4. Diskriminasi 5. Intoleransi
Suku dan Ras Budaya
1. Lahirnya Gaya Hidup
Konsumtif
Konsumtif merupakan gaya hidup masyarakat gemar membeli banyak barang, meskipun
barang tersebut tidak terlalu dibutuhkan.
Pada saat yang sama, gaya hidup konsumen adalah penggunaan produk yang tidak lengkap.
Artinya, sebelum produk tersebut habis, seseorang telah menggunakan produk lain dengan
fungsi yang sama.
Beberapa produk gaya hidup konsumen ini biasanya berupa tas, baju, sepatu, aksesoris dan
lain-lain.
Konsumtif merupakan ideologi bagi seseorang yang secara tidak sadar dan terus-menerus
mempraktikkan gaya hidup boros.
Gaya konsumtif ini dapat ditunjukkan oleh hal-hal
berikut:
• Sulit mengendalikan nafsu belanja.
• Perilaku boros dan hedonistik yang kentara dan sulit
dikendalikan.
• Kecemburuan sosial muncul karena melihat gaya hidup dan
barang orang lain, yang menimbulkan keinginan untuk meniru
dan membelinya.
• Pengurangan peluang tabungan.
• Biasanya tidak dapat mempersiapkan tuntutan masa depan
• Sulit memisahkan keinginan dan kebutuhan
2. Lahirnya Hedonisme
Sifat hedonisme hampir sama dengan gaya hidup konsumtif.
Bedanya, hedonisme ini merupakan ekses dari hal-hal yang melanggar norma.
Hedonisme adalah istilah yang berasal dari kata Yunani hedone, yang berarti kesenangan.
Jadi, hedonisme adalah cara hidup yang menitikberatkan pada pengejaran kesenangan
dan kepuasan yang tidak terbatas.
3. Matinya Gotong Royong
Budaya gotong-royong digunakan sebagai cara untuk bekerja sama dalam masyarakat dan saling
membantu.
Seharusnya, budaya gotong royong bisa menjadi kekuatan besar yang harus terus dikembangkan,
karena gotong royong membawa banyak manfaat bagi kehidupan bermasyarakat.
Kebalikan dari gotong royong ini adalah Individualisme yang pada dasarnya seseorang dengan
sifat ini merasa bahwa ia berbeda dari kelompoknya meskipun orang tersebut termasuk dalam
kelompok yang sama.
Karakter individualitas masyarakat merupakan salah satu ciri sosial kota. Sifat gotong royong murni
sangat sulit ditemukan di kota. Walaupun ada, maka dalam bentuk yang berbeda.
Kontak tatap muka langsung sudah jarang terjadi sejak lama, karena komunikasi telepon sudah menjadi
sarana komunikasi yang bukan lagi barang mewah.
Selain itu, karena tingkat pendidikan warga kota yang cukup tinggi, mereka berusaha menyelesaikan
semua masalah secara individu atau pribadi tanpa mempedulikan kelompok lain.
4. Diskriminasi Suku dan Ras
Ancaman di bidang sosial dan budaya selanjutnya adalah diskriminasi. Diskriminasi
biasanya dilakukan oleh kelompok mayoritas terhadap kelompok minoritas.
Hal ini sering disebabkan oleh ketidakseimbangan kekuatan dalam hubungan antar
kelompok sosial. Penyebabnya kebanyakan karena prasangka dan stereotip yang
berkembang di masyarakat.
Diskriminasi merupakan masalah yang dapat muncul di banyak negara, termasuk
Indonesia. Di Indonesia, definisi diskriminasi menurut UU HAM No. 39 Tahun 1999 (HAM)
adalah
Diskriminasi atau setiap pembatasan, pelecehan atau pengucilan yang secara langsung
atau tidak langsung didasarkan pada perbedaan manusia berdasarkan agama, suku, ras,
asal suku, kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi
5. Intoleransi Budaya
Hidup di tengah keberagaman seperti di Indonesia, sikap toleran harus dimiliki setiap individu
untuk tetap bertahan.
Intoleransi yang terus berlanjut hanya dapat menimbulkan konflik yang berujung pada
perpecahan atau perpecahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.