Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Segala puji bagi Alloh SWT tuhan semesta alam yang menciptakan jagat raya alam
ini yang luar biasa dan Dia masih memberikan kami kesempatan dalam hal ini untuk
menyelesaikan tugas makalah Sosiologi tentang “ HEDONISME “, dalam makalah ini
kami ingin sedikit mengulas mengenai gaya hidup Hedonisme, bukan hanya itu disini
kami mencoba mengkaji lebih ,apa yang menyebabkannya, dan apa pula yang
melatarbelakangi seseorang berlaku demikian.

Dalam penyusunan makalah ini tentu mendapatkan berbagai hambatan-hambatan


yang tak perlu untuk diceritakan ,namun atas izin dari Alloh SWT,tugas makalah ini
akhirnya dapat terselesaikan dan kami ucapkan beribu-ribu terima kasih kepada semua
pihak terkait yang telah sudi kiranya membantu kami dalam menyelesaikan tugas
makalah yang cukup menguras emosi ini.

Kami berharap ,semoga makalah ini dapat menjadi manfaat untuk semua dalam


rangka menambah ilmu dan wawasan.

Disini kami sangat menyadari, bawasannya masih terdapat banyak sekali


kekurangan dan kelemahan dalam penyusunan dan juga isi dari pada makalah ini, besar
harapan kami akan koreksi dan kritik yang dapat membangun untuk dapat
menyempurnakan makalah ini agar lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
dapat membuat kita sadar dan menghindari hedonisme ini aamiin

Pasarwajo, 09 januari 2020


penulis

Kelompok 1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………………. i

Daftar Isi…………………………………………………………………………….. ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………
A. Latar Belakang………………………………………………………………...
B. Rumusan Masalah………………………………..…………………….……...
C. Tujuan………………………………………………………..………….…….

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………...
A. Pengertian Hedonisme…………………………………………………………
B. Karakteristik Hedonisme…………………………………………....…………
C. Hedonisme dikalangan masyarakat
D. Hedonisme di Kalangan Remaja……………………………………….………
E. Faktor Yang Mempengaruhi Hedonisme………………………………..……..
F. Dampak dari seorang yang telah terjerumus dengan hedonisme serta dampak
positif dan negative dari perilaku hedonisme…..……………...…………..….
G. Hedonisme dalam pandangan Islam…………………………………………..
H. Solusi menghadapi budaya Hedonisme…………………………………….…

BAB III PENUTUP………………………………………………………………….


A. Kesimpulan…………………………………………………………………….
B. Saran…………………………………………………………………………...
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hedonisme muncul pada awal sejarah filsafat sekitar tahun 433 SM. Hedonisme
ingin menjawab pertanyaan filsafat "apa yang menjadi hal terbaik bagi manusia?" Hal ini
diawali dengan Sokrates yang menanyakan tentang apa yang sebenarnya menjadi tujuan
akhir manusia. Lalu Aristippos dari Kyrene (433-355 SM) menjawab bahwa yang
menjadi hal terbaik bagi manusia adalah kesenangan. Aristippos memaparkan bahwa
manusia sejak masa kecilnya selalu mencari kesenangan dan bila tidak mencapainya,
manusia itu akan mencari sesuatu yang lain lagi. Pandangan tentang 'kesenangan'
(hedonisme) ini kemudian dilanjutkan seorang filsuf Yunani lain bernama Epikuros (341-
270 SM). Menurutnya, tindakan manusia yang mencari kesenangan adalah kodrat
alamiah.Meskipun demikian, hedonisme Epikurean lebih luas karena tidak hanya
mencakup kesenangan badani saja seperti Kaum Aristippos--, melainkan kesenangan
rohani juga, seperti terbebasnya jiwa dari keresahan

Hedonisme merupakan salah satu penyakit masyarakat yang ini ditimbulkan


oleh berbagai faktor dan pula yang mengatakan ini karena virus hedon, dan hedonisme
merupakan sebutan kepada seseorang yang terkena penyakit hedonisme ini. Hedonisme
sendiri merupakan sifat atau perilaku suka pamer dan men-Tuhankan kenikmatan
dan juga kesenangan pribadi, kemewahan, dan kemapanan atas segalanya, disinyalir
hedonisme ini juga telah melekat dalam diri kita atau teman dan juga keluarga terdekat
kita. Kelekatan itu berupa seringnya kita terjebak dalam pola hidup Hedonis. Pola hidup
seperti ini mudah kita jumpai dalam kehidupan kita sehari-hari. Dimana orientasi hidup
selalu diarahkan pada kenikmatan, kesenangan atau menghindari perasaan-perasaan tidak
enak dan agak jauh dari tuhan .

Manusiawi memang, tatkala manusia hidup untuk mencari kesenangan, karena sifat
dasar manusia adalah ingin selalu bermain (homo ludens = makhluk bermain) dan
bermain adalah hal hakiki yang senantiasa dilakukan untuk memperoleh kesenangan.
Akan tetapi bukan berarti kita bisa dengan bebas dan brutal 
mendapatkan kesenangan, hingga 
menghalalkan berbagai cara demi memperoleh kesenangan. Sikap menghalalkan segala 
cara untuk memperoleh kesenangan telah banyak menghinggapi pola hidup para remaja
saat ini. Contoh yang kita hadapi saat ini misalnya, segala media informasi dari berbagai
penjuru berusaha terus menginvasi diri kita melalui life style.

Gaya hidup yang terus disajikan bagaikan fast food melalui media televisi.
Gambaran yang ada seperti mimpi tentang kehidupan orang miskin yang tiba-tiba kaya
layaknya dalam telenovela. Sinetron cinta yang terus mengguyur dan memprovokasi kita
untuk merealisasikan cinta lewat bercinta membuat kita gila dan terbuai kehidupan
duniawi. Cerita sinetron yang kian jauh dari realita ternyata telah menyihir para pemirsa.
Dengan setengah sadar para penikmat sinema telah tergiring untuk meniru dan
menjadikannya paradigma baru dalam menikmati hidup di masa muda.
Dan ketika Hedonisme sudah menjadi pegangan hidup para muda mudi yang
banyak nilai-nilai luhur kemanusiaan para remaja luntur, bahkan hilang. Kepekaan sosial
mereka terancam tergusur manakala mereka selalu mempertimbangkan untung rugi
dalam bersosialisasi.

Masyarakat terlihat seperti mumi hidup yang tak berguna bagi mereka. Dan mereka
seolah menjadi penjaga kerajaan kenikmatan yang tak seorangpun boleh mengendus
apalagi mencicipinya. Orang lain hanya boleh melongo melihat kemapanan mereka.
Sungguh mereka menjadi sangat tidak peduli. Akibatnya ketika ada orang yang
membutuhkan uluran tangan,mereka menyembunyikan diri dan enggan berkorban

B. RUMUSAN MASALAH

a. Bagaimana Hedonisme di kalangan remaja?


b. Apa faktor yang mempengarui Hedonisme?
c. Apa dampak dari seorang yang telah terjerumus dengan Hedonisme?
d. Bagaimana solusi menghadapi budaya Hedonisme?

C. TUJUAN

a. Mengetahui bagaimana Hedonisme di kalangan remaja.


b. Mengetahui faktor yang mempengaruhi hedonsime.
c. Mengetahui dampak dari seorang yang terjerumus dengan Hedonisme.
d. Mengetahui solusi untuk menghadapi budaya Hedonisme.

 
BAB II
PEMBAHASAN
 

A. PENGERTIAN HEDONISME

 Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan menjadi
bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin
menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan. Hedonisme merupakan ajaran atau
pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup dan tindakan
manusia.

Menurut Etimologi kata hedonisme diambil dari Bahasa Yunani hēdonismos dari


akar kata hēdonē, artinya "kesenangan". Paham ini berusaha menjelaskan adalah baik apa
yang memuaskan keinginan manusia dan apa yang meningkatkan kuantitas kesenangan
itu sendiri.

Gaya hidup hedonisme adalah suatu  pola hidup yang bertujuan untuk mencari
kesenangan hidup dunia, seperti sering keluar rumah, lebih banyak bermain, senang
membeli barang mahal yang disenanginya, serta ingin menjadi pusat perhatian.

Hedonisme merupakan Sebuah pandangan hidup yang menyatakan bahwa


kesenangan adalah segalanya, Padahal kesenangan yang diperoleh  dari hasil hedonisme
sendiri hanya menghasilkan kesenangan materi, yaitu sesuatu yang bersifat semu, sesaat
dan tidak berlangsung lama, serta kesenangan yang diperoleh tidak akan membuat hati
tenang karena selalu digelayuti oleh rasa ingin memiliki sesuatu yang baru lagi dan terus
menerus tanpa adanya  rasa puas dan menjadikan kita seseorang ang kurang pandai
bersyukur apabila keinginan untuk memiliki sesuatu tidak tercapai.

B. KARAKTERISTIK HEDONISME

Karakteristik Hedonisme terdiri atas dua yakni sebagai berikut,

a) Hedonisme Egoistis

Yaitu hedonisme yang bertujuan untuk mendapatkan kesenangan semaksimal


mungkin. Kesenangan yang dimaksud ialah dapat dinikmati dengan waktu yang lama dan
mendalam. Contohnya: makan-makanan yang enak-enak, jumlah dan jenisnya banyak,
disediakan waktu yang cukup lama untuk menikmati semuanya, seperti pada perjamuan
makan ala Romawi. Bila perut sudah penuh, maka disediakan sebuah alat untuk menggitit
kerongkongan, dengan demikian isi perut dapat dimuntahkan keluar, kemudian dapat
diisi kembali jenis makanan yang lain, sampai puas.

b) Hedonisme universal

Yaitu suatu aliran hedonisme yang mirip dengan ulitarisanisme = kesenangan


maksimal bagi semua, bagi banyak orang. Contohnya: bila berdansa, haruslah berdansa
bersama-sama, waktunya semalam suntuk, tidak boleh ada seorang pun yang absen,
ataupun kesenangan-kesenangan lainnya yang dapat dinikmati bersama oleh semua
orang.
C. HEDONISME DIKALANGAN MASYARAKAT

Era globalisasi dan modernisasi merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari
oleh negara-negara di dunia dalam berbagai aspek kehidupan. Menolak dan menghindari
modernisasi dan globalisasi sama artinya dengan mengucilkan diri dari masyarakat
internasional. Kondisi ini tentu akan menyulitkan negara tersebut dalam menjalin
hubungan dengan negara lain. Masuknya dua hal tersebut telah memberikan dampak
positif dan negatif terhadap negara Indonesia sendiri tentunya. Salah satu dampak negatif
dari era globalisasi adalah munculnya gaya hidup hedonis dikalangan masyarakat
Indonesia saat ini.

Bagi para penganut faham ini, mereka menjalani hidup sebebas-bebasnya demi
memenuhi hawa nafsu yang tanpa batas. Dari golongan penganut paham ini lah muncul
nudisme (gaya hidup bertelanjang). Pandangan mereka terangkum dalam pandangan
Epikuris yang menyatakan,"Bergembiralah engkau hari ini, puaskanlah nafsumu, karena
besok engkau akan mati." Seiring berkembangnya kemajuan zaman, gaya hidup hedonis
semakin merajalela meracuni kalangan masyarakat, baik itu dari segi kaum muda sampai
pada kam tua. Hal itu dapat dicontohkan dengan menyebarnya tempat tempat hiburan
malam (diskotik). Dari kaum muda hingga kaum tua datang menghabiskan waktu
bersenang-senang, berfoya-foya, berjudi, minum-minuman keras, berzina dan
sebagainya. Selain itu, mereka juga menghamburkan uang utuk pergi ke pusat
perbelanjaan untuk memuaskan segala keinginannya. Hedonisme juga merubah gaya
berpakaian bagi para faham yang menganutnya, pada umunya mereka berpakaian
setengah telanjang, bahkan tidak malu malu mengumbar auratnya didepan umum. Sudah
banyak sekali masyarakat disekitar kita yang menjalani gaya hidup tersebut, bahkan
mendapatkan dukungan dari ligkungan sekitar, khususnya di kota-kota besar.

Sebagai Warga Negara Indonesia tentu kita sangat menyayangkan dan tidak ingin
hal itu terjadi lebih meluas lagi di Negara ini. Akan tetapi salah satu faktor yang
menjadikan budaya itu terjadi adalah karena masyarakat Indonesia sendiri kurang selektif
dalam menyikapi perubahan modernisasi. Sikap ini ditunjukkan dengan menerima setiap
bentuk hal-hal baru tanpa adanya seleksi/filter. Kondisi ini akan menempatkan segala
bentuk kemajuan zaman sebagai hal yang baik dan benar, padahal tidak semua bentuk
kemajuan zaman sesuai dengan budaya masyarakat kita. Jika seseorang atau suatu
masyarakat hanya menerima suatu modernisasi tanpa adanya filter atau kurang selektif,
maka unsur-unsur budaya asli mereka sedikit demi sedikit akan semakin terkikis oleh
arus modernisasi yang mereka ikuti. Akibatnya, masyarakat tersebut akan kehilangan jati
diri mereka dan ikut larut dalam arus modernisasi yang kurang terkontrol, seperti halnya
gaya hidup hedonis yang marak terjadi pada saat ini. Oleh karena itu, saya sebagai
generasi muda sangat prihatin akan kondisi tersebut. Rasa prihatin yang dapat
ditunjukkan dengan beberapa cara, antara lain adalah :
1. Menerima era globalisasi dan modernisasi dengan fikiran terbuka (open-minded),
agar lebih dinamis dalam menerima hal-hal baru.
2. Mengembangkan sikap antisipatif yaitu sikap peka dalam menilai hal-hal yang akan
atau sedang terjadi yang berkaitan dengan pengaruh modernisasi dan globalisasi.
Serta sikap selektif atau mampu memilih pengaruh mana yang baik bagi kita dan
pengaruh mana yang tidak baik bagi kita.
3. Tidak meninggalkan unsur-unsur budaya asli, seringkali kemajuan zaman mengubah
perilaku manusia, mengaburkan kebudayaan yang sudah ada, bahkan
menghilangkannya. Kondisi ini menyebabkan seseorang/masyarakat kehilangan jati
diri, oleh karena itu, kondisi ini harus dapat dihindari. Menurut saya, semaju apa pun
dampak modernisasi yang kita lalui, kita tidak seharusnya meninggalkan budaya asli
Indonesia. Melestarikan budaya asli Negara, bukan berarti kita tidak menerima
kemajuan globalisasi dan modernisasi, akan tetapi semata-mata untuk
mempertahankan identitas diri. Dalam hal ini, hendaknya kita dapat berkaca terhadap
Negara Jepang. Jepang merupakan salah satu negara yang modern dan maju, namun
Jepang tetap mempertahankan identitas diri mereka sebagai masyarakat Jepang.
Bahkan mereka bangga dan memperkenalkan budaya-budaya mereka kepada negara
negara lain melalui Japan Festival yang diselenggarakannya.

D. HEDONISME DI KALANGAN REMAJA

“Virus” hedon tidak hanya menyerang orang dewasa yang sudah bekerja, dari anak
hingga orang tua tak luput dari ancaman virus ini. Generasi yang paling tidak aman
terhadap sebutan hedonis adalah remaja. Paham ini mulai merasuki kehidupan remaja.
Remaja sangat antusias terhadap adanya hal yang baru. Gaya hidup hedonis sangat
menarik bagi mereka. Daya pikatnya sangat luar biasa, sehingga dalam waktu singkat
munculah fenomena baru akibat paham ini. Fenomena yang muncul, ada kecenderungan
untuk lebih memilih hidup enak, mewah, dan serba kecukupan tanpa harus bekerja keras.
Titel “remaja yang gaul dan funky” baru melekat bila mampu memenuhi standar tren saat
ini. Yaitu minimal harus mempunyai handphone, lalu baju serta dandanan yang selalu
mengikuti mode.
Beruntung bagi mereka yang termasuk dalam golongan berduit, sehingga dapat memenui
semua tuntutan kriteria tersebut. Akan tetapi bagi yang tidak mampu dan ingin cepat
seperti itu, pasti jalan pintaslah yang akan diambil.

Tak terasa, tapi efeknya tak terduga, paham hedonisme terus berlangsung dan
merasuk kedalam benak masyarakat kita tanpa ada tindakan pencegahan. Salah satu
contoh kasusnya adalah acara-acara hedonisme yang berkedok mencari bibit-bibit
penyanyi berbakat. Acara ini sangat diminati terutama para remaja. Bila dilihat secara jeli
ternyata acara tersebut menawarkan gaya hidup yang tidak jauh dari konsep Hedonisme.
Acara ini tentunya membutuhkan biaya yang banyak untuk memfasilitasi para
kontestannya, tapi bila melihat keadaan bangsa kita yang sedang morat-marit
ekonominya, dapat disimpulkan ada dua kondisi yang kontradiksi, disatu sisi lain
keadaan perekonomian bangsa sedang krisis tapi acara menghambur-hamburkan uang
semakin marak. Aneh memang, banyak warga Indonesia yang miskin, tidak punya
rumah, gedung sekolah yang hampir roboh, tunjangan pegawai yang kecil, dan jumlah
pegangguran yang membludak, tapi hal ini tidak membuat
para peserta acara yang sebagian besar adalah remaja tersebut prihatin atau menangis 
tersedu-sedu, mereka malah sedih dan mengeluarkan air mata bila rekan seperjuangannya
tereleminasi. Nampak jelas sikap egoisme dan sikap mengejar kesenangan pribadi
mereka. Ini adalah bukti hedonisme yang banyak menjadi impian anak-anak muda di
negeri Seribu satu masalah ini.

E. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HEDONISME


Kotler (2000) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup
seseorang ada dua faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) dan
faktor yang berasal dari luar (eksternal):

a. Faktor internal yaitu sikap, pengalaman, dan pengamatan, kepribadian, konsep


diri, motif, dengan penjelasannya sebagai berikut:
1) Sikap.
Sikap berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan pikir yang dipersiapkan untuk
memberikan tanggapan terhadap suatu objek yang diorganisasi melalui pengalaman dan
mempengaruhi secara langsung pada perilaku. Keadaan jiwa tersebut sangat dipengaruhi
oleh tradisi, kebiasaan, kebudayaan dan lingkungan sosialnya.
2) Pengalaman dan pengamatan.
Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan sosial dalam tingkah laku,
pengalaman dapat diperoleh dari semua tindakannya di masa lalu dan dapat dipelajari,
melalui belajar orang akan dapat memperoleh pengalaman. Hasil dari pengalaman sosial
akan dapat membentuk pandangan terhadap suatu objek.
3) Kepribadian.
Kepribadian adalah konfigurasi karakteristik individu dan cara berperilaku yang
menentukan perbedaan perilaku dari setiap individu. Beberapa jenis kepribadian dapat
menentukan bagaimana individu bertindak terhadap lingkungan sekitarnya. Contohnya
ketika seseorang yang cenderung berkepribadian ekstrovert maka individu tersebut lebih
banyak menghabiskan waktu dengan temantemannya serta lebih terbuka dengan
lingkungan sekitar.
4) Konsep diri.
Faktor lain yang menentukan kepribadian individu adalah konsep diri. Konsep diri
sudah menjadi pendekatan yang dikenal amat luas untuk menggambarkan hubungan
antara konsep diri konsumen dengan image merek. Bagaimana individu memandang
dirinya akan mempengaruhi minat terhadap suatu objek. Konsep diri sebagai inti dari
pola kepribadian akan menentukan perilaku individu dalam menghadapi permasalahan
hidupnya, karena konsep diri merupakan frame of reference yang menjadi awal perilaku.
5) Motif.
Perilaku individu muncul karena adanya motif kebutuhan untuk merasa aman dan
kebutuhan terhadap prestise merupakan beberapa contoh tentang motif. Jika motif
seseorang terhadap kebutuhan akan prestise itu besar maka akan membentuk gaya hidup
yang cenderung mengarah kepada gaya hidup hedonis.
6) Persepsi.
Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengatur, dan
menginterpretasikan informasi untuk membentuk suatu gambar yang berarti mengenai
dunia.

b. Adapun faktor eksternal sebagai berikut:


1) Kelompok referensi.
Kelompok referensi adalah kelompok yang memberikan pengaruh langsung atau
tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang. Kelompok yang memberikan
pengaruh langsung adalah kelompok dimana individu tersebut menjadi anggotanya,
saling berinteraksi, saling mengikuti dan menyesuaikan diri. Sedangkan kelompok yang
memberi pengaruh tidak langsung adalah kelompok dimana individu tidak menjadi
anggota didalam kelompok tersebut. Pengaruh-pengaruh tersebut akan menghadapkan
individu untuk mengikuti dan menyesuaikan diri, perilaku dan gaya hidup tertentu.
Beberapa contoh kelompok referensi adalah kelompok minat dan bakat, kelompok teman
sebaya, kelompok diskusi, kelompok pekerjaan, dsb.
2) Keluarga.
Keluarga memegang peranan terbesar dan terlama dalam pembentukan sikap dan
perilaku individu. Hal ini karena pola asuh orang tua akan membentuk kebiasaan anak
yang secara tidak langsung mempengaruhi pola hidupnya.

3) Kelas sosial.
Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama
dalam sebuah masyarakat, yang tersusun dalam sebuah urutan jenjang, dan para anggota
dalam setiap jenjang itu memiliki nilai, minat, dan tingkah laku yang sama. Ada dua
unsur pokok dalam sistem sosial pembagian kelas dalam masyarakat, yaitu kedudukan
(status) dan peranan. Kedudukan sosial artinya tempat seseorang dalam lingkungan
pergaulan, prestise hak-haknya serta kewajibannya. Kedudukan sosial ini dapat dicapai
oleh seseorang dengan usaha yang sengaja maupun diperoleh karena kelahiran. Peranan
merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan. Apabila individu melaksanakan hak dan
kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka ia menjalankan suatu peranan.
4) Kebudayaan.
Kebudayaan meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat, dan kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh individu sebagai anggota masyarakat.
Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku yang
normatif, meliputi ciri-ciri pola pikir, merasakan dan bertindak.

Dari uraian tersebut disimpulkan terdapat 2 faktor gaya hidup hedonis yaitu faktor
internal yang meliputi sikap, pengalaman, kepribadian, dan konsep diri, dan faktor
eksternal yang meliputi kelompok referensi, keluarga, kelas sosial, dan kebudayaan. Pada
umumnya, remaja yang cenderung memiliki emosi yang masih labil dan dalam proses
pencarian jati diri sehingga remaja suka mencoba, menyesuaikan diri dan mengikuti
teman sebayanya agar dapat diterima oleh masyarakat.

F. DAMPAK DARI SEORANG YANG TELAH TERJERUMUS DENGAN


HEDONISME

 Individualisme
Orang yang sudah terkena penyakit hedonisme cenderung tidak memerlukan bantuan
orang lain. Mereka merasa sudah mampu hidup sendiri, tetapi kenyataannya tidak begitu.
Manusia merupakan mahluk sosial.
 Pemalas
Malas merupakan akibat yang di timbulkan dari hedonisme, karena mereka selalu
menyia-nyiakan waktu. Manusia yang tidak menghargai waktu.
 Pergaulan bebas
Pengikut paham hedonisme dapat terjebak dalam pergaulan bebas yang dimana mereka
selalu berada dalam dunia malam. Seperti clubbing, pesta narkoba, dan seks bebas.
 Konsumtif
Hedonisme cendurung konsumtif ,karena menghabiskan uang untuk membeli barang-
barang hanya untuk kesenangan semata tanpa didasari kebutuhan.
 Boros
Menghambur-hamburkan uang untuk membeli berbagai barang yang tidak penting, hanya
untuk sekedar pamer merk/ barang mahal.
 Kriminalitas
Dalam paham hedonisme seseorang dapat berbuat kriminal/ melanggar hukum, karena
orang yang menganut paham ini cenderung akan berbuat apa saja sekalipun melanggar
hukum, hanya untuk memenuhi kesenangannya sendiri, tanpa pernah memikirkan
akibatnya.
 Diskriminasi
Sikap membedakan stratifikasi sosial, dan merasa bahwa dirinya lebih tinggi atau berbeda
kelas serta golongan dari orang lain.
 Egois
Hedonisme cenderung mengrah kepada sifat mementingkan diri semdiri. Tanpa
memperdulikan orang lain. Yang terpenting kesengannya tercapai.
 Tidak bertanggungjawab
Menjadi individu yang tidak bertanggung jawab terutama kepada dirinya sendiri, seperti
menyia-nyiakan waktu, dan mementingkan kesenangannya saja.
 Korupsi
Memperkaya diri sendiri, tetapi menggunakan cara yang melanggar hukum, yaitu
memeras orang lain untuk memenuhi kebutuhnnya sendiri.

Kegiatan atau perilaku hedonisme mempunyai dampak yang positif dan dampak
negatif dalam praksisnya, yakni sebagai berikut:

a. Dampak Positif Internal


Dampak positif secara internal atau dalam diri sendiri dari ideologi hedonisme ialah
bisa mengurangi atau menekan tingkat stres yang ada dalam diri individu melalui cara
bersenang-senang atau menghibur diri sendiri, seperti berbelanja, traveling, wisata
kuliner, dan lain-lainnya.
b. Dampak Positif Eksternal
Selain internal, dampak positif eksternal hedonisme adalah seseorang terlihat lebih
royal terhadap orang lain dengan memberikan barang, mentraktir sehingga menambah
pemasukan bagi pedagang barang. Oleh karena, individu dengan gaya hedonisme ingin
terlihat lebih eksis dalam lingkungan sosialnya.
c. Dampak Negatif Internal
Dampak negatif dari hedonisme secara internal, yaitu seseorang terjerumus atau
jatuh dalam pergaulan bebas, seperti pergi ke diskotik, memakai narkoba, free sex,
pemborosan, yang intinya merusak individu yang bersangkutan.
d. Dampak Negatif Eksternal
Individu cenderung melakukan hal baru dengan mementingkan diri sendiri, tidak
peduli apakah hal itu melanggar norma atau aturan yang berlaku atau mengganggu
ketertiban publik. Misalnya, mendengarkan musik dengan keras, antisosial, cuek dengan
aturan lingkungan, dan lain sebagainya.

Contoh  Kajian Hedonisme


Contoh kajian hedonisme dalam pandangan ini adalah antara lain tindakan yang
merusak tembok dengan cara mencorat-coretnya demi kesenangan semata,
bermain game sampai kecanduan sehingga melupakan waktu emasnya untuk
meningkatkan kualitas dirinya atau untuk sesuatu yang berharga dalam kehidupan.
Dalam persoalan ini, menggambarkan perilaku hedonisme dalam diri individu atau
kelompok pada praksis individualis, tidak peduli atau acuh pada lingkungan sosial, dan
pemalas. Praksis ini sampai saat ini masih terjadi dalam kehidupan masyarakat, yang
umumnya dipraktikkan oleh kaum remaja.
G. HEDONISME DALAM PANDANGAN ISLAM

Tantangan terbesar bagi remaja muslim saat ini adalah budaya hedonisme (dimana
pada hedonisme ini kesenangan adalah hal yang paling penting dalam hidup ) yang
seolah sudah mengurat nadi. Budaya yang bertentangan dengan ajaran islam ini digemari
dan dijadikan sebagai gaya hidup anak muda masa kini, kaya atau miskin, ningrat atau
jelata, sarjana atau kaum proletar (masyarakat kelas bawah ), di desa ataupun di kota
seolah sepakat menjadikan hedonisme yang sejatinya kebiasaan hidup orang barat ini
sebagai “tauladan” dalam pergaulannya.
Firman Allah SWT,
“dan orang-orang yang zalim hanya mementingkan kenikmatan  yang mewah yang ada
pada mereka, dan mereka adalah orang-orang yang berdosa.’ (Qs. Huud: 116). Bahkan
yang lebih meresahkan lagi budaya hedonisme seolah telah menjadi ideologi bagi kaum
muda yang tidak tabu lagi untuk dilakukan.

Banyak manusia yang melakukan hedonism tetapi rajin beribadah, Dua peran itulah
yang sebenarnya mencerminkan berlakunya prinsip religius yes, hedonisme yes, atau
agama tetap diperankan sebagai cermin dirinya yang berasal dan dibesarkan di
lingkungan beragama, sementara ketika dirinya masuk di lingkaran pergaulan dunia
selebriti, agama tak lagi harus di perankan sebagai kekuatan suci yang mengawalnya.
Agama saat masuk dunia hedonis ini berhak dikalahkan atau dipinggirkan dan digantikan
oleh gaya hidup berbingkaikan hedonisme. Prinsip tersebut tampaknya sedang
memperoleh tempat tertinggi dalam tayangan televisi. Kata religius yes, hedonis yes
seolah sudah melekat erat dalam konstruksi manajemen pertelevisian kita.

Kebanyakan remaja saat ini lebih menyukai kesenangan sesaat dibandingkan


melihat dampak buruk dari hedonisme itu sendiri.Adanya kebebasan, banyak sekali
remaja yang terjerumus dalam pergaulan bebas, narkoba, aborsi, dan silau dengan
gemerlapnya demokrasi liberalisme. Banyak sekali dampak buruk dari budaya hedonism,
oleh sebab itu kita sebagai muslim yang baik, kita harus mampu menjaga diri kita agar
tidak terjebak ke hal tersebut, untuk yang sempat tergilas budaya hedonism, kita harus
mampu menghilangkan gengsi kita agar mampu keluar dari putaran sesat tersebut, karena
segala sesuatu yang memberikan dampak negatif bagi pelakunya itu adalah hal yang tidak
dibolehkan dalam islam.

H. SOLUSI MENGHADAPI BUDAYA HEDONISME

Dari akar permasalahan mengenai kemiskinan karena Hedonisme terdapat dua


solusi besar yaitu solusi preventif dan represif. Diantaranya sebagai berikut :

1. Preventif
1. Bersikap terbuka terhadap orang lain. Peka dengan keadaaan sekitarnya
terutama mengenai persamalahan yang berhubungan dengan orang lain.
2. Berhemat, membuat anggran pengeluaran untuk membeli kebutuhan yang
memang di perlukan, tidak menghambur-hamburkan uang untuk membeli
barang yang sekiranya tidak diperlukan.
3. Memotivasi  diri tinggi, belajar menghargai waktu dan tidak menyia-
nyiakan waktu.
4. Taat beribadah, mempertebal  keimanan dengan cara rajin beribadah,
pandai bergaul dan memilih teman.
5. Selektif dalam memilih bergaul.
6. Menabung dan menagarial keungan sesuai dengan kebutuhan.
7. Mentaati hukum-hukum negara dan norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat.
8. Lebih menghargai orang lain, mendahulukan kepentingan orang lain
daripada kepentingan diri sendiri.
9. Berani dalam mengambil risiko. Tidak membeda-bedakan masalah-masalah
yang di hadapi.
10. Mentaati hukum agama dan negara disertai dengan mempertebal keimanan.
11. Lebih mendahulukan kebutuhan yang lebih penting. Dan tidak didasarkan
atas kesenangan semata.
12. Lebih tertib dan mentaati aturan-aturan yang berlaku.
13. Bersikap lebih rendah hati, dan dermawan dengan menyisihkan sebagian
harta.
14. Mampu memahami tentang arti dari modern, jangan terlalu memaksakan
diri mengikuti trend yang sedang marak.
15. Menyeleksi kebutuhan, jangan terlalu berambisi untuk menjadi orang yang
lebih fashionable, supaya ingin di perhatikan oleh orang lain.
16. Menyadari ada orang yang lebih baik dari kita. Jangan merasa diri lebih
sempurna.
17. Menjadi manusia yang lebih produktif.
18. Menghargai karya orang lain dengan tidak meniru atau menjiplak tanpa
seijin orangnya.
19. Mampu mengahargai perbedaan.
20. Terus berinovasi, menciptakan hal-hal yang baru.
21. Memikirkan resiko yang akan terjadi sebelumnya, dengan melakukan
penuh pertimbangan.

2. Represif
Dengan menggunakan teori sosiologi yaitu tindakan terorganisir (kesadaran) dan
tindakan tidak terorganisir ( replek ). Menyadari bahwa ketika teman kita terjangkit
“virus” hedonisme arahkan lah ia kedalam sebuah situasi yang membuat ia nyaman baik
secara jasmani maupun rohani, baik direncanakan maupun tidak. Sehingga hadir rasa
nyaman dalam dirinya dan menjadi suatu hal yang biasa dan pada akhirnya dia terbebas
dari hedonisme.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

 Setiap manusia pasti ingin merasakan kenikmatan dan kesenangan, apalagi para
remaja. Tapi sayangnya untuk memperoleh kenikmatan dan kesenangan tersebut banyak
remaja yang menghalalkan segala cara. Apapun mereka lakukan, agar apa yang mereka
inginkan dapat mereka peroleh tanpa peduli dengan resikonya. Hedonisme di kalangan
remajatelah berkembang pesat mengikuti perkembangan jaman pola pikir yang hanya 
mementingkan kesenangan saja membuat para remaja terbuai dalam sebuah kehidupan
yang kadang tidak realistis. Yang penting senang, senang dan senang. Tak mau bersakit-
sekit dulu, inginya senang-senang selalu, itulah moto yang banyak dipakai para remaja
untuk menikmati hidup ini. Dengan terlalu mendewakan kesenangan, duniawi, akan
membuat seseorang kehilangan arah hidupnya sehingga dapat menimbulkan kemiskinan
karena terlalu menghamburkan materi demi kesenangan semata. Keberhasilan mencapai
tujuan inilah yang kemudian membuatnya nikmat atau puas.

Sementara itu berkenaan dengan hedonisme etis ada dua gagasan yang patut
diperhatikan. Pertama, kebahagiaan tidak sama dengan jumlah perasaan nikmat. Nikmat
selalu berkaitan langsung dengan sebuah pengalaman ketika sebuah kecondongan
terpenuhi,begitu pengalaman itu selesai, nikmatpun habis. Sementara itu, kebahagiaan 
menyangkut sebuah kesadaran rasa puas dan gembira yang berdasarkan pada keadaan
kita sendiri, dan tidak terikat pada pengalaman-pengalaman tertentu.

Dengan kata lain, kebahagiaan dapat dicapai tanpa suatu pengalaman nikmat
tertentu. Sebaliknya, pengalaman menikmati belum tentu membuat bahagia. Kedua, jika
kita hanya mengejar nikmat saja, kita tidak akan memperoleh nilai dan pengalaman yang
paling mendalam dan dapat membahagiakan. Sebab, pengalaman ini hanya akan
menunjukan nilainya jika diperjuangkan dengan pengorbanan.

B. SARAN

Untuk membentengi diri dari hedonisme yang hanya menawarkan kenikmatan


sesaat, harus dimulai dari diri sendiri dan juga dukungan orang lain. Untuk para orang tua
hendaknya meningkatkan kontrol terhadap anak-anak. Tanamkan nilai moral yang
nantinya berguna bagi mereka. Misal tanamkan sikap hidup hemat,arahkan mereka pada
pergaulan yang baik,dan didik mereka untuk mandiri. Sedangkan bagi para remaja,
berpikirlah dulu sebelum bertindak jangan hanya mengejar kesenangan saja. Masa depan
masih panjang,masih banyak hal yang berguna yang dapat mereka lakukan tanpa harus
hura-hura dan foya-foya.
Penulis menyadari didalam penulisan ini masih terdapat banyak kekurangan oleh
karenanya penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun dan
dan memberikan motivasi motivasi bagi kami kedepannya.

DAFTAR PUSAKA

https://www.academia.edu/33450997/HedonismeDIKIWAHYUAFANDI
http://repository.ump.ac.id/2324/3/BAB%20II.pdf
https://www.kompasiana.com/lisaermitri/5d995d8d097f367fba6ac404/hedonisme-dalam-
perspektif-islam?page=all
https://www.kompasiana.com/nasir01/5529c4986ea8341011552d2e/hedonisme-di-
kalangan-masyarakat-indonesia

Anda mungkin juga menyukai