Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA


“MANUSIA DAN PERADABAN”
Dosen Pengampu : Mardiana, M.Pd

Disusun Oleh:

1. Aya Suryani (NIM : A882120002)


2. Betania (NIM : A882120003)
3. Daffa Arwaa Atiqqah (NIM :A882120004)
4. Rima Sugesti Julfarida (NIM :A882120007)

Program Studi Pendidikan Matematika Sekolah Tinggi


Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
(STKIP) Melawi
2022
2
KATA PENGANTAR
Sembah sujud penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena
anugerah dan rahmat-Nya jualah sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah berusaha semaksimal
mungkin, yang mana telah memakan waktu dan pengorbanan yang tak
ternilai dari semua pihak yang memberikan bantuannya, yang secara
langsung merupakan suatu dorongan yang positif bagi penulis ketika
menghadapi hambatan-hambatan dalam menghimpun bahan materi untuk
menyusun makalah ini.
Namun penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh
dari kesempurnaan, baik dari segi penyajian materinya maupun dari segi
bahasanya. Karena itu saran dan kritik yang bersifat konstruktif senantiasa
penulis harapkan demi untuk melengkapi dan menyempurnakan makalah
ini.

Nanga Pinoh, Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................................

DAFTAR ISI ...................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................

A. Latar Belakang ......................................................................................................


B. Rumusan Masalah .................................................................................................
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................

A. Manusia dan Peradaban........................................................................................


B. Ketenangan Sebagai Makna Hakiki Manusia Beradab ........................................
C. Kenyamanan Sebagai Makna Hakiki Manusia Beradab ......................................
D. Ketentraman Sebagai Makna Hakiki Manusia Beradab .......................................
E. Kedamaian Sebagai Makna Hakiki Manusia Beradab .........................................

BAB III PENUTUP ........................................................................................................

A. Kesimpulan ...........................................................................................................
B. Saran ...................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang mempunyai akal, jasmani dan
rohani. Melalui akalnya manusia dituntut untuk berfikir menggunakan
akalnya untuk menciptakan sesuatu yang berguna dan bermanfaat bagi
dirinya sendiri maupun untuk orang lain. Melalui jasmaninya manusia
dituntut untuk menggunakan fisik/jasmaninya melakukan sesuatu yang
sesuai dengan fungsinya dan tidak bertentangan dengan norma-norma
yang berlaku di masyarakat. Dan melalui rohaninya manusia dituntut
untuk senantiasa dapat mengolah rohaninya yaitu dengan cara beribadah
sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya.
Manusia, masyarakat dan kebudayaan merupakan satu kesatuaan
yang tidak dapat dipisahkan dalam artinya yang utuh. Masyarakat adalh
kumpulan manusia yang hidup dalam suatu daerah tertentu, yang telah
cukup lama, dan mempunyai aturan-aturan yang mengatur mereka untuk
menuju tujuan yang sama. Sedangkan kebudayaan adalah sebagai jalan
atau arah didalam bertindak dan berpikir, sehubungan dengan pengalaman-
pengalaman yang fundamental, dan sebab itulah kebudayaan itu tidak
dapat dilepaskan dengan individu dan masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud ketenangan sebagai makna hakiki manusia
beradab? 
2. Apa yang dimaksud kenyamanan sebagai makna hakiki manusia
beradab?
3. Apa yang dimaksud ketentraman sebagai makna hakiki manusia
beradab?
4. Apa yang dimaksud kedamaian sebagai makna hakiki manusia
beradab? 

1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui ketenangan sebagai makna kakiki manusia
beradab.
2. Untuk mengetahui kenyamanan sebagai makna hakiki manusia
beradab.
3. Untuk mengetahui ketentraman sebagai makna hakiki manusia
beradab.
4. Untuk mengetahui kedamaian sebagai makna hakiki manusia
beradab.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Manusia dan Peradaban


Istilah peradaban dipakai untuk menunjukkan pendapat dan
penilaian terhadap perkembangan kebudayaan. Peradaban adalah
kebudayaan yang bernilai tinggi. Perkembangan kebudayaan mencapai
puncaknya berwujud unsur-unsur budaya yang bersifat halus, indah,
tinggi, sopan, luhur, maka masyarakat pemilik kebudayaan tersebut
dikatakan telah memiliki peradaban yang tinggi. Menurut Azyumardi Azra
(2007), peradaban mencakup berbagai aspek kehidupan manusia, sejak
dari pandangan hidup, tatanilai, sosial budaya, politik, kesenian, ilmu
pengetahuan, sains, teknologi, dan banyak lagi. Manusia pada hakikatnya
merupakan makhluk beradab dan berbudaya yang tidak bisa hidup di luar
adab dan budaya tertentu. Manusia beradab dan berbudaya yang hidup
dalam suatu masyarakat beradab bukanlah sesuatu yang alamiah,
melainkan diciptakan melalui berbagai upaya yang mendukung terciptanya
manusia beradab dan masyarakat adab.
Di Indonesia, problematika peradaban yang timbul akibat
globalisasi diantaranya dapat dilihat dalam bidang bahasa, kesenian, dan
kehidupan sosial. Akibat perkembangan teknologi yang begitu pesat,
terjadi transkultur dalam kesenian tradisional Indonesia. Peristiwa
transkultural akan berpengaruh terhadap keberadaan kesenian di
Indonesia. Padahal, kesenian tradisional merupakan bagian dari khasanah
kebudayaan nasional yang perlu dijaga kelestariannya. Dengan teknologi
informasi yang semakin canggih, masyarakat disuguhi banyak alternatif
tawaran hiburan dan informasi yang lebih beragam, yang mungkin lebih
menarik jika dibandingkan dengan kesenian tradisional kita. Dengan
televisi, masyarakat bisa menyaksikan berbagai tayangan hiburan yang
bersifat mendunia yang berasal dari berbagai belahan bumi. Hal ini dapat
menyebabkan terpinggirkannya kesenian asli Indonesia. Akibat

3
globalisasi, masyarakat banyak mengalami anomi, sehingga terjadi
kompromisme sosial terhadap hal-hal yang sebelumnya dianggap
melanggar norma tunggal masyarakat. Selain itu juga terjadinya
disorientasi atau alienasi, keterasingan pada diri sendiri atau pada perilaku
sendiri, akibat pertemuan budaya-budaya yang tidak sepenuhnya
terintegrasi dalam kepribadian manusia sendiri.

B. Ketenangan Sebagai Makna Hakiki Manusia Beradab


Dalam perkembangan hidupnya, manusia seringkali berhadapan
dengan berbagai masalah yang mengatasinya berat. Akibatnya timbul
kecemasan, ketakutan dan ketidaktenangan, bahkan tidak sedikit manusia
yang akhirnya kalap sehingga melakukan tindakan-tindakan yang semula
dianggap tidak mungkin dilakukannya, baik melakukan kejahatan terhadap
orang lain seperti banyak terjadi kes-kes pembunuhan termasuk
pembunuhan terhadap anggota keluarga sendiri maupun melakukan
kejahatan terhadap diri sendiri seperti meminum minuman keras dan ubat-
ubat terlarang hingga tindakan bunuh diri.

C. Kenyamanan Sebagai Makna Hakiki Manusia Beradab


Kenyamanan jiwa bukanlah suatu hal yang mudah didapat,
layaknya orang bijak bicara seharusnyalah kita bisa menemukan
kenyamanan jiwa dikala usia mulai bertambah, tapi sepertinya hal itu
butuh perjuangan yang besar karena kenyamanan jiwa memang mahal
harganya. Usia yang bertambah, pengalaman hidup mengajarkan begitu
banyak hal, mulai dari yang salah hingga yang benar, mulai dari yang
pahit hingga menyenangkan, mulai dari yang mudah hingga yang berat,
segala warna, seribu rasa dan jutaan kisah, tapi kapankah kita temukan
kenyamanan jiwa?

4
Saat begitu banyak keinginan yang bermain dengan indahnya di
dalam kepala ini, ada keinginan untuk bisa tidur lebih lama, keinginan
untuk bisa punya pasangan yang baik, keinginan untuk makan enak,
keinginan untuk bisa liburan panjang tanpa harus memikirkan pekerjaan,
keinginan untuk sukses di karir, keinginan untuk bahagiakan
keluarga,keinginan untuk bisa lebih dan lebih lagi...hingga kita bisa
mendengarkan suara hati yang paling dalam, jujur dan rendah hati untuk
bicara "bersyukurlah dengan apa yang telah terjadi dalam hidup kita".
Orang bijak bicara,"apapun itu pasti ada maknanya."
Dalam kesempatan ini saya akan menyinggung sedikit tentang
poligami. Apalagi sekarang marak kontroversi tentang berdirinya klub
poligami di Bandung. Ketika poligami untuk kesenangan pribadi, maka
poligami tak lebih adalah sebuah bentuk dari keserakahan manusia yang
dilegalkan. Ini tak ada bedanya dengan sudah punya mobil, masih ingin
punya mobil lagi lebih banyak. Karenanya sangat keliru kalau kita
mencoba mengatasi desakan keinginan dan kesenangan pribadi dengan
cara mengumbarnya agar tercapai kepuasan yang kita inginkan. Padahal,
kepuasan pribadi tidak akan pernah terpuaskan. Jika berpoligami
dibolehkan menurut agama yang mereka anut, apakah tidak keliru?
Sedangkan di Kitab Suci mereka, tidak akan pernah ditemukan ayat yang
membolehkan poligami karena alasan kesenangan pribadi.
Tentang berdirinya klub poligami yang asalnya dari Malaysia itu.
Ini bukti bahwa mereka tidak nyaman dengan hidup mereka. Bosan,
hampa, dan merasa diri tidak berarti meskipun telah memiliki empat orang
istri dan kaya sekalipun. Makanya, mereka membangun komunitas agar
mereka bisa mengekspresikan dirinya sehingga mendapat apresiasi atau
bahkan penghargaan dan pujian dari komunitasnya tersebut. Sehingga,
diharap hidup mereka tidak hampa lagi. Untuk itu masyarakat tidak perlu
resah, kita semua memaklumi jika pemahamannya seperti itu.
Sangat terasa sekali bedanya, bukan? Ternyata kenyamanan pribadi
itu sangat terbatas jika dibandingkan dengan kenyamanan sosial. Kita akan

5
merasa sangat bahagia jika bisa memberikan kontribusi dan membantu
orang lain. Semakin kita lakukan semakin kita bahagia dan puas. Bahkan,
kebahagiaan dan kenyamanan kita tidak terbatas. Ini berarti kenyamanan
yang lebih tinggi ada pada interaksi dan saling memberi manfaat. Kita
boleh mengejar kenyamanan pribadi, tetapi tidak boleh mengumbarnya
sehingga menjadi serakah. Karena kenyamanan pribadi itu cepat atau
lambat akan mencapai titik kejenuhan. Sedangkan kenyamanan sosial
tidak pernah mengalami titik jenuh. Karena sumbernya lebih banyak dan
bersumber pada orang lain.

D. Ketentraman Sebagai Makna Hakiki Manusia Beradab


Dalam keseharian selalu saja ada masalah yang menggelayuti
setiap manusia, entah si kaya atau si miskin masalah akan selalu datang
menghampiri. Setiap permasalahan yang ada akan selalu membuat
ketentraman manusia sedikit terusik, baik itu masalah kecil ataupun
masalah yang besar semua tergantung manusia itu sendiri yang
menyikapinya. Ketentraman manusia tidak akan pernah hadir selama
manusia masih berkecimpung dan  bergejolak dalam perputaran roda
kehidupan. Kententraman manusia akan selalu terusik selamanya sebelum
manusia itu menutup mata, namun terkadang matipun manusia masih
menyisakan ketidaktentraman bagi seorang yang percaya akan takhayul.
Pendek kata manusia tidak akan pernah tentram dari mulai ia menghirup
kehidupan sampai ia menghembuskan nafas terakhirnya untuk kehidupan.
Banyak harta dan berlimpah tidak akan menjamin manusia itu akan
hidup tentram, pasti ada saja masalahnya entah dari diri sendiri, orang
sekitar atau lingkungannya atau harta benta itu sendiri pasti ada celah
untuk menjadikan sesuatu itu masalah. Sebab harta yang di peroleh ada
dua cara jalan yang mempengaruhinya, entah itu  jalan buruk atau jalan
baik. Bila harta benda yang di dapat melalui jalan baik maka harta benda
yang di simpannya akan terus bertambah apalagi sebagian harta yang baik

6
itu di belanjakan di jalan yang baik pula . Seperti menyumbang untuk anak
yatim piatu, panti jompo dan amal sedekah yang akan memberikan syafaat
di akhirat kelak.
Namun apabila harta benda yang telah di perolehnya dari jalan
yang buruk maka penghasilan itu bukan saja tidak bermanfaat, akan tetapi
sesuatu saat  akan menjadi masalah yang besar dan menjadi
batu sandungan yang akan menghukum dirinya sendiri. Dijaman sekarang
ini manusia terus berlomba untuk mendapatkan segalanya, mereka
menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kekayaan yang sesaat. 
Padahal mereka tahu dan mengerti bahwa harta yang telah di dapatnya
sesuatu saat nanti tidak akan di bawanya serta. Disinilah dibutuhkan
sebuah keimanan dalam menentukan ketentraman manusia yang dapat
dilihat secara baik dan benar agar jalan menuju keabadian akan sesuai apa
yang telah di gariskan oleh Sang Maha Pencipta. Bahwa Manusia di utus
kedunia untuk memberikan ketentrman kepada mahluk lainnya dan
mengatur agar kehidupan manusia dapat tertata sempurna dalam beribadah
kepada-Nya, sebagai rasa syukur dari mahluk kepada Tuhan-Nya.

E. Kedamaian Sebagai Makna Hakiki Manusia Beradab


Tak satu pun agama yang memberikan toleransi terhadap
kekerasan, baik terhadap diri sendiri ataupun orang lain. Bukan semata-
mata ajaran agama itu yang melarang, melainkan karena kekerasan
bertentangan dengan fitrah manusia dan nilai-nilai kemanusiaan.
Kekerasan akan menghancurkan manusia dan peradabannya yang telah
dibangun sejak permulaan manusia itu ada. Manusia dan peradabannya
selalu mendambakan terbangunnya perdamaian dan kedamaian sejati,
bukan perdamaian yang dibuat-buat (semu) karena berbagai motif yang
terselubung dan tidak bertanggung jawab. Perdamaian yang diharapkan
adalah perdamaian yang didasarkan cinta kasih sesama sebagai makhluk
Tuhan, yang mempunyai beban dan tanggung jawab sama di muka bumi,
yaitu mewujudkan perdamaian itu sendiri. Karena peradaban manusia

7
selalu diwarnai pertentangan dan kepentingan, maka Tuhan memberi
petunjuk berupa agama untuk membimbing manusia kepada jalan yang
benar atau jalan perdamaian. Peradaban dan budaya yang tidak dibimbing
oleh agama akan membawa sengsara dan pertentangan. Ini terbukti dengan
semakin hilangnya nilai-nilai kemanusiaan dan kebersamaan akibat
modernisasi yang tidak dibarengi dengan peneguhan keimanan dan
ketakwaan kepada Allah. Sikap kebersamaan dan gotong-royong telah
diganti dengan sikap individualistis, sikap saling tolong-menolong dan
membantu berubah menjadi saling bermusuhan (antagonistik), serta
spiritualitas murni digantikan dengan spiritualitas semu yang serba
formalis. Inilah yang membawa manusia kepada kekacauan dan
ketidakstabilan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.  Islam sangat menganjurkan umatnya untuk mewujudkan
perdamaian di dunia ini. Bahkan, perdamaian itu merupakan sebagian dari
pokok keberagamaan umat. Iman sebagai inti dari agama mengandung tiga
pengertian, yakni al-iman (percaya kepada keesaan Allah), al-amanah
(sikap jujur), dan al-aman (menghadirkan keamanan dan
kedamaian). Orang yang menyatakan beriman kepada Allah dituntut
mampu melaksanakan tiga makna tersebut, yaitu: percaya, jujur, dan
damai. Orang beriman yang hanya percaya kepada Allah namun tidak
bersikap jujur dan malah berbuat kerusakan dan kekerasan berarti
keimanannya tidak sempurna.  Perdamaian dan kedamaian itu dapat
berhasil apabila dimulai dari pribadi masing-masing. Ibda’ bi
nafsik (mulailah dari dirimu sendiri), demikian sabda Nabi.  Memulai
perdamaian dari diri sendiri berarti harus mampu menghadirkan
kedamaian dalam jiwa dan menjauhkannya dari kerusakan dan kehancuran
Diri kita pun harus dipenuhi hak-haknya, hak jasmani dan ruhani, serta
harus dijauhkan dari hal-hal yang merusak jasmani dan rohani itu. Sebagai
makhluk sosial, manusia diwanti-wanti oleh Islam agar mewujudkan
perdamaian dan menjauhkan kerusakan dalam lingkup sosial

8
kemasyarakatan. Allah sangat mengecam  kerusakan yang dilakukan umat
manusia di muka bumi ini.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Istilah peradaban dipakai untuk menunjukkan pendapat dan
penilaian terhadap perkembangan kebudayaan. Peradaban adalah
kebudayaan yang bernilai tinggi. Manusia pada hakikatnya merupakan
makhluk beradab dan berbudaya yang tidak bisa hidup di luar adab dan
budaya tertentu. Manusia beradab dan berbudaya yang hidup dalam suatu
masyarakat beradab bukanlah sesuatu yang alamiah, melainkan diciptakan
melalui berbagai upaya yang mendukung terciptanya manusia beradab dan
masyarakat adab.
Dalam perkembangan hidupnya, manusia seringkali berhadapan
dengan berbagai masalah yang mengatasinya berat. Akibatnya timbul
kecemasan, ketakutan dan ketidaktenangan, bahkan tidak sedikit manusia
yang akhirnya kalap sehingga melakukan tindakan-tindakan yang semula
dianggap tidak mungkin dilakukannya, baik melakukan kejahatan terhadap
orang lain seperti banyak terjadi kes-kes pembunuhan termasuk
pembunuhan terhadap anggota keluarga sendiri maupun melakukan
kejahatan terhadap diri sendiri seperti meminum minuman keras dan ubat-
ubat terlarang hingga tindakan bunuh diri.
Kenyamanan jiwa bukanlah suatu hal yang mudah didapat,
layaknya orang bijak bicara seharusnyalah kita bisa menemukan
kenyamanan jiwa dikala usia mulai bertambah, tapi sepertinya hal itu

9
butuh perjuangan yang besar karena kenyamanan jiwa memang mahal
harganya. Usia yang bertambah, pengalaman hidup mengajarkan begitu
banyak hal, mulai dari yang salah hingga yang benar, mulai dari yang
pahit hingga menyenangkan, mulai dari yang mudah hingga yang berat,
segala warna, seribu rasa dan jutaan kisah, tapi kapankah kita temukan
kenyamanan jiwa?.
Dalam keseharian selalu saja ada masalah yang menggelayuti
setiap manusia, entah si kaya atau si miskin masalah akan selalu datang
menghampiri. Setiap permasalahan yang ada akan selalu membuat
ketentraman manusia sedikit terusik, baik itu masalah kecil ataupun
masalah yang besar semua tergantung manusia itu sendiri yang
menyikapinya. Tak satu pun agama yang memberikan toleransi terhadap
kekerasan, baik terhadap diri sendiri ataupun orang lain. Bukan semata-
mata ajaran agama itu yang melarang, melainkan karena kekerasan
bertentangan dengan fitrah manusia dan nilai-nilai kemanusiaan.

B. Saran
Berbagai hal yang penulis paparkan pada bagian sebelumnya
merupakan sebagian kecil dari peradaban masa masa lampau. Sebagai
bangsa yang besar, Indonesia menyimpan berbagai bentuk budaya dan
hasil peradaban yang sesungguhnya masih belum dapat kita manfaatkan
secara baik. Maka, sebagai generasi bangsa yang sadar akan sisi akademis,
perlu bagi penulis untuk melakukan penelaahan terhadap keris sebagai
hasil peradaban menjadi karya ilmiah, skripsi. Oleh karena itu, penulis
mengaharap adanya koreksi dari berbagai pihak. Dengan harapan bahwa
koreksi, saran dan kritik tersebut menjadi acuan bagi penulis untuk dapat
menyempurnakan penulisan karya ilmiah ini di masa yang akan datang.
Di sisi lain, penulis juga mempunyai harapan kepada dinas
kebudayaan, para pemerhati sejarah dan berbagai pihak yang
berkepentingan dengan pelestarian keris sebagai warisan budaya bangsa,

10
agar turut serta menjaga dan melestarikan keris sebagai warisan budaya
bangsa dan bukan sekedar budaya komoditas semata.

DAFTAR PUSTAKA

Made999. (2014, April 14). Makalah Manusia dan Peradaban Ilmu Budaya
Dasar. Retrieved from
https://made999.wordpress.com/2014/04/14/makalah-manusia-dan-
peradaban-ilmu.
Taruna, A. P. (2011, Juni 22). Ketenangan, Kenyamanan, Ketentraman, dan
Kedamaian Sebagai Makna Hakiki Manusia Beradab. Retrieved from
http://armanddoo.blogspot.co.id/2011/06/ketenangan-kenyamanan-
ketentraman-dan.html.

11

Anda mungkin juga menyukai