Pandangan ini lahir di Barat, yang memuja kebebasan berperilaku. Jika perilaku hedonisme
dibiarkan saja, ini akan menjadi racun bagi dunia pendidikan, terutama pendidikan tinggi.
Membiarkan racun bersarang dalam tubuh kampus sama artinya menyediakan pembunuh
karakter intelektual atas mahasiswa dan sivitas akademika. Budaya negatif ini telah mengikis
sense of crisis generasi muda terhadap berbagai permasalahan bangsa. Jangankan peduli negara,
kebijakan di tingkat kampus dan rektorat pun jarang direspon.
Kenyataan ini sungguh ironis mengingat mahasiswa merupakan generasi penerus bangsa dan di
pundak mahasiswalah harapan semua orang bertumpu. Mahasiswa yang terpengaruh budaya
konsumtif dan sulit melepaskan diri dari pengaruh teman-temannya yang sama-sama berperilaku
konsumerisme perlahan-lahan akan kehilangan daya pikir, logika, nalar, dan analisisnya.
Akibatnya adalah kita terancam kehilangan generasi penerus yang pandai, idealis, kritis, dan
dapat memberi solusi atas permasalahan yang timbul. Dalam lingkup yang lebih luas negara kita
terancam kehilangan pemimpin yang dapat diandalkan untuk memimpin bangsa yang pada
akhirnya dapat mengakibatkan negara kita akan mudah dikuasai oleh negara lain.
Hal ini sangat relevan dengan teori IPS yakni adanya interaksi suatu kelompok yang
mempengaruhi individu lain, di mana kelompok tersebut membawa pengaruh buruk terhadap
individu yang belum mengenal budaya luar.
Adanya kesenjangan sosial yang mendominasi diantara mereka karena beberapa kelompok
menganut paham hedonisme,yang kemudian mempengaruhi individu lain. Kelompok kalangan
atas tersebut menindas kalangan menengah sehingga mengakibatkan terjadinya interaksi negatif
yang melanggar norma dan budaya.
Nah setelah mengetahui apa itu hedonisme dan apa dampaknya bagi remaja, Ini dia cara
mengatasi hedonisme di bawah ini.
-Mengubah Mindset Konsumtif Jadi Produktif - Cara mengatasi hedonisme pertama, yaitu
mengubah mindset konsumtif jadi produktif. Kita harus memiliki pola pikir memandang sesuatu
berdasarkan produktivitasnya. Pertimbangkan keuntungan di masa sekarang dan masa
mendatang.
- Menyadari Bahwa Hidup Bukan Tentang Senang-Senang Saja - Menyadari bahwa hidup bukan
tentang senang-senang saja merupakan cara mengatasi hedonisme. Kita sebagai manusia harus
memahami bahwa kehidupan ini selalu berputar.
-Susun Target dan Rencana Keuangan Jangka Panjang - Salah satu cara mengatasi hedonisme
adalah menyusun target dan rencana keuangan jangka panjang.
-Membatasi Diri Saat Melakukan Self-Reward - Self-reward sering kali menjerumuskan kita
pada gaya hidup hedonis. Sehingga cara mengatasi hedonisme adalah membatasi diri saat
melakukan self-reward.
-Mencatat Setiap Pengeluaran dan Pemasukan - Gaya hidup hedonis berkaitan dengan sifat
boros. Oleh sebab itu, cara mengatasi hedonisme adalah mencatat setiap pengeluaran dan
pemasukan. Dengan demikian Kita bisa mengontrol keuangan Anda dan menerapkan hidup
hemat.
-Selektif Saat Memilih Lingkaran Pertemanan - Lingkungan menjadi faktor penting dalam
mempengaruhi gaya hidup Kita. Sehingga, usahakan untuk selektif saat memilih lingkaran
pertemanan. Hindari circle yang mendorong Kita untuk mengedepankan gaya hidup mewah.
Pada era digital seperti sekarang, generasi millenials adalah generasi atau rentan umur yang
sering disorot dalam berbagai hal,terutama dalam perkembangan yang baik dalam sains dan
teknologi, yaitu mereka yang lahir pada akhir 90-an hingga tahun 2000-an. Namun, hal ini justru
berbanding terbalik ketika berbicara tentang penerapan Pancasila. Sila-sila Pancasila seringkali
dilanggar oleh para millenials, terutama sila ke-2 Pancasila yang berbunyi “Kemanusian yang
adil dan beradab”. Hal ini terjadi karena munculnya budaya Hedonisme dan konsumerisme di
kalangan millenials di Indonesia. Hedonisme adalah gaya hidup dengan pandangan hanya
mengejar kenikmatan atau materi sebagai tujuan hidup, sementara konsumerisme adalah gaya
hidup dengan pandangan untuk menggunakan barang atau jasa secara berlebihan. Secara umum,
jika kedua definisi tersebut digabung maka akan mendefinisikan orang-orang yang senang
menghamburkan uang,boros dan hanya berorientasi kepada materi. Hal ini merupakan fenomena
umum pada kalangan millenials yang terjadi akibat faktor internal maupun eksternal. Namun,
faktor eksternal-lah yang memberikan pengaruh paling kuat.Faktor tersebut berasal dari gawai
dan sosial media yang digunakan para millenials. Kecenderungan untuk ikut-ikutan membeli
barang yang dimiliki oleh para influencer, artis, ataupun selebgram dan membuat mereka
mengeluarkan sejumlah uang walau barang tersebut tidak terlalu berguna untuk mereka karena
mereka masih memiliki substitusi atau pengganti barang tersebut.
Ditambah lagi, menjamurnya start-up belanja daring seperti Shopee, Tokopedia, dan Lazada
yang memberikan diskon besar-besaran serta berbagai macam voucher membuat para millenials
tergiur untuk membeli barang yang sebenarnya tidak terlalu penting bagi mereka. Fenomena
tersebut menciptakan orang-orang yang egois serta angkuh akan apa yang mereka miliki. Lebih
lanjut, fenomena ini membawa sifat matrealistis yang tentu tidak sesuai dengan norma
masyarakat ketimuran seperti di Indonesia. Hedonisme dan konsumerisme juga semakin
menunjukkan kesenjangan sosial yang di Indonesia, di salah satu sisi ada orang yang makan nasi
saja dibumbui dengan lembaran emas sementara yang lainnya masih bingung memilih lauk di
kedai makanan agar bisa mengenyangkan dengan uang yang seadanya. Miris, namun itulah
keadaan yang terjadi, dimanakah segi “kemanusian” ketika membeli barang-barang tanpa
negosiasi, membeli makanan pada franchise besar tanpa mengeluh, namun membeli sayuran atau
sembako di kedai milik tetangga masih ingin menawar. Padahal, membeli di kedai milik tetangga
itu membantu menghidupi keluarganya, sementara franchise besar itu sudah kaya dan
menghasilkan.
Pancasila seharusnya menjadi ideologi dan cara kita bersikap terhadap perkembangan zaman,
atau berfungsi sebagai filter untuk tidak merusak norma-norma yang ada di Indonesia. Sifat
matrealistis akibat hedonisme dan konsumerisme ini hendaklah ditinggalkan, terlebih di masa
pandemi di saat banyak orang yang kesusahan. Bagaimana jika membuka usaha dan
menciptakan lapangan kerja, atau melakukan investasi sebagai simpanan jangka panjang serta
membantu meringankan beban orangtua di masa depan. Terakhir, selalu amalkan setiap sila-sila
Pancasila untuk kehidupan berbangsa yang lebih baik lagi.
Gaya hidup hedonis adalah suatu dorongan individu untuk berperilaku dengan
memegang prinsip kesenangan
Kata hedonisme berasal dari bahasa Yunani yaitu hedone yang berarti kesenangan. Hedonisme
sendiri dapat diartikan sebagai pandangan hidup seseorang atau merupakan ideologi yang
kemudian diwujudkan dalam bentuk gaya hidup dan memiliki tujuan utama untuk menikmati
serta merasakan kebahagiaan pribadi ketika menjalani hidup.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) hedonisme merupakan pandangan yang
menganggap bahwa setiap kesenangan dan kenikmatan dalam bentuk materi merupakan tujuan
utama dalam hidup seseorang.
Orang yang memiliki gaya hidup hedon, maka ia memiliki pandangan bahwa tujuan utama dalam
hidupnya adalah untuk kenikmatan serta kesenangan pribadinya saja.
Orang dengan gaya hidup hedonisme, tidak memedulikan kepentingan serta kebahagiaan orang
lain sehingga orang tersebut menjadi pribadi yang egois.
Orang dengan gaya hidup hedon tidak pernah merasa puas dengan apa yang telah ia miliki baik
harta maupun keluarga.
Orang dengan gaya hidup memiliki sifat konsumtif dan lebih mengutamakan untuk membeli
barang-barang atau suatu hal karena kesenangan dianggap lebih utama dibandingkan dengan
kebutuhan.
Orang dengan gaya hidup hedonisme cenderung memiliki sifat yang diskriminatif serta
sombong.
Orang dengan gaya hidup hedonisme selalu melihat orang lain berdasarkan harta kekayaan dan
merasa dirinya lebih baik dari orang lain.
Sejatinya, gaya hidup menjadi cerminan cara seseorang mengatur kehidupan pribadi, kehidupan masyarakat,
hingga perilakuknya di depan umum. Ada beberapa aspek dalam gaya hidup hedonis, antara lain: Kegiatan:
kegiatan yang menyebabkan gaya hidup hedonis antara lain menghabiskan waktu di luar ruamh, membeli
barang mewah, hingga selalu pergi ke pusat perbelanjaan dan kafe. Minat: beberapa minat yang menyebabkan
hedonis seperti fashion, makanan, barang-barang mewah, tempat kumpul, dan keinginan untuk selalu menjadi
pusat perhatian. Opini: merupakan sebuah pernyataan yang digunakan untuk menggambarkan dan
mengevaluasi dalam perilaku.
Faktor Penyebab Hedonisme Secara garis besar, gaya hidup hedonisme dipengaruhi oleh dua faktor yaitu
faktor internal dan eksternal. Mengutip dari jurnal Psikopedagogia 3(1), berikut ini faktor yang dapat
mempengaruhi hedonisme:
1. Faktor Internal Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu yang didasarkan pada
keyakinan diri sendiri untuk bergaya hidup sesuai keinginannya. Sikat dan anggapan bahwa seseorang harus
menunjukan kemewahan, kemegahan, dan senang menjadi pusat perhatian. Pemikiran seperti itu menjadi
faktor yang menyebabkan gaya hidup hedonis.
2. Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah penyebab hedonisme yang berasal dari luar. Pengaruh dari
lingkungan secara langsung atau tidak langsung bisa menyebabkan seseorang menjalani gaya hidup hedonis.
Sebagai contoh, seseorang yang berteman dengan orang-orang yang terbiasa hidup mewah, maka
kemungkinan besar orang tersebut juga turut mengikuti gaya hidup di lingkungan pertemanan tersebut.
Contoh Hedonisme
Orang-orang yang memiliki gaya hidup hedon sebenarnya cukup mudah dijumpai. Banyak di antara mereka
yang bahkan menunjukan kemewahan dan kemegahan gaya hidupnya di sosial media. Mengutip dari
gramedia.com, berikut ini beberapa contoh hedonisme yang sering dijumpai di tengah masyarakat Indonesia.
Dampak Hedonisme
yang Tidak Baik untuk Kehidupan Gaya hidup hedonisme sering dikonotasi sebagai perilaku yang kurang
baik. Sebenarnya gaya hidup mewah dan megah sah-sah saja, asalkan mampu. Yang menjadi permasalahan
yaitu ketika tidak memiliki kemampuan tapi selalu berperilaku hedonis. Jika kita tidak memiliki kemampuan
lebih, namun memaksakan untuk hidup mewah maka akan ada beberapa dampak negatif yang menimpa.
Berikut ini beberapa dampak hedonisme yang tidak baik untuk kehidupan:
1. Tidak memiliki orientasi keuangan yang jelas Kebiasaan hedonis membuat seseorang sering menggunakan
uang untuk hal-hal yang tidak perlu. Kondisi tersebut membuat keuangan menjadi tidak sehat. Karena biasanya
orang-orang yang melakukan hal tersebut, tidak mempertimbangkan aspek lain sebelum membelanjakan uang
yang dimilikinya.
2. Keuangan menjadi tidak sehat Gaya hidup hedonisme sangat erat kaitannya dengan pemborosan. Jika
kebiasaan tersebut dilakukan terus menerus, maka dapat membuat keuangan menjadi tidak sehat. Kita menjadi
terlalu banyak membelanjakan uang untuk hal-hal yang tidak penting tanpa adanya perencanaan keuangan
yang matang. BACA JUGA Demi Sebuah Gaya Hidup dengan Motor 250 CC
3. Tidak memiliki dana darurat dan investasi Seseorang yang terbiasa membelanjakan uang untuk kebutuhan
sekunder bahkan tersier, seringkali mengabaikan dana darurat dan investasi. Pada kedua hal tersebut sangat
diperlukan untuk menjaga agar kondisi keuangan tetap aman
Pancasila sebagai living ideology harus bersemai dalam kehidupan bermasyarakat, apapun
perkembangan zamannya. Pancasila dengan prinsip kemanusiaan yang adil dan beradab adalah
prinsip yang tegas melawan hedonisme.
Sebagai konsensus bangsa, Pancasila wajib dipatuhi oleh seluruh anak bangsa. Ajaran Pancasila
sebagai bagian dari empat pilar bangsa, yakni Pancasila, UUD Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka
Tunggal Ika adalah pemandu agar nilai keindonesiaan tidak luntur.
“Pancasila dan empat Pilar Kebangsaan adalah pemandu kita agar lebih beradab dan lebih peka
dengan kesenjangan ekonomi di masyarakat. Hedonisme sama sekali tidak mencerminkan
karakter luhur Pancasila
Mario Dandy Satrio dengan gaya hidup hedonisme, ini dampak negatif nya
ario Dandy Satrio masuk kedalam bagian hedonisme. Karena dengan kekayaan harta yang dimiliki sang
ayah yang kini status nya sudah menjadi mantan pegawai Ditjen Pajak Kementerian keuangan
(kemenkeu).
gaya hidup Mario Dandy Satrio ini termasuk kedalam kategori Hedonisme. Dengan mengendarai Mobil
Jeep Rubicon dan harley Davidson.
Perilaku hedonisme biasanya terjadi pada generasi kedua atau ketiga dari keluarga. Mereka yang
hanya tinggal menikmati dari apa yang sudah didapatkan tanpa harus keluar keringat atau
berusaha. Point nya mereka ingin dihormati dan diberikan pengakuan atas harta kehormatan
yang dimiliki.
Sehingga saat mereka terusik, mereka tak akan segan-segan untuk melakukan kekerasan,
tindakan sadis. Sigit juga menerangkan bahwa setiap masa pasti memiliki sifat hedonis namun
berbeda-beda. Berbeda bagaimana sifat hedonis tersebut dikondisikan.
Sikap atau perilaku hedonisme dapat memberikan dampak pada pribadinya dan juga lingkungan
sekitarnya. Dampak-dampak tersebut dapat termasuk kedalam artian positif ataupun negatif.
Berikut diantaranya beberapa dampak negatif yang dapat dirasakan menurut laman artikel
gramedia.
2. Konsumtif, hal ini dikarenakan seseorang dengan gaya hidup yang hedon maka akan
bersamaan dengan sifat konsumtif. Karena mereka memiliki pandangan bahwa mementingkan
kesenangan jauh lebih baik dibandingkan kebutuhan. Dengan berbelanja dia akan untuk
kesenangan nya, sehingga ia akan selalu menghamburkan uang.
3. Egois, ini merupakan ekor dari sifat individualis, dengan berpandangan bahwa dirinya lebih
penting maka dia akan fokus pada dirinya sehingga tanpa memikirkan atau memedulikan orang
disekitarnya.
4. Memiliki sifat pemalas, karena kurang nya dalam penggunaan waktu yang baik pada
umumnya sifat pemalas ini akan menyelimuti. Karena ia terlalu fokus pada apa yang membuat
dia senang saja.
5. Tidak bertanggung jawab, dengan orang tersebut memiliki rasa pemalas sehingga menjadi
orang yan memiliki sifat kurang bertanggung jawab
7. Korupsi, tak hanya menimbulkan dampak pada diri sendiri tapi dampak ini akan dirasakan
oleh lingkungan nya. Korupsi disini bukan hanya tentang uang, bisa saja waktu, pekerjaan dll.
Ketika seseorang dengan gaya hidup hedonisme, ia akan melakukan segala macam cara supaya
keinginan yang membuatnya bahagia terpenuhi.
POINT KASUS
Gaya Hidup
Faktor Penyebab
Prespektif Pancasila