Menghambur-hamburkan uang untuk membeli berbagai barang yang tidak penting, hanya
untuk sekedar pamer merk/ barang mahal.
Kriminalitas
Dalam paham hedonisme seseorang dapat berbuat kriminal/ melanggar hukum, karena
orang yang menganut paham ini cenderung akan berbuat apa saja sekalipun melanggar
hukum, hanya untuk memenuhi kesenangannya sendiri, tanpa pernah memikirkan
akibatnya.
Diskriminasi
Sikap membedakan stratifikasi sosial, dan merasa bahwa dirinya lebih tinggi atau berbeda
kelas serta golongan dari orang lain.
Egois
Hedonisme cenderung mengrah kepada sifat mementingkan diri semdiri. Tanpa
memperdulikan orang lain. Yang terpenting kesengannya tercapai.
Tidak bertanggungjawab
Menjadi individu yang tidak bertanggung jawab terutama kepada dirinya sendiri, seperti
menyia-nyiakan waktu, dan mementingkan kesenangannya saja.
Korupsi
Memperkaya diri sendiri, tetapi menggunakan cara yang melanggar hukum, yaitu
memeras orang lain untuk memenuhi kebutuhnnya sendiri.
Kegiatan atau perilaku hedonisme mempunyai dampak yang positif dan dampak
negatif dalam praksisnya, yakni sebagai berikut:
Tantangan terbesar bagi remaja muslim saat ini adalah budaya hedonisme (dimana
pada hedonisme ini kesenangan adalah hal yang paling penting dalam hidup ) yang
seolah sudah mengurat nadi. Budaya yang bertentangan dengan ajaran islam ini digemari
dan dijadikan sebagai gaya hidup anak muda masa kini, kaya atau miskin, ningrat atau
jelata, sarjana atau kaum proletar (masyarakat kelas bawah ), di desa ataupun di kota
seolah sepakat menjadikan hedonisme yang sejatinya kebiasaan hidup orang barat ini
sebagai “tauladan” dalam pergaulannya.
Firman Allah SWT,
“dan orang-orang yang zalim hanya mementingkan kenikmatan yang mewah yang ada
pada mereka, dan mereka adalah orang-orang yang berdosa.’ (Qs. Huud: 116). Bahkan
yang lebih meresahkan lagi budaya hedonisme seolah telah menjadi ideologi bagi kaum
muda yang tidak tabu lagi untuk dilakukan.
Banyak manusia yang melakukan hedonism tetapi rajin beribadah, Dua peran itulah
yang sebenarnya mencerminkan berlakunya prinsip religius yes, hedonisme yes, atau
agama tetap diperankan sebagai cermin dirinya yang berasal dan dibesarkan di
lingkungan beragama, sementara ketika dirinya masuk di lingkaran pergaulan dunia
selebriti, agama tak lagi harus di perankan sebagai kekuatan suci yang mengawalnya.
Agama saat masuk dunia hedonis ini berhak dikalahkan atau dipinggirkan dan digantikan
oleh gaya hidup berbingkaikan hedonisme. Prinsip tersebut tampaknya sedang
memperoleh tempat tertinggi dalam tayangan televisi. Kata religius yes, hedonis yes
seolah sudah melekat erat dalam konstruksi manajemen pertelevisian kita.
H. SOLUSI MENGHADAPI BUDAYA HEDONISME
1. Preventif
1. Bersikap terbuka terhadap orang lain. Peka dengan keadaaan sekitarnya
terutama mengenai persamalahan yang berhubungan dengan orang lain.
2. Berhemat, membuat anggran pengeluaran untuk membeli kebutuhan yang
memang di perlukan, tidak menghambur-hamburkan uang untuk membeli
barang yang sekiranya tidak diperlukan.
3. Memotivasi diri tinggi, belajar menghargai waktu dan tidak menyia-
nyiakan waktu.
4. Taat beribadah, mempertebal keimanan dengan cara rajin beribadah,
pandai bergaul dan memilih teman.
5. Selektif dalam memilih bergaul.
6. Menabung dan menagarial keungan sesuai dengan kebutuhan.
7. Mentaati hukum-hukum negara dan norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat.
8. Lebih menghargai orang lain, mendahulukan kepentingan orang lain
daripada kepentingan diri sendiri.
9. Berani dalam mengambil risiko. Tidak membeda-bedakan masalah-masalah
yang di hadapi.
10. Mentaati hukum agama dan negara disertai dengan mempertebal keimanan.
11. Lebih mendahulukan kebutuhan yang lebih penting. Dan tidak didasarkan
atas kesenangan semata.
12. Lebih tertib dan mentaati aturan-aturan yang berlaku.
13. Bersikap lebih rendah hati, dan dermawan dengan menyisihkan sebagian
harta.
14. Mampu memahami tentang arti dari modern, jangan terlalu memaksakan
diri mengikuti trend yang sedang marak.
15. Menyeleksi kebutuhan, jangan terlalu berambisi untuk menjadi orang yang
lebih fashionable, supaya ingin di perhatikan oleh orang lain.
16. Menyadari ada orang yang lebih baik dari kita. Jangan merasa diri lebih
sempurna.
17. Menjadi manusia yang lebih produktif.
18. Menghargai karya orang lain dengan tidak meniru atau menjiplak tanpa
seijin orangnya.
19. Mampu mengahargai perbedaan.
20. Terus berinovasi, menciptakan hal-hal yang baru.
21. Memikirkan resiko yang akan terjadi sebelumnya, dengan melakukan
penuh pertimbangan.
2. Represif
Dengan menggunakan teori sosiologi yaitu tindakan terorganisir (kesadaran) dan
tindakan tidak terorganisir ( replek ). Menyadari bahwa ketika teman kita terjangkit
“virus” hedonisme arahkan lah ia kedalam sebuah situasi yang membuat ia nyaman baik
secara jasmani maupun rohani, baik direncanakan maupun tidak. Sehingga hadir rasa
nyaman dalam dirinya dan menjadi suatu hal yang biasa dan pada akhirnya dia terbebas
dari hedonisme.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setiap manusia pasti ingin merasakan kenikmatan dan kesenangan, apalagi para
remaja. Tapi sayangnya untuk memperoleh kenikmatan dan kesenangan tersebut banyak
remaja yang menghalalkan segala cara. Apapun mereka lakukan, agar apa yang mereka
inginkan dapat mereka peroleh tanpa peduli dengan resikonya. Hedonisme di kalangan
remajatelah berkembang pesat mengikuti perkembangan jaman pola pikir yang hanya
mementingkan kesenangan saja membuat para remaja terbuai dalam sebuah kehidupan
yang kadang tidak realistis. Yang penting senang, senang dan senang. Tak mau bersakit-
sekit dulu, inginya senang-senang selalu, itulah moto yang banyak dipakai para remaja
untuk menikmati hidup ini. Dengan terlalu mendewakan kesenangan, duniawi, akan
membuat seseorang kehilangan arah hidupnya sehingga dapat menimbulkan kemiskinan
karena terlalu menghamburkan materi demi kesenangan semata. Keberhasilan mencapai
tujuan inilah yang kemudian membuatnya nikmat atau puas.
Sementara itu berkenaan dengan hedonisme etis ada dua gagasan yang patut
diperhatikan. Pertama, kebahagiaan tidak sama dengan jumlah perasaan nikmat. Nikmat
selalu berkaitan langsung dengan sebuah pengalaman ketika sebuah kecondongan
terpenuhi,begitu pengalaman itu selesai, nikmatpun habis. Sementara itu, kebahagiaan
menyangkut sebuah kesadaran rasa puas dan gembira yang berdasarkan pada keadaan
kita sendiri, dan tidak terikat pada pengalaman-pengalaman tertentu.
Dengan kata lain, kebahagiaan dapat dicapai tanpa suatu pengalaman nikmat
tertentu. Sebaliknya, pengalaman menikmati belum tentu membuat bahagia. Kedua, jika
kita hanya mengejar nikmat saja, kita tidak akan memperoleh nilai dan pengalaman yang
paling mendalam dan dapat membahagiakan. Sebab, pengalaman ini hanya akan
menunjukan nilainya jika diperjuangkan dengan pengorbanan.
B. SARAN
DAFTAR PUSAKA
https://www.academia.edu/33450997/HedonismeDIKIWAHYUAFANDI
http://repository.ump.ac.id/2324/3/BAB%20II.pdf
https://www.kompasiana.com/lisaermitri/5d995d8d097f367fba6ac404/hedonisme-dalam-
perspektif-islam?page=all
https://www.kompasiana.com/nasir01/5529c4986ea8341011552d2e/hedonisme-di-
kalangan-masyarakat-indonesia