Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum waraahmatullahi wabarakatuh, Alhamdulillahirabbilalamin,


banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala
puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat,
rahmat, taufik, serta hidayahnya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah dengan judul PENDEKATAN HUMANITIK. Dalam
penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak
karena itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya, kepada:
kedua orangtua dan segenap keluarga penulis yang telah memberikan
dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua
kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagian
dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi. Meskipun penulis berharap isi
dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang
kurang. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap
agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

1
Daftar Isi

KATA
PENGANTAR .............................................................................................. ii

DAFTAR
ISI ............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah........................................................................................ 2

C. Tujuan penulisan.................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep dasar.................................................................................................

B. Pendekatan humanistic dalam konseling keluarga.........................................

C.Hakekat manusia.............................................................................................

D.Hakekat konseling..........................................................................................

E.Tujuan konseling.............................................................................................

F.Karakteristik konseling....................................................................................

G.Peran dan fungsi konselor..............................................................................

H.Hubungan konselor dan klien.........................................................................

I. Teknik konseling.............................................................................................

J. Tahap konseling...............................................................................................

K. Kelebihan dan keterbatasan...........................................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................................................

B. Saran..............................................................................................................

2
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Psikologi humanistik atau disebut juga dengan nama lain psikologi kemanusiaan
adalah suatu pendekatan yang multifase terhadap pengalaman dan tingkah laku
manusia yang memusatkan perhatian pada keunikan dan aktualisasi diri
manusia. Bagi sejumlah ahli psikologi humanistik adalah alternatif, sedangkan
bagi sejumlah ahli psikologi yang lainnya merupakan pelengkap bagi penekanan
tradisional behaviorisme dan psikoanalisis ( Misiak dan Sexton, 2005 ).

Psikologi humanistik dapat dimengerti dari tiga ciri utama, yaitu :

1. Psikologi humanistik menawarkan satu nilai yang baru sebagai pendekatan


untuk memahami sifat dan keadaan manusia.

2. Psikologi humanistik menawarkan pengetahuan yang luas akan kaidah


penyelidikan dalam bidang tingkah laku manusia.

3. Psikologi humanistik menawarkan metode yang lebih luas akan kaidah-


kaidah yang lebih efektif dalam dalam pelaksanaan psikoterapi.

Psikologi Humanistik merupakan salah satu aliran dalam psikologi yang muncul
pada tahun 1950-an, dengan akar pemikiran dari kalangan eksistensialisme yang
berkembang pada abad pertengahan.Kehadiran psikologi humanistik muncul
sebagai reaksi atas aliran psikoanalisis dan behaviorisme serta dipandang
sebagai kekuatan ketiga dalam aliran psikologi.

Pendekatan ini digunakan untuk membantu memudahkan keluarga itu


berkembang dan memenuhi potensi potensi individunya. Pendekatan ini lebih
menekankan pada pendekatan. Pendekatan ini memberikan pengalaman
pengalaman dalam meningkatkan perkembangan, yaitu melalui interaksi antara
konselor dan keluarga.

B.Rumusan Masalah

4
1. Bagaimana konsep dasar teori humanistik?

2. Bagaimana aplikasi teori humanistik dalam konseling keluarga?

3. Bagaimana hakekat manusia dalam teori humanistik?

4. Bagaimana hakekat konselingnya?

5. Apa tujuan konseling humanistik?

6. Apa karakteristik teori humanistik?

7. Apa peran dan fungsi konselor dalam teori humanistik?

8. Bagaiman hubungan konselor dengan klien?

9. Apa saja teknik konseling humanistik?

10. Bagaimana tahap konseling?

11. Apa kelebihan dan keterbatasan humanistik?

C.Tujuan Penulisan

1. Mengetahui konsep dasar humanistik.

2. Memahami aplikasi teori humanistik dalam konseling keluarga

3. Mengetahui hakekat manusiadalam humanistik.

4. Mengetahui hakekat konseling dalam humanistik.

5. Mengetahui tujuan konseling dalam humanistik.

6. Mengetahui karakteristik humanistic.

7. Mengetahui peran dan fungsi konselordalam humanistik.

8. Mengetahui hubungan konselor dengan klien dalam humanistik.

9. Mengetahui teknik konselingl humanistik.

10. Mengetahui tahap konseling humanistik.

11. Mengetahui kelebihan dan keterbatasan teori humanistik.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar

Psikologi humanistic berfokus pada kondisi manusia. Pendekatan ini terutama


adalah suatu sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia alih-alih
suatu system teknik-teknik yang digunakan untuk mempengaruhi klien.
Pendekatan ini bukan suatu pendekatan terapi tunggal, melainkan suatu
pendekatan yang mencakup terapi-terapi yang berlainan yang kesemuanya
berlandaskan konsep-konsep dan asumsi-asumsi tentang manusia. Menurut
Gerald Corey, (1988:54-55) ada beberapa konsep utama dari pendekatan
humanistik yaitu :

1. Kesadaran diri

Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu


kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu
berpikir dan memutuskan. Semakin kuat kesadaran diri itu pada seseorang,
maka akan semakin besar pula kebebasan yang ada pada orang itu.
Kesanggupan untuk memilih alternative-alternatif yakni memutuskan secara
bebas di dalam kerangka pembatasnya adalah suatu aspek yang esensial pada
manusia.

2. Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan

Kesadaran atas kebebasan dan tanggung jawab dapat menimbulkan kecemasan


yang menjadi atribut dasar pada manusia.Kecemasan eksistensial juga bisa
diakibatkan oleh kesadaran atas keterbatasannya dan atas kemungkinan yang
tak terhindarkan untuk mati.Kesadaran atas kematian memiliki arti penting bagi
kehidupan individu sekarang, sebab kesadaran tersebut menghadapkan individu
pada kenyataan bahwa dia memiliki waktu yang terbatas untuk mengaktualkan
potensi-potensinya.

3. Penciptaan Makna

Manusia itu unik, dalam artian bahwa dia berusaha untuk menemukan tujuan
hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan.

6
Pada hakikatnya manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan
sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah makhluk
rasional. Kegagalan dalam menciptakan hubungan yang bermakna dapat
menimbulkan kondisi-kondisi keterasingan dan kesepian.Manusia juga berusaha
untuk mengaktualkan diri yakni mengungkapkan potensi-potensi manusiawinya
sampai taraf tertentu.

Konsep dasar menurut Akhmad Sudrajat adalah :

Manusia sebagai makhluk hidup yang dapat menentukan sendiri apa yang ia
kerjakan dan yang tidak dia kerjakan, dan bebas untuk menjadi apa yang ia
inginkan. Setiap orang bertanggung jawab atas segala tindakannya.

Manusia tidak pernah statis, ia selalu menjadi sesuatu yang berbeda, oleh
karena itu manusia mesti berani menghancurkan pola-pola lama dan mandiri
menuju aktualisasi diri

Setiap orang memiliki potensi kreatif dan bisa menjadi orang kreatif.
Kreatifitas merupakan fungsi universal kemanusiaan yang mengarah pada
seluruh bentuk self expression.

B.Pendekatan humanistic dalam Konseling Keluarga

Aplikasi teori-teori konseling pada praktek konseling keluarga adalah suatu


keharusan. Sebenarnya setiap teori konseling ada praktek untuk konseling
individual. Akan tetapi sering konselor mengalami kesulitan dalam aplikasi
tersebut dengan single theory, karena perilaku manusia tidak bisa dilihat hanya
dari satu sisi saja. Jadi harus disorot dari segala arah. Karena itu menggunakan
multi theory adalah hal yang wajar dalam mempelajari atau mengamati perilaku
manusia, terutama dalam praktek konseling.

Walter Kempler (1981) dalam bukunya experiental Psyhchotherapy


mengemukakan pertama kali pendekatan Gestalts terhadap konseling keluarga.
Ia sebagai konselor gestalt beranggapan bahwa, pendekatan ini amat dekat
dengan pendekatan eksistensial fenomenologis. Dalam deskripsinya mengenai
teori dan praktik psikoterapi pengalaman keluarga (family experiential

7
psychotherapy), Kempler menekankan perhatiannya pada perjuangan
(encounter) atau interaksi interpersonal dalam situasi terapeutik di sini dan
sekarang (here and now). Selanjutnya konselor harus mengembangkan tujuan
konseling dengan cara berpartisipasi penuh sebagai manusia (person).

Yang paling penting dalam fase awal konseling keluarga ialah mendorong
semangat anggota keluarga untuk berani mengemukakan dunia pribadinya.
Kelabunya kehidupan keluarga tidak lain adalah karena berkurangnya kemauan
para anggota untuk mengalami, merasakan pandangan dunia pribadi anggota
keluarga yang lain. Yang satu merasa benar sendiri, dan berusaha menyalahkan
orang lain sehingga masalah yang ada dalam keluarga itu dirasakan oleh
anggota keluarga sebagai masalah yang tak dimengertinya dan kadang-kadang
tak memperdulikannya. Akan tetapi menunjukkan suatu kemauan untuk melihat
dunia orang lain melalui kacamata orang itu sendiri adalah cara konseling yang
diinginkan dan arah ini yang perlu dicapai dengan situasi terapeutik dalam
konseling keluarga.

C.Hakekat Manusia

Pendekatan humanistik berfokus pada diri manusia. Pendekatan ini


mengutamakan suatu sikap yang menekankan pemahaman atas manusia.
Pendekatan humanistik berusaha mengembalikan pribadi kepada fokus sentral,
yakni memberikan gambaran tentang manusia pada tarafnya yang tertinggi.
Pendekatan ini berfokus pada sifat dari kondisi manusia yang mencangkup
kesanggupan untuk menyadari diri, bebas memilih untuk menentukan nasib
sendiri, kebebasan dan tanggung jawab, kecemasan sebagai suatu unsur dasar,
pencarian makna yang unik di dalam dunia yang tak bermakna, berada sendiri
dan berada dalam hubungan dengan orang lain keterhinggaan dan kematian,
dan kecenderungan mengaktualkan diri.

Pendekatan Humanistik di lain pihak, menekankan renungan-renungan filosofi


tentang apa artinya menjadi manusia yang utuh. Terapi eksistensial, terutama
berpijak pada premis bahwa manusia tidak bisa melarikan diri dari kebebasan
dan bahwa kebebasan dan tanggung jawab itu saling berkaitan. Dalam
penerapan-penerapan terapeutiknya, pendekatan humanistik memusatkan

8
perhatian pada asumsi-asumsi filosofis yang melandasi terapi.
Pendekatan humanistik menyajikan suatu landasan filosofis bagi orang-orang
dalam hubungan dengan sesamanya yang menjadi ciri khas, kebutuhan yang
unik dan menjadi tujuan konselingnya, dan yang melalui implikasi-implikasi bagi
usaha membantu individu dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan dasar
yang menyangkut keberadaan manusia. Pendekatan ini memberikan kontribusi
yang besar dalam bidang psikologi, yakni tentang penekanannya terhadap
kualitas manusia terhadap manusia yang lain dalam proses teurapeutik. Terapi
eksistensial-humanistik menekankan kondisi-kondisi inti manusia dan
menekankan kesadaran diri sebelum bertindak. Kesadaran diri berkembang sejak
bayi. Perkembangan kepribadian yang normal berlandaskan keunikan masing-
masing individu. Determinasi diri dan kecenderungan kearah pertumbuhan
adalah gagasan-gagasan sentral. Psikopatologi adalah akibat dari kegagalan
dalam mengaktualkan potensi. Pembedaan-pembedaan dibuat antara rasa
bersalah ekstensial dan rasa bersalah neurotik serta antara kecemasan
ekstensial dan kecemasan neurotik. Berfokus pada saat sekarang dan akan
menjadi apa seseorang itu, yang berarti memiliki orientasi ke masa depan. Maka
dari itu, akan lebih meningkatkan kebebasan konseling dalam mengambil
keputusan serta bertanggung jawab dalam setiap tindakan yang di ambilnya.

Sebagai salah contoh dalam perilaku sehari-hari: narkoba dan free sex. Dalam
masyarakat, jelas narkoba dan free sex itu adalah pelanggaran. Baik pilihan atau
tindakan seseorang yang terlibat dalam narkoba dan free sex, itu jelas
melanggar norma, moral dan hukum. Tidak ada masyarakat yang melegalkan
semua tindakan ini. Namun bagi penganut eksistensialist, bukan narkoba dan
free sex yang menjadi problemnya, tetapi pilihan seseorang. Pilihan ini akan
mendorong lahirnya tindakan seseorang. Jika seseorang menilai narkoba dan
free sex itu adalah positif (maksudnya: mendatangkan keuntungan bagi dirinya
sendiri, membuat manusia melupakan segala problem hidupnya, membuat
lapangan pekerjaan, karena banyaknya pengangguran, dsb), maka narkoba dan
free sex akan dilakukan. Akan tetapi sebaliknya jika hal ini dianggap negatif,
maka itu tidak akan dilakukan. Yang jelas, pilihannya menjadi faktor penentu
lahirnya tindakan seseorang.

D.Hakekat Konseling

9
Hakikat konseling humanistik menekankan renungan filosofi tentang apa artinya
menjadi manusia. Pendekatan humanistik berdasarkan pada asumsi bahwa kita
bebas dan bertanggung jawab atas pilihan yang kita ambil dan perbuatan yang
kita lakukan. Yang paling diutamakan dalam konseling eksistensial-humanistik
adalah hubunganya dengan klien.Kualitas dari dua orang yang bertatap muka
dalam situasi konseling merupakan stimulus terjadinya perubahan yang positif.

E.Tujuan Konseling

Tujuan Konseling menurut Gerald Corey yaitu

1. Agar klien mengalami keberadaannya secara otentik dengan menjadi dasar


atas
keberadaan dan potensi-potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka diri dan
bertindak berdasarkan kemampuannya.

2. Meluaskan kesadaran diri klien, dan karenanya meningkatkan kesanggupan


pilihannya, yakni menjadi bebas dan bertanggung jawab atas arah hidupnya.

3. Membantu klien agar mampu menghadapi kecemasan sehubungan dengan


tindakanmemilih diri, dan menerima kenyataan bahwa dirinya lebih dari sekedar
korbankekuatan-kekuatan deterministik diluar dirinya.

4..Konseling keluarga bertujuan membantu anggota keluarga belajar dan


memahami bahwa dinamika keluarga merupakan hasil pengaruh hubungan
anggota keluarga.

5. Membantu anggota keluarga agar dapat menerima kenyataan bahwa apabila


salah seorang anggota keluarga memiliki permasalahan, hal itu akan
berpengaruh terhadap persepsi, harapan, dan interaksi anggota keluarga lainnya

6. Memperjuangkan (dalam konseling), sehingga anggota keluarga dapat


tumbuh dan berkembang guna mencapai keseimbangan dan keselarasan.

7. Mengembangkan rasa penghargaan dari seluruh anggota keluarga terhadap


anggota keluarga yang lain.

Tujuan Konseling menurut Akhmad Sudrajat yaitu :

10
1. Mengoptimalkan kesadaran individu akan keberadaannya dan menerima
keadaannya menurut apa adanya. Saya adalah saya.

2. Memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi cara berfikir, keyakinan serta


pandangan-pandangan individu, yang unik, yang tidak atau kurang sesuai
dengan dirinya agar individu dapat mengembangkan diri dan
meningkatkan self actualization seoptimal mungkin.

3. Menghilangkan hambatan-hambatan yang dirasakan oleh individu dalam


proses aktualisasi dirinya.

4. Membantu individu dalam menemukan pilihan-pilihan bebas yang


mungkin dapat dijangkau menurut kondisi dirinya.

F. Karakteristik

Konseling eksistensialisme berfokus pada situasi kehidupan manusia di alam


semesta, yang mencakup; kemampuan kesadaran diri, kebebasan untuk memilih
dan menentukan nasib hidupnya sendiri; tanggung jawab pribadi; kecemasan
sebagai unsur dasar dalam kehidupan batin; usaha untuk menemukan makna
dari kehidupan manusia ; keberadaan dalam komunikasi dengan manusia lain ;
kematian; serta kecenderungan dasar untuk mengembangkan dirinya
semaksimal mungkin (winkel 453;2007).

Pendekatan humanistik percaya pada kehendak bebas, bahwa individu secara


sadar atau tidak sadar membuat keberadaan mereka dan, bila diberikan pada
keadaan yang tepat, dapat menciptakan kembali keberadaan mereka-dengan
kata lain, perubahan. Sebagian besar pendekatan eksistensial-humanistik
percaya bahwa ada kecenderungan bawaan bagi individu untuk
mengaktualisasikan diri untuk memenuhi potensi mereka jika mereka diberikan
lingkungan yang kondusif untuk pertumbuhan (Maslow, 1968, 1970).

Pendekatan eksistensial-humanistik mengambil perspektif fenomenologis ketika


mereka menekankan realitas subjektif klien. Selain itu, pendekatan ini tidak
menekankan peran bawah sadar sedangkan kesadaran ditekankan. Eksistensial-
humanis percaya bahwa kecemasan adalah bagian alami dari hidup maupun
pesan tentang keberadaan seseorang.

11
G.Peran dan Fungsi Konselor

Peran konselor mencakup hal-hal berikut :

1. Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi.

2. Menyadari peran dari tanggung jawab konselor

3. Berorientasi pada pertumbuhan.

4. Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi.

5. Mengakui bahwa putusan dan pilihan akhir terletak ditangan klien.

6. Memandang terapis sebagai model, dalam arti bahwa terapis dengan


gaya hidup dan pandangan humanistiknyatentang manusia secara implisit
menunjukkan kepada klien potensi bagi tindakan kreatif dan positif.

7. Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan pandangan dan untuk


Mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.

8. Bekerja ke arah mengurangi ketergantungan klien serta


meningkatkan kebebasan klien.

9. Konselor berperan sebagai facilitative a comfortable yaitu membantu klien


melihat secara jelas dan obyektif dirinya dan tiindakan tindakannya sendiri

10. Berusaha menghilangkan pembelaan diri dan keluarga

11. Membelajarkan klien untuk berbuat secara dewasa untuk bertanggung


jawab melakukan self control

12. Konselor mejadi penengah dari pertentangan atau kesenjangan komunikasi


dan menginterpretasi pesan pesan yang disampaikan klien atau anggota
keluarga.

H.Hubungan Konselor dengan Klien

Hubungan terapeutik sangat penting bagi terapis eksistensional.Penekanan


diletakkan pada pertemuan antar manusia dan perjalanan bersama alih-alih

12
pada tehnik-teknik yang mempengaruhi klien.Isi pertemuan terapi adalah
pengalaman klien sekarang, bukan masalah klien.Hubungan dengan orang lain
dalam kehadiran yang otentik difokuskan kepada disini dan sekarang.Masa
lampau atau masa depan hanya penting bila waktunya berhubungan langsung.

Yang paling diutamakan oleh konselor eksistensial adalah hubunganya dengan


klien.Kualitas dari dua orang yang bertatap muka dalam situasi terapeutik
merupakan stimulus terjadinya perubahan yang positif.Konselor percaya bahwa
sikap dasar mereka terhadap klien, karakteristik pribadi tentang kejujuran,
integritas dan keberanian merupakan hal-hal yang harus ditawarkan.Konseling
merupakan perjalanan yang ditempuh konselor dan klien, suatu perjalanan
pencarian menyelidiki kedalam dunia seperti yang dilihat dan dirasakan klien.

Konselor berbagi reaksi dengan kliennya disertai kepedulian dan empati yang
tidak dibuat-buat sebagai satu cara untuk memantapkan hubungan terapeutik.
May dan Yalom (1989) menekankan peranan krusial yang dimainkan oleh
kapasitas konselor untuk disana demi klien selama jam terapi yang mencakup
hadir secara penuh dan terlibat secara intens dengan kliennya. Sebelum
konselor membimbing klien untuk berhubugan dengan orang lain, maka
pertama-tama harus secara akrab berhubungan dengan si klien itu (Yalom,
1980).

Inti dari hubungan terapeutik adalah rasa saling menghormati, yang mencakup
kepercayaan akan potensi klien untuk secara otentik menangani kesulitan
mereka dan akan kemampuan mereka menemukan jalan alternatif akan
keberadaan mereka. Sidney Jourad (1971) mendesak konselor untuk mengajak
klien mereka benar-benar menunjukkan keotentikan dirinya melalui perilaku
yang otentik dan pengungkapan diri.Oleh karena itu konselor mengajak klien
untuk tumbuh dengan mencontoh perilaku otentik.Mereka bisa menjadi
transparan apabila dianggap cocok untuk diterapkan dalam hubungan itu, dan
sifat kemanusiaannya bisa menjadi stimulus untuk diambil potensi riilnya oleh
klien.

I. Teknik Konseling

Teori humanistik tidak memiliki teknik-teknik yang ditentukan secara ketat.


Prosedur-prosedur konseling bisa dipungut dari beberapa teori konseling lainnya
separti teoriGestalt dan Analisis Transaksional. Tugas konselor disini adalah

13
menyadarkan konseli bahwa ia masih ada di dunia ini dan hidupnya dapat
bermakna apabila ia memaknainya.

Dalam konseling humanistik terdapat teknik-teknik konseling , yang mana


sebelum mengetahui teknik-teknik konseling tersebut terdapat beberapa prinsip
kerja teknik humanistic.Upaya pelaksanaan konseling keluarga yang bermasalah
diperlukan pemahaman yang khusus dan terarah antara lain :

1. Membina hubungan baik (good rapport).

2. Membuat klien bisa menerima dirinya dengan segala potensi dan


keterbatasannya.

3. Merangsang kepekaan emosi klien,mengembangkan penghargaan


emosional terhadap hubungan antar keluarga yang satu dengan yang lainnya.

4. Membuat klien bisa mencari solusi permasalahannya sendiri.

5. Mengembangkan potensi dan emosi positif klien.

J. Tahap Konseling

Terdapat beberapa tahap yang dapat dilakukan oleh terapis dalam terapi
eksistensial antara lain :

1. Tahap pendahuluan

Konselor mengembangkan hubungan baik / rapport antara therapist dengan


keluarga dan antara anggota keluarga yang satu dengan anggota keluarga yang
lainnya. membantu konseli dalam mengidentifikasi dan mengklarifikasi asumsi
mereka tentang dunia. Konseli diajak untuk mendefinisikan dan menayakan
tentang cara mereka memandang dan menjadikan eksistensi mereka bisa
diterima. Mereka meneliti nilai mereka, keyakinan, serta asumsi untuk
menentukan kesalahannya. Bagi banyak konseli hal ini bukan pekerjaan
yang mudah, oleh karena itu awalnya mereka memaparkan problema
mereka. Konselor disini mengajarkan mereka bagaimana caranya untuk
bercermin pada eksistensi mereka sendiri dan meneliti peranan mereka dalam
hal penciptaan problem mereka dalam hidup.

2. Pada tahap tengah dari konseling humanistik

14
Konseli didorong semangatnya untuk lebih dalam lagi meneliti sumber dan
otoritas dari sistem nilai mereka. Proses eksplorasi diri ini biasanya membawa
konseli ke pemahaman baru dan berapa restrukturisasi dari nilai dan sikap
mereka. Konseli mendapat cita rasa yang lebih baik akan jenis kehidupan
macam apa yang mereka anggap pantas. Mereka mengembangkan
gagasan yang jelas tentang proses pemberian nilai internal mereka.

3. Tahap terakhir dari Konseling humanistik

Berfokus pada alternative pemecahan masalah kemudian menerapkan salah


satu alternatif pemecahan masalah konseling untuk bisa melaksanakan apa
yang telah mereka pelajari tentang diri mereka sendiri dan keluarganya.
Sasaran terapi adalah memungkinkan konseli untuk bisa mencari
caramengaplikasikan nilai hasil penelitian dan internalisasi dengan jalan
kongkrit. Biasanya konseli menemukan jalan mereka untuk menggunakan
kekuatan itu demi menjalani konsistensi kehidupannya yang memiliki tujuan.

K. Kelebihan & Keterbatasan

Kelebihan

1. Teknik ini dapat digunakan bagi klien yang mengalami kekurangan dalam
perkembangan dan kepercayaan diri.

2. Adanya kebebasan klien untuk mengambil keputusan sendiri.

3. Memanusiakan manusia.

4. Bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, analisis


terhadap fenomena sosial.

5. Pendekatan humanistik lebih cocok digunakan pada perkembangan klien


seperti masalah karier, kegagalan dalam perkawinan, pengucilan dalam
pergaulan ataupun masa transisi dalam perkembangan dari remaja menjadi
dewasa

15
Kelemahannya

1. Dalam metodologi, bahasa dan konsepnya yang mistikal

2. Dalam pelaksanaannya tidak memiliki teknik yang tegas.

3. Terlalu percaya pada kemampuan klien dalam mengatasi masalahnya


(keputusan ditentukan oleh klien sendiri)

4. Memakan waktu lama.

5. Memiliki keterbatasan penerapan pada kasus level keberfungsian klien


yang rendah (klien yang ekstrem yang membutuhkan penangan secara
langsung)

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Konseling Aplikasil humanistic ini berfokus pada sifat dari kondisi manusia yang
mencangkup kesanggupan untuk menyadari diri, bebas memilih untuk
menentukan nasib sendiri, kebebasan dan tanggung jawab, kecemasan sebagai
suatu unsur dasar, pencarian makna yang unik di dalam dunia yang tak
bermakna, berada sendiri dan berada dalam hubungan dengan orang lain
keterhinggaan dan kematian, dan kecenderungan mengaktualkan diri.

Tujuan khusus dari konseling keluarga antara lain agar mendorong anggota
keluarga agar memiliki toleransi pada anggota keluarga lain,mampu memberi
motivasi,dorongan,sesuai dengan persepsi anggota keluarga lain,serta orang tua
mampu berpersepsi secara realistis sesuai dengan persepsi anggota keluarga
yang lain.

B. Saran

Memiliki kemampuan dalam konseling humanistik merupakan hal yang


penting,dapat mengarahkan hidup kita ke masa depan yang lebih baik. Untuk itu
kita harus mengasah kemampuan (kreatifitas) kita secara baik berdasarkan
pengalaman -pengalaman pribadi kita di lingkungan.Kita dapat memahami dan
mengetahui hal-hal atau masalah klien kita nantinya.

17
DAFTAR PUSTAKA

www.google.com

Siti Hartinah,2009.Konseling Keluarga.Tegal:UPS

18

Anda mungkin juga menyukai