Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Perairan Teluk Jakarta membentang sepanjang kurang lebih 33
kilometer dengan kedalaman berkisar 4 sampai dengan 29 meter.
Pembangunan yang semakin banyak sepanjang pantai bagian hulu telah
menyebabkan terjadinya banyak perubahan. Lahan rawa-rawa yang
dulunya berfungsi sebagai daerah resapan air telah berubah menjadi
kawasan permukiman dan berbagai kegiatan industri maupun pergudangan
yang menghasilkan limbah dan menimbulkan pencemaran pada teluk
tersebut. Selain itu sampah dan limbah cair yang masuk ke Teluk Jakarta
melalui 13 sungai yang membelah Jakarta dan bermuara di teluk itu
semakin menambah beban pencemaran karena volumenya yang terus
bertambah.
Salah satu pencemaran yang cukup mengkhawatirkan yang terjadi
di Teluk Jakarta adalah pencemaran logam berat seperti Hg, Pb, Cd, Cr, Sn
dan lain-lain. Unsur logam berat tersebut umumnya berasal dari kegiatan
industri yang berada di sekitar Teluk Jakarta seperti industri kaca, industri
makanan ternak, industri cat dan cool storage/gudang pendingin.
Penggunaan timbal dikenal luas pada industri cat, tinta, pestisida,
fungisida dan juga sering digunakan pada industri plastik sebagai bahan
stabilizer dan kadmium (Cd) terakumulasi dalam air akibat masukan
limbah yang berasal dari kegiatan elektroplating (pelapisan emas dan
perak), pengerjaan bahan-bahan dengan menggunakan pigmen atau zat
warna lainnya dalam industri plastik, tekstil, dan industri kimia (Darmono,
1995).
Keberadaan logam berat dalam perairan akan sulit mengalami
degradasi bahkan logam tersebut akan diabsorpsi dalam tubuh organisme
padahal logam berat seperti Pb dan Cd ini termasuk golongan logam berat
yang berbahaya dan dapat masuk ke dalam tubuh melalui saluran
pernafasan dan pencernaan (Darmono, 1995;2001). Keracunan logam
berat Pb dan Cd dapat menyebabkan keracunan yang akut dan kronis.
Keracunan akut logam Pb ditandai oleh rasa terbakarnya mulut, terjadinya
perangsangan dalam gastrointestinal dengan disertai diare dan gejala
keracunan kronis ditandai dengan rasa mual, anemia, sakit di sekitar perut
dan dapat menyebabkan kelumpuhan (Darmono, 2001). Sedangkan efek
kronis dari keracunan logam Cd, biasanya mengakibatkan kerusakan
ginjal, kerusakan sistem syaraf dan kerusakan pada sebagian renal tubules.
Penyerapan Cd dalam tubuh cenderung terkonsentrasi di dalam hati dan
ginjal.

1.2.Rumusan masalah
1. Bagaimana gambaran pengertian dan karakteristik logam berat?
2. Apa saja sumber bahan pencemar logam berat?
3. Apa saja jenis-jenis logam berat berbahaya?
4. Bagaimana gambaran pencemaran oleh logam berat?
5. Bagaimana gambaran bahaya dan nilai toksisitas dari logam berat?
6. Bagaimana gambaran dampak pencemaran logam berat pada
kesehatan?
1.3.Tujuan
1. Mendiskripsikan pengertian dan karakteristik logam berat.
2. Mendiskripsikan sumber bahan pencemar logam berat.
3. Mendiskripsikan jenis-jenis logam berat berbahaya.
4. Mendiskripsikan pencemaran oleh logam berat.
5. Mendiskripsikan bahaya dan nilai toksisitas dari logam berat.
6. Mendiskripsikan dampak pencemaran logam berat pada kesehatan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Pengertian Dan Karakteristik Logam Berat


Unsur logam berat adalah unsur yang mempunyai densi tas
lebih dari 5 gr/cm3. Hg mempunyai densitas 13,55gr/cm3. Diantara
semua unsur logam berat, Hg menduduki urutan pertama dalam hal
sifat racunnya, dibandingkan dengan logam berat lainnya, kemudian
diikuti oleh logam berat (Fardiaz, 1992). Logam berat adalah unsur-unsur
yang mempunyai daya hantar panas dan daya hantar listrik yang tinggi
serta mempunyai densitas lebih dari 5 (Hutagalung,1991).
Pada umumnya semua logam berat tersebar di seluruh permukaan
bumi baik di tanah, air dan udara. Logam berat ini dapat berbentuk
organik, anorganik terlarut atau terikat dalam suatu partikel. Unsur logam
berat ini dapat terakumulasi dalam tubuh organisme sebagai akibat
terjadinya interaksi antara logam berat dan sel atau jaringan tubuh
organisme tersebut (Syahminan, 1996).Berdasarkan kegunaannya, logam
berat dapat dibedakan atas dua golongan, yaitu:
1) Golongan yang dalam konsentrasi tertentu berfungsi sebagai
mikronutrien yang bermanfaat bagi kehidupan organisme perairan,
seperti Zn, Fe, Cu, Co.
2) Golongan yang sama sekali belum diketahui manfaatnya bagi
organisme perairan, seperti Hg, Cd, dan Pb.
Menurut Hutagalung (1984) senyawa logam berat banyak
digunakan untuk kegiatan industri sebagai bahan baku, katalisator, biosida
maupun sebagai additive. Limbah yang mengandung logam berat ini akan
terbawa oleh sungai dan karenanya limbah industri merupakan sumber
pencemar logam berat yang potensial bagi pencemaran laut. Dalam
perairan, logam-logam ditemukan dalam bentuk :
1) Terlarut, yaitu ion logam bebas air dan logam yang membentuk
kompleks dengan senyawa organik dan anorganik.
2) Tidak terlarut, terdiri dari partikel yang berbentuk koloid dan
senyawa kompleks metal yang terabsorbsi pada zat tersuspensi.
2.2.Sumber Bahan Pencemar Logam Berat
1. Sumber dari Alam
Kadar Pb yang secara alami dapat ditemukan dalam
bebatuan sekitar 13 mg/kg. Khusus Pb yang tercampur dengan batu
fosfat dan terdapat didalam batu pasir ( sand stone) kadarnya
lebih besar yaitu 100 mg/kg. Pb yang terdapat di tanah berkadar sekitar
5 -25 mg/kg dan di air bawah tanah (ground water) berkisar antara 1 -
60g/liter. Secara alami Pb juga ditemukan di air permukaan. Kadar
Pb pada air telaga dan air sungai adalah sebesar 1 -10 g/liter. Dalam
air laut kadar Pb lebih rendah dari dalam air tawar. Laut Bermuda yang
dikatakan terbebas dari pencemaran. Secara alami Pb juga
ditemukan di udara yang kadarnya berkisar antara 0,0001 - 0,001
g/m3. Tumbuh -tumbuhan ter masuk sayur-mayur dan padi-padian
dapat mengandung Pb, penelitian yang dilakukan di USA kadarnya
berkisar antara 0,1 -1,0 g/kg berat kering.
Logam berat Pb yang berasal dari tambang dapat berubah
menjadi PbS (golena), PbCO 3 (cerusite) dan PbSO 4 (anglesite)
merupakan sumber utama Pb yang berasal dari tambang. Logam
berat Pb yang berasal dari tambang tersebut bercampur dengan Zn
(seng) dengan kontribusi 70%, kandungan Pb murni sekitar 20%
dan sisanya 10% terdiri dari campuran seng dan tembaga. Secara
alami Hg dapat ber asal dari gas gunung berapi dan penguapan
dari air laut. Dilaporkan kandungan kadnium(Cd) dalam air laut di
dunia di bawah 20 ng/l. Variasi lain kandungan kadnium dari air
hujan, freshwater dan air permukaan di perkotaan d an daerah
industri, kadniumpada level 10 4000 ng/l tergantung pada spesifikasi
lokasi atau saat pengukuran larutan kadnium(WHO 1992). Rata-rata
kadar kadniumalamiah dikerak bumi sebesar 0,1 -0,5 ppm.
2. Sumber dari Industri
Industri yang perpotensi sebagai sumber pencemaran Pb adalah
semua industri yang memakai Pb sebagai bahan baku maupun bahan
penolong, misalnya:
a. Industri pengecoran maupun pemurnian.
Industri ini menghasilkan timbal konsentrat ( primary lead),
maupun secondary leadyang berasal dari potongan logam ( scrap).
b. Industri batery
Industri ini banyak menggunakan logam Pb terutama lead
antimony alloydan lead oxides sebagai bahan dasarnya .
c. Industri bahan bakar.
Pb berupa tetra ethyl lead dan tetra methyl lead banyak dipakai
sebagai anti knock pada bahan bakar, sehingga baik industri
maupun bahan bakar yang dihasilkan merupakan sumber
pencemaran Pb.
d. Industri kabel.
Industri kabel memerlukan Pb untuk melapisi kabel. Saat ini
pemakaian Pb di industri kabel mulai berkurang, walaupun
masih digunakan campuran logam Cd, Fe, Cr, Au dan arsenik
yang juga membahayakan untuk kehidupan makluk hidup.
e. Industri kimia, yang menggunakan bahan pewarna.
Pada industri ini seringkali dipakai Pb karena toksisitasnya
relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan logam pigmen yang
lain. Sebagai pewarna merah pada cat biasanya dipakai red
lead, sedangkan untuk warna kuning dipakai lead chromate.
f. Industri pengecoran logam dan semua industri yang
menggunakan Hg sebagai bahan baku maupun bahan
penolong, limbahnya merupakan sumber pencemaran Hg.
Sebagai contoh antara lain adalah industri klor alkali, peralat an
listrik, cat, termometer,tensimeter, iindustri pertanian, dan
pabrik detonator. Kegiatan lain yang merupakan sumber
pencemaran Hg adalah praktek dokter gigiyang menggunakan
amalgam sebagai bahan penambal gigi . Selain itu bahan bakar
fosil juga merup akan sumber Hg pula.
3. Sumber dari Transportasi
Hasil pembakaran dari bahan tambahan ( aditive) Pb pada
bahan bakar kendaraan bermotor menghasilkan emisi Pb in organik.
Logam berat Pb yang bercampur dengan bahan bakar tersebut akan
bercampur dengan oli dan melalui proses di dalam mesin maka logam
berat Pb akan keluar dari knalpot bersama dengan gas buang lainnya.
2.3.Jenis-Jenis Logam Berat Berbahaya
1. Timbal (Pb)
Logam timbal Pb adalah jenis logam lunak berwarna coklat
kehitaman dan mudah dimurnikan. Logam Pb lebih tersebar luas
dibanding kebanyakan logam toksik lainnya dan secara alamiah terdapat
pada batu-batuan serta lapisan kerak bumi. Dalam pertambangan, logam
ini berbentuk sulfida logam (PbS) yang sering disebut galena (Darmono,
1995). Timbal juga banyak digunakan dalam industri misalnya sebagai zat
tambahan bahan bakar, pigmen timbal dalam cat yang merupakan
penyebab utama peningkatan kadar Pb di lingkungan.
2. Kadmium (Cd)
Logam kadmium mempunyai berat atom 112.41; titik cair 321 C
dan massa jenis 8.65 gr/ml (Hutagalung, 1991). Keberadaan kadmium
di alam berhubungan erat dengan hadirnya logam Pb dan Zn. Dalam
industri pertambangan Pb dan Zn, proses pemurniannya akan selalu
memperoleh hasil samping kadmium yang terbuang dalam lingkungan
(Palar, 2004). Kadmium digunakan sebagai pigmen dalam pembuatan
keramik, penyepuhan listrik, pembuatan aloi dan baterai alkali (Lu,
1995).
3. Mercury (Hg)
Merkuri (Hg) atau air raksa adalah logam yang ada secara
alami,merupakan satu-satunya logam yang pada suhu kamar berwujud
cair. Walaupun Hg hanya terdapat dalam konsentrasi 0,08 mg/kg
kerakbumi, logam ini banyak tertimbun di daerah penambangan. Hg
lebih banyak digunakan dalam bentuk logam murni dan organik
daripada bentuk anorganik. Logam Hg dapat berada pada berbagai
senyawa.
4. Arsenik (As)
Arsen (As) atau sering disebut arsenik adalah suatu zat kimia
yang ditemukan sekitar abad-13. Arsenik salah satu unsur paling beracun
dan dijumpai dalam tanah, udara dan air. Secara alami arsenik
dihasilkan dari letusan gunung vukanik yang dapat melepaskan sekitar
3000 ton setiap tahun.
5. Tembaga (Cu)
Cu termasuk kedalam kelompok logam esensial, di mana dalam
kadar yang rendah dibutuhkan oleh organisme sebagai Koenzim dalam
proses metabolisme tubuh, sifat racunnya baru muncul dalam kadar yang
tinggi. Biota perairan sangat peka terhadap kelebihan Cu dalam badan
perairan di mana ia hidup. Konsentrasi Cu terlarut dalam air laut sebesar
0,01 ppm dapat mengakibatkan kematian fitoplankton.
2.4.Pencemaran oleh Logam Berat
a. Kandungan Logam Berat dalam Air
Logam berat biasanya ditemukan sangat sedikit dalam air
secara alamiah, yaitu kurang dari1 g/l. Bila terjadi erosi alamiah,
konsentrasi logam tersebut dapat meningkat. Kadar ini dapat meningkat
jika terjadi peningkatan limbah yang mengandung logam berat masuk
ke dalam laut. Limbah ini dapat berasal dari aktivitas manusia di
laut yang berasal dari pembuangan sampah kapal-kapal, penambangan
logam di laut dan lain-lain dan yang berasal dari darat seperti limbah
perkotaan, pertambangan, pertanian dan perindustrian. Kadar normal
dan maksimum logam berat yang masuk ke lingkungan laut dapat di lihat
pada Tabel di bawah ini :
Kadar (ppm) Unsur
Normal (A) Maksimum (B)
Kadmium (Cd) 0,00011 0,01
Timbal (Pb) 0,00003 0,01
Tembaga (Cu) 0,002 0,05
Menurut Leckie dan James (1974) dalam Palar (2004),
kelarutan dari unsur-unsur logam dan logam berat dalam badan perairan
dikontrol oleh :
1. pH badan air
2. Jenis dan konsentrasi logam dan khelat
3. Keadaan komponen mineral teroksidai dan sistem yang berlingkungan
redoks.
b. Kandungan Logam Berat dalam Sedimen
Sedimen meliputi tanah dan pasir, bersifat tersuspensi, yang
masuk ke badan air akibat erosi atau banjir dan pada dasarnya tidaklah
bersifat toksik (Effendi, 2000). Logam berat yang dilimpahkan ke
perairan, baik di sungai ataupun di laut akan dipindahkan dari badan
airnya melalui beberapa proses, yaitu : pengendapan, adsorbsidan
absorbsi oleh organisme-organisme perairan (Bryan, 1976 dalam
Connell dan Miller, 1995) . Logam berat mempunyai sifat yang
mudah mengikat bahan organik dan mengendap di dasar perairan dan
bersatu dengan sedimen sehingga kadar logam berat dalam sedimen
lebih tinggi dibandingkan dalam air (Harahap, 1991).
c. Kandungan Logam Berat dalam Biota Air
Kebanyakan logam berat secara biologis terkumpul dalam tubuh
organisme,menetap untuk waktu yang lama dan berfungsi sebagai racun
kumulatif (Darmono,1995). Keberadaan logam berat dalam perairan akan
berpengaruh negatif terhadap kehidupan biota. Logam berat yang terikat
dalam tubuh organisme yaitu pada ikan akan mempengaruhi aktivitas
organisme tersebut.Menurut Darmono (2001), logam berat masuk ke
dalam jaringan tubuhmakhluk hidup melalui beberapa jalan, yaitu saluran
pernafasan, pencernaan, danpenetrasi melalui kulit. Di dalam tubuh
hewan, logam diabsorpsi darah, berikatandengan protein darah yang
kemudian didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh.Akumulasi logam
yang tertinggi biasanya dalam detoksikasi (hati) dan ekskresi(ginjal).
2.5.Bahaya dan Nilai Toksisitas dari Logam Berat
Semua logam berat dapat menimbulkan pengaruh yang negatif
terhadap organisme air pada batas konsentrasi tertentu. Pengaruh tersebut
dipengaruhi olehjenis logam, spesies hewan, daya permeabilitas
organisme, dan mekanisme detoksikasi. Selain itu, faktor lingkungan
perairan seperti pH, kesadahan, suhudan salinitas juga mempengaruhi
toksisitas logam berat. Daya toksik logam berat terhadap organisme
perairandapat diketahui dengan mengukur LC50 (Lethal Concentration).
Toksisitas timbal terhadap organisme akuatik berkurang dengan
meningkatnya kesadahan dan kadar oksigen terlarut. Toksisitas timbal
lebih rendah daripada kadmium (Cd), merkuri (Hg), dan tembaga (Cu)
akan tetapi lebih toksik daripada kromium (Cr), mangan (Mn), barium
(Ba), zinc (Zn), dan Besi (Fe) (Effendi, 2000). Batas maksimum timbal
dalam makanan hasil laut yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI
sebesar 2,0 ppm. Konsumsi mingguan elemen ini yang direkomendasikan
oleh WHO toleransinya bagi orang dewasa adalah 50 g/kg berat badan
dan untuk bayi atau anak-anak 25 g/kg berat badan (Barchan dkk., 1998
dalam Suhendrayatna, 2001).
Toksisitas kadmium dipengaruhi oleh pH dan kesadahan.
Keberadaan zinc dan timbal dapat meningkatkan toksisitas kadmium.
Untuk melindungi kehidupan pada ekosistem akuatik, kadar kadmium
sebaiknya sekitar 0.0002 mg/l (Moore, 1991 dalam Effendi, 2000).
Departemen Kesehatan RI menetapkan batas aman kadmium dalam
makanan (ikan) sebesar 1.0 ppm. Menurut badan dunia FAO/WHO,
konsumsi per minggu yang ditoleransikan bagi manusia adalah 400- 500
g per orang atau 7 g per kg berat badan (Barchan dkk., 1998 dalam
Suhendrayatna, 2001).
Pencemaran komoditas perairan oleh logam berat berkaitan erat
dengan kesehatan manusia yang mengkonsumsi produk tersebut. Bahaya-
bahaya yang disebabkan oleh logam-logam berat antara lain adalah : (1)
Pb dapat menyebabkan gangguan biosintesis sel darah merah dan anemia,
kenaikan tekanan darah, kerusakan ginjal dan otak serta gangguan sistem
saraf (2) Cd dalam jangka pendek dapat menyebabkan mual-mual, kejang
otot, muntah-muntah, gangguan panca indera, kerusakan hati dan gagal
ginjal sedangkan dalam jangka panjang menyebabkan kerusakan tulang
(EPA, 2005).

2.6.Dampak pencemaran logam berat pada kesehatan


Timbal
Keracunan timbal atau dikenal sebagai plumbisme lebih berbahaya
pada anak-anak dibandingkan dengan orang dewasa. Timbal cenderung
terkonsentrasi dalam tulang. Namun timbal disimpan dalam bentuk yang
relatif inert sehingga menimbulkan efek tidak sakit. Jika tubuh merasakan
kekurangan mineral kalsium dan posfor, darah kan melepaskan mineral
tersebut dari tulang dan mengedarkannya ke organ yang membutuhkan.
Dalam proses ini timbal menjadi labil dan masuk ke aliran darah.
Selanjutnya timbal dapat terkonsentrasi dalam jaringan yang
mengakibatkan efek toksik (Ismarti, 2015).
Plumbisme dapat terjadi dalam bentuk-bentuk berikut:
Inhibisi enzim, terutama dalam biosintesis heme. Pengurangan
biosintesis heme berimbas pada penurunan sel darah merah.
Kerusakan ginjal
Gangguan saraf terutama pada sistem saraf pusat. Keracunan timbal
pada anak-anak dapat mengurangi kecerdasan. Bila kadar timbal
dalam darah mencapai tiga kali batas normal (asupan normal sekitar
0,3 mg perhari) maka akan menyebabkan penurunan kecerdasan
intelektual (IQ) di bawah
Masalah tingkah laku meliputi kegembiraan, kegelisahan, insomnia,
kerusakan memori, dan hilangnya konsentrasi.
Masalah reproduktif, Pada wanita diantaranya kemandulan, sering
keguguran atau kematian janin saat lahir. Sedangkan pada laki-laki
memengaruhi kekuatan, kemampuan hidup dan kemandulan turunan
Efek teratogenik, anak-anak yang lahir dari ibu yang terpapar timbal
selama masa kehamilan akan menderita kejang dan bentuk
makrosefali dicirikan dengan kepala berbentuk segi empat dan cacat
sejak lahir.
.
Kadmium
Keracunan kadmium ringan dapat menyebabkan perut mual,
muntah-muntah, diare, luka hati, syok dan gagal ginjal. Keracunan
kadmium menyebabkan penyakit yang disebut itai-itai. Dalam tubuh,
kadmium menggantikan kalsium dalam tulang karena kedua logam ini
mempunyai ukuran dan muatan yang sama. Gejala penyakit ini hampir
sama dengan gejala rematik. Selanjutnya tulang menjadi lunak dan mudah
patah (Ismarti, 2015).
Gejala akut keracunan kadmium adalah sesak dada, kerongkongan
kering, nafas pendek dan terengah-engah, distress dan bisa berkembang ke
penyakit radang paru-paru, sakit kepala dan menggigil bahkan diikuti
dengan kematian. Gejala kronis keracunan kadmium yaitu nafas pendek,
kemampuan mencium bau menurun, berat badan turun, gigi terasa ngilu
dan berwarna kuning keemasan (Ismarti, 2015).
Studi epidemiologi menunjukkan bahwa pekerja yang berhubungan
dengan kadmium lebih mungkin menderita kanker prostat dan kanker
nesofaring. Resiko kanker bertambah seiring dengan lama kerjanya.
BAB III

HASIL

Luas perairan Teluk Jakarta sekitar 514 km dan panjang garis pantai 80
km dengan 32 km merupakan garis pantai Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta.
Sebelah barat dibatasi oleh Tanjung Pasir dan di sebelah timur dibatasi oleh
Tanjung Karawang (Nontji dan Permana, 1980). Perairan Teluk Jakarta terletak
antara 05 48 30 LS hingga 06 10 30 LS dan 106 33 BT hingga 107 03
BT. Di perairannya mengalir beberapa sungai besar diantaranya Sungai Cisadane
di bagian barat, Sungai Ciliwung di bagian tengah serta Sungai Citarum dan
Bekasi di bagian timur. Pada dasar perairannya tumbuh pulau-pulau karang yang
sebagian besar terletak di bagian barat, membujur dengan arah utara-selatan,
seperti Pulau Bidadari, Pulau Damar, Pulau Anyer dan Pulau Lancang.
Pulaupulau itu muncul dari kedalaman 5 hingga 50 m (Suyarso, 1995).
Praseno (1980) mengatakan bahwa perairan Teluk Jakarta dapat dibagi
menjadi tiga bagian, yaitu bagian barat, bagian tengah dan bagian timur. Teluk
bagian barat dipengaruhi oleh sungai-sungai yang sebelum bermuara di Teluk
Jakarta terlebih dahulu mengalir melalui kota Metropolitan Jakarta. Bagian tengah
teluk dipengaruhi oleh Pelabuhan Tanjung Priok dan Pelabuhan minyak Jakarta
sedangkan bagian timur Teluk Jakarta terutama dipengaruhi oleh suatu sungai
besar dan sungai-sungai kecil yang tidak melalui kota Jakarta.
Praseno dan Kastoro (1980) menyatakan bahwa perairan Teluk Jakarta
mempunyai berbagai macam fungsi, antara lain sebagai mata pencaharian
nelayan, tempat lalu lintas kapal laut karena Pelabuhan Tanjung Priok merupakan
pintu gerbang Indonesia yang terbesar, sebagai tempat rekreasi dan pariwisata
serta tempat pembuangan limbah industri dan rumah tangga. Seperti halnya Laut
Jawa perairan Teluk Jakarta juga dipengaruhi oleh musim. Musim timur yang
terjadi pada bulan Juni-Agustus biasanya kering dan arah arus utama menuju ke
barat. Musim barat terjadi pada bulan Desember-Februari merupakan musim
hujan dan arah arus utama menuju timur. Diantara kedua musim tersebut terdapat
musim peralihan satu pada bulan Maret-Mei dan musim peralihan kedua pada
bulan September-November. Pada musim peralihan ini biasanya arah angin
berubah-ubah tetapi pada umumnya memiliki kecepatan lemah. Arus barat dan
arus timur banyak mempengaruhi pola arah arus. Adanya kecenderungan bahwa
pengaruh arus barat berlangsung lebih lama (April-November) daripada arus
timur (Desember-Maret) dapat mempengaruhi penyebaran unsur hara di laut
(Kastoro dan Birowo, 1977 dalam Anggraeni,2002).
Teluk Jakarta termasuk perairan yang relatif dangkal sehingga pengaruh
kecepatan dan kekuatan angin yang bertiup akan sangat mempengaruhi tinggi
gelombang di permukaan laut. Tinggi gelombang bervariasi dari 0.5-1.75 meter
yang juga menunjukkan variasi musiman. Pada musim timur tinggi gelombang di
Teluk Jakarta berkisar antara 0.5-1 meter (Anna, 1999). Gerakan pasang surut
Teluk Jakarta bersifat harian tunggal yaitu satu kali pasang dan satu kali surut
setiap harinya (Pardjaman, 1977 dalam Anggraeni, 2002).
Suhu di perairan Teluk Jakarta berkisar antara 25.6-32.3C. Kisaran suhu
ini adalah normal untuk perairan tropika dan perbedaan suhu antara lapisan
permukaan dan lapisan dasar berkisar antara 0.2-0.5C. Pada musim angin kuat
(musim barat dan timur) suhu permukaan menjadi rendah sedangkan pada musim
pancaroba suhu permukaan umumnya lebih tinggi (Praseno dan Kastoro, 1980).
Seperti halnya suhu, salinitas di perairan Teluk Jakarta dipengaruhi oleh musim.
Secara umum salinitas menunjukkan kisaran antara 28-32. Pada musim barat
kisaran salinitas bervariasi antara 16-30 dan pada musim timur bervariasi antara
31.4-32 (Ilahude dan Liasaputra, 1980).
Untuk jumlah oksigen terlarut di perairan Teluk Jakarta mendekati jenuh,
yaitu antara 3.2-5.6 mg/l dan di dekat muara-muara sungai kadarnya menurun
sampai 2.0 mg/l. Hal ini kemungkinan besar disebabkan proses pembusukan yang
memerlukan oksigen. Sedangkan keasaman (pH) air laut perairan Teluk Jakarta
berkisar 6.9-8.5 dan pH yang rendah umumnya didapatkan di perairan dekat
muara sunagi (Praseno dan Kastoro, 1980).
BAB IV

PEMBAHASAN

Pb (Timah Hitam)

Dari tabel tersebut dapat dilihat kadar Pb rerata di semua lokasi penelitian berkisar
antara 0.001-0.0027 ppm atau 1-2.7 ppb. Kadar Pb rerata tertinggi dijumpai di
muara Sungai Dadap yakni 0.0027 ppm. Data ini menunjukkan bahwa secara
rerata muara Sungai Dadap lebih banyak menerima masukan limbah yang
menagndung Pb. Untuk setiap stasiun atau lokasi pengamatan kadar Pb tertinggi
dijumpai di st 4 pantai Ancol 2 (K.Angsa), st 3 Cilincing, dan st 4 muara Dadap
yang kadar Pb nya masing-masing adalah 0.003 ppm. Kadar Pb di semua lokasi
penelitian lebih tinggi dari kadar Pb normal yang dijumpai dalam air laut yakni
0.03 ppb [8], namun masih sesuai dengan Nilai Ambang Batas (NAB) yang
ditetapkan [7] untuk kepentingan biota laut yakni sebesar 0.008 ppm atau 8
ppb. Dengan demikian berdasarkan [7] kadar Pb ini belum berbahaya bagi
kehidupan biota laut, dan kualitas air lautnya termasuk kelas A, baik sekali,
dengan nilai = 0 (memenuhi Baku Mutu) [7]. Namun demikian bila dibandingkan
dengan hasil penelitian BPLHD [1] terlihat bahwa kadar Pb hasil penelitian ini
jauh lebih rendah. BPLHD mendapatkan kadar Pb di perairan Ancol sebesar 0.55
ppm (posisi stasiunnya tidak diketahui). Kadar ini lebih besar dari NAB yang
ditetapkan oleh [7] untuk biota laut yakni0.008 ppm. Dengan kualitas air laut
berdasarkan hasil penelitian BPLHD ini, termasuk kelas B, baik, dengan nilai = -2
(tercemar ringan) [7]. Kadar Pb yang tinggi berbahaya bagi kehidupan biota laut.
Adanya perbedaan hasil penelitian inidengan BPLHD disebabkan letak stasiun
dan waktu pengambilan sampel tidak sama. Pb bersifat toksis terhadap biota laut,
kadar Pb sebesar 0.1 0.2 ppm telah dapat menyebabkan keracunan pada jenis
ikan tertentu [9], dan pada kadar 188 ppm dapat membunuh ikan-ikan [10].
Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh [11] diketahui bahwa
biota-biota perairan seperti crustacea akan mengalami kematian setelah 245 jam,
bila pada badan perairan di mana biota itu berada terlarut Pb pada konsentrasi
2.75-49 ppm. Sedangkan biota perairan lainnya, yang dikelompokkan
dalamgolongan insecta akan mengalami kematian dalam rentang waktu yang lebih
panjang yaitu antara 168-336 jam, bila pada badan perairan tempat hidupnya
terlarut 3.5-64 ppm Pb. Secara umum, berdasarkan hasil pengukuran kadar Pb ini,
dapat dikatakan bahwa kualitas perairan ini termasuk kelas A, baik sekali dengan
nilai = 0 (memenuhi Baku Mutu) [7], namun bila mengacu kepada hasil penelitian
BPLHD, kualitas perairan ini termasuk kelas B, baik, dengan nilai = -2 (tercemar
ringan) [7] .

Kadmium (Cd)
Dari Tabel 1 dapat dilihat kadar rerata di semua lokasi penelitian adalah <0,001
ppm atau <1 ppb. Data ini menunjukkan bahwa kondisi perairan pada saat
pengamatan relatif homogen. Kadar Cd ini masih sesuai dengan kadar Cd
yang normal dalam air laut yakni 0.11 ppb [8], dan dengan Nilai Ambang
Batas (NAB) yang ditetapkan oleh [7] untuk kepentingan biota laut adalah
0.001 ppm atau 1 ppb. Berdasarkan hasil penelitian ini, kualitas perairan ini
termasuk kelas A, baik sekali, dengan nilai = 0 (memenuhi Baku Mutu) [7].
BPLHD [1] mendapatkan kadar Cd di perairan Ancol (posisi stasiun tidak
diketahui) sebesar 0.1 ppm atau 100 ppb. Hasil penelitian kadar Cd oleh
BPLHD relatif sangat tinggi dan berbahaya bagi kehidupan biota laut. Bila
mengacu kepada hasil penelitian BPLHD ini maka kualitas perairan ini
termasuk kelas B, baik, dengan nilai = -2(tercemar ringan) [7].Cd merupakan
salah satu logam berat yang bersifat racun dan merugikan bagi semua
organisme hidup, bahkan jugaberbahaya untuk manusia. Dalam badan
perairan, kelarutan Cd dalam konsentrasi tertentu dapat membunuh
biotaperairan. Biota-biota yang tergolong bangsa udang-udangan (crustacea) akan
mengalami kematian dalam selang waktu24 - 504 jam bila di dalam badan
perairan di mana biota tersebut hidup terlarut logam atau persenyawaan Cd
padarentang konsentrasi antara 0.005-0.15 ppm. Untuk biota-biota yang tergolong
ke dalam bangsa serangga (insecta) akanmengalami kematian dalam selang waktu
24-672 jam bila ditemukan di dalam badan perairan di mana biota tersebuthidup
terlarut Cd atau persenyawaan Cd dalam rentang konsentrasi antara 0.003-18
ppm. Sedangkan untuk biota-biotaperairan yang tergolong ke dalam keluarga
Oligochaeta akan mengalami kematian dalam selang waktu 24-96 jam bila
didalam badan perairan terlarut logam Cd atau persenyawaannya dengan rentang
konsentrasi antara 0.0028-4.6 ppm [10].

Tembaga (Cu)

Dari Tabel 1 dapat dilihat kadar Cu rerata di semua lokasi penelitian berkisar
antara <0.001-0.002 ppm. Kadar Cu rerata tertinggi dijumpai di Cilincing yakni
0.002 ppm. Demikian juga untuk setiap stasiun pengamatan kadar Cu
tertinggi dijumpai di st 3 Cilincing yakni sebesar 0.004 ppm. Data ini
menunjukkan bahwa lokasi Cilincing lebih banyak menerima limbah yang
mengandung Cu. Kadar ini masih sesuai dengan kadar normal Cu yang ada dalam
air laut. Kadar normal Cu dalam air laut berkisar antara 0.0020.005 ppm [10] dan
2 ppb atau 0.002 ppm [8]. Nilai Ambang Batas(NAB) Cu yang ditetapkan oleh [7]
untuk kepentingan biota laut adalah 0.008 ppm. Dengan demikian kadar Cu ini
masih sesuai dengan NAB tersebut. Berdasarkan kadar Cu ini maka kualitas
perairan ini termasuk kelas A, baik sekali, dengan nilai = 0 (memenuhi
BakuMutu) [7].Cu termasuk kedalam kelompok logam esensial, di mana dalam
kadar yang rendah dibutuhkan oleh organisme sebagaiKoenzim dalam proses
metabolisme tubuh, sifat racunnya baru muncul dalam kadar yang tinggi. Biota
perairan sangat peka terhadap kelebihan Cu dalam badan perairan di mana ia
hidup. Konsentrasi Cu terlarut dalam air laut sebesar 0,01ppm dapat
mengakibatkan kematian fitoplankton. Kematian tersebut disebabkan daya
racun Cu telah menghambataktivitas enzim dalam pembelahan sel fitoplankton.
Jenis-jenis yang termasuk dalam keluarga Crustasea akan mengalamikematian
dalam tenggang waktu 96 jam, bila konsentrasi Cu berada dalam kisaran
0.17-100 ppm. Dalam tenggangwaktu yang sama, biota yang tergolong ke
dalam keluarga moluska akan mengalami kematian bila kadar Cu
yangterlarut dalam badan perairan di mana biota tersebut hidup berkisar antara
0.16-0.5 ppm, dan kadar Cu sebesar 2.5-3.0ppm dalam badan perairan telah dapat
membunuh ikan-ikan [12].

Zink (Zn)

Dari Tabel 1 dapat dilihat kadar Zn rerata di semua lokasi penelitian


berkisar antara <0.001-0.0046 ppm. Kadar Znrerata tertinggi dijumpai
dijumpai pantai Ancol 1 yakni 0.0046 ppm. Data ini menunjukkan bahwa secara
rerata pantaiAncol 1 lebih banyak menerima masukan limbah yang
mengandung Zn. Untuk setiap stasiun pengamatan kadar Zntertinggi juga
dijumpai pantai Ancol 1 yakni di st 1 dan 2 yang kadarnya masing-masing adalah
0.007 ppm dan 0.006ppm, selanjutnya diikuti oleh st 1 dan st 2 di muara Sungai
Dadap yang kadarnya masing-masing adalah 0.005 ppmdan 0.004 ppm. Data ini
menunjukkan bahwa perairan pantai Ancol 1 dan muara Sungai Dadap relatif
lebih banyakmenerima masukan limbah yang mengandung Zn. Kadar Zn di st 1
dan st 2 pantai Ancol 1 dan st 1 dan 2 di muaraSungai Dadap ini lebih tinggi bila
dibandingkan dengan kadar normal Zn dalam air laut. Kadar normal Zn dalam air
lautadalah 2,0 ppb atau 0,002 ppm [8]. Demikian juga bila dibandingkan
dengan Nilai Ambang Batas (NAB) yangditetapkan oleh [7] untuk kepentingan
biota laut adalah 0.05 ppm. Dengan demikian berdasarkan hasil pengukuran
kadarZn, kualitas perairan ini termasuk kelas A, sangat baik, dengan nilai = 0
(memenuhi Baku Mutu)[7].Seperti halnya Cu, Zn juga bersifat racun dalam kadar
tinggi, namun dalam kadar rendah dibutuhkan oleh organismesebagai ko-enzim.
Hasil percobaan LC50 selama 96 jam menunjukkan bahwa Zn pada kadar
60 ppm telah dapatmenyebabkan kematian 50 hewan uji (ikan) [13], pada kadar
310 ppb telah dapat mematikan 50% emberio kerang C.virginica(LC50, 24 jam),
dan pada kadar 166 ppb dan 195,4 ppb telah dapat mematikan embrio dan larva
kerang M.marcenaria sebanyak 50% (LC50, 24 jam)[14 -15].

Nikel (Ni)
Dari Tabel 1 dapat dilihat kadar Ni rerata di semua lokasi penelitian berkisar
antara 0.001-0.0045 ppm. Kadar Ni reratatertinggi dijumpai di lokasi Cilincing
yakni 0.0045 ppm. Untuk setiap pengamatan, kadar Ni tertinggi dijumpai di st
3Cilincing yakni 0.007 ppm. Data ini menunjukkan bahwa lokasi Cilincing
relatif lebih banyak menerima masukanlimbah yang mengandung Ni. Kadar Ni
di st 3 ini lebih tinggi dari kadar normal Ni dalam air laut yakni 2.0 ppb atau0.002
ppm [8] dan lebih rendah dibandingkan dengan NAB yang ditetapkan [7] untuk
kepentingan biota laut yakni 0.05ppm. Dengan demikian kadar Ni ini belum
berbahaya bagi kehidupan biota perairan. Seperti halnya logam berat yanglain, Ni
juga bersifat racun terhadap organisme perairan. Menurut [12] terdapat
pengaruh toksisitas Ni pada ikansalmon. Pada kadar 1200 ppb (1.2 ppm) logam
Ni dapat mematikan 50% embrio dan larva kerang C. virginica(LC50,24 jam), dan
pada kadar 1300 ppb (1.3 ppm) dan 5700 ppb (5.7 ppm) dapat mematikan 50%
embrio dan larva kerangM. marcenaria [14,15]. Dengan demikian berdasarkan
hasil pengukuran kadar Ni, kualitas perairan ini termasuk kelasA, baik sekali,
dengan nilai = 0 (memenuhi Baku Mutu) [7].

Secara keseluruhan bila diperhatikan untuk setiap unsur logam berat, terlihat
bahwa kadar Pb lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain. Data ini
menunjukkan bahwa perairan Teluk Jakarta pada saat pengamatan menerima
masukan limbah yang mengandung Pb lebih banyak dibandingkan yang lain.

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Logam Berat di Teluk Jakarta


BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan
3.2.Saran
DAFTAR PUSTAKA

http://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jippi/article/download/5261/3679

http://www.kelair.bppt.go.id/Jai/2006/vol2-1/01logam.pdf

http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/2/6dce185d42acf9f805168107d1bd178e
8376ff1f.pdf

http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/09145/9145_1.pdf

http://ejournal.undip.ac.id/index.php/ilmulingkungan/article/download/4094/pdf

http://ejournal.unri.ac.id/index.php/JKL/article/viewFile/2431/2391

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=330456&val=7722&title=Pe
ncemaran%20Pb%20dan%20Cd%20%20pada%20Hasil%20Perikanan%20%20L
aut%20%20Tangkapan%20Nelayan%20di%20Sekitar%20Teluk%20Jakarta

Anda mungkin juga menyukai