Secara bahasa/etimologi, kata hedonisme diambil dari bahasa Yunani yakni hēdonismos
yang berasal dari akar kata hēdonē, yang memiliki arti "kesenangan". Paham ini berusaha
menjelaskan bahwa sesuatu atau tindakan yang memuaskan keinginan manusia dan apa yang
meningkatkan kuantitas kesenangan adalah baik baginya. Secara istilah, hedonisme
merupakan suatu pandangan hidup yang menganggap bahwa seseorang hanya akan bahagia
dengan mencari kebahagiaan sebanyak-banyaknya dan menjauhkan diri dari hal-hal yang
akan merusak perasaannya menjadi tidak bahagia. Jadi, dapat disimpulkan bahwa hedonisme
adalah merupakan ajaran atau pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan
tujuan hidup manusia.
2. Faktor Internal
Kurangnya pemahanan dan praktik dalam beragama adaah salah satu faktor internal yang
sangat berpengaruh terhadap prilaku seseorang. Dalam keyakinan beragama, untuk mencapai
suatu kebahagiaan adalah dengan bertakwa kepada Tuhannya, dan kita tidak boleh
menggunakan hawa fasu untuk mencapai kesenangan. Hal ini sangat bertolak belakang
dengan pemahaman hedonisme yeng mengutamakan kesenangan dan hawa nafsunya.
Budaya ini dapat dihindari dan dicegah dengan adanya peran aktif dari diri sendiri, keluarga,
masyarakat, dan negara. Hidup hedone tidak dapat hanya dibentengi dengan pengendalian
diri sendiri karena manusia pada dasarnya makhluk sosial dan mudah terpengaruh dengan
orang lain dalam kondisi tertentu.
Sebagian besar generasi penerus tersebut memiliki pendapat bahwa budaya hedonisme
memiliki hubungan dengan gaya hidup modern. Jika mereka tidak mengikuti arus kehidupan
modern, maka mereka merasa tertinggal dan berada pada posisi tidak berkembang mengikuti
perkembangan jaman. Pendapat seperti itulah yang seharusnya tidak dimiliki generasi
Indonesia.
Tindakan atau Antisipasi pengaruh Negatif Hedonisme
Secara realita maupun logika, untuk menghilangkan sama sekali pengaruh budaya hedonisme
tidak dapat dilakukan dengan pengendalian diri saja. Namun, adanya peran aktif dari semua
komponen mulai dari diri sendiri, keluarga, kontrol masyarakat, dan negara merupakan solusi
yang harus dicoba untuk dilakukan dengan terus-menerus dan kerjasama yang baik. Meski
terdapat solusi jangka pendek berupa pengenalan kembali budaya Indonesia kepada generasi
penerus, tapi hal tersebut tidak memberikan pengaruh besar pada besarnya arus
perkembangan gaya hidup hedon tersebut. Selanjutnya, kita perlu mengingat kembali sebuah
pernyataan bahwa jika kita ingin melihat masa depan maka lihatlah generasi mudanya. Jika
disesuaikan dengan kondisi sekarang, generasi muda sebagai penerus bangsa belum dapat
dikatakan menjadi harapan karena pengaruh budaya hedonisme ini. Oleh karena itu, perlu
untuk membangun sebuah masa depan yang cerah dengan cara kita membangun generasi
muda terlebih dahulu yang mampu diharapkan untuk menciptakan masa depan yang cerah
tersebut. Untuk menciptakan sebuah generasi muda yang mampu diharapkan untuk masa
depan,diperlukan kerja keras dan kerja sama dari berbagai komponen seperti ulasan
sebelumnya. Komponen tersebut mulai dari diri sendiri, keluarga, masyarakat dan negara.
Jika yang digerakkan hanya satu komponen, maka generasi muda yang sesuai harapan akan
lama terwujud karena arus budaya hedonisme kuat ke segala bidang kehidupan manusia.
Semua komponen harus bekerja sama meski dapat dikatakan sulit untuk dilakukan, tapi
masih ada jalan untuk mewujudkannya.