Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Antropometri adalah ilmu yang mempelajari berbagai ukuran tubuh
manusia.Dalam bidang ilmu gizi digunakan untuk menilai status gizi. Ukuran yang
sering digunakan adalah berat badan dan tinggi badan. Selain itu juga ukuran
tubuhlainnya seperti lingkar lengan atas, lapisan lemak bawah kulit, tinggi
lutut,lingkaran perut, lingkaran pinggul. Ukuran-ukuran antropometri tersebut bisaberdiri
sendiri untuk menentukan status gizi dibanding baku atau berupa indeksdengan
membandingkan ukuran lainnyaseperti BB/U, BB/TB. TB/U (Sandjaja,dkk., 2010).
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau darisudut
pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan berbagai macampengukuran dimensi
tubuh dan komposisi dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi (Supariasa, dkk., 2001).
Status gizi adalah salah satu indikator untuk menilai status kesehatan remaja yang
mudah dan murah, yang dibutuhkan hanya disiplin dan komitmen untuk terus menerus
secara rutin memantau berat badan dan tinggi badan.
Status gizi pada remaja dihitung dengan menggunakan rumus indeks massa tubuh
atau yang biasa disingkat dengan istilah IMT atau BMI (Body Mass Index). Akan tetapi
IMT bukan tanpa kelemahan, karena IMT hanya menggambarkan proporsi ideal tubuh
seseorang antara berat badan saat ini terhadap tinggi badan yang dimilikinya. IMT tidak
mampu mengambarkan tentang proporsi lemak yang terkandung di dalam tubuh
seseorang.
Meskipun demikian, jika nilai IMT sudah menunjukkan ke arah kelebihan berat
badan atau overweight/obesitas, biasanya seseorang diminta untuk melakukan
pemeriksaan lanjutan, apakah kelebihan berat badan tersebut merupakan hasil dari
timbunan lemak atau otot, bisanya dengan menggunakan beberapa pengukuran
antropometri seperti pengukuran lemak bawah kulit. Oleh karena itu, untuk mengetahui
status gizi seseorang, maka dilakukan pengukuran antropometri ini

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Gambaran Status Gizi Pada Remaja ?
2. Bagaimana Cara Pengukuran Status Gizi Pada Remaja Menggunakan IMT ?
3. Bagaimana Cara Pengukuran Status Gizi Pada Remaja Menggunakan LILA ?

1|Page
C. Tujuan
Laporan ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui Gambaran Status Gizi Pada Remaja.
2. Memahami Cara Pengukuran Status Gizi Pada Remaja Menggunakan IMT.
3. Memahami Cara Pengukuran Status Gizi Pada Remaja Menggunakan LILA.

2|Page
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Masa Remaja
1. Pengertian Masa Remaja
Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-
kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun
dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun (Papalia
dan Olds, 2001).
Masa remaja dapat dibagi menjadi menjadi masa remaja awal ( usia
dari 12 tahun sampai dengan usia 17 tahun ) sedangkan masa remaja akhir (usia
dari 17 tahun hingga usia 20 tahun ). Masa remaja awal dan akhir dibedakan
karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan
yang lebih mendekati masa dewasa (Hurlock, 1990).
Pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi
perubahan- perubahan yang berhubungan dengan perkembangan
psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orangtua
dan cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan proses
pembentukan orientasi masa depan (Hurlock, 1990).
Yang dimaksud dengan perkembangan adalah perubahan yang terjadi
pada rentang kehidupan. Perubahan itu dapat terjadi secara kuantitatif,
misalnya pertambahan tinggi atau berat tubuh; dan kualitatif, misalnya
perubahan cara berpikir secara konkret menjadi. Perkembangan dalam
kehidupan manusia terjadi pada aspek-aspek yang berbeda. Ada tiga aspek
perkembangan, yaitu: perkembangan fisik, perkembangan kognitif, dan
perkembangan kepribadian dan sosial (Papalia dan Olds, 2001).

2. Aspek Aspek Perkembangan pada Masa Remaja


Perkembangan Fisik, Yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah
perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan
motorik ( Papalia dan Olds, 2001).
Perkembangan Kognitif, perkembangan kognitif adalah perubahan
kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa.
Piaget mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif,
yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial

3|Page
yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir
abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi
formal (Papalia dan Olds, 2001).
Menurut Piaget seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia
karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam pandangan
Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di mana
informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema
kognitif mereka. Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide
yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga menghubungkan ide-
ide tersebut. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami
dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga
memunculkan suatu ide baru. Formal (Papalia dan Olds, 2001).
Tahap operasi formal adalah suatu tahap dimana seseorang sudah mampu
berpikir secara abstrak. Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal
yang aktual, serta pengalaman yang benar-benar terjadi. Dengan mencapai
tahap operasi formal remaja dapat berpikir dengan fleksibel dan kompleks.
Seorang remaja mampu menemukan alternatif jawaban atau penjelasan tentang
suatu hal. Berbeda dengan seorang anak yang baru mencapai tahap operasi
konkret yang hanya mampu memikirkan satu penjelasan untuk suatu hal.
Hal ini memungkinkan remaja berpikir secara hipotetis. Remaja sudah
mampu memikirkan suatu situasi yang masih berupa rencana atau suatu
bayangan. Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang dilakukan pada
saat ini dapat memiliki efek pada masa yang akan datang. Dengan demikian,
seorang remaja mampu memperkirakan konsekuensi dari tindakannya, termasuk
adanya kemungkinan yang dapat mempengaruhi dirinya (Santrock, 2001)
Pada tahap ini, remaja juga sudah mulai mampu berspekulasi tentang
sesuatu, dimana mereka sudah mulai membayangkan sesuatu yang diinginkan di
masa depan. Perkembangan kognitif yang terjadi pada remaja juga dapat dilihat
dari kemampuan seorang remaja untuk berpikir lebih logis. Remaja sudah mulai
mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana mereka mampu membuat
suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan (Santrock, 2001).

4|Page
3. Ciri ciri Masa Remaja
Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi
perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa
perubahan yang terjadi selama masa remaja, yaitu : peningkatan emosional yang
terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal dengan sebagai masa
storm & stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik
terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial,
peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru
yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan
yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi
bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan bertanggung
jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya
waktu, dan akan nampak jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal masa
kuliah ( Aaro, 1990 ).
Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual.
Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan
kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik
perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi
maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi
tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja (Aaro, 1990 ).
Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan
orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi
dirinya dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang
baru dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang
lebih besar pada masa remaja, maka remaja diharapkan untuk dapat
mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting.
Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak
lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi
juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa (Aaro, 1990).
Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada
masa kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa
(Aaro, 1990).
Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi
perubahan yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi

5|Page
di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan
tersebut, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung
jawab tersebut. (Aaro, 1990)

B. Gizi
1. Pengertian Gizi
Deswani dkk (1990) dalam Supriasa (2002), mengungkapkan bahwa ada
beberapa istilah yang berhubungan dengan status gizi. Istilah-istilah tersebut
adalah gizi (nutrition) adalah suatu proses organisme menggunakan
makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi,
transportasi, penyimpanan, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ,
serta menghasilkan energi. Keadaan gizi adalah keadaan akibat dari
keseimbangan antar konsumsi dan penyerapan zat gizi dan pengunaan zat gizi
tersebut, atau keadaan fisiologik akibat tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh.
2. Karbohidrat
Karbohidrat memegang peranan penting dalam alam karena merupakan
sumber energi utama bagi manusia dan hewan yang harganya relatif
murah. Semua karbohidrat berasal dari tumbuhan. Di negara yang sedang
berkembang, kurang lebih 80% energi makanan berasal dari karbohidrat. Di
Negara maju seperti Amerika dan Eropa Barat, angka ini lebih rendah yaitu
rata-rata 50%. Nilai energi karbohidrat adalah 4 kkal per gram (Almatsier, 2001).
Untuk memelihara kesehatan, WHO menganjurkan agar 55-75%
konsumsi energi total berasal dari karbohidrat kompleks dan paling banayak
hanya 10% berasal dari gula sederhana. Sumber karbohidrat adalah padi-padian
atau serealia, umbi-umbian, kacang-kacang kering, gula, dan lain-lain. Hasil olah
bahan ini adalah bihun, mie, roti, tepung-tepungan, selai, dan sebagainya.
Sumber karbohidrat yang banyak dikonsumsi di Indonesia adalah beras, jagung,
ubi, singkong, talas, dan sagu (Almatsier, 2001).
3. Lemak
Istilah lemak meliputi senyawa-senyawa heterogen, termasuk lemak
dan minyak yang umu dikenal didalam makanan, malam, fosfolipida, sterol,
dan ikatan lain sejenis yang terdapat didalam makanan dan tubuh manusia.
Fungsi lemak adalah sebagai sumber energy, sebagai sumber asam lemak

6|Page
esensial, alat angkut vitamin larut lemak, menghemat protein, member rasa
kenyang dan kelezatan, sebagai pelumas, dan lainnya (Almatsier ,2001).
Lemak banyak terdapat dalam bahann makanan yang bersumber daari
hewani, misalnnya daging berlemak, jeroan, dan sebagainya, sedangkan minyak
banyak digunakan untuk memasak/menggoreng.Lemak dibutuhkan
manusia dalam jumlah tertentu. Departemen Kesehatan RI menganjurkan
konsumsi lemak dibatasi tidak melebihi 25% dari total energy per hari, atau
paling banyak 3 sendokk makan minyak goring untuk memasak makanan sehari
(Sayogo, 2006).
4. Protein
Istilah protein berasal dari kata yunani proteos, yang berarti yang utama
atau yang didahulukan. Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan
merupakan bagian terbesar dari tubuh sesudah air. Seperlima bagian tubuh
adalah protein, setengahnya ada didalam otot, seperlima didalam tulang dan
tulang rawan, sepersepuluh didalam kulit, dan selebihnya didalam jaringan tubuh
dan cairan tubuh. Semua enzim, berbagai hormone, pengangkut zat-zat gizi dan
darah, matriks intraseluler dan sebagainya adalah protein (Almatsier, 2001).
Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik, dalam
jumlah maupun mutu, seperti telur, susu, daging, unggas, ikan, kerang,,
dan lainnya.Sumber protein nabati adalah kacang kedelai dan hasilnya, seperti
tempe dan tahu, dan kacang-kacangan lain. Angka Kecukupan Protein ( AKP )
orang dewasa menurut hasil-hasil penelitian keseimbangan nitrogen
adalah 0,75 gram/kg BB, berupa protein patokan tinggi, yaitu protein telur.
Catatan Biro Pusat Statistik pada tahun 1999, menunjukkan secara nasional
konsumsi protein sehari- hari rata-rata penduduk Indonesia adalah 48,7 gram
sehari. Ini telah melebihi rata-rata standar kecukupan protein sehari, yaitu 45
gram (Almatsier ,2001).
5. Vitamin
Vitamin adalah zat-zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah
sangat kecil dan pada umunya tidak dapat dibentuk oleh tubuh. Oeh karena itu,
harus didapat dari makanan. Vitamin termasuk kelompok zat pengatur
pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan. Tiap vitamin mempunyai tugas
spesifik didalam tubuh. Karena vitamin adalah zat organic maka vitamin dapat
dirusak karena penyimpanan dan pengolahan (Almatsier, 2001). Vitamin dalam

7|Page
makan terbagi 2, yaitu:
a. Vitamin Larut Lemak
1) Vitamin A
Viatmin A merupakan nama generik yang menyatakan semua
retinoid dan precursor/provitamin A/karotenoid yang mempunyai
aktivitas biologik sebagai retinol. Vitamin A berfungsi dalam dalam
hal penglihatan, diferensiasi sel, pertumbuhan dan perkembangan,
reproduksi, dan lainnya. Sumber vitamin A adalah hati, kuning telur,
susu,sayuran hijau dan lainnya.
2) Vitamin D
Vitamin D mencegah dan menyembuhkan riketsia, yaitu penyakit
dimana tulang tidak mampu melakukan klasifikasi. Vitamin D dapat
dibentuk tubuh dengan bantuan sinar matahari. Fungsi vitamin D adalah
dalam membanu pembentukan dan pemeliharaan tulang (Almatsier,
2001).
3) Vitamin E
Fungsi vitamin E adalah sebagai antioksidan yang larut dalam
lemak dan mudah memberikan hidrogen dari gugus hidroksil ( OH )
pada struktur cincin ke radikal bebas. Vitamin E banyak terdapat pada
tumbuh-tmbuhan, terutama pada minyak kecambah gandum dan
biji-bijian. Sayur-sayuran juga memiliki kandungan vitamin E yang
baik(Almatsier, 2001).
4) Vitamin K
Fungsi vitamin K yang diketahui adalah dalam pembekuan darah,
walaupun mekanismenya belum diketahui dengan pasti. Sumber
utama vitamin K adalah hati, sayuran berwarna hijau, kacang buncis,
kacang polong, kol, brokoli, dan lainnya (Almatsier, 2001).
b. Vitamin Larut Air
1) Vitamin C
Vitamin C mempunyai banyak fungsi didalam tubuh, sebagai
koenzim atau kofaktor. Asam askorbat adalah bahan yang kuat
kemampuan reduksinya dan bertindak sebagai antioksidan dalam
reaksi-reaksi hidroksilasi. Vitamin C banyak terdapat didalam pangan
nabati , yaitu sayur dan buah terutama yang asam, seperti jeruk, nenas,

8|Page
rambutan, papaya, genadria, dan tomat. Vitamin C juga banyak
terdapat didalam sayuran daun-daunan dan jenis kol (Almatsier, 2001).
6. Mineral
Mineral merupakan bagian tubuh dan memegang peranan penting dalam
pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi
tubuh secara keseluruhan. Kalsium, fosfor, dan magnesium adalah bagian dari
tulang, besi dan hemoglobin dalam sel darah merah, dan iodium dari hormone
tiroksin. Disamping itu mineral berperan dalam berbagai tahap metabolism,
terutama sebagai kofaktor dalam aktivitas enzim-enzim. Sumber paling baik
mineral adalah makanan hewani kecuali magnesium yang terutama alebih
banyak didalam makanan nabati (Almatsier, 2001).
7. Air
Air berfungsi didalam tubuh sebagai melancarkan transportasi zat gizi
dalam tubuh, mengatur keseimbangan cairan dan garam mineral dalam tubuh,
mengatur suhu tubuh, serta melancarkan dalam proses buang air besar dan kecil..
Untuk memenuhi fungsi tersebut di atas, cairan yang dikonsumsi seseorang,
terutama air minum, sekurang-kurangnya dua liter atau setara dengan delapan
gelas air setiap hari. Selain itu, mengkonsumsi cukup cairan dapat mencegah
dehidrasi atau kekurangann cairan tubuh, dan dapat menurunkan resiko
penyakit batu ginjal. Mengkonsumsi cairan yang tidak terjamin keamanannya
dapat menimbulkan gaangguan kesehatan seperti diare dan keracunan berbagai
senyawa kimia yang terdapat pada air (Soekirman, 2008).

C. Status Gizi
1. Pengertian Status Gizi
Pengertian Status Gizi adalah keadaan kesehatan individu-individu atau
kelompok kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi
dan zat gizi yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya
diukur secara antropometri (Almatsier, 2001).
Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan
dan penggunaan zat gizi. Dibedakan atas status gizi buruk, gizi kurang, gizi
baik, dan gizi lebih (Almatsier, 2001).
Keadaan gizi adalah keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi
dan penyerapan gizi dan penggunaan zat gizi tersebut atau keadaan

9|Page
fisiologi akibat dari tersedianya zat gizi dalam sel tubuh (Supariasa, dkk, 2002).
Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat
kesehatan dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental.
Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi.
Tingkat gizi seseorang dalam suatu masa bukan saja ditentukan oleh konsumsi
zat gizi pada masa lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002).

2. Penilaian Status Gizi


Penilaian status gizi pada dasarnya merupakan proses pemeriksaan
keadaan gizi seseorang dengan cara mengumpulkan data penting, baik yang
bersifat objektif maupun subjektif, untuk kemudian dibandingkan dengan baku
yang telah tersedia. Data objektif dapat diperoleh dari data pemeriksaan
laboratorium perorangan, serta sumber lain yang dapat diukur oleh anggota tim
penilai (Arisman, 2010).
Komponen penilaian status gizi meliputi (1) survei asupan makanan, (2)
pemeriksaan biokimia, (3) pemeriksaan klinis, serta (4) pemeriksaan
antropometris (Arisman, 2010).

3. Pemeriksaan Antopometri
Antropometri merupakan cara penentuan status gizi yang mudah dan murah.
Indeks Massa Tubuh (IMT) direkomendasikan sebagai indikator yang baik untuk
menentukan status gizi remaja (Permaisih,2003). Antropometri sebagai indikator
status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter (ukuran tunggal
dari tubuh manusia), antara lain : umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan
atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar panggul, dan tebal lemak di bawah kulit
(Supariasa,2002).
Dalam penelitian antropometri yang penting dilakukan adalah penimbangan
berat badan dan pengukuran tinggi badan (Arisman,2007).
a. Berat Badan
Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air, dan
mineral pada tulang. Pada remaja, lemak tubuh cenderung meningkat, dan
protein otot menurun (Supariasa,2002).

10 | P a g e
b. Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang
telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat
(Supriasa, 2002).
Tinggi badan dapat diukur dalam keadaan berdiri tegak lurus, tanpa alas
kaki, kedua tangan merapat ke badan, punggung dan pantat menempel pada
dinding dan pandangan diarahkan ke depan. Kedua tangan bergantung relaks
disamping badan. Potongan kayu (atau logam), bagian dari alat pengukur
tinggi badan digeser, kemudian diturunkan hingga menyentuh bagian atas
(verteks) kepala. Sentuhan harus diperkuat jika subjek berambut tebal
(Arisman,2007).

Rumus IMT
()
IMT =
()
Tabel 2.1 : Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia

Status Gizi IMT


Kurus Kurus tingkat berat < 17
Kurus tingkat ringan 17,0 18,4
Normal Normal 18,5 -25,0
Gemuk Gemuk tingkat ringan 25,1 27,0
Gemuk Tingkat berat >27

c. LILA (Lingkar Lengan Atas)


Lingkar lengan atas merupakan salah satu pilihan untuk penentuan
status gizi, karena mudah, murah dan cepat. Tidak memerlukan data umur
yang terkadang susah diperoleh. Memberikan gambaran tentang keadaan
jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit.
Lingkar lengan bawah diukur pada bagian proksimal tidak lebih dari 6
cm dari radial. Lingkar paha diukur di bagian paha, yaitu titik pertengahan
antara titik paling proksimal tulang patella dan titik pertengahan lipat paha.
Titik tengah lipat paha ditentukan dengan jalan menentukan terlebih dahulu

11 | P a g e
letak SIAS ketika (subjek masih berdiri), dan simfasis pubis. Lingkar betis
dapat diukur baik dalam keadaan berdiri maupun duduk. Jika subjek berdiri,
berat badan harus tertumpu pada kedua kaki secara merata, dan jarak kedua
kaki sekitar 25 cm. Jika subjeknya duduk, kedua kaki harus dijuntaikan. Pita
pengukur kemudian dilingkarkan ke betis (tegak lurus dengan aksis
memanjang betis), dan diturun-naikkan untuk mencari diameter terbesar. Hasil
pengukuran ulang tidak boleh berbeda lebih dari 2 mm (Arisman, 2007).

Tabel 2.2 : Ambang Batas Pengukuran LiLA


Klasifikasi Batas Ukur
Wanita Usia Subur
KEK < 23,5 cm
Normal 23,5 cm
Bayi Usia 0-30 hari
KEP < 9,5 cm
Normal 9,5 cm
Balita
KEP < 12,5 cm
Normal 12,5 cm

Sumber: Sirajuddin, 2012.


LiLA mencerminkan cadangan energi, sehingga dapat mencerminkan:
1) Status KEP pada balita
2) KEK pada ibu WUS dan ibu hamil: risiko lahir bayi BBLR
Kelemahan dari pengukuran LILA:
1) Baku LILA yang sekarang digunakan belum mendapat pengujian yang
memadai untuk digunakan di Indonesia.
2) Kesalahan pengukuran relatif lebih besar dibandingkan pada TB.
3) Sensitif untuk suatu golongan tertentu (prasekolah), tetapi kurang sensitif
untuk golongan dewasa.

4. Gizi Kurang
Suatu keadaan dimana terjadi defisiensi zat gizi yang kompleks,

12 | P a g e
khususnya kalori yang dibutuhkan oleh tubuh dan diakibatkan oleh rendahnya
asupan makanan. Faktor penyebab gizi kurang disebabkan oleh asupan makanan
dan penyakit infeksi. Asupan makanan dipengaruhi oleh kemiskinan, rendahnya
pendidikan keluarga dan adat/ kepercayaan yang terkait dengan tabu makanan
(Dahli, 2007).

5. Gizi Seimbang
Pemberian makanan yang sebaik-baiknya adalah harus memperhatikan
kemampuan tubuh seorang untuk mencerna makanan, seperti umur, jenis
kelamin, jenis aktivitas, dan kondisi lain, seperti sakit, hamil dan menyusui.
Untuk hidup dan meningkatkan kualitas hidup, setiap orang memerlukan lima
kelompok zat gizi ( karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral ) dalam
jumlah cukup, tidak berlebihan dan juga tidak kekurangan. Disamping itu
manusia juga memerlukan air dan serat untuk memperlancar berbagai
proses faal didalam tubuh.
Apabila konsumsi makanan sehati-hari kurang beraneka ragam, maka
akan timbul ketidakseimbangan antara masukan dan kebutuhan gizi yang
diperlukan untuk hidup sehat dan prooduktif. Dalam mengkonsumssi makanan
sehari-hari yang beranekaragam, kekurangan zat gizi pada masalah yang satu
akan dilengkapi oleh keunggulan zat gizi pada jenis makanan lain, sehingga
akan diperoleh masukan zat gizi seimbang. Untuk mengejar pertumbuhan
yang normal, kebutuhan lebih didasarkan pada berat badan dan ini
diperuntukkan bagi golongan anak-anak sampai umur pubertas (Suhardjo, dkk,
1990).

6. Gizi Lebih
Lemak sangat dibutuhkan oleh tubuh, karena lemak berfungsi
untuk energy. Walaupun lemak sangat berguna untuk tubuh, kelebihan
lemak dapat menimbulkn berbagai penyakit. Gizi lebih merupakan kelebihan
jaringan lemak dalam tubuh. Salah satu dari penyakit gizi lebih adalah
obesitas atau kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh
yang berlebihan (supriasa, 2002).

13 | P a g e
7. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Faktor yang secara
langsung mempegaruhi status gizi adalah asupan makan dan penyakit
infeksi. Berbagai faktor yang melatarbelakangi kedua faktor tersebut misalnya
faktor ekonomi, keluarga produktivitas dan kondisi perumahan(Suhardjo, 1996).
Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi:
a. Faktor Langsung
1) Konsumsi Pangan
Penilaian konsumsi pangan rumah tangga atau secara perorangan
merupakan cara pengamatan langsung dapat menggambarkan pola
konsumsi penduduk menurut daerah, golongan sosial ekonomi dan
sosial budaya. Konsumsi pangan lebih sering digunakan sebagai salah
satu teknik untuk memajukan tingkat keadaan gizi (Suhardjo, 1996).
2) Infeksi
Antara status gizi kurang dan infeksi terdapat interaksi bolak
balik. Infeksi dapat menimbulkan gizi kurang melalui mekanismenya.
Yang paling penting adalah efek langsung dari infeksi. Sistematik pada
katabolisme jaringan menyebabkan kehilangan nitrogen. Meskipun
hanya terjadi infeksi ringan sudah menimbulkan kehilangan nitrogen
(Suhardjo, 2000).
b. Faktor Tidak Langsung
1) Tingkat Pendapatan
Tingkat pendapatan sangat menentukan pola makan yang dibeli.
Dengan uang tambahan, sebagian besar pendapatan tambahan itu
untuk pembelanjaan makanan. Pendapatan merupakan faktor yang
paling penting untuk menentukan kualitas dan kuantitas makanan, maka
erat hubungannya dengan gizi . Arti pendapatan dan manfaatnya bagi
keluarga:
a) Peningkatan pendapatan berarti memperbesar dan meningkatkan
pendapatan golongan miskin untuk memperbaiki gizinya.
b) Pendapatan orana-orang miskin meningkat otomatis membawa
peningkatan dalam jumlah pembelanjaan makanan untuk keluarga
(Khomsan, 2003).

14 | P a g e
2) Pengetahuan Gizi
Pengetahuan tentang gizi adalah kepandaian memilih makanan
yang merupakan sumber zat-zat gizi dan kepandaian dalam mengolah
bahan makanan yang akan diberikan.
Pengetahuan tentang ilmu gizi secara umum sangat
bermanfaat dalam sikap dan perlakuan dalam memilih bahan makanan.
Dengan tingkat pengetahuan gizi yang rendah akan sulit dalam
penerimaan informasi dalam bidang gizi, bila dibandingka n dengan
tingkat pengetahuan gizi yang baik (Sayogo, 1996).
Pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman diri sendiri
maupun orang lain. Status gizi yang baik adalah penting bagi kesehatan
bagi setiap orang, termasuk ibu hamil, ibu menyusui dan anaknya.
Setiap orang akan mempunyai gizi yang cukup jika makanan yang kita
makan mampu menyediakan zat gizi yang cukup diperlukan tubuh.
Pengetahuan gizi memegang peranan yang sangat penting di dalam
penggunaan dan pemilihan bahan makanan engan baik, sehingga dapat
mencapai keadaan gizi seimbang (Suhardjo, 2000)
3) Pendidikan
Suatu proses penyampaian bahan atau materi pendidikan oleh
pendidik kepada sasaran pendidikan (anak didik) guna mencapai
perubahan tingkah laku (tujuan). Pendidikan itu adalah suatu proses,
maka dengan sendirinya mempunyai masukan dan keluaran. Masukan
proses pendidikan adalah sasaran pendidikan atau anak didik yang
mempunyai karakteristik, sedangkan keluaran proses pendidikan adalah
tenaga atau lulusan yang mempunyai kualifikasi tertentu sesuai dengan
tujuan institusi yang bersangkut an (Madanijah, 2004).

15 | P a g e
BAB III
METODE PENGUKURAN

A. Metode dan Jenis Pengukuran


Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan metode survey lapangan.
Jenis pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah parameter antropometri.
Sebagai indikator, antropometri dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter.
Pada remaja jika ingin diketahui status gizinya parameter yang di ukur yaitu :
1. Berat Badan
2. Tinggi Badan
3. Lingkar lengan atas

B. Waktu dan Lokasi Penelitian


Penelitian dilaksanakan di Kelurahan, yang telah dilaksanakan pada tanggal 12 juni
2014.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi yang diteliti adalah remaja yang ada di kelurahan Palupi, Kec. Tatanga.
2. Sampel
Dalam pengukuran ini sampel yang di ukur berjumlah sepuluh (10) orang remaja
yang berdomisili di Kelurahan Palupi. Sampel diambil atau dipilih secara acak.

D. Alat dan Bahan


1. Pulpen
2. Buku
3. Timbangan berat badan
4. Pita pengukur
5. Meteran (untuk tinggi badan)

E. Cara pengukuran
Dalam pengukuran Antropometri yang dilakukan pada remaja ini ada beberapa
hal yang di ukur yaitu : Berat badan (BB), Tinggi Badan (TB), dan Lingkar lengan Atas
(Lila).

16 | P a g e
1. Pengukuran Berat badan (BB)
a. Remaja yang akan diukur naik ke atas timbangan berat badan.
b. Pastikan tanda panah pada timbangan berat badan berada pada angka nol.
c. Terakhir lihatlah angka yang di tunjuk oleh jarum timbangan yang merupakan
angka yang menunjukan berat badan remaja
2. Pengukuran tinggi badan (Tb)
a. Remaja yang akan diukur berdiri dalam keadaan siap dengan kaki sedikit
direnggangkan dan kepala tegak ke atas kemudian diukur dengan meter.
b. Tempelkan atau pasangkan alat ukur mulai dari ujung kepala sampai dengan
bagian samping telapak kaki.
3. Pengukuran Lingkar Lengan (LILA)
a. Persiapkan pita pengukur
b. Pilih lengan kiri (karena lengan kanan yang paling sering berfungsi).
c. Posisikan lengan 90 mengarah ke atas
d. Tetapkan posisi bahu dan siku
e. Letakkan pita pengukur antara bahu dan siku untuk menentukan titik tengah
lengan dengan cara membagi hasil ukuran panjanga antara siku dan bahu.
f. Lingkarkan meteran pada titik tengah lengan
g. Meteran jangan terlalu di ketatkan namun jangan juga terlalu longgar.

17 | P a g e
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengukuran
Pada pengukuran antroprometri ini sampel yang di ukur berjumlah lima 10
(sepuluh) orang responden, adapun hasil dari pengukuran tersebut adalah :
1. Sampel Pertama
Nama anak : Shary Wijayanti
Umur anak : 18 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Tinggi Badan : 160 Cm
Berat Badan : 50 Kg
a. Perhitungan IMT

IMT = = = = 19,5
, .
b. Perhitungan LILA
LILA = 23,6
Berdasarkan perhitungan di dapatkan LILA adalah 23,6 artinya sampel tidak
terkena KEK (kekurangan energi koronik) dikarenakan pengukuran LILA
bertujuan untuk mengetahui KEK pada wanita usia subur (WUS). Jika LILA
<23,5 maka sampel terkena KEK.
2. Sampel Kedua
Nama anak : Marcel Alexander Pariama
Umur anak : 15 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Tinggi Badan : 168 Cm
Berat Badan : 55 Kg
a. Perhitungan IMT

IMT = = = = 19,5
, .
3. Sampel Ketiga
Nama anak : Indri Frisca Claudia
Umur anak : 13 tahun

18 | P a g e
Jenis kelamin : Perempuan
Tinggi Badan : 158 Cm
Berat Badan : 45 Kg
a. Perhitungan IMT

IMT = = = = 18.07
, .
b. Perhitungan LILA
LILA = 23,5
Berdasarkan perhitungan di dapatkan LILA adalah 23,5 artinya sampel tidak
terkena KEK (kekurangan energi koronik) dikarenakan pengukuran LILA
bertujuan untuk mengetahui KEK pada wanita usia subur (WUS). Jika LILA
<23,5 maka sampel terkena KEK.
4. Sampel Keempat
Nama anak : Verren Thesamonica
Umur anak : 16 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Tinggi Badan : 160 Cm
Berat Badan : 41 Kg
a. Perhitungan IMT

IMT = = = = 16.01
, .
b. Perhitungan LILA
LILA = 22,7
Berdasarkan perhitungan di dapatkan LILA adalah 22,7 artinya sampel
mengalami KEK (kekurangan energi koronik) dikarenakan pengukuran LILA
bertujuan untuk mengetahui KEK pada wanita usia subur (WUS). Karena LILA
<23,5 maka sampel terkena KEK.
5. Sampel Kelima
Nama anak : Melsandy
Umur anak : tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Tinggi Badan : 158
Berat Badan : 58

19 | P a g e
a. Perhitungan IMT

IMT = = = = 23.3
, .
b. Perhitungan LILA
LILA = 23,7
Berdasarkan perhitungan di dapatkan LILA adalah 23,7 artinya sampel tidak
terkena KEK (kekurangan energi koronik) dikarenakan pengukuran LILA
bertujuan untuk mengetahui KEK pada wanita usia subur (WUS). Jika LILA
<23,5 maka sampel terkena KEK.
6. Sampel Keenam
Nama anak : I Wayan Deva Welfian
Umur anak : 16 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Tinggi Badan : 164,5 Cm
Berat Badan : 43 Kg
a. Perhitungan IMT

IMT = = = = 15.9
, .
7. Sampel Ketujuh
Nama anak : I Made Viky
Umur anak : 15 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Tinggi Badan : 170 Cm
Berat Badan : 49 Kg
a. Perhitungan IMT

IMT = = = = 17
, .
8. Sampel Kedelapan
Nama anak : Meilin
Umur anak : 16 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Tinggi Badan : 160 Cm
Berat Badan : 70 Kg

20 | P a g e
a. Perhitungan IMT

IMT = = = = 27.3
, .
b. Perhitungan LILA
LILA = 24,1
Berdasarkan perhitungan di dapatkan LILA adalah 24,1 artinya sampel tidak
terkena KEK (kekurangan energi koronik) dikarenakan pengukuran LILA
bertujuan untuk mengetahui KEK pada wanita usia subur (WUS). Jika LILA
<23,5 maka sampel terkena KEK.
9. Sampel Kesembilan
Nama anak : Mercy
Umur anak : 15 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Tinggi Badan : 163 Cm
Berat Badan : 45 Kg
a. Perhitungan IMT

IMT = = = = 17
, .
b. Perhitungan LILA
LILA = 23
Berdasarkan perhitungan di dapatkan LILA adalah 23 artinya sampel terkena
KEK (kekurangan energi koronik) dikarenakan pengukuran LILA bertujuan
untuk mengetahui KEK pada wanita usia subur (WUS). Karena LILA <23,5
maka sampel terkena KEK.
10. Sampel Kesepuluh
Nama anak : Ray Clifer
Umur anak : 19 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Tinggi Badan : 173 Cm
Berat Badan : 60 Kg
a. Perhitungan IMT

IMT = = = = 20.1
, .

21 | P a g e
B. Pembahasan
Dalam bab ini akan dibahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi status
gizi dari sampel yang diukur terutama pada sampel yang di diagnosa sebagai Gizi Buruk,
Gizi Kurang, Pendek, Kurus dan sangat Kurus.
1. Sampel Pertama
Dari hasil pengukuran diketahui bahwa :
IMT = 19. 5
LILA = 23.6
Hasil pengukuran antropometri
a. Lila (Lingkar Lengan Atas )
Berdasarkan pengukuran LILA pada Shary hasilnya adalah 23,6 cm, jadi
dapat dikategorikan Normal karena berada diatas standar pengukuran LILA
pada Wanita Usia Subur (WUS) yaitu 23,5 cm.
Karena LILA wanita usia subur berada diatas standar (normal) maka
Shary tidak beresiko KEK (kekurangan energi kronik).
b. Klasifikasi Status Gizi
1) IMT (BB/ TB2)
Berdasarkan hasil perhitungan dengan melihat kategori ambang
batas IMT, maka Status Gizi dari sampel dalam keadaan normal yaitu 19. 5.
Dengan demikian sampel tidak beresiko Kurus maupun mengalami KEK.
2. Sampel Kedua
Dari hasil pengukuran diketahui bahwa :
IMT = 19. 5
Hasil pengukuran antropometri
a. Klasifikasi Status Gizi
1) IMT (BB/ TB2)
Berdasarkan hasil perhitungan dengan melihat kategori ambang
batas IMT, maka Status Gizi dari sampel dalam keadaan normal yaitu 19. 5.
Dengan demikian sampel tidak beresiko Kurus maupun mengalami
kekurangan energi.
3. Sampel Ketiga
Dari hasil pengukuran diketahui bahwa :
IMT = 18. 07
LILA = 23.5

22 | P a g e
Hasil pengukuran antropometri
a. Lila (Lingkar Lengan Atas )
Berdasarkan pengukuran LILA pada Indri Frisca hasilnya adalah 23,5 cm,
jadi dapat dikategorikan Normal karena berada diatas standar pengukuran LILA
pada Wanita Usia Subur (WUS) yaitu 23,5 cm.
Karena LILA wanita usia subur berada diatas standar (normal) maka Indri
Frisca tidak beresiko KEK (kekurangan energi kronik).
b. Klasifikasi Status Gizi
1) IMT (BB/ TB2)
Berdasarkan hasil perhitungan dengan melihat kategori ambang
batas IMT, maka Status Gizi dari sampel dalam keadaan normal yaitu 18.
07. Dengan demikian sampel tidak beresiko Kurus maupun mengalami
KEK.
4. Sampel Keempat
Dari hasil pengukuran diketahui bahwa :
IMT = 16.01
LILA = 22.7
Hasil pengukuran antropometri
a. Lila (Lingkar Lengan Atas )
Berdasarkan pengukuran LILA pada Shary hasilnya adalah 22,7 cm, jadi
dapat dikategorikan KEK karena berada dibawah standar pengukuran LILA
pada Wanita Usia Subur (WUS) yaitu 23,5 cm.
Karena LILA wanita usia subur berada dibawah standar (normal) maka
Verren beresiko mengalami KEK (kekurangan energi kronik).
b. Klasifikasi Status Gizi
1) IMT (BB/ TB2)
Berdasarkan hasil perhitungan dengan melihat kategori ambang
batas IMT, maka Status Gizi dari sampel dalam keadaan kurus tingkat berat
yaitu 16,01. Dengan demikian sampel beresiko mengalami gizi kurang
maupun mengalami KEK.
5. Sampel Kelima
Dari hasil pengukuran diketahui bahwa :
IMT = 23.3
LILA = 23.7

23 | P a g e
Hasil pengukuran antropometri
a. Lila (Lingkar Lengan Atas )
Berdasarkan pengukuran LILA pada Indri Frisca hasilnya adalah 23,7 cm,
jadi dapat dikategorikan Normal karena berada diatas standar pengukuran LILA
pada Wanita Usia Subur (WUS) yaitu 23,5 cm.
Karena LILA wanita usia subur berada diatas standar (normal) maka
Melsandy tidak beresiko KEK (kekurangan energi kronik).
b. Klasifikasi Status Gizi
1) IMT (BB/ TB2)
Berdasarkan hasil perhitungan dengan melihat kategori ambang
batas IMT, maka Status Gizi dari sampel dalam keadaan normal yaitu 23.3 .
Dengan demikian sampel tidak beresiko Kurus maupun mengalami KEK.
6. Sampel Keenam
Dari hasil pengukuran diketahui bahwa :
IMT = 15.9
Hasil pengukuran antropometri
a. Klasifikasi Status Gizi
1) IMT (BB/ TB2)
Berdasarkan hasil perhitungan dengan melihat kategori ambang
batas IMT, maka Status Gizi dari sampel dalam keadaan kurus tingkat berat
yaitu 15.9. Dengan demikian sampel beresiko mengalami gizi kurang
maupun mengalami KEK.
7. Sampel Ketujuh
Dari hasil pengukuran diketahui bahwa :
IMT = 17
a. Klasifikasi Status Gizi
1) IMT (BB/ TB2)
Berdasarkan hasil perhitungan dengan melihat kategori ambang
batas IMT, maka Status Gizi dari sampel dalam keadaan kurus tingkat
ringan yaitu 17. Dengan demikian sampel beresiko Kurus maupun
mengalami KEK.
8. Sampel Kedelapan
Dari hasil pengukuran diketahui bahwa :
IMT = 27.3

24 | P a g e
LILA = 24.1
Hasil pengukuran antropometri
a. Lila (Lingkar Lengan Atas )
Berdasarkan pengukuran LILA pada Meilin hasilnya adalah 24.1 cm, jadi
dapat dikategorikan Normal karena berada diatas standar pengukuran LILA
pada Wanita Usia Subur (WUS) yaitu 23,5 cm.
Karena LILA wanita usia subur berada diatas standar (normal) maka
Meilin tidak beresiko KEK (kekurangan energi kronik).
b. Klasifikasi Status Gizi
1) IMT (BB/ TB2)
Berdasarkan hasil perhitungan dengan melihat kategori ambang
batas IMT, maka Status Gizi dari sampel dalam keadaan gemuk tingkat
berat yaitu 27,3. Dengan demikian sampel beresiko mengalami obesitas.
9. Sampel Kesembilan
Dari hasil pengukuran diketahui bahwa :
IMT = 17
LILA = 23
Hasil pengukuran antropometri
a. Lila (Lingkar Lengan Atas )
Berdasarkan pengukuran LILA pada Mercy hasilnya adalah 23 cm, jadi
dapat dikategorikan KEK karena berada dibawah standar pengukuran LILA
pada Wanita Usia Subur (WUS) yaitu 23,5 cm.
Karena LILA wanita usia subur berada dibawah standar (normal) maka
Mercy beresiko mengalami KEK (kekurangan energi kronik).
b. Klasifikasi Status Gizi
1) IMT (BB/ TB2)
Berdasarkan hasil perhitungan dengan melihat kategori ambang
batas IMT, maka Status Gizi dari sampel dalam keadaan kurus tingkat
ringan yaitu 17. Dengan demikian sampel beresiko mengalami gizi kurang
maupun mengalami KEK.
10. Sampel Kesepuluh
Dari hasil pengukuran diketahui bahwa :
IMT = 20,1
Hasil pengukuran antropometri

25 | P a g e
a. Klasifikasi Status Gizi
1) IMT (BB/ TB2)
Berdasarkan hasil perhitungan dengan melihat kategori ambang
batas IMT, maka Status Gizi dari sampel dalam keadaan normal yaitu 20,1.
Dengan demikian sampel tidak beresiko Kurus maupun mengalami
kekurangan energi.

26 | P a g e
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil hasil penilitan yang telah dilakukan bahwa, dari 10 orang
remaja yang mengikuti pengukuran antropometri ( IMT dan LILA), adalah sebagai
berikut :
1. Sampel Pertama memiliki IMT = 19. 5 dan LILA = 23.6, berarti sampel tersebut
memiliki status gizi yang normal karena hasil pengukuran IMT dan LILA berada
diatas ambang batas standar pengukuran.
2. Sampel Kedua memiliki IMT = 19. 5, berarti sampel tersebut memiliki status gizi
yang normal karena hasil pengukuran IMT berada diatas ambang batas standar
pengukuran.
3. Sampel Ketiga memiliki IMT = 18. 07 dan LILA = 23,5, berarti sampel tersebut
memiliki status gizi yang normal karena hasil pengukuran IMT dan LILA berada
diatas ambang batas standar pengukuran.
4. Sampel Keempat memiliki IMT = 16.01 dan LILA = 22.7, berarti sampel tersebut
memiliki status gizi kurus tingkat berat karena hasil pengukuran IMT dan LILA
berada dibawah ambang batas standar pengukuran.
5. Sampel Kelima memiliki IMT = 23.3 dan LILA = 23.7, berarti sampel tersebut
memiliki status gizi yang normal karena hasil pengukuran IMT dan LILA berada
diatas ambang batas standar pengukuran.
6. Sampel Keenam memiliki IMT = 15.9, berarti sampel tersebut memiliki status gizi
kurus tingkat berat karena hasil pengukuran IMT berada dibawah ambang batas
standar pengukuran.
7. Sampel Ketujuh memiliki IMT = 17, berarti sampel tersebut memiliki status gizi
kurus tingkat ringan karena hasil pengukuran IMT berada dibawah ambang batas
standar pengukuran.
8. Sampel Kedelapan memiliki IMT = 27.3 dan LILA = 24.1, berarti sampel tersebut
memiliki status gizi gemuk tingkat berat karena hasil pengukuran IMT dan LILA
melebihi ambang batas normal standar pengukuran.
9. Sampel Kesembilan memiliki IMT = 17 dan LILA = 23, berarti sampel tersebut
memiliki status gizi kurus tingkat ringan karena hasil pengukuran IMT dan LILA
berada dibawah ambang batas standar pengukuran.

27 | P a g e
10. Sampel Kesepuluh memiliki IMT = 20.1, berarti sampel tersebut memiliki status
gizi yang normal karena hasil pengukuran IMT berada diatas ambang batas standar
pengukuran.
Berdasarkan hasil pengukuran antropometri di atas dapat disimpulkan bahwa dari
10 orang remaja tersebut yang memiliki status gizi kurus tingkat berat sebanyak 2 orang,
yang memiliki status gizi kurus tingkat ringan sebanyak 2 orang, yang memiliki status
gizi normal sebanyak 5 orang, dan 1 orang yang memiliki status gizi gemuk tingkat
berat.

B. Saran
1. Kepada praktikan disarankan lebih memperhatikan cara melakukan pengukuran
tubuh atau antropometri statis lebih serius pada saat melakukan praktikum sehingga
tidak terjadi kesalahan peda saat melakukan pengukuran antropometri statis.
2. Kepada responden diharapkan untuk lebih memperhatikan asupan gizinya agar
responden yang memiliki status gizi kurang bisa memperbaiki status gizinya untuk
lebih baik lagi sehingga bisa menjadi normal, dan responden yang memiliki status
gizi lebih untuk memperhatikan pola konsumsinya serta membarengi dengan
berolahraga agar berat badannya dapat menjadi normal.

28 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai